Anda di halaman 1dari 9

HUKUM

A. Indikator Pencapaian Substansi Kajian


1. Mahasiswa mampu menjelaskan makna hukum dalam kehidupan.
2. Mahasiswa mampu menguraikan beberapa hal agar sadar dan taat
akan hukum yang berlaku.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan makna hukum sesuai dengan
ajaran Kristen.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi agama dalam pelaksanaan
hukum.
B. Daftar Istilah Kunci
Perkataan Hukum adalah merupakan terjemahan dari kata tora
(bahasa Ibrani) yang kita kenal sebagai taurat atau torat yang
diterjemahkan dalam kitab mazmur terjemahan baru dengan undangundang

secara

menunjukkan.

harafiahnya,

Kata

no-mos

kata

tora

(Yunani)

berarti

diterjemahkan

mengajar,

dengan

kata

pemakaian, kebiasaan hukum. Dalam arti yang lebih luas, istilah


tersebut dapat memiliki pengertian yang sama seperti dalam PL
(Band.Yoh 10:34;Roma 3:19-20;1 Kor 14:21). Namun biasanya hal tersebut
tetap mengacu pada kelima kitab pertama alkitab yang dihubungkan
dengan Musa sebagai penulisnya.
C. Uraian Substansi Kajian
1. Pendahuluan
Negara kita adalah Negara Hukum, bukan Negara Agama atau Negara
Sekuler. Hukumlah yang mengatur segala segi kehidupan manusia,
hubungan antara manusia dengan sesamamya, dengan alam dan juga
dengan Tuhan.
Hukum berguna untuk menegakkan keadilan demi kesejahteraan hidup
manusia. walaupun demikian hukum perlu dirumuskan secara jelas
supaya didalam pelaksanaannya tidak timbul berbagi pemahaman yang
berbeda-beda yang justru merugikan manusia sebagai pelaksana hukum
itu sendiri. Oleh sebab itu hukum harus dikritisi dan dijunjung tinggi dalam
semua lapisan kehidupan manusia, dan hukum itu sendiri harus sesuai

dengan kehendak Allah karena Allahlah yang menjadi sumber dari pada
hukum itu sendiri. Melaksanakan hukum dalam kehidupan dengan tetap
mengacu kepada kehendak Allah maka hukum akan menjadi sumber
kesejahteraan bagi kehidupan bersama dan juga sebaliknya.
2. Pengertian Dan Makna Secara Hukum
Pengertian hukum dapat kita temukan dengan membuat perbandingan
antara sistem-sistem hukum yang beraneka ragam mulai dari zaman
dahulu dan zaman sekarang. Untuk dapat menemukan pengertian hukum
secara benar maka harus melalui sistem-sistem hukum yng berbeda
tersebut. Hukum mempunyai ciri-ciri yang bersifat khusus yaitu :
a. Hukum Adalah Aturan Perbuatan-perbuatan Manusia
Pada zaman para filsuf Yunani kuno, manusia sudah melihat hubungan
antara tertib masyarakat dengan tertib alam. Alam ini dianggap suci dan
sakral. Tertib alam ini tercermin dalam tertib masyarakat. Menurut Plato,
undang-undang yang tertulis harus dibuat supaya ada yang memerintah
antara warga negara dan untuk membuat mereka menjadi penduduk yang
baik dan saleh, sehingga dengan cara yang demikian ketertiban akan
terjamin.
Kemudian

pada

abad

pertengahan

Thomas

Aquino

mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu dianggap


sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun motifnya berubah. Alam
tidak dianggap lagi suci atau sakral, tetapi dipandang sebagai ciptaan
Tuhan. Dengan mematuhi ketertiban alam maka orang akan tunduk
kepada kehendak illahi. Dengan demikian manusia melakukan kebajikan
keadilan. Kalau manusia melanggar kehendak Illahi maka ia mendapat
hukuman karena keadilan Tuhan.
Pada zaman modern lahirlah visi baru yang mengakui posisi dan
martabatnya

sebagai

pribadi,

sebagai

yang

mempertahankan

dan

menegakkan hukum. Alam tidak lagi dipandang sebagai norma utama

dalam membentuk peraturan-peraturan. Golongan rasionalis berpendirian


bahwa budi manusia itu sendirilah yang merupakan norma utama.
Kemudian

dalam

abad

XIX

pendapat

tersebut

dilepas

sebagai

konsekuensi dari kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan. Hukum dipandang


dalam keterkaitannya dengan sejarah. Hukum ditentukan oleh sejarah.
Perkembangan manusia disertai dengan perkembangan kebudayaan dan
pada tingkatan-tingkatan kebudayaan tersebut terbentuklah hukum.
Oleh karena itu tidak diberikan kepada kita, melainkan diserahkan
untuk dikerjakan kepada kita. Sistem hukum itu terdapat di suatu tempat
dalam keadaan sudaj selesai di hadapan kita, sehingga kita tinggal
menemukannya. Yang kita temukan dalam keadaan selesai adalah hanya
undang-undang, ditangkap dalam perwujudannya secara lahir dalam
naskahnya.
b. Hukum Itu Bukan Hanya Dalam Keputusannya, Melainkan
Juga Dalam Realisasinya
Hukum itu bukan hanya dalam keputusan dalam peraturan-peraturan
yang dirumuskan. Hukum akan sungguh-sungguh merupakan hukum
apabila apa yang benar-benar oleh kita sebagai anggota masyarakat
dikehendaki kemudian diterima, apabila anggota masyarakat dapat
beul-betul berpikir seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang,
dan teruma juga hal itu telah benar-benar menjadi sebuah realitas hidup
dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, bahwa hukum yang berlaku bagi suatu
negara mencerminkan perpaduan antara sikap dan pendapat pimpinan
dalam sebuah pemerintahan negara, dan keinginan masyarakat luas
mengenai

hukum

tersebut,

bagaimana

caranya

masyarakat

luas

memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip negara berdasar atas


hukum, tidak dapat dilepaskan dari tingkat pengetahuannya mengenai
hukum atau pendidikan hukumnya.
c. Hukum Itu Mewajibkan

Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul telah menjadi


hukum

karena

kewajiban

instansi

yang

kompeten.

Hans

Kelsen

berpendapat bahwa kewajiban yuridis merupakan sebuah kategori, yang


lepas dari realitas sosial. Hukum positif mengandaikan kemungkinan
paksaan, hukum bertitik tolak dari ide bahwa ada orang-orang yang tidak
taat terhadap perintah yang diberikan kepada mereka secara sah. Hal itu
mengandung makna bahwa hukum itu dilakukan dengan pertolongan
paksaan yaitu paksaan yang diatur dalam Negara untuk dilakukan dalam
kehidupan.
Hans Kelsen menolak setiap hubungan : antara apa adanya dan apa
yang seharusnya (antara das Sein dan Sollen) dan tidak ada jembatan
yang menghubungkan yang satu dengan yang lain. Hukum positif hanya
mengenal suatu yang seharusnya dan bersifat relatif.
Sesuatu

itu

hanya

menurut

hukum

diwajibkan,

karena

hukum

mengatakannya, dan hukum itu hanya mengikat karena dibentuk dengan


cara yang ditunjuk oleh undang-undang dasar dan undang-undang dasar
itu mengikat, karena telah ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan
undang-undang dasar. Kemudian seorang tokoh Mazhab Skandinavia
Realisme

menolak

pendapat

tersebut

dengan

mengatakan,

bahwa

kewajiban yuridis adalah merupakan sebuah unsur realitas sosial dalam


kehidupan manusia. Prinsip-prinsip abstrak kesejahteraan umum harus
dituangkan dan dikonkritkan dalam suatu keseluruhan norma-norma yang
membentuk suatu tatanan hukum sesuai dengan kebudayaan, latar
belakang historis, cita-cita bangsa menurut ideologinya. Oleh sebab itu
sangat

diperlukan

orang-orang

yang

berkompeten

untuk

dapat

merumuskan hukum dengan baik dan benar. Apabila hukum telah


terbentuk sesuai dengan undang-undang dasar maka setiap warga
Negara berkewajiban untuk menaatinya agar tercapai kebaikan bersama
(bonunt commune) dan pemerintah adalah menjadi orang yang paling
bertanggung-jawab dalam mengawasinya.
Berdasarkan

pada

uraian-uraian

tersebut

di

atas,

maka

dapat

dikatakan bahwa hukum adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban

manusia. setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban secara azasi.


Manusia yang hidup menurut hukum adalah manusia yang menyadari apa
yang menjadi hak dan kewajiban di dalam kehidupannya. Taat akan
hukum adalah merupakan bagian dari adanya kesadaran terhadap realitas
kehidupan, karena hukum bertujuan untuk :
1. Melindungi seluruh manusia dari segala macam kepentingan yang
telah dirumuskan dalam bentuk kaidah dan norma yang berlaku.
2. Memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan umum akan
tercapai apabila hukum telah terlaksana dengan baik dan benar.
3. Mercerdaskan kehidupan bangsa. Kepatuhan terhadap hukum akan
melahirkan

peluang

bagi

setiap

orang

kesempatan mencerdaskan kehidupan.


4. Menertibkan kehidupan. Kebebasan

tanpa

untuk

memperoleh

ketertiban

maka

kehidupan akan menjadi kacau.


d. Hukum Dalam Pandangan Kristen
Dalam

PL

(Perjanjian

Lama)

kata

Hukum

adalah

merupakan

terjemahan dari kata tora (bhs Ibrani) yang kita kenal sebagai taurat
atau torat yang diterjemahkan dalam kitab mazmur terjemahan baru
dengan undang-undang secara harafiahnya, kata tora berarti :
mengajar, menunjukkan. Apabila bangsa Israel berhadapan dengan suatu
putusan yang penting, maka dimintalah tora dengan perantaraan
seorangnabi atau iman. Tora dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk Ilahi
atau keputusan Ilahi (1 Samuel 23:29). Dan juga dapat diartikan sebagai
seluruh petunjuk dan keputusan yang diberikan oleh Tuhan kepada
umatNya bangsa Israel. Untuk selanjutnya kata tora dipakai untuk
menyebutkan

segenap

Pentateukh.

Tora

dipandang

sebagai

suatu

anugerah kasih setia Tuhan, sebagai tanda bukti bahwa Ia memelihara


umat-Nya.
Dalam PB (Perjanjian Baru). (Yunani) diterjemahkan dengan kata
pemakaian, kebiasaan hukum. Dalam arti yang lebih luas, istilah
tersebut dapat memiliki pengertian yang seperti dalam PL. (Band. Yoh
10:34;Roma 3:19-20;1 Kor 14:21). Namun biasanya hal tersebut tetap

mengacu pada kelima kita pertama alkitab yang dihubungkan dengan


Musa sebagai penulisnya.
Dalam arti yang harafiah, hukum memiliki arti yang sama dengan
Wahyu yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel untuk mengatur
tingkah lakunya. Oleh sebab itu Hukum tidak bisa dipisahkan dengan
kehendak Allah karena hanya Tuhan Allahlah yang memberi nilai yang
penuh melalui Firman-Nya yang ajaib.
1. Sikap Yesus Terhadap Hukum
Yesus menolak untuk tunduk kepada segala macam peraturan kecuali
hal itu telah sesuai dengan Firman itu sendiri. Dan hal itulah yang
menjadi pokok pertikaian-Nya dengan para ahli taurat. Matius dengan
sangat jelas mencatat hal tersebut, dia menulis bahwa ada enam kali
ucapan Yesus yang mengutip ajaran nenek moyang kita dan
melanjutkannya dengan ucapanNya sendiri yang penuh wibawa,
tetapi

sekarang

Aku

berkata

kepadamu

.....

(Matius

5:21-48).

Walaupun dalam banyak hal Yesus mengutip nats PL atau yang serupa
dengannya.

Dia

tidak

bertujuan

menyampingkan

hukum-hukum

Perjanjian Lama (PL) itu. Yesus menegaskan bahwa larangan PL jangan


hanya

diartikan

secara

harafiah

saja,

melainkan

jiwa

yang

mendasarinya harus diperhatikan. Pendekatan yang terlalu harafiah


terhadap isi PL dapat dijadikan alasan untuk menghindari tuntutan
yang sebenarnya dari Allah yang memberikan hukum itu.
Tuhan Yesus mengajak kita untuk dapat memahami hukum-hukum itu,
yakni apa sebenarnya kehendak Allah bagi umatNya. Kadang-kadang
arti harafiah suatu hukum hampir dikesampingkan dan selalu arti
harafiah itu tidak diterima begitu saja, tetapi dikembangkan dan
diterapkan. Satu-satunya perhatian Yesus adalah menafsirkan PL
dengan sebenarny sebagai pedoman untuk mengenal kehendak Allah
bukan untuk menguatkan suatu sistem perbuatan manusia. hal itu
dilakukan

Yesus

adalah

dalam

kaitan

dengan

kebutuhan

dan

keprihatinan yang sesungguhnya terhadap sikap dan perilaku manusia.

Keprihatinan-Nya terhadap manusia adalah dengan menyimpulkan


seluruh isi hukum yang ada dalam dua hukum yaitu : mengasihi Allah
dengan segenap hati dan dengan segenap akal budi dan mengasihi
sesama manusia sama seperti diri sendiri. (Matius 22:37-40;(Markus
12:28-34). Bagi Yesus kasih adalah menjadi pedoman untuk berbuat
terutama dalam hal pelaksanaan hukum. Dalam menegakkan tujuan
hukum maka keadilan bagi semua orang harus diutamakan. Dalam
Matius 23, Tuhan Yesus dengan sangat tegas mengecam para pelaku
hukum yang tidak benar.
2. Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap Hukum
Dalam konteks kristiani, kedudukan hukum menjadi salah satu hal yang
sangat positif. Oleh sebab itu ajaran Kristen mengharuskan setiap
orang untuk :
a. Menjadi teladan dalam mematuhi hukum.
Sebelum orang Kristen menganjurkan orang lain untuk mematuhi
Hukum maka mereka harus terlebih dahulu menjadi pelaku/pelaksana
dari hukum tersebut. Sesuai dengan Roma 13, Yesus berkata
Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah. Kepatuhan terhadap apa yang telah dibuat Kaisar (Raja)
sebagai pemimpin dalam pemerintahan adalah salah satu wujud nyata
dari kepatuhan terhadap hukum.
b. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum.
Sebagai warga Negara yang hidup di Negara Hukum, maka orang
Kristen harus juga turut memberikan dukungan yang positif terhadap
kinerja pemerintahan. Orang Kristen harus tampil menjadi sosok yang
memberikan

dorongan

terhadap

pemerintah

agar

melaksanakan

hukum yang ada dengan baik dan benar. Dan sebaliknya orang Kristen
harus berani menentang segala kebijakan-kebijakan yang dibuat
pemerintah bila kebijakan tersebut bertentangan dengan norma-norma

hukum

yang

berlaku

seperti

Korupsi,

Kolusi

dan

Nepotisme,

Penganiayaan, Penjajahan dan tindakan-tindak yang tidak terpuji


lainnya. Firman Tuhan melalui nabi Habakuk berkata : Celakalah orang
yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya
(Habakuk 2:6+9).
c. Menjauhkan perilaku yang melecehakan aparat hukum.
Perilaku-perilaku yang menunjukkan pelecehan terhadap aparat hukum
adalah seperti melanggar peraturan lalu-lintas, penyelundupan, Judi, dll
adalah merupakan bagian dari pelecehan terhadap aparat hukum.
Hukum yang ada bukan untuk kepentingan aparat hukum tersebut,
tetapi untuk kepentinganelaku hukum itu sendiri yaitu masyarakat.
Oleh karena aparat hukum hanya sebagai pengawas yang bertujuan
agar tercipta kesejahteraan bersama. Rasul Paulus berkata Tunduklah,
karena Allah, kepada semua lembaga penguasa, baik kepada Raja
sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi maupun kepada wali-wali
yang diutusnya untuk menghakimi orang-orang yang berbuat jahat
dan menghormati orang-orang yang berbuat baik (I Petrus 2:13-14).
Selanjutnya Paulus juga memberi nasehat, sesuai dengan Roma 13:7:
Berilah rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut
dan berilah rasa hormat kepada orang yang berhak menerima rasa
hormat. Menghargai aparat hukum adalah merupakan bagian dari
kepatuhan terhadap hukum tersebut.
d. Mampu memberi suara Nabiah.
Yang dimaksud dengan suara Nabiah adalah : suara yang bersifat
nasehat, kritikan, tegoran terhadap praktek-praktek pelanggaran
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Orang Kristen
harus tampil menjadi sosok yang tegas, berwibawa terutama dalam hal
pelaksaan hukum. Tuhan Yesus mengatakan : Katakan ya bila ternya
ya dan tidak bila ternyata tidak. Apa yang lain dari hal tersebut
adalah berasal dari si Iblis. (Matius 5:37). Selanjutnya Rasul Paulus
memberi nasehat Beritakanlah Firman, nyatakanlah apa yang salah,

tegor dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (II


Timoteus 4:2).
Memberikan kritik, tegoran dan juga sebaliknya manusia dikritik dan
menerima teguran yang berhubungan dengan praktek hukum tersebut.
Karena sesungguhnya hukum bertujuan untuk kepentingan bersama
bukan untuk kepentingan yang bersifat individual atau kelompok.

Anda mungkin juga menyukai