Anda di halaman 1dari 16

PAPER PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA


INDONESIA
(Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia)

Oleh:
ANIK ALIFIANI (1404105003)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper

Pancasila dalam Konteks Sejarah

Perjuangan Bangsa Indonesia ini dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Mu mungkin
paper ini tidak dapat diselesaikan.
Tujuan pembuatan paper ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar
pembaca lebih memahami arti Pancasila dalam konteks sejarah bangsa Indonesia melalui
bahasan nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Pendidikan
pancasila, (namanya pak karnata) yang telah membimbing penulis dalam belajar dan juga
pembuatan paper ini.
Akhir kata, semoga paper Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, penulis ucapkan
terimakasih.

Denpasar, 31 Oktober 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu bangsa dalam mewujudkan cita-cita kehidupannya dalam suatu


Negara modern, secara objektif memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui
suatu proses serta perkembangan sesuai dengan latar bekalang sejarah realitas
sosial, budaya, etnis, kehidupan keagamaan, dan konstelasi geografis yang
dimiliki oleh bangsa tersebut. Negara Indonesia memiliki sejarah tersendiri dalam
mewujudkan kemerdekaannya. Perjuangan Negara Indonesia untuk terwujudnya
Negara modern diwarnai dengan penjajahan bangsa asing selama 3,5 abad, serta
akar budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum
tanggal 1 Juni 1945 yang disebut sebagai tanggal lahirnya Pancasila Ir.
Soekarno yang diakui sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak
pernah berbicara atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan hidup
maupun, atau apalagi, sebagai dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan
tanpa konsep pada tanggal tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari para
anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang Pancasila tersebut terbersit
bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam sebelumnya.
Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan Dr
Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang apa dasar negara Indonesia
yang akan dibentuk. Lima dasar atau sila yang beliau ajukan itu beliau namakan
sebagai filosofische grondslag.
Nilai-nilai essensial

yang terkandung

dalam Pancasila yaitu:

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam


kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya Negara dan bangsa
Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu
kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasardasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di Palembang, kemudian
kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang


kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicentuskan pada sumpah
pemuda pada tahun 1928.

I.1 Rumusan Masalah


1. Apa saja nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
2. Seberapa pentingkah nilai-nilai tersebut diterapkan?
3. Mengapa nilai-nilai tersebut harus diaplikasikan?
I.2 Tujuan Penulisan
Dalam memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman sejarah
bangsa Indonesia untuk membentuk suatu Negara yang berdasarkan Pancasila.
Selain sebagai bentuk penghargaan, pemahaman, juga pengamalan sebagai warga
Indonesia untuk Pancasila sekaligus sebagai pertanggungjawaban ilmiah, bahwa
Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup
bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai janji seluruh bangsa Indonesia
saat mendirikan Negara untuk bersatu atas dasar Pancasila.
Selain itu, diperlukan pula pemahaman memahami nilai-nilai esensial
yang terkandung dalam Pancasila dimana dalam kenyataan secara objektif telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan
Negara.

I.3 Manfaat Penulisan


Diharapkan paper ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca,
serta dapat menambah ilmu para pembaca mengenai nilai-nilai Pancasila dalam
Sejarah Bangsa Indonesia.

Lampiran:

Pembahasan
A. Nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan UUD 1945
merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelum melaksanakan
nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kewajiban

tersebut merupakan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga Negara.
Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara, maka setiap warga negara wajib
loyal kepada dasar negaranya.
Perjalanan

hidup

suatu

bangsa

sangat

tergantung

pada

efektivitas

penyelenggaraan Negara. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan dasar dalam


mengatur penyelenggaraan Negara di segala bidang, baik bidang ideology, politik,
ekonomi, sosial-budaya, maupun hankam. Era global menuntut kesiapan segenap
komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak negatif yang muncul
dapat segera diantisipasi.
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, nilai-nilai
Pancasila-nya telah diterapkan sejak zaman-zaman berikut, Zaman Kutai, Zaman
Sriwijaya, Zaman Kerajaan-Kerajaan

Sebelum Majapahit,

Zaman

Kerajaan

Majapahit. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang
berupa nilaii-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga
bangsa indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Berikut adalah pemaparannya:
a. Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat
diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman ketrurunan dari
Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan
memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu
sebagai tanda terimakasih raja yang dermawan. Masyarakat kutai yang membuka
zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik
dan Ketuhanan dalam bentuk kerajaan.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh
wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang
berpusat di Jawa.

b. Zaman Sriwijaya
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan
Sriwijaya dibawah kekuasaan wangsa Syilendra, hal ini termuat dalam prasasti
Kedukan bukit di kaki bukit Siguntang dekat palembang. Kerajaan ini adalah kerajaan
maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya seperti selat sunda, selat malaka.
Kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani dikawasan
Asia selatan, dalam sistim pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta
benda. Pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat
dilepaskan dengan nilai Ketuhanan. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam
suatu negara pada kerajaan Sriwijaya yaitu berbunyi marvual vanua Criwijaya
siddhayatra subhiksa yang artinya suatu cita-cita negara yang adil dan makmur.
Kerajaan Sriwijaya mengembangkan bidang pendidikan terbukti dengan
didirikannya semacam universitas agama Budha yang sangat terkenal di Asia. Pada
masa kejayaan kerajaan Majapahit , hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu
dan Budha. Pada masa itu pula hidup Mpu Prapanca dan Mpu Tantular yang pada
kitab karangan mereka ditemukan istilah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Keberadaan Candi Borobudur sebagai wujud keberadaan masyarakat Buddha serta
Candi Prambanan milik masyarakat Hindu. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat saat
itu ialah nilai religius, nilai toleransi beragama, ketuhanan, kekeluargaan dan
musyawarah.
c. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit
telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih
berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut
membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk
pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke
VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaankerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada
abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindhu pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncullah
kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga
kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan
dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui

oleh kerajaan adalah agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai.
Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga teelah mengadakan hubungan
dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa hal ini menunjukkan
nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir
dan batin di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja,
meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut
prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk membuat
tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai sila
kelima. Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.

d. Zaman Kerajaan Majapahit


Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit di bawah pemerintahaan raja
Hayam Wuruk dengan Majapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala,
wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung
melayu sampai Irian barat melalui Kalimantan Utara. Pada buku Sutasoma karangan
Empu Tantular terdapat istilah Pancasila dengan makna persatuan nasional yaitu
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda namun
satu jua. Sumpah palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya. Kerajaan Majapahit mempunyai nilai
hubungan bertetangga dengan baik dan nilai musyawarah mufakat yang dilakukan
oleh sistim pemerintahannya. Perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad
XV membuat kerajaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya
mengalami keruntuhan.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu
dan menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : Saya baru akan
berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan. Dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu

yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai
musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.

B. Pancasila Sebagai Sumber Nilai


Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan
pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan
UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai
instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun
pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya
belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undangundang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.
Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang
pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari
pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
a. Nilai ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan
nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan
bangsa yang atheis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan

kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak


ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.
d. Nilai kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembagalembaga perwakilan.
e. Nilai keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil
dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak
dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan
ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya,
dengan bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan
nilai-nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.

C. Nilai-nilai Pancasila Pasca Indonesia Merdeka

Latar belakang kehidupan para penggali Pancasila, interaksinya dengan


masyarakat dan suasana kebatinan kolonialisme yang dihadapi kemudian
diabstrasikan dalam rumusan-rumusan konsep mengenai (kemungkinan) dasar
bernegara. Adu konsep meniscayakan diskusi dalam sidang BPUPKI untuk
menghasilkan rumusan Pancasila, selain dimunculkannya istilah Pancasila, dialog
terjadi berkaitan dengan perumusan dasar negara untuk negara yang (akan)
merdeka. Pancasila dalam perumusannya mengalami pergumulan terutama
berkaitan dengan sila atau nilai mengenai ketuhanan. Perumusan nilai ketuhanan
yang kemudian dikenal dengan sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa,
yang rumusan awalnya merupakan konsekuensi dari mayoritas tokoh muslim yang
berada dalam BPUPKI. Dan pergumulan rumusan akhir nilai ketuhanan, oleh
Soepomo dikatakan sebagai penyelesaian yang merupakan akibat gentlemen
agreement antara kelompok nasionalis dan kelompok agama.
Pancasila yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 sah menjadi dasar negara Indonesia (baru). Pasca
kemerdekaan, aktualisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
seolah mengalami kemorosotan. Kemerosotan dimaksud bahwa diskusi untuk
merefleksi dasar negara Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
tidak mendapatkan ruang yang cukup. Kondisi tersebut disebabkan fokus
kehidupan berbangsa diarahkan pada mempertahankan kemerdekaan untuk
menghadapi agresi colonial. Meski demikian, terdapat kondisi yang menarik
ketika terjadi pergolakan politik di Indonesia, Pancasila tidak mengalami
pergeseran dalam setiap konstitusi yang dihasilkan sebagai respon atas pergolakan
politik. Artinya tidak ada usaha untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
yang diletakkan pada saat persiapan (tanggal) kemerdekaan Indonesia.
Pancasila dibangunkan dari tidur panjangnya ketika Indonesia mengalami
berbagai pergolakan politik ketika Soeharto berhasil mengambil alih kekuasaan
pasca tahun 1965. Pengalaman instabilitas politik dan kemorosotan ekonomi
menjadi dalih bagi Soeharto untuk memulihkan pasca gejolak politik
menggunakan Pancasila basis legitimasi penggunaan kekuasaan. Soeharto
menggunakan istilah Demokrasi Pancasila untuk memperoleh kesan kuat, bahwa
dirinya adalah seorang yang memegah teguh Pancasila. Namun dalam praktek

penggunaan kekuasaannya, Pancasila sekedar menjadi teks tertulis yang mati dan
melahirkan jurang pemisah antara teks dan kenyataan. Sila-sila Pancasila hanya
menjadi alat indoktrinasi atau propaganda untuk memberi efek takut bagi para
penentang kebijakan pembangunan yang dilakukan.
Pancasila menjadi kedok penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Baru.
Tameng legitimasi bagi berbagai hal untuk melaksanakan pembangunan,
menghasilkan keserakahan dan aneka pelanggaran yang menjauh dari nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Meski stabilitas politik tercapai dan
pembangunan ekonomi dapat teraih, namun kebebasan dan hak-hak warga negara
yang diatur dalam konstitusi dilaksanakan berdasarkan tafsir sepihak hanya untuk
memuaskan dahaga kekuasaan dan melanggengkannya. Kebebasan dibatasi dan
melahirkan tekanan politik bagi aktivis demokrasi yang menghendaki partisipasi
politik dalam proses pembangunan. Dimana pembangunan dilakukan dengan
melanggar HAM warga negara, dan negara bergeming untuk mempertimbangkan
manusia/warga negara yang menjadi korban pembangunan yang diatasnamakan
dengan Pancasila.
Gugatan terhadap pelaksanaan Pancasila versi Orba mengalami puncaknya
pada Mei 1998. Dipicu oleh krisis ekonomi, gerakan mahasiswa dan kekuatan anti
Soeharto memaksa lengser keprabon dan menyerahkan kursi kepresiden kepada
wakilnya. Pelanggaran HAM dan keterbatasan partisipasi politik yang berkelindan
dengan krisis moneter melahirkan semangat perjuangan anti Soeharto yang
memerintah tidak dengan demokratis. Kebebasan (politik) yang diperjuangkan
dan berhasil pada tahun 1998 harus mampu menyuburkan internalisasi dan
aktulaisasi nilai-nilai Pancasila. Membuka kembali ruang diskursus untuk
mendalami semua gagasan yang terkandung dalam Pancasila, dan meletakkannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menempatkan Pancasila kembali dalam diskursus keseharian akan
dipandang sebagai alien karena stigma negative Pancasila dari hasil penafsiran
Pancasila yang sepihak pada masa orde baru. Tafsir ulang yang tidak sekedar
partisipatif yang dimotori oleh negara/pemerintah, melainkan pemahaman dari
hasil deliberasi dalam mengartikulasi nilai-nilai Pancasila. Kebebasan politik yang
sudah digenggam dalam manifestasi partisipasi politik dan otonomi daerah harus

diarahkan untuk memperkuat basis pemikiran mengenai Pancasila. Pancasila yang


tidak hanya didasarkan pada tafsir penguasa seperti dipraktekkan selama ini,
melainkan menggali kembali nilai-nilai Pancasila yang berkembang di
masyarakat. Sehingga Pancasila terus mengalami artikulasi dalam kehidupan
keseharian dan tetap membumi, tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih)
dianut oleh masyarakat Indonesia.

Penutup
I.4 Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila lahir tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan
masyarakatnya pada jaman pra sejarah.Pancasila yang tidak hanya didasarkan
pada tafsir penguasa seperti dipraktekkan selama ini, melainkan menggali
kembali nilai-nilai Pancasila yang berkembang di masyarakat. Sehingga
Pancasila terus mengalami artikulasi dalam kehidupan keseharian dan tetap

membumi, tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih) dianut oleh


masyarakat Indonesia.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian
bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus
tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks
seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat
penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan
segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan.
Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus
dimulai dengan menyegarkan kembali pemahaman kita tentang Pancasila:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa sejatinya
bangsa ini meyakini monoteisme sebagai landasan teologisnya. Sila pertama
ini menempatkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai kekuatan transendental yang
mendorong penganutnya untuk meningkatkan kesalehan baik di level
individual maupun sosial. Mereka yang beriman bahwa Tuhan itu
omnipresent: Mahahadirakan membimbing hamba-Nya untuk merasa selalu
diawasi, bersikap jujur, dan menghindari untuk berlaku koruptif.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mencerminkan bahwa
kehidupan berbangsa dan bernegara ini mesti didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur dan universal yang bersumber dari falsafah bangsa
kita seperti toleransi, harmoni, tepa selira, tenggang rasa, gotong royong,
andhap asor, serta saling menghormati sebagai karakter asli (genuine
character) bangsa ini.
Sila Persatuan Indonesia menemukan konteksnya di saat bangsa ini
begitu mudah terpecah- belah dan terprovokasi hanya untuk perkara-perkara
yang tidak substansial.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/ Perwakilan menunjukkan komitmen founding
fathers kita untuk memilih jalan demokrasi dan musyawarah dalam
menyelesaikan problem-problem kebangsaan. Sila ini tidak memberi ruang
sedikit pun bagi praktik kekerasan dalam menyelesaikan persoalan.

Perdebatan- perdebatan yang produktif yang dibimbing akal sehat (common


sense) dan kebijaksanaan akan memandu bangsa ini pada peradaban politik
yang lebih bermartabat.
Sementara sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
terkait bagaimana proses penegakan keadilan benar-benar dirasakan oleh
segenap rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Penegakan hukum yang tegas
dan afirmatif akan memenuhi rasa keadilan di masyarakat yang pada
gilirannya menjadi modal sosial bagi bangsa ini dalam melahirkan stabilitas
sosial-politik.

I.5 Saran
a. Seharusnya mahasiswa lebih memahami seberapa pentingnya Pendidikan
Pancasila agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila.
b. Bagi pemerintah, pendidikan Pancasila harus dipertahankan. Hal ini terkait
dengan pengamalan dan pengaplikasian Pancasila bagi masyarakat.
c. Masyarakat harusnya dapat bercermin dari kisah sejarah bangsa Indonesia dan
mengambil nilai-nilai esensial ke dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://diary-mybustanoel.blogspot.co.id/2012/02/makalah-pancasila-dalamkonteks-sejarah.html (30 oktober 2015)


http://www.academia.edu/9155997/Pancasila_dalam_Konteks_Sejarah_Perjuanga
n_Bangsa_Indonesia (30 oktober 2015)
http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/04/makalah-pancasila-dalam-kontekssejarah.html
(30 oktober 2015)
https://shenifa.wordpress.com/2011/03/23/nilai-nilai-yang-terkandung-dalampancasila/ (30 oktober 2015)

Anda mungkin juga menyukai