Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS 1 PANCASILA
DISUSUN OLEH :
ARIFIYAR AUZAR A. (1613010177)
DESYA PUSPA WIJAYA (1613010172)
RIZKY PRANATA PURBA (1613010179)
SHOVY MUTIARA HIQMAH HZ (1613010167)
KELAS E/13
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dan
bila kita kembali kepada hakikat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan
untuk membantu manusia menemukan hakikat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini
adalah proses pembebasan, yaitu pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosial, hegemoni
kekuasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya. Namun dalam kehidupannya
manusia membuat rule , aturan atau landasan hukum agar pendidikan itu berjalan sistematis dan
memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu sendiri.
Dalam negara hukum seperti negara kita Indonesia ini, setiap tindakan pemerintahan
baik dalam pengaturan maupun dalam pelayanan harus berdasarkan atas hukum (peraturan
perundang-undangan), karena dalam negara negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur
atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan
oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah
tidak memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum
warga masyarakatnya.
Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-undangan yang
bertingkat, mulai dari UUD 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Ketetapan, keputusan,
sampai peraturan daerah. Kesemuanya mengandung hukum yang patut ditaati, dimana UUD
1945 merupakan hukum yang tertinggi, sementara peraturan perundang-undangan yang lain
harus tunduk pada UUD 1945. Pendidikan sebagai salah satu bidang yang ditangani oleh
pemerintah, dalam pelaksanaannya tentunya harus berdasarkan pada peraturan perundangundangan. Begitu luas cakupan bidang pendidikan membuat begitu banyaknya peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.
Di dalam pendidikan itu juga terdapat pendidikan pancasila , pancasila merupakan
dasar dan ideologi negara kita Indonesia. Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang
kita emban ke masa depan, yang keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan
mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap
Pancasila. Maka dari itu di perlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat. Karena
itulah diperlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat , untuk mengetahui dasar-dasar
negara dan untuk menumbuhkan rasa nasionalis di diri masyarakat . Maka dari itu di dalam
pendidikan pancasila itu memiliki landasan yuridis atau hukum yang mengaturnya di perundangundangan.
B. TUJUAN PENULISAN
C. SISTEMATIKA PENULISAN
COVER
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika
BAB II (PERMASALAHAN)
BAB III (PEMBAHASAN)
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB V (PENUTUPAN)
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PERMASALAHAN
Dari banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendidikan di negara
Indonesia, dapat kita temukan permasalahan yang perlu dikupas dalam makalah ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Sebuah Landasan Bagi Negara
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan.
Dalam bahasa inggris, landasan disebut dengan istilah foundation yang dalam bahasa
indonesia menjadi fondasi. Landasan sendiri, bagaikan sebuah pijakan atau pondasi saat
kita mendirikan sebuah bangunan, bayangkan apabila landasan itu dibentuk tanpa sesuatu
yang menguatkan. Dapat diperkirakan, bangunan itu akan mudah untuk roboh dan hancur
saat ada gangguan dari luar seperti angin atau badai. Sama seperti sebuah negara,
dibutuhkan landasan. Sebab tanpa landasan yang kuat negara akan mudah dihancurkan
oleh pihak luar. Oleh karena itu pancasila dijadikan dasar negara Indonesia, yang telah
disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan adanya pancasila, negara
Indonesia akan menjadi sebuah negara yang kuat dan tidak mudah dihancurkan oleh
negara lain. Bila rakyat dan pemerintah bekerjasama mengamalkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan, maka akan tercapai tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan pembukaan
UUD 1945.
ketenangan. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan kehidupan.
Hubungan landasan yuridis dengan pendidikan itu sendiri sebagai berikut :
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah
seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut
Undang-Undang
pengganti undang-undang,
pendidikan dalam pembelajaran dituntut untuk aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM)
b. Dibutuhkan beragam jenis sekolah, sekolah umum dan kejuruan, sekolah untuk siswa
normal dan sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus, serta beragam jurusan. Sistem
pendidikan menganut double track, bukan singlet track.
c. Untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya diperlukan perhatian yang
sama terhadap pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomor pada semua
tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendisain kurikulum
sedemikian rupa sehingga struktur kurikulum mencakup mata pelajaran-mata
pelajaran yang mencakup ketiga ranah / domain tersebut. Dan dalam proses
pembelajaran ketiga aspek tersebut disampaikan secara terintegratif.
d. Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional, maka dibutuhkan kurikulum
yang mampu pengembangan budaya luhur bangsa.
e. Pendidikan dasar merupakan hak dan sekaligus kewajiban warga negara, maka
kebijakan pemerintah tentang wajib belajar disertai dengan program-program
pendukungnya seperti pemerataan kesempatan pendidikan dengan membangun
sekolah-sekolah dengan berbagai model adalah kebijakan yang bagus yang berlu
didukung oleh semua pihak.
kebanyakan belum sampai 20% dari APBD. Yang memprihatinkan ada beberapa daerah
yang menggratiskan biaya pendidikan namun tidak diberangi dengan penambahan
anggaran di APBD dengan cukup. Menurut Sutjipto (2008:2) keadaan seperti ini akan
memperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
sehingga menjadi tempat persemaian yang subur dari masalah-masalah sosial di masa
depan. Pasal inilah yang sampai sekarangterus diperjuangkan oleh banyak pihak agar
pemerintah dan pemerintah daerah segera merealisasikannya.
Justru yang terjadi di hampir mayoritas pemerintah daerah berlomba-lomba untuk
memperjuangkan wacana pendidikan gratis. Namun dengan masuknya ranah politik dalam
dunia pendidikan nampaknya wacana itu menjadi nilai tawar dalam realisasinya antara
warga masyarakat dengan penguasa pemerintah daerah. Mestinya kebijakan pendidikan
gratis tidak hanya sekedar retorika politik guna melanggengkan kekuasaan, akan tetapi
perlu didukung dengan reliasasi anggaran pendidikan sesuai dengan amanat undang
undang dasar yaitu minimal 20% dari APBN/APBD.
2. Kompetensi Guru / Konselor
Dalam proses belajar dan pembelajaran guru merupakan salah satu faktor utama
yang mengkondisikan terciptanya suasana yang kondusif. Proses transformasi ilmu dan
pengetahuan akan berjalan sesuai fungsinya apabila guru menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya secara profesional. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan dedikasi
dalam menjalankan profesinya. Guru sebagai sebuah profesi pada masa sekarang ini
terjadi penguatan dalam kedudukan sosial dan eksternal, bahkan terjadi penguatan
kedudukan dalam hal proteksi jabatan dan diperkuat oleh Undang-Undang danstatus
hukum. Oleh karena itu secara logis muncul pula harapan dan keinginan agar terjadi
penguatan serupa dalam posisi internal profesi guru, dimana peningkatan kualifikasi dan
kompetensi guru bisa menjamin mutu pendidikan.
Hal lain yang tak kalah penting untuk dikaji adalah pengakuan eksistensi
konselor. Meskipun secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong, tutor pamong belajar, widyaiswara, instruktur sebagaimana disebutkan dalam
pasal 1 ayat 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Juga
tercantum PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) dengan sebutan guru pembimbing.
Akan tetapi dari pasal-pasal tersebut, pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi
antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya itu, ternyata tidak dilanjutkan dengan
spesifikasi konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang cermat, karena yang diatur dalam
pasal-pasal berikutnya hanyalah konteks tugas dan ekspektasi kinerja dari mayoritas
pendidik yang menggunakan pembelajaran sebagai kontek layanan. Hal tersebut dapat
dicermati pada pasal 39 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi :
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Dengan spesifikasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yang hanya merujuk
kelompok pendidik yang menggunakan materi pembelajaran, maka konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
layanan yang merupakan sosok layanan ahli yang unik yang berbeda dari sosok layanan
ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalam setting pendidikan, tidak ditemukan
pengaturannya dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakan dari pemerintah pusat tentang
profesi bimbingan dan konseling. Ketidakjelasan semakin dirasakan justru pada saat kita
sedang berupaya mereformasi pendidikan kita. Contoh kasus terbaru, ketika digulirkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini sama sekali belum
memberikan kejelasan tentang bagaimana bimbingan dan konseling seharusnya
dilaksanakan. Dalam dokumen KTSP, kita hanya menemukan secuil informasi yang
membingungkan tentang bimbingan dan konseling yaitu berkaitan dengan kegiatan
Pengembangan Diri. Begitu juga, dalam kebijakan sertifikasi guru, banyak konselor dan
pengawas satuan pendidikan yang kebingungan untuk memahami tentang penilaian
perencanaan dan pelaksanaan konseling, karena format penilaian yang disediakan tidak
sepenuhnya cocok untuk digunakan dalam penilaian perencanaan dan pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Tentunya masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang
dirasakan di lapangan, baik yang bersifat konseptual-fundamental maupun teknis
operasionalnya.
Ketidakjelasan kebijakan tentang profesi bimbingan dan konseling pada tataran
pusat ini akhirnya mengimbas pula pada kebijakan pada tataran di bawahnya (messo dan
mikro), termasuk pada tataran operasional yang dilaksanakan oleh para konselor di
sekolah. Jadi, kalau ada pertanyaan mengapa Bimbingan dan Konseling di sekolah kurang
optimal, maka kita bisa melihat sumber permasalahannya, yang salah-satunya adalah
ketidakjelasan dalam kebijakan pemerintah terhadap profesi bimbingan dan konseling.
Jika ke depannya, bimbingan dan konseling masih tetap akan dipertahankan sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional, kiranya perlu ada komitmen dan good will dari
pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling, salah satunya dengan berupaya
melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadah yang
menaungi para konselor dan para pakar konseling untuk duduk bersama merumuskan
bagaimana sebaiknya kebijakan konseling untuk hari ini dan ke depannya.
3. Desentralisasi Pendidikan
Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalam Undang-Undang
Sisdiknas, diharapkan nantinya pengembangan pendidikan di tingkat lokal akan lebih
efektif jika dikembangkan oleh pemerintah daerah bersama kelompok masyarakat. Sebab
jenis kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing daerah, berbeda satu sama lain.
Itulah sebabnya pasal
berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Jika setiap
pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan
konsekuen, maka lambat laun kemelut-kemelut yang mengitari dunia pendidikan kita
selama ini dapat di atasi dan diantisipasi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan semua itu
memerukan dukungan dan kerja sama dari semua pihak, baik yang terlibat langsung
maupun tidak. Selain itu, otonomi juga berimplikasi pada pengembangan pendidikan
keagamaan di Indonesia. Otonomi pendidikan ini lebih ditekankan pada pembentukan
strategi dalam menghadapi tantangan modernitas. Munculnya otonomi daerah sekaligus
otonomi pendidikan memberikan kerja keras bagi pemerintah daerah dalam menentukan
arah pendidikan ke depan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal otonomi pendidikan adalah
mewujudkan organisasi pendidikan di seluruh kabupaten / kota yang lebih demokratis,
transparan, efisien, accountable, serta mendorong partisipasi masyarakat. Dalam konteks
otonomisasi pendidikan, pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
hendaknya sudah menjadikan pemerintah pada posisi sebagai fasilitator dan bukan
pengendali. Sehingga, pemetaan utama pembelajaran adalah guru sebagai pengajar dan
murid sebagai yang belajar. Murid atau peserta didik hendaknya diberi hak untuk
mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukan sesuai dengan
potensi dan prestasinya. Semangat desentralisasi pendidikan yang sementara ini dianggap
merupakan konsep yang baik dalam pengelolaan pendidikan perlu didukung dan dimaknai
secara benar. Pemerintah daerah sebagai pihak yang menerima pelimpahan wewenang
tidak hanya mengedepankan haknya tetapi juga yang lebih penting adalah melaksanakan
kewajiban yang melekat pada wewenang yang diberikan dengan kesungguhan hati.
Managemen berbasis sekolah sebagai bentuk pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat
sekolah juga harus selalu didorong untuk dapat terwujud.
Peranan Pancasila Dalam Pembangunan Pendidikan wajib belajar 9 tahun di
Negara Indonesia :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Berdasarkan filsafat pancasila bahwa pancasila sila ke-1 peranannya yaitu sebagai
basis kemanusiaan/penjelmaan dari sila ke-2, 3, 4, dan 5. Yang memiliki makna ketuhanan
yang berkemanusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan
Indonesia yang berkerakyatan dan berkeadailan. Peranan sila pertama dengan dunia
pendidikan sangat erat kaitannya. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan diajarkan
berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan),
kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama. Dalam pendidikan agama akan
dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai dengan agama yang
dianut oleh masing-masing siswa. Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia
terutama bagi warga yang sudah berkeluarga itu mengharuskan untuk menyekolahkan
anaknya. Karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi
masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini dengan alasan
tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu keseimbangan antara pendidikan
dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam kehidupan setiap manusia. Sehingga
dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat penting bagi suatu bangsa maka
pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Negara Indonesia adalah Negara berkembang sehingga harus belajar banyak
pengalaman dari Negara yang sudah maju seperti Amerika, Jepang, Rusia, Inggris dan
Negara lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara-negara tersebut memiliki
kemajuan teknologi yang sudah sangat canggih. Hal tersebut tak luput dari sumber daya
manusianya yang berkualitas. Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai
sarana dalam mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mengadakan program wajib belajar 9 tahun bagi warganya, yang
tentunya tujuan dari kegiatan ini yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga dapat mengankat derajat bangsa Indonesia menjadi lebih tinggi.
Peran dari bidang pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
serta menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik. Karena seperti yang kita ketahui
bahwa soft skill saat ini sangat diutamakan dalam dunia pekerjaan. Tentunya soft skill
adalah tolak ukur utama yang mendukung akademis kita. Ilmu yang kita dapat dalam
pendidikan (wajar 9 tahun) sangat bermanfaat dalam kehidupan kita di masa yang akan
datang. Tentunya jika kita lulus dengan akademis yang bagus maka kita akan terpakai oleh
perusahaan. Namun sekarang ini indikasi yang dinilai oleh setiap perusahaan adalah soft
skill kita selanjutnya baru akademis. Dapat dianalogikan bahwa jika kita rajin maka
kesuksesaan mudah untuk diraih dan sebaliknya jika kita malas maka kesuksesaan akan
lebih susah untuk diraih. Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena
memberikan peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain ataupun
Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita
bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih awam dan untuk
Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara kita di dunia
internasional.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan dan
pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia
yang mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan nasional harus
dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar
masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar,
yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta menggunakan bahasa
Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperanserta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban pokoknya
sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan diri
sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini
harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)
yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran". Warga
negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam perjalanan
hidupnya, meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus-menerus
belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang diperolehnya untuk kepentingan masyarakat.
Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena
mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung
makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan
sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu program wajub
belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.
Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana melaksanakan
kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia itu
dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus
dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan
memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
membiayainya .
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
.
4.
5.
Daerah .
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun ini,
semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan salah satu
tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
pendidikan secara layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.
sangat sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meskipun demikian yang sering
menjadi persoalan adalah bagaimana mengamalkan dan mengimplementasikan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan dan implementasi ketiga fungsi
Pancasila tersebut menjadi lebih penting dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Pengamalan dan implementasi Pancasila membutuhkan kajian yang lebih kritis,
mendalam dan rasional. Hal ini disebabkan Pancasila masih bersifat abstrak dan tematis
(Driyarkara).
Pancasila sebagai dasar mempunyai arti bahwa Pancasila dijadikan sebagai
pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan Negara. Fungsi ini telah
diimplementasikan dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi sumber tertib hukum di
Indonesia. Dalam struktur hukum di Indonesia, UUD 1945 menjadi hukum tertulis
tertinggi, yang menaungi peraturan perundang-undangan dibawahnya, seperti undangundang. Fungsi Pancasila dalam dalam tata hukum di Indonesia menjadi sumber dari
segala sumber tertib hukum. Nilai-nilai Pancasila harus menjiwai dalam setiap peraturan
perundang-undangan di Indonesia, atau dengan kata lain peraturan perundang-undangan
di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi pedoman bagi setiap
perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara dan bangsa Indonesia harus
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai kepribadian dan
jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perilaku yang
nampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak inilah
yang dimaksud karakter. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang
memungkinkan dan mempermudah tindakan moral (Jack Corley dan Thomas Philip.
2000). Atau dengan kata lain karakter adalah kualitas moral seseorang. Oleh karena itu,
karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa.
Implementasi fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan menentukan
keberhasilan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara. Jika setiap warga negara telah
melaksanakan Pancasila sebagai pandangan hidup (mempunyai karakter/moral Pancasila),
ketika yang bersangkutan diberi amanah menjadi penyelenggara Negara tentu akan
menjadi penyelenggara Negara yang baik, paling tidak akan berusaha untuk menghindari
tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma hukum maupun norma moral.
Pancasila memiliki peranan yang tidak begitu sesederhana pengertiaannya.
Pancasila sangat luas peranannya, sehingga coba kita ikhtisarkan sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
4.
5.
6.
7.
8.
bahwa bangsa Indonesia mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dengan negara lain.
Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis dan dinamis. Jiwa ini keluar dalam wujud
sikap mental, tingkah laku, dan amal/perbuatan bangsa Indonesia. Namun kenyataan itu
berbalik 1800, yang terlihat bangsa ini sedang mengalami krisis identitas. Sikap ikutikutan atau penjiplakan menjadi kebiasaan yang tak terelakan lagi. Di era reformasi
Pancasila tenggelam, baik dalam tataran pelaksanaan maupun pembicaraan di kedai-kedai
kopi pinggir jalan. Para pemimpin tidak bangga membawa/membicarakan Pancasila.
Bahkan, membawa/membicarakan Pancasila dianggap menjadi beban psikologis dalam
pentas reformasi yang hingga kini belum menunjukkan perubahan jelas seperti yang
diinginkan masyarakat. Maka, lahirlah istilah-istilah orde baru, orde reformasi, dan
sebagainya, di masyarakat. Bagi sebagian pemimpin, masyarakat yang membicarakan
Pancasila takut dijuluki pengikut/penerus orde baru.
Guna mewujudkan identitas yang khas, masyarakat Indonesia hendaknya
berupaya sungguh-sungguh dalam mengarahkan akal pikiran dan kecenderungan dengan
satu arah yang dibangun di atas satu azas, yaitu Pancasila. Azas tunggal yang digunakan
dalam pembentukan identitas merupakan hal yang penting diperhatikan. Kelalaian dalam
hal ini akan menghasilkan identitas yang tidak jelas warnanya. Mengembangkan identitas
ini bisa dilakukan dengan cara membakar semangat masyarakat untuk serius dan sungguhsungguh dalam mengisi pemikirannya dengan nilai-nilai Pancasila, serta mengamalkannya
dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam kehidupan di
Indonesia Pancasila juga berperan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Apalagi
untuk sekarang ini ilmu dan teknologi di Indonesia sudah sangat maju. Kepemilikan iptek
untuk memudahkan kehidupan manusia dan mengangkat derajat manusia, oleh karena itu
kepemilikan tersebut harus diiringi dengan cara mengunakan yang tepat. Dalam kondisi
ini maka diperlukan suatu platform yang mampu dijadikan sebagai ruhnya bagi
perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa Indonesia,dalam seluruh dimensi hidupnya,
termasuk dibidang iptek,tergantung pada kuat tidaknya memegang ruh bangsanya,yaitu
Pancasila. Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu,
sebagai berikut:
b.
dihindari
kerusakan
yang
mengancam
kemanusiaan.
c.Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan
hidupnya.
d.
Harus dihindari adanya monopoli perkembangan iptek.
e.Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuan dan agamawan,yaitu bahwa
iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahamisunnatullah,dan ilmu
menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.
F. Dampak Menerapkan Pendidikan Pancasila
Pendidikan sangat penting bagi kelangsungan masa depan tiap manusia,
pendidikan yang baikakan mencetak generasi bangsa yang baik pula. Pendidikan layaknya
agen, dimana agen tersebut siap membentuk karakter siswa dan memberikan pengetahuan
sesuai minat dan bakat siswa. Tiap Negara menerapkan system pendidikan yang berbedabeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan dari pemerintah masing-masing.
Seperti Negara Indonesia, yang menerakan system pendidikan berlandaskan pancasila,
dari landasan yuridis dimana mengatur mengenai pentingnya sebuah pendidikan, dan
memberikan kejelasan mengenai pendidikan di mata hukum.
Tiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Apabila Negara kita
selalu bertindak sesua idengan landasan yang telah dipegang secara turun temurun sesuai
dengan kepribadian bangsa, maka dapat dipastikan jalannya pendidikanakan dapat
terkendali, terbentuk pula generasi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa, serta tiada lagi
system pendidikan dimana hanya berat sebelah dimata para siswa. Bila tiap guru, dosen,
murid, bahkan petinggi Negara selalu mendasarkan pengambilan keputusan dan sikap
berdasar pancasila. Maka hukum ada untuk mengatur tanpa menghukum mereka, sebab
para rakyat telah pahamdan mematuhi hukum yang ada.
BAB IV
A. KESIMPULAN
Pelaksanaan atau penerapan dari peraturan perundangan mengenai pendidikan di
negara kita belum berjalan seturut dengan 5 sila dasar pancasila. Maksudnya adalah banyak
dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang masih belum 100% terpenuhi atau
terjalankan. Pendidikan di Indonesia masih terbilang minim. Banyak calon generasi penerus
bangsa yang bahkan sampai sekarang belum bisa merasakan bangku pendidikan. Peraturan
perundangan di Indonesia mengenai pendidikan juga masih belum berjalan lurus. Banyak
penyimpangan di dunia pendidikan akibat peraturan perundangan yang disalah-gunakan oleh
lembaga-lembaga tinggi di Indonesia. Akibatnya tentu berdampak pada calon generasi
penerus bangsa yang mengunyah bangku pendidikan di Indonesia.
B. SARAN
Supaya yuridis pendidikan di Indonesia seturut dengan 5 sila pancasila, maka harus
ada keseimbangan antara masyarakat dan pemerintah yang membuat peraturan perundangan
mengenai pendidikan. Dalam hal ini berarti masyarakat harus pandai menuntut haknya
secara benar di hadapan pemerintah tanpa harus melakukan orasi liar yang merugikan
banyak pihak. Begitu pula dengan pemerintah, pemerintah harus bisa meminimalisasi
konsekuen dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang telah dibuat. Bukan
hanya semata-mata karena kepentingan pribadi, namun peraturan perundangan yang dibuat
pemerintah tentu harus berdampak baik bagi masyarakat Indonesia. Supaya yuridis
pendidikan di Indonesia berjalan sesuai UUD 1945 dan Pancasila.
BAB V
PENUTUP
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses menemukan identitas seseorang. Proses
pendidikan adalah proses yang berjalan dalam suasana kedamaian dalam kehidupan manusia
tanpa kekerasan. seperti yang dimaksudkan oleh Paulo freire, proses pendidikan secara hirarki
diharapkan untuk mencapai koentisasi humanisasi, yakni pembebasan dalam memanusiakan
manusia, atau pendidikan seutuhnya.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu dan martabat manusia Indonesia dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menurut pasal 4 menyatakan tentang tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
bangsa. Dalam rangka pelaksaan pembangunan nasional, sebagai pengalaman Pancasila di
bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan : pertama, pembentukkan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu bermandiri; kedua,
pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang
terwujud dalam ketahanan nasional yang teguh mengandung makna terwujudnya kemampuan
bangsa menangkal setiap ajaran, paham, dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Sebagaimana bisa kita pahami bahwa pendidikan di manapun dan kapanpun merupakan
upaya khas manusia, sehingga pendidikan itu pada prinsipnya dilaksanakan dari, oleh dan untuk
manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya basis pendidikan seharusnya
diorientasikan kepada harkat dan martabat manusia yang bersifat komprehensif dan universal.
Kalau semua penyelenggara negara ( legislatif dan eksekutif ) memahami konsep ini secara lebih
mendalam maka produk produk hukum yang berkaitan dengan pendidikan akan tercipta secara
baik dan sesuai dengan sasaran dan pengelola pendidikan. Di sisi lain pemerintah ( eksekutif )
sebagai pelaksana dan penegak hukum yang diciptakan oleh legislatif akan melaksanakan dan
menerapkannya secara konsekwen tanpa ada penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas. 2008, Penataan Pendidikan Profesional Konselor
dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : BK UPI.
Made Pidarta. 2004, Managemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta
Made Pidarta. 2007, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Bercorak Indonesia,
Jakarta : Rineka Cipta
Muhammad Ali. 2007, Guru Dalam Proses BelajarMengajar, Jakarta : Rineka Cipta
Nana Syaodih S. 2009, LandasanPsikologi Proses Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
Prayitno, 2009, DasarTeoridanPraksisPendidikan, Jakarta :KompasGramedia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/peranan-pancasila/ (30/12/2010 20:40)
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=5&vnomor=14 (28/09/2010 17:38)
Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)
Ineus, 2012, Pengertian Landasan, Bandung ; Blogger Buzz.