Anda di halaman 1dari 9

H.

60
Amenorea adalh dengan mengangkat tumor tersebut.
Amenorea akibat kelainan pada tingkat ovarium
Tumor ovarium
Amenorae yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium yang tidak
memproduksi hormon. Tumor ovarium yang tidak menghasilkan hormon akan
merusak seluruh jaringan ovarium. Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium
adalah androgen dan estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi
gonadotropin, sehingga menyebabkan amenorea, hirusutismus, hipertrofi klitoris,
perubahan suara, akne dan seborea. Tumor yang memproduksi estrogen jarang
menyebabkan amenorea, namun sering terjadi perdarahan yang memanjang akibat
terjadinya hyperplasia endometrium.

Tabel 1. Tumor ovarium yang menghasilkan androgen, atau estrogen


Jenis Tumor

Jenis Hormon

Keganasan

Bilateral

androgen

Usia
maksimum
(tahun)
20-40

Arhenoblastom
a
Granulosa sel
tumor
Lipid sel tumor
Tumor sel hilus
Tumor sisa sel
adrenal
Disgerminoma
Gonadoblasto
ma
Granulosa sel
tumor

100%

Jarang

androgen

30-70

100%

10-15%

androgen
androgen
androgen

25-35
40
11-40

Jarang
Jarang
Jarang

Jarang
Jarang
Jarang

androgen
androgen

3-40
10-30

100%
100%

15%
35-40%

estrogen

25

Menopause prekok/ premature ovarian failure (POF)


Wanita dikatakan menopause prekok bila mengalami menopause sebelum
mencapai usia 40 tahun. Kelainan ini terjadi akibat adanya kelainan pada folikel
primordial di kedua ovarium. Kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan bawaan
maupun kelainan yang didapat. Kelainan yang didapat berupa infeksi, penyinaran,
pemberian sitostatika, gangguan aliran darah pada ovarium (komplikasi tubektomi),

atau pengangkatan kedua ovarium karena alasan-alasan tertentu (tumor ovarium).


Kelainan imunologik juga dapat menyebabkan kelainan pada ovarium. Dewasa ini
mulai banyak dibicarakan kerusakan pada ovarium maupun gangguan pada
hipotalamus-hipofisis akibat penggunaan obat-obat penurun berat badan, ataupun
obat-obat tradisional yang belum jelas kandungan maupun manfaatnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian kemoterapi
pada wanita usia reproduksi dapat menyebabkan kerusakan pada ovarium yang
irreversible berupa premature ovarian failure (POF). Bila kemoterapi diberikan pada
wanita usia 20-30 tahun, POF terjadi sebanyak 50%, usia >30 tahun POF terjadi
hampir 100%, sedangkan bila diberikan pada usia < 20 tahun, POF terjadi sebanyak
13%. Oleh karena itu, sebelum diberikan kemoterapi, pasien diberikan obat-obat
yang dapat menekan folikel tidak tumbuh, yaitu berada pada stadium preantral.
Folikel-folikel yang berada pada stadium preantral lebih resisten terhadap
kemoterapi, seperti siklofospamid dan klorambucil. Salah satu obat yang sangat
efektif menekan pertumbuhan folikel adalah analog GnRH. Analog GnRH dapat
diberikan sebelum pemberian kemoterapi, atau dapat diberikan bersamaan dengan
kemoterapi. Lama pemberian analog GnRH adalah 6 bulan. Setelah selesai
pemberian kemoterapi, biasanya folikel-folikel akan tumbuh kembali, dan wanita
tersebut mendapatkan haid normal kembali.

Diagnosis
Menurunnya produksi estrogen oleh ovarium menyebabkan hilangnya mekanisme
umpan balik ke hipotalamus, sehingga terjadi peningkatan sekresi LH dan FSH.
Estrogen sangat rendah (< 30 pg/ml), LH naik 5-10 kali lipat, sedangkan FSH
meningkat 10-20 kali lipat. Kadar hormon prolaktin pada umumnya normal. Pada
wanita yang dari anamnesis ditemukan riwayat atau sedang menggunakan obatobat penurun berat badan atau obat-obat fisikofarmaka, maka wajib dilakukan
pemeriksaan hormon prolaktin.
Hasil anamnesis hormonal pada wanita menopause prekok sama dengan
wanita dengan sindroma ovarium resisten gonadotropin, sehingga untuk
membedakan diantara keduanya perlu dilakukan biopsi ovarium. Pada menopause
prekok hasil patologi anatomi dari jaringan ovarium menunjukkan jumlah folikel
primordial yang minimal atau tidak ada sama sekali, dan dijumpai banyak jaringan
ikat, sedangkan pada sindroma ovarium resisten, hasil patologi anatominya
biasanya dijumpai struktur jaringan ovarium normal dengan folikel primordial yang
normal pula.
Pengobatan
Pasien diberikan sediaan estrogendan progesterone, atau yang paling sederhana
adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Pengobatan ini merupakan

pengobatan jangka panjang. Dapat juga diberikan analog GnRH berupa GnRH
agonis maupun GnRH antagonis. Analog GnRH diberikan untuk 6 bulan dahulu
kemudian boleh diberikan lagi setelah satu tahun. Tujuan pemberian estrogenprogesteron maupun analog GnRH adalah untuk menekan sekresi FSH dan LH.
Selama kadar FSH dan LH masih tinggi, maka sulit untuk memperoleh kesembuhan.
Prognosis untuk mendapatkan anak tidak begitu baik.
Sindroma ovarium resisten gonadotropin
Sebutan lain untuk sindroma ovarium resisten gonadotropin adalah sindroma
ovarium insensitive atau ovarium hyposensitive gonadotropin. Penyebab pasti dari
kelainan ini belum seluruhnya terungkap. Diduga adanya gangguan pembentukan
reseptor-reseptor gonadotropin di ovarium akibat proses autoimun Angka
kejadiannya sangat kecil.
Gambaran Klini dan diagnosis
Ditemukan gangguan haid berupa oligomenorae sampai amenorae. Secara
laboratorik dijumpai peningkatan FSH, LH, dan kadar estrogen yang rendah (FSH >
30 mIU/ml, estrogen < 30 pg/ml). Perlu dilakukan biopsi ovarium untuk
memebedakan dengan menopause prekok.
Pengobatan
Karena penyeab pastinya belum diketahui, maka pengobatannya lebih bersifat
simptomatik saja. Dapat diberikan sediaan estrogen- progesterone atau analog
GnRH berupa agonis maupun antagonis. Karena diduga ada kaitannya dengan
autoimun, maka dapat pula dicoba pemberian menokok prekok.
Sindrom ovarium polikistik
Meskioun kejadian sindroma ovarium polikistikcukup tinggi pada wanita usia
reproduksi, namun penyebabnya yang pasti hingga kini belum banyak diketahui.
Hubungan anatra ovarium polikistik bilateral dengan suatu sindrom yang terdiri dari
siklus haid tidak teratur sampai amanorae, infertilitas, hirsutisme dan obesitas
petama kali dikemukakan oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1935. Kejaidan ini
bukan merupan suatu penyakit, melainkan suatu kelompok gejala. Sindroma
ovarium polikistik ini erat kaitannya dengan peristiwa anovulasi, sehingga setiap
kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya anovulasi kronik akan
menyebakan terjadinya sindroma ovarium polikistik.
Etiologi dan patofisiologi
Penyebab pasti dari sindroma ovarium polikistik belum diketahui. Diduga
penyebabnya terletak pada gangguan proses pengaturan ovulasi dan terletak pada
ketidakmampuan enzim yang berperan pada proses sintesi estrogen di ovarium.

Pada kebanyakn wanita dengan sindroma ovarium polikistik dijumpai


peningkatan pengeluaran hormone LH yang berlebian yang dapat menyebabkan
sintesis androgen di ovarium. Dijumpai nisbah LH/ FSH yang meningkat (>3).
Penyebab peningkatan pengeluaran LH dari hipofisis dan peningkatan sintesis
steroid seks di ovarium masih belum diketahui. Kadar androgen tinggi akan
menyebabkan dinding ovarium fibrotik, hirusitisme, akne, seborrhea, pembesaran
klitoris, pan pengecilan payudara.
Akhir-akhir ini ditemukan adanya hubungan antara kejadian sindroma
ovarium polikistik dengan resistensi insulin. Peningkatan kadar insulin yang terjadi
akibat adanya resistensi insulin di jaringan perifer akan memicu produksi androgen
di ovarium dan menghambat sekresi sex hormone binding globulin (SHBG) dihati,
sehingga kadar androgen bebas dalam serum meningkat. Kadar androgen yang
tinggi di dalam cairan folikel mengakibatkan atresia folikel lebih dini. Namun, perlu
diketahui bahwa sindroma ovarium polikistik bukan disebabkan oleh kadar insulin
yang tinggi.
Wanita gemuk dengan siklus haid anovulatorik dan kadar insulin tinggi
berisiko terkena penyakit jantung coroner. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan
gangguan metabolisme lipid dan peningkatan tekanan darah. Kegemukan dan siklus
haid yang tidak berovulasi merupakan resiko timbulnya hyperplasia endometrium
yang dapat berubah menjadi kanker.
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis perlu dibedakan antara wanita yang memiliki gejala
(sindrom ovarium polikistik) dan wanita yang tidak memiliki gejala (ovarium
polikistik). Pada hampir 25% populasi wanita normal ditemukan ovarium polikistik
dengan mempergunakan USG.
Pada sindrom ovarium polikistik selalu dijumpai pembesaran ovarium yang
dapat dengan mudah dideteksi dengan alat USG.Gambaran USG pada ovarium
terlihat folikel folikel kecil dengan diameter 7-10mm berjumlah 7-8 folikel dengan
corak sangat khas seperti gambaran roda pedati. Gambar 17
Baku emas untuk menegakkan diagnosis sindrom ovarium polikistik adalah
laparaskopik
Analisis hormonal baik itu LH, FSH, prolaktin ataupun progesteron tergantung dari
gambaran klinis yang dimiliki seseorang wanita. Pada wanita dngan amenorea perlu
diperiksa FSH, LH, dan Prolaktin. FSH yang tinggi menunjukan adanya kegagalan
pada ovarium. Kadar LH yang tinggi menunjukan terjadinya aromatisasi estrogen
menjadi androgen, sedangkan kadar prolaktin yang tinggi perlu dicurigai adanya
prolaktinoma. Bila ditemukan kadar FSH dan prolaktin normal, maka perlu dilakukan
pemeriksaan USG dan uji dengan progesteron (uji P). Pada wanita dengan sindroma

ovarium polikistik ditemukan ovarium polikistik dan uji P biasanya positif,


sedangkan pada wanita dengan amenorea hipotalamik ditemukan uji P negatif.
Pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik yang disertai dengan
hirsutisme perlu tambahan pemeriksaan hormone testosterone dan
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) yang bertujuan untuk mengetahui
keberadaan tumor pada ovarium dan suprarenal.kdar DHEAS yang tinggi, yaitu > 57 ng/ml menunjukkan adanya tumor di suprarenal sedangkan kadar DHEAS yang
normal dan kadar testosteron yang tinggi (>2,0 ng/ml) menunjukkan adanya tumor
di ovarium. Kadang-kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hormone
17- hidroksiprogesteron, yang bila kadarnya yang tinggi menandakan adanya
hyperplasia adrenal kongenital (definisi enzim 21- hidroksilase)
Untuk mengetahui ada tidaknya resistensi insulin terdapat beberapa cara
yang dilakukan, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Uji Toleransi Glukosa (UTGO)


Uji Toleransi Insulin (UTI)
Infus glukosa secara berkesinambungan
Teknik klem euglukemik. Teknik ini merupakan baku emas unutk mengukur
sensitivitas jaringan terhadap insulin
5. Nisbah gula darah puasa/insulin puasa
Dikatakan resistensi insulin bila kadar insulin puasa > 10 U/ml dan kadar
akumulasi insulin (area dibawah kurva pada UTGO) > 8000 U menit/ml (17,20
much) dnegan kadar gula UTGO >140 mg/dl dan <200 mg/dl.
Menurut consensus yang dibuat oleh National Institute of Health National
Institute of Child Health and Human Development pada tahun 1977, untuk
mendiagnosis sindrom ovarium polikistik ditetapkan paling sedikit terdapat 1
kriteria major dan 2 kriteria minor
Kriteria mayor adalah:
Anovulasi
Hiperandogenemia
Kriteria minor adalah :

Resistensi insulin
Hirsutisme
Obesitas
LH/FSH > 2,5
Secara USG terbukti ditemukan ovarium polikistik adalah 1 kriteria mayor
berupa anovulasi dan 2 kriteria minor berupa LH/FSH >2,5 dan terbukti
adanya ovarium polikistik secara USG.

Pengobatan
Pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik yang belum menginginkan anak
cukup diberikan pil kontrasepsi kombinasi ini berujuan untuk menekan fungsi

ovarium dan sekaligus menekansekresi LH. Penekanan pada fungsi ovarium


menyebabkan sisntetis testosterone berkurang,. Selain itu, komponen estrogen
sintetik yang terdapat di dalam pil kontrasepsi kombinasi memicu produksi SHBG
dihati, sehingga kadar SHBG yang tinggi tersebut mengikat lebih banyak lagi
testosterone dalam darah. Komponen progesterone yang terdapat dalm pil
kontrasepsi kombinasi terjadinya hiperplasi endometrium. Pada wanita dengan
tanda-tanda hirsutisme lebih dianjurkan pemberian pil konstrasepsi kombinasi
yang mengandung hormone antiandrogen seperti siproteron asetat (SPA). SPA
termasuk jenis hormone progesterone alamiah. Contoh pil konstrasepsi kombinasi
yang mengandung SPA adalah Diane 35. Dibeberapa negara maju, SPA dijual
dengan merek dagang Androkur. Spironolakton (aldosteron antagonis) juga
memiliki khasiat antiandrogen, yaitu menghambat sintesis androgen di ovarium,
menghambat kerja androgen di reseptor dan menahambat pengaktifan testosteron
menjadi dihidrotestosteron. Dosis spironolakton adalah 2 x 50 mg/hari. Karena
spironolakton menyebabkan gangguan pada embrio, maka setiap wanita yang
menggunakan obat ini perlu dicegah jangan samapai hamil. Penggunaan Diane 35
dapat meningkatakan berat badan, suatu hal yang sangat tidak disukai oleh kaum
wanita. Dewasa ini telah tersedia pil kontrasepsi kombinasi generasi baru yang
mengandung komponen progesterone generasi baru, drospirenon, dengan nama
dagang Yasmin. Drospirenon memiliki khasiat antiandrogen. Selain itu, drospirenon
memilki khasiat mencegah retensi cairan sehingga dengan sendirinya tidak
menyebabkan penambahan berat badan.
Bila dengan pil kontrasepsi kombinasi tidak diperoleh hasil yang diinginkan,
maka dapat dicoba pemberian GnRH analog (agonis maupun antagonis). Cara
kerjanya adalah dengan menekan sekeresi LH dan menekan fungsi ovarium ,
sedangkan sekresi FSH dan prolaktin sama sekali tidak terganggu.
Pada wanita yang gemuk pengobatan terbaik adalah dengan menurunkan
berat badan. Dengan cara sederhana ini kadang-kadang ovulasi dapat terjadi
secara spontan. Sangat tida dibenarkan menggunakan obat-obat diet/pelangsing
untuk menurunkan berat badan, karena obat-obat tersebut dapat menggangu
fungsi ovarium dan memicu pengeluar prolaktin dalam jumlah besar. Bila dengan
menurunkan berat bdana tetap saja belum terjadi ovulasi dan wanita tersbut ingin
hamil, maka perlu diberikan obat-obat pemicu ovulasi seperti klomifen, sitrat,
epimestrol atau dengan FSH yang dimurnikan. Klomifen sitrat dan FSH yang
dimurnikan akan mengembalikan keseimbangan FSH LH, sedngakan epimestrol
mengaktifkan sistem opiate di otak sehingga terjadi penurunan sekeresi LH. Perlu
ditekankan disini bahwa pemicuan ovulasi pada wanita gemuk tidak memberikan
hasil yang baik. Pada wanita yang gemuk diperlukan obat pemicu ovulasi dengan
dosis tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai macam efek samping.
Pada wanita dengan resistensi insulin, perlu diusahakan menurunkan kadar
insulin dan memperbaiki sentvitas jaringan terhadapa insulin sehingga diharapkan
dapat memperbaiki keberhasilan dalam pengguanaan obat-obat pemicu ovulasi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan menurunkan kadar insulin adalah diet,
olahraga, dan pemberian obat-obat yang memperbaiki sensitivitas jaringan
terhadap insulin seperti methformin atau troglitazone.
Mekanisme kerja methformin terutama dengan memperbaiki sensitivitas
haringan perifer dan hati terhadap insulin, sehingga terjadi penurunan kadar
glukosa dan insulin puasa. Mekanisme kerja lainnya adalah dengan meningkatkan
pengambilan glukoasa oleh usus dan menekan oksidasi asam lemak . pemberian
klomifen sitrat bersamaan dengan methformin pada wanita obes diperoleh angka
ovulasi yang tinggi. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai pemberian
klomifen sitrat dengan methformin saja terjadi peningkatan kejadian ovulasi yang
signifikan.
Wanita hamil dengan sindroma ovarium polikistik dan resistensi insukin (RI)
memiiki dampak bahwa kemumngkinan anaknya mendapat kencing manis lebih
besar. Oleh karena itu, methformin sebaiknya tetap diberikan selama kehamilan
selain itu, angka keguguran yag tinggi sering ditemukan pada wanita dengan RI.
Pemberian methformain dapat mengurangi angka abortus.
Tindakan reseksi baji untuk pengobatan wanita denga sindrom ovarium
polikistik sudah ditinggalkan. Nila semua usaha pengubata medikamentosa tidak
juga memberikan hasil, maka dewasa ini telah dicoba suatu cara pengobatan
pembedahan dengan melakukan drilling pada ovarium
Tindakan ini dilakukan dengan cara laparaskopi yang bertujuan untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat dalam folike-folikel kecil tersebut, cairan ini
mengandung kadar testosteron yang sangat tinggi. Jumlah tusukan lobang pada
ovarium tidak boleh lebih dari 10 lobang. BiLa hanya dilakukan drilling, maka
angka ovulasi 48% . namun jika dilakukan kombinasi drilling dan klomifen sitrat,
angka ovulasu menjadi 91%.
Lama pengobatan dengan antiandrogen
Dapat diberikan 1-2 tahun. Bila setelah 6-12 bulan pengobatan tetap tidak
menunjukan perbaikan, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap
testosterone dan DHEAS masih tinggi, perlu dicurigai adanya kerusakan sistem
enzim di suprarenal.
Prognosis pengobatan dengan antiandrogen
Selama penyebab hirsutismebukan disebabkan oleh tumor, maka angka
keberhasilan pengobatan dengan antiandrogen mencapat 65-80 %. Wanita dengan
kadar androgen yang tinggi memiliki prognosis yang baik dengan siproteon asetat.
Hirsutisme yang berlangsung lama memilki prognosis buruk. Tidak semua tempat
pertumbuhan rambut ditubuh manusia memilki hasil yang sama. Rambut didaerah
dada memilki hasi baik terhadap pemberian siprosteron aseta, kemudian diikut

rambut didaerah linea alba, muka, dan ekstremitas.kadang-kadang perlu dilakukan


tindakan kosmetik seperti mempergunakan elektroepilasi.
Hipertekosis Ovarium
Kelainan ini mirp dengan sindroma ovarium polikistik. Gambaran klinisnya adalah
oligimenorea/amenore, hirsutisme, gambaran, virilisasi, dan alopezia androgeni.
Kedua ovarium ditemukan membesar namun tidak ditemukan kista folikel,
sedangakan pada wanita dengan sindroma ovarium plokistik satu atau kedua
ovarium membesar dengan banyak ditemukan kista folikel. Gambaran patologi
anatomi menunjukan stroma ovarium penuh dengan folikel atreitik yang
mengalami luteinisasi. Secara patologi anatomi, maka hipertekosis dibagi menjadi
dua:
1. Tipe I dengan stroma hipertekosis pada ovarium polikistik
2. Tipe II dengan stroma hipertekosis pada bukan ovarium polikistik
Diagnosis
Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan patologi anatomi. Pada analisis
hormonal ditemukan kadar testosterone dan progesterone serum yang tinggi,
sedangkan kadar serum LH normal.
Pengobatan
Pasien diberikan obar antiandrogen ataupun obat-obat pemicu ovulasi. Tindakan
operatif seperti reseksi baju atau drilling tidak memberikan hasil yang baik.
Kadang-kadang jika terpaksa, dilakukan oovarektomi.
Gangguan pada ovarium dengan penyebabnya ekstragonad
Beberapa gangguan ekstragonad dapat menimbulkan gangguan pada fungsi
ovarium. Beberapa gangguan ekstragonad tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Gangguan pada tiroid


Diabetes Melitus
Kekurusan underweight)
Kegemukan (overweight)
Trauma psikis

Fungsi ovarium dan kelenjar tiroid


Gangguan pada ovrium lebih sering dijumpai pada keadaan hipertiroid daripada
keadaan hipotiroid. Lima sampai lima belas persen wanita dengan hipotiroid
dijumpai dengan gangguan haid berupa oligomenorea/amenore. Pada sindrom
prahaid, galaktorea, dan hiperprolatinemia, harus selalu dipikirkan adanya
hipotiroid.
Fungsi ovarium dan diabetes mellitus

Dalam keadaan normal, insulin memicu produksi gonadotropin dan sintesis steroid
sekd di ovarium. Pada wanita dengan kadar insulin rendah terjadi gangguan pada
fungsi ovarium, sehingga ,menyebabkan infertiitias. Dengan mengatur gula darah
telah dapat menyembuhkan kembali fungsi ovarium. Tidak ada manfaat
memberikan obat-obat pemicu ovulasi pada keadaan kadar gula darah belum
normal.
Fungsu ovrium dan trauma psikis
Pengaruh lingkungan, misalnya wanita dalam tahanan, pengungsi , berada
ditempat yang tinggi, atau wanita yang memiliki fobia terhada ujian telah dapat
menimbulkkan gangguan haid. Kadang-kadang perubahan kecil saja yang terjadi
seperti pindah tempat tinggal atau pindah tempat kerja telah dapat menimbulkan
gangguan haid. Penyebab terjadinya gangguan haid adalah terjadinya gangguan
dalam pengeluaran GnRH.
Fungsi ovarium dan kekurusan (underweight)
Wanita yang melakukan diet terlalu ketat dapat menyebabkan gangguan haid
(amenorea). Perubahan hormonal pada wanita ini lebih disebabkan oleh adanya
perubahan metabolik yang menyertai penyusutan berat bdan yang sangat
mencolok . pada wanita ini ditemukan kadar FSH dan estrogen rendah, serta
adanya perubahan nisbah FSH terhadap LH. Kadang-kadang didapatkan kadar
prolaktin yang tinggi. Pengobatan terbaik adalah dengan memperbaiki gangguan
metabolic bersama dengan ahli jiwa (pendekatan psikoterapi). Dapat juga dicoba
pemberian obat-obat seperti GnRH atau klomifen sitrat untuk mengatasi gangguan
haid.
Fungsi ovarium dan kegemukan (overweight)
Wanita dengan berat badan berlebihan sering mendapat gangguan pada fungsi
ovarium. Pada wanita seperti ini, aktivitas kelenjar suprarenal berlebihan sehingga
terjadi peningkatan produksi testosterone, androstendion serta perubahan nisbah
estron/estradiol menjadi > 2,5

Anda mungkin juga menyukai