Oleh: Taufiquddin
STUDI PET DAN SPECT SEBAGAI PENGEMBANGAN OBAT UNTUK
PENYAKIT NEURODEGENERATIVE
Pendahuluan
Pada saat foton berinteraksi dengan materi, maka akan terjadi tiga interaksi
yaitu produksi pasangan, hamburan Compton dan efek fotolistrik. Semakin
pendek panjang gelombang foton, kekuatan menembusnya ke dalam materi
semakin besar. Pada tulisan ini mencoba mengangkat interaksi foton dan materi
yang diaplikasikan dalam dunia medis. Yaitu berkaitan dengan temuan terbaru
dari studi PET dan SPECT menggunakan metode yang baru dan mendiskusikan
perannya dalam bidang pengembangan obat untuk penyakit neurodegenerative.
Positron emission tomografi (PET) dan single photon emission computed
tomography (SPECT) merupakan teknik pencitraan yang memungkinkan
pelacakan non-invasif terhadap proses patofisiologi otak yang mendasari berbagai
gangguan neurologis dan psikiatris. Teknik ini juga telah berhasil digunakan
dalam berbagai aspek untuk pengembangan obat, termasuk pemahaman tentang
mekanisme kerja dari agen farmakologis dalam sistem saraf pusat (SNC), resimen
dosis serta ambang respon klinis dan munculnya efek samping. Baru-baru ini,
kemajuan teknologi telah memungkinkan penggunaan PET dan SPECT untuk
menyelidiki sejumlah protein intra maupun ekstra-seluler lainnya yang dapat
menampilkan gangguan fungsi atau ekspresi penyakit otak.
Kemajuan tersebut telah memindahkan penggunaan neurologis dan
psikiatris dari PET dan SPECT dari peran pencitraan neurokimia yang ketat untuk
profil semakin fleksibel dan aplikasi yang menyeluruh, memberikan pengetahuan
tentang mekanisme otak molekuler yang mungkin jauh lebih dekat dengan esensi
gangguan patofisiologi neurologis dan psikiatris dari perubahan neurotransmitter
yang dangkal.
Salah satu aplikasi yang paling menjanjikan dari PET dan SPECT yaitu
untuk penyelidikan aspek patofisiologi dari gangguan neurodegenerative (NDs).
Hal ini sangat relevan mengingat prevalensi yang besar dari NDs seperti penyakit
Alzheimer (AD) dan penyakit Parkinson (PD) dalam kehidupan lansia, serta fakta
bahwa pengetahuan yang lebih tentang patofisiologi dari gangguan ini dapat
membantu dalam pengembangan pengobatan farmakologis baru yang mampu
mengganggu molekul substrat patologis mereka. Berbagai isu tersebut menjadi
pertimbangan, sehingga tulisan ini akan fokus pada sudut pandang untuk
pengembangan PET dan SPECT baru untuk memungkinkan pemetaan mekanisme
intraseluler dan ekstraseluler relevansi khusus untuk AD, PD dan NDS lainnya.
Prinsip dasar pencitraan Molekul otak dengan PET dan SPECT
Untuk memungkinkan visualisasi yang efisien, karakterisasi dan
pengukuran kuantitatif dari proses biologis yang relevan di otak, teknik PET dan
SPECT menuntut pada pengembangan probe yang cocok yang dapat diberi label
dengan positron yang memancarkan isotop (dalam kasus PET) atau foton yang
memancarkan isotop (dalam kasus SPECT). Hal ini penting, karena resolusi
spasial mereka yang terbatas, sehingga penggunaan computed tomography (CT)
atau magnetic resonance imaging (MRI) sering diperlukan. Teknik fungsional dan
struktural dapat dengan mudah menyatu dengan menggunakan software khusus,
dengan menciptakan gambar parametrik. Namun, pengembangan sistem hybrid
dimana teknik fungsional sepenuhnya terintegrasi dengan metode struktural crosssectional juga membantu untuk melemahkan kurangnya resolusi anatomi PET dan
SPECT.
Pencitraan parametrik memberikan informasi baik
atau technetium-99m (99mTc). Isotop ini memiliki waktu paruh lebih banyak
daripada yang digunakan dalam pencitraan PET.
Setelah melintasi penghalang darah-otak (BBB) setelah injeksi intravena,
senyawa radiolabeled menumpuk di bagian-bagian tertentu dari otak, tergantung
pada proses biologi yang dilacak. Baik PET maupun SPECT dilengkapi dengan
detektor radiasi yang berbeda yang ditempatkan di proximaty dekat dengan kepala
setelah injeksi radioligand, dan data yang dikumpulkan oleh detektor tersebut
diubah untuk menghasilkan peta tiga-dimensi tomografi yang menunjukan
distribusi regional radioaktivitas yang dipancarkan oleh otak. Agar cocok untuk
pencitraan otak dengan PET atau SPECT, senyawa radiofarmaka (yang juga
disebut radiotracer) harus mampu berikatan secara khusus untuk target (potensi
ikatan obat), jika tidak maka akurasi informasi pencitraan yang diperoleh bisa
terganggu. Potensi ikatan (BP) merupakan suatu ukuran penting dalam
penggunaan PET untuk mengukur kepadatan reseptor "yang tersedia", misalnya
untuk menilai kapasitas hunian dengan obat-obatan atau untuk mengkarakterisasi
kelainan
dalam
distribusi
reseptor
dalam
hubungan
dengan
gangguan
Daftar Pustaka