Tasawuf DLM Pandangan Ibnu Taimiyah
Tasawuf DLM Pandangan Ibnu Taimiyah
keilmuan
yang
sekiranya
dapat
dipertanggungjawabkan.
Berikut akan kita simak pendapat dua imam (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dan Imam As-Syahid) mengenai masalah ini.
Pendapat Ibnu Taimiyah
Tasawuf muncul pertama kali di Basrah. Syaikhul Islam pernah berkata:
"Pertama kali muncul tasawuf itu di Basrah. Sedang orang yang pertama kali
membangun tasawuf adalah shahabat-shahabat Abdul Wahid bin Zaid. Beliau
sendiri adalah salah satu dari shahabat Hasan. Ketika itu di Basrah ada
fenomena ekstrem dalam hal zuhud, ibadah, khauf, dan sebagainya yang
tidak ada bandingannya selama ini." (Al-Fatawa, Jilid 11. hal. 6-7).
Selain dari keduanya, ada juga orang yang berusaha namun jatuh
dalam kekeliruan sehingga
diantara
menisbatkan
orang-orang
yang
dirikepada
golongan
mereka (ahli tasawuf) ada yang menganiaya diri sendiri dan suka
berbuat maksiat kepada Rabbnya." (Al-Fatawa, Jilid 11. hal. 16-17).
Tasawuf Hakekatnya Baik
Beliau menjelaskan bahwa tasawuf itu asalnya baik. Ia berakar dari sikap
zuhud, ibadah, tazkiyatun nafs, shidiq dan ikhlas.
Tasawuf bagi mereka memiliki beberapa prinsip yang telah dikenal (ma'ruf),
yang telah jelas batas-batas dan asal-uslnya. Seperti yang mereka katakana
bahwa shufi (ahli tasawuf) adalah orang yang bersih dari kotoran dan sarat
dengan muatan fiker. Baginya sama saja antara emas dan batu.
Tasawuf juga berarti menyembunyikan ma'na dan menghindari pengakuan
manusia atau yang semisalnya. Mereka menghendaki dari ma'na tasawuf itu
shidiq. ((Al-Fatawa, Jilid 11. hal.16-17).
Lambat laun bergeserlah kesucian pemahaman dan konsep dasar ini kepada
pemahaman yang juz'iyah (parsial) dan rancu. Masuklah orang-orang atau
kelompok yang menisbatkan sebagai shufi namun menyimpang dari prinsip
semula. Mulailah praktek bid'ah dan khurafat masuk di dalamnya. Yang
bahkan diingkari sendiri oleh tokoh-tokoh yang lurus di antara mereka sendiri.
Beberapa kalangan dari ahli bid'ah dan zindiq telah menisbatkan
dirinya pada tasawuf, namun dikalangan tokohnya yang lurus mereka tidak
dianggapnya. Seperti Al-Hallaj misalnya, banyak dari tokoh tasawuf yang
mengingkarinya dan mengeluarkannya dari shaf mereka. Juga Junaid bin
Sayyidut Thaifah dan lain sebagainya, sebagaimana tersebut dalam kitab
Bukhari yang faqih dan ahli hadits. Dia mengajar setahun, berperang setahun
dan berhaji setahunJuga Imam Syafi'i yang masyur itu. Beliau adalah ahli
melempar. Demikian para salafush shalih pendahulu kita(M. Rasail, hal.
260).
Salah seorang pelopor tasawuf adalah Imam Hasan al Bashri. Yang
menyeru kepada dzikrullah, dzikrul maut, tazkiyatun nafw. Dan sikap zuhud
menuju taat dan takwa kepada Allah. Itulah satu bentuk aliran tasawuf yang
beliau menamakan sebagai ilmu tarbiyah was suluk (ilmu pembinaan dan
tingkah laku). Tidak disangsikan lagi bahwa ini termasuk bagian inti dari
ajaran Islam. Dan harus diakui bahwa tasawuf semacam ini telah berhasil
mengobati penyakit kejiwaan sampai batas yang tidak dapat dicapai oleh cara
selainnya.
Kalaupun kemudian muncul sikap-sikap berlebihan, maka dia adalah
tasawuf yang tersesat. Dan diakui memang hal demikian telah banyak
terjadi bahkan tasawuf juga telah tercemar oleh filsafat dan logika yang
menyesatkan. Kita prihatin terhadap yang demikian, tanpa harus menutup
mata dari kebaikan-kebaikan yang ada.
Imam Syahid Seorang Sufi
Sekiranya kita bersepakat untuk memaknai tasawuf dalam ma'nanya yang
lurus, maka akan kita dapatkan bahwa Imam Shahid adalah salah seorang
ahlinya. Sebagian umur beiau telah dilewatkan sebagai anggota sebuah aliran
sufi yang bernama Thariqah al-Hashifiyah. Untuk itu, biarlah beliau sendiri
menceritakanihwalnya.
"Saya secara rrutin mengamalkan wazhifah ar-Ruzuqiyah (semacam
wirid pagi dan petang). Dan saya juga mendapatkan ayah saya
menyusun
hal
serupa
dengan
menunjukkan
dalil-dalil
yang
meridhao
saya,
kamu
dan
dia
hanyalah
Allah."
Inilah dia thariqah yang lurus, jauh dari segala penyimpangan terhadap
syara'. Di sini pulalah telah ditanam dan dibesarkan jiwa dan akhlak Imam
Syahid.
Akhirnya jelaslah bagi kita bahwa kedua Imam lagi-lagi bertemu pemahaman
dalam masalah tasawuf ini. Keduanya berpihak kepada pemahaman dan
perilaku yang lurus dalam masalah ini. Serta menyeru untuk menjauhi segala