Anda di halaman 1dari 220

PENGARUH METODE LATIHAN DAN VO 2 Max TERHADAP

KETERAMPILAN DASAR SEPAK BOLA


(Studi Eksperimen di SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu
Kelompok Usia 11 12 tahun)

DENNI APRI ILISSAPUTRA


NIM: 12711251037

Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


Untuk mendapat gelar Magister Olahraga
Program Studi Ilmu Keolahragaan

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

ABSTRAK

DENNI APRI ILISSAPUTRA: Pengaruh Metode Latihan dan VO 2 Max


terhadap Keterampilan Dasar Sepakbola. (Studi Eksperimen di SSB Bengkulu dan
SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu Kelompok Usia 11-12 Tahun). Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara
metode latihan sirkuit dengan bola dan metode latihan ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Kelompok Usia
(KU) 11-12 tahun; (2) perbedaan pengaruh tinggi rendah VO 2 Max terhadap
keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun; dan (3) interaksi
antara metode latihan dan kemampuan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar
sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2, menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) dengan dua
kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Populasi penelitian ini adalah siswa
SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu kelompok usia 11-12
tahun yang berjumlah 60 orang. Sampel penelitian berjumlah 32 atlet yang
ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan
tes dan pengukuran yang dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
perlakuan. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes dan pengukuran keterampilan
dasar sepakbola David Lee dan Multistage Fitness Test (MFT). Teknik analisis
data penelitian ini menggunakan Analisis Varian dua jalur ANAVA desain
faktorial dengan taraf signifikansi 5%. Uji prasyarat analisis data menggunakan
uji normalitas Kolmogorov Smirnov Test dengan taraf signifikansi 5% dan uji
homogenitas varians Levene Test dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan antara metode sirkuit dengan bola dan metode ball feeling terhadap
peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari Kota Bengkulu kelompok usia 11-12 tahun, dengan signifikansi (P =
0.031 < 0.05). Keterampilan dasar sepakbola yang dilatih dengan metode sirkuit
dengan bola lebih baik daripada metode ball feeling; (2) terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max rendah terhadap
peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari Kota Bengkulu kelompok usia 11-12 tahun, dengan signifikansi (P =
0.001 < 0.005). Keterampilan dasar sepakbola siswa yang memiliki VO 2 Max
tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki VO 2 Max rendah; dan (3) tidak
terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok latihan dan VO 2 Max
terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari Kota Bengkulu kelompok usia 11-12 tahun, dengan
signifikansi (P = 0.216 > 0.05).
Kata Kunci: Sirkuit dengan bola, ball feeling, VO 2 Max, dan keterampilan dasar
sepakbola.

ii

ABSTRACT
DENNI APRI ILISSAPUTRA. The Effect of Training Method and VO 2 Max
toward Basic Skills of Football. (Experimental study on SSB Bengkulu and SSB
Bina Muda Bahari City of Bengkulu's young age group 11-12 years). Thesis.
Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta State University, 2014.
The objectives of this research were to find out; (1) the differences
between circuit with ball and ball feeling method towards basic skills of football
of students of Sekolah Sepakbola (SSB) Kelompok Usia (KU) 11-12 years; (2)
effect of VO 2 Max towards basic skills of football of students of SSB KU 11-12
years; and (3) interaction between training method and VO 2 Max ability towards
basic skills of football of students of SBB KU 11-12 years.
This research was experiment study with factorial 2 x 2 designs and used
pre-test and post- test for two groups which have different treatment. The
population of this research was SSB Bengkulu students and SSB Bina Muda
Bahari in Bengkulu city. The students were 11-12 years old and the total number
is 60 students. The sample was 32 athletes. The data collected technique used
tests and measurement before the pre-test and after post-test. The instrument of
this research used test and measurement of basic skills of football by David Lee
and Multistage fitness Test (MFT). The technique used to analyze the data in this
research was Analisis of Variance ANAVA factorial design with 5% of
significance level. The data analysis test used normality test (Kolmogorov
Smirnov) and homogeneity test ( Levene) with 5% of significance level.
The result of this research reveals that: (1) circuit with ball and ball feeling
method have different significant effect on improving basic skills of football of
11-12 year students of SSB Bengkulu and Bina Muda Bahari in Bengkulu city and
the score is p = 0.031 < 0.05. Basic skills of football are trained in methods of
circuit with ball better than feeling ball method; (2) Maximum VO 2 Max dan
minimum VO 2 Max have different effect on improving basic skills of football of
11-12 year students of SSB Bengkulu and Bina Muda Bahari in Bengkulu city and
the p value = 0.001 < 0.005. Basic skills of football of students who have a high
VO 2 Max is better than students who have low VO 2 Max; and (3) both of the group
training and VO 2 Max have no significant interaction on improving basic skills of
football of 11-12 year students of SSB Bengkulu and Bina Muda Bahari in
Bengkulu city and the p value = 0.216 > 0.05.
Keywords : Circuit with ball, ball feeling, VO 2 Max, and basic skills of football

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa

: Denni Apri Ilissaputra

Nomor Mahasiswa

: 12711251037

Program Studi

: IlmuKeolahragaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Juli 2014


Yang membuat pernyataan

Denni Apri Ilissaputra

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya untuk Allah SWT atas lindungan, rahmat, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Metode
Latihan dan VO 2 Max Terhadap Keterampilan Dasar Sepakbola dengan baik.
Tesis ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Suharjana, M.Kes,
selaku dosen pembimbing, ucapan terima kasih juga kepada yang terhormat:
1.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Direktur Program Pascasarjana


Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf, yang telah banyak membantu
penulis sehingga tesis ini terwujud.

2.

Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd, selaku Kaprodi Ilmu Keolahragaan dan sebagai
ahli materi, yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan memberi masukan sehingga tesis ini terwujud.

3.

Drs. Subagyo Irianto, M.Pd, selaku ahli materi yang senantiasa meluangkan
waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberi masukan sehingga tesis
ini terwujud.

4.

Para Dosen Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas


Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga.

5.

Ketua SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu yang telah
memberikan izin dan segenap bantuannya sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar.

vi

6.

Para Pelatih SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu, atas
segala kerjasama yang baik yang telah diberikan sehingga penelitian ini
berjalan dengan lancar.

7.

Orang tuaku, Bpk. Drs. Istamanuddin (alm) dan Ibu Dra. Ilamiah dan adikadikku Elismi Niati, S.Pd dan Agustina Pratiwi, yang senantiasa memberikan
doa, motivasi, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan lancar.

8.

Rendra Alsalputra, Herizon, Andika Triansyah, Muh. Nur Kusuma Atmaja,


dan Muammar yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.

9.

Teman-teman

mahasiswa

Program

Pascasarjana

Universitas

Negeri

Yogyakarta, khususnya Prodi Ilmu Keolahragaan angkatan 2012 dan semua


pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan dan motivasi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT selalu
melimpahkan karunia, hidayah dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Penulis
berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin.

Yogyakarta, Juli 2014

Denni Apri Ilissaputra

vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ........................................................................................
1. Hakikat Keterampilan Dasar Sepakbola .......................................
a. Pengertian Sepakbola Sepakbola ............................................
b. Teknik-teknik Dasar Sepakbola .. ............................
2. Hakikat Latihan Sirkuit ..................................................................
a. Latihan Sirkuit dengan Bola.....................................................
3. Hakikat Latihan Ball Feeling .........................................................
4. Sekolah Sepakbola (SSB) Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari
Kota Bengkulu ...............................................................................
5. Kelompok Usia (KU) 11-12 Tahun ...............................................
6. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO 2 Max) ....................................
a. Pengertian VO 2 Max ..............................................................
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi VO 2 Max .........................
c. Pengukuran VO 2 Max .............................................................
7. Hakikat Latihan ..............................................................................
a. Pengertian Latihan ...................................................................
b. Dosis Latihan ...........................................................................

viii

1
11
12
12
12
13

14
14
17
19
27
30
33
37
39
44
44
45
48
51
51
51

c. Prinsip-prinsip Dasar Latihan ..................................................


d. Takaran Latihan .......................................................................
e. Sasaran dan Tujuan Latihan .....................................................
8. Hakikat VO 2 Max Dalam Sepakbola..............................................
B. Kajian Penelitian yang Relevan ...........................................................
C. Kerangka Pikir ....................................................................................
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................

52
57
60
66
69
72
75

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................
1. Jenis Penelitian ...............................................................................
2. Desain Penelitian............................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................
1. Populasi Penelitian ........................................................................
2. Sampel Penelitian ..........................................................................
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................
1. Variabel Penelitian .........................................................................
2. Definisi Operasional.......................................................................
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..........................................
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
2. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................
a. Data Keterampilan Dasar Sepakbola .......................................
b. Tes Multistage ..........................................................................
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................................
1. Validitas ........................................................................................
2. Reliabilitas .....................................................................................
G. Teknik Analisis Data ...........................................................................
1. Uji Normalitas Data ......................................................................
2. Uji Homogenitas Varian ...............................................................
3. Pengujian Hipotesis Penelitian ......................................................

78
78
80
81
83
83
84
85
85
86
88
88
90
90
92
92
92
93
94
95
95
96

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data ......................................................................................
1. Deskripsi Data Kelompok (A 1 B 1 ) ................................................
2. Deskripsi Data Kelompok (A 1 B 2 ) .................................................
3. Deskripsi Data Kelompok (A 2 B 1 ) ................................................
4. Deskripsi Data Kelompok (A 2 B 2 ) ................................................
5. Deskripsi Data Keterampilan Dasar Sepakbola .............................
6. Deskripsi Data VO 2 Max ................................................................

98
99
101
103
106
108
110

ix

B. Analisis Data ........................................................................................


1. Uji Normalitas ................................................................................
2. Uji Homogenitas ...........................................................................
3. Uji Hipotesis .................................................................................
C. Pembahasan ..........................................................................................
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................

112
112
113
114
119
127

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................................... 128
B. Implikasi ............................................................................................... 128
C. Saran..................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 130
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 134

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1

Tahapan Latihan Berdasarkan Usia DFB Jerman ......................... 41

Tabel 2

Norma Penilaian dan Klasifikasi Vo 2 Max Putra ........................... 49

Tabel 3

Norma Penilaian dan Klasifikasi Vo 2 Max Putri ........................... 50

Tabel 4

Prediksi Nilai VO 2 Max Bleep Test................................................ 50

Tabel 5

Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ............................................ 80

Tabel 6

Rancangan Program Latihan Sirkuit Dengan Bola ........................ 82

Tabel 7

Rancangan Program Latihan Ball Feeling ..................................... 82

Tabel 8

Descriptive Statistics ...................................................................... 98

Tabel 9

Deskripsi data A1B1 ...................................................................... 99

Tabel 10

Deskripsi Data Pretest dan Postest A1B1...................................... 100

Tabel 11

Deskripsi Data A1B2 ..................................................................... 102

Tabel 12

Deskripsi Data Pretest dan Postest A1B2...................................... 102

Tabel 13

Deskripsi Data Pretest dan Postest A2B1...................................... 104

Tabel 14

Deskripsi Data A2B1 ..................................................................... 105

Tabel 15

Deskripsi Data A2B2 ..................................................................... 106

Tabel 16

Deskripsi Data Pretest dan Postest A2B2...................................... 107

Tabel 17

Deskripsi Data Hasil Tes VO 2 Max .............................................. 111

Tabel 18

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data dengan Menggunakan


Metode Kolmogorov Smirnov ..................................................... 112

Tabel 19

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ............................................. 114

Tabel 20

Ringkasan hasil analisis penghitungan metode sirkuit dengan


bola dan metode ball feeling terhadap keterampilan

xi

dasar sepakbola ............................................................................. 115


Tabel 21

Ringkasan hasil analisis penghitungan VO 2 Max tinggi dan


VO 2 Max rendah terhadap keterampilan dasar sepakbola ............. 116

Tabel 25

Ringkasan hasil analisis penghitungan interaksi metode


latihan dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola ..... 118

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Bentuk tes MFT............................................................................. 48
Gambar 2 Kerangka Pikir............................................................................... 72
Gambar 3 Lapangan tes keterampilan dasar sepakbola (David Lee Test) ..... 91
Gambar 4 Histogram A1B1 ........................................................................... 100
Gambar 5 Histogram A1B2 ........................................................................... 103
Gambar 6 Histogram A2B1 ........................................................................... 105
Gambar 7 Histogram A2B2 ........................................................................... 108
Gambar 8 Histogram keterampilan dasar sepakbola...................................... 109

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Validasi 1 ...................................................... 134
Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi 2 ...................................................... 135
Lampiran 3. Surat Keterangan Hasil Validasi 1............................................... 136
Lampiran 4. Surat Keterangan Hasil Validasi 2............................................... 137
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian 1.................................................................. 138
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian 2.................................................................. 139
Lampiran 7. Surat Tanggapan Izin Penelitian 1 ............................................... 140
Lampiran 8. Surat Tanggapan Izin Penelitian 2 ............................................... 141
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian 1 ..................................................... 142
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian 2 ................................................... 143
Lampiran 11. Surat Keterangan Peneraan Alat Ukur Tes ................................ 144
Lampiran 12. Uji Materi (Expert Judgment).................................................... 145
Lampiran 13. Materi Program Latihan Sirkuit Dengan Bola ........................... 149
Lampiran 14. Materi Program Latihan Ball Feeling........................................ 159
Lampiran 15. David Lee Test .......................................................................... 167
Lampiran 16. Multistage Fitness Test (MFT) .................................................. 168
Lampiran 17. Blangko Penilaian Multistage Fitness Test (MFT).................... 169
Lampiran 18. Prediksi Nilai VO 2 Max ............................................................. 170
Lampiran 19. Deskripsi Data Keterampilan Dasar Sepakbola......................... 171
Lampiran 20. Data sampel pretest-postest kelompok sirkuit
dengan bola dan VO 2 Max tinggi, rendah .................................. 172
xiv

Lampiran 21. Data sampel pretest-posttest kelompok ball feeling


dan VO 2 Max tinggi dan rendah ................................................. 173
Lampiran 22. Hasil Uji Anava Dengan SPSS .................................................. 174
Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 180

xv

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Olahraga merupakan suatu bidang kajian yang menarik sehingga
banyak kalangan olahraga mencurahkan perhatiannya terhadap upayaupaya peningkatan kebugaran dan prestasi olahraga. Upaya pembinaan
melalui kegiatan, pembibitan, pelatihan, dan penelitian harus dilakukan
agar mampu bersaing secara sportif dalam setiap kejuaraan dan mampu
menghasilkan prestasi secara optimal. Penemuan metode-metode latihan
yang dapat diaplikasikan dalam proses latihan sehari-hari dapat terlihat
dengan jelas dalam ilmu keolahragaan secara keseluruhan yang telah
berkembang secara pesat. Penemuan itu semula hanya berupa penjelasan
yang bersifat alamiah, sekarang ini menjadi sebuah pengetahuan mutakhir
yang ilmiah sehingga diharapkan dapat mengikuti perubahan-perubahan
yang terjadi dalam dunia keolahragaan terutama pemanfaatan IPTEK
untuk pencapaian prestasi olahraga secara maksimal.
Pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, dan
sebagai usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia yang berkualitas,
maka pemerintah Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan
olahraga,

seperti

mengadakan

pertandingan-pertandingan

olahraga.

Manusia yang berolahraga dengan benar akan mempunyai kesehatan fisik


yang baik. Kesehatan fisik yang baik akan membawa dampak positif bagi
negara. Masyarakat akan lebih produktif untuk mengharumkan nama

Indonesia di dunia internasional. Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan


kebugaran yang baik, dapat dimulai dengan melakukan olahraga sejak
dini. Cabang olahraga sepakbola merupakan olahraga paling digemari di
dunia dan digemari banyak kalangan, dari anak kecil sampai orang tua
serta dimainkan dari pelosok desa sampai kota besar.
Sepakbola merupakan permainan paling popular di dunia.
Informasi sepakbola yang disajikan oleh media cetak dan elektronik
memberikan peran yang berarti dalam perkembangan permainan
sepakbola. Ini berlaku bagi semua kalangan lintas usia, gender dan strata.
Fenomena ini mencapai puncak ketika pada akhir pekan jutaan warga
dunia melibatkan diri dalam sepakbola. Peran yang diambilpun beragam.
Mulai menjadi pemain, pelatih, pengurus, orang tua, fans fanatik, atau
sekedar simpatisan. Bagaikan magnet yang berdaya tarik kuat, sepakbola
telah menjadi permainan dunia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari The
Football Association Of Ireland (2004: 12)
Soccer is the worlds leading sport. The game provides a healthy,
enjoyable outlet for children and adults all over the globe. In
Ireland, soccer is a central part of sporting culture and plays a
vital role in developing individuals and in achieving international
success.
Dalam kondisi demikian sepakbola terus berkembang dari waktu
ke waktu. Permainan ini terus menyebar ke berbagai negara. Turnamen
sekelas Piala Dunia atau Piala Eropa selalu dimulai dengan separuh peserta
menjadi kandidat juara. Top organisasi berbagai negara terus berlomba
membenahi diri untuk jadi yang terbaik. Semuanya dilakukan demi

kejayaan di sepakbola. Kondisi sosiologis ini tentunya berpengaruh


banyak kepada proses pembinaan pemain dari sejak usia muda, hingga ke
top level. Layaknya pabrik, proses pembinaan usia muda kini perlu
dikelola secara lebih terencana, terstruktur dan sistematis. Sehingga dapat
menghasilkan pemain sesuai dengan tuntutan sepakbola modern.
Pembinaan sepakbola usia muda menjadi pondasi kokoh untuk
perkembangan sepakbola di masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Johan Cryuff, legenda sepakbola asal Belanda yang
dikutip oleh Scheunemann (2008: 23) yakni seorang pemain tidak bisa
menjadi hebat apabila pada saat umur 14 tahun teknik-teknik dasar belum
dikuasainya.
Pelajaran berharga dari Piala Dunia dan Piala Eropa telah
membawa pada suatu kesimpulan berharga. Yakni, sepakbola selalu
berkembang dari hari ke hari. Dalam kondisi demikian, PSSI dan para
pembina sepakbola usia muda di Indonesia perlu terus menyesuaikan
metode, sistem, dan kurikulum latihan di sekolah-sekolah sepakbola agar
sejalan dengan perkembangan sepakbola modern.
Pembinaan sepakbola usia muda di Indonesia dihadapkan pada
berbagai tantangan, diantaranya masalah sosiologis kehidupan modern
yang dapat menggangu perkembangan pemain menuju pesepakbola
profesional handal. Selain tantangan sosiologis, pelatih sepakbola usia
muda juga berada di bawah tekanan struktural yang mengekang, baik yang

berasal dari struktural pendidikan, maupun dari PSSI sendiri (Ganesha


Putera, 2010: 14).
Berbagai masalah pembinaan sepakbola usia muda semua berujung
pada satu konsekuensi, yaitu buruknya kemampuan khasanah gerak atletik
dasar para calon pesepakbola. Dengan ketiadaan ruang bermain, serta
sedikitnya jam bermain sepakbola, kemampuan gerak atletik calon
pesepakbola tidak pernah terasah. Ini ditambah lagi dengan buruknya
kurikulum olahraga di sekolah yang tidak pernah terfokuskan pada
pengayaan khasanah gerak atletik dasar, seperti cara berjalan, berlari,
melompat, berbelok dan sebagainya.
Dalam perkembangan sepakbola modern, serta di tengah tantangan
yang mendera para pembina sepakbola usia muda, seluruh sekolah
sepakbola (SSB) perlu mengambil peran yang lebih optimal. Hal ini terjadi
karena SSB menjadi satu-satunya tempat bagi anak-anak dan remaja yang
ingin belajar sepakbola. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sulit
bagi anak-anak atau remaja bisa mahir bersepakbola tanpa berlatih di SSB.
Sekolah sepakbola harus mampu menyediakan latihan usia muda yang
berkualitas di tengah membanjirnya SSB di Indonesia. Walaupun pada
kenyataannya tidak banyak SSB yang dapat menyediakan latihan usia
muda berkualitas. Tingginya angka siswa yang meninggalkan SSB di usia
13-14 tahun, merupakan indikasi bahwa tidak banyak SSB yang sanggup
menyajikan latihan berkualitas.

Umumnya pemain yang eksis di top level sepakbola Indonesia


sekarang tidaklah memiliki teknik dasar yang komplit. Melakukan
kontrol bola serta passing berkualitas seolah sederhana, tetapi
kenyataannya sulit mendapatkan pemain Indonesia yang
memilikinya. Tak heran level sepakbola Indonesia masih tertinggal
di tingkat Asia atau Dunia (Darmawan, R. 2012: 111).
Kenyataan inilah yang harus menggugah pembinaan di kelompok
usia dini khususnya SSB untuk dapat lebih maksimal mengajarkan
kesempurnaan teknik keterampilan dasar sepakbola. Masalah utama dalam
proses latihan sepak bola yang meliputi teknik keterampilan dasar,
khususnya pelaksanaan proses latihan dribble bola, passing, ball control,
dan shooting pada tingkat pemula adalah belum efektifnya pelaksanaan
proses latihan. Hal tersebut akan berimplikasi terhadap kurangnya kualitas
hasil pelaksanaan proses latihan keterampilan dasar sepakbola di SSB.
Kondisi kualitas latihan keterampilan teknik dasar sepakbola yang
memprihatinkan di SSB telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai
forum oleh beberapa pengamat olahraga. Ada beberapa faktor penyebab
dari lemahnya kualitas tersebut adalah terbatasnya kemampuan pelatih dan
sumber-sumber yang telah digunakan untuk mendukung proses latihan.
Hal tersebut ditandai dengan menurunnya prestasi sepakbola Indonesia
yang tampak dari semakin merosotnya peringkat Indonesia pada rangking
FIFA (Federation International Football Assosiation)
. Pelatih sebagai pengajar selalu dihadapkan pada masalah
keterbatasan kualitas pelatih yang kurang memadai sehingga mereka
kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten, mereka
belum berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk melatih pemain

secara sistematis melalui SSB. Sekolah sepak bola tersebut antara lain
adalah Sekolah Sepak Bola Bengkulu kota Bengkulu dan SSB Bina Muda
Bahari kota Bengkulu.
Mutohir, Cholik (Suteja, 2009: 1) menyatakan metode latihan yang
dilakukan oleh pelatih dalam praktek latihan keterampilan bermain
sepak bola, cenderung sekedar melakukan gerakan dimana pemain
melakukan latihan fisik atau latihan keterampilan bermain sepak
bola berdasarkan gerakan yang telah diketahui sebelumnya tanpa
kontrol yang jelas dalam melakukan gerakan. Masih banyak pelatih
sepak bola yang melatih mempergunakan pendekatan atau metode
tradisional yang paling disenangi pelatih dalam palaksanaan proses
latihan teknik keterampilan bermain sepak bola. Proses latihan
secara tradisional sering mengabaikan tugas-tugas latihan dan tidak
sesuai dengan taraf perkembangan pemain.
Kelemahan yang paling menonjol dalam keterampilan dasar
sepakbola adalah seperti kesalahan dalam mengoper bola, menggiring
bola, dan menembak bola ke gawang. Dari pengamatan, pada pertandingan
masih banyak pemain yang melakukan kesalahan dalam mengoper bola
(passing), menggiring bola (dribble), dan menembak (shoot). Hal ini dapat
dilihat dari seringnya terjadi kesalahan sasaran dalam mengoper bola, bola
yang diberikan cenderung berada jauh pada posisi pemain yang menerima
operan, menggiring bola (drible) dengan posisi bola jauh dari kaki, dan
menembak (shoot) bola yang melenceng jauh dari gawang. Adanya
kelemahan tersebut tampak dalam pertandingan-pertandingan yang
diadakan khusus nya di daerah kota Bengkulu. Seperti pertandingan antar
SSB yang menjadi agenda rutin tahunan Pengcab PSSI kota Bengkulu. Hal
itulah yang mendasari SSB Bengkulu dan SSB Bina muda Bahari kota

Bengkulu berusaha berbenah diri dalam penguasaan teknik-teknik dasar


sepakbola khususnya bagi siswa usia muda yaitu usia 11-12 tahun.
Darmawan, R. (2012: 110) menyatakan usia 11-12 tahun adalah
tahap emas dalam proses belajar terutama belajar teknik dasar sepakbola
(golden age of learning). Pada usia 11-12 tahun siswa lebih siap dalam
menerima materi latihan teknik dasar sepakbola. This means that children
up to 12 years should play the game in an environment where fun, general
and specific motor skills are the top priority (The Football Association
Of Ireland, 2004: 24). Apabila diartikan yaitu bahwa anak-anak sampai
batas usia 12 tahun harus memainkan permainan dalam lingkungan yang
menyenangkan, umum dan lebih diutamakan pada keterampilan motorik.
Many children enjoy sport and place great emphasis on "having
fun". This enthusiasm needs be channelled into safe and
challenging activities that vvill both help to address the increasing
hypokinetic lifestyle of many children and improve and extend the
skills base from which competent and elite athletes vvill emerge,
(Cuningham, A.,2002: 295).
Inovasi dan kreasi dari para pelatih sepakbola sangatlah diperlukan
terutama dalam menentukan dan memilih metode latihan yang tepat sesuai
dengan karakteristik dan esensi dari materi yang akan dilatih. Pemilihan
metode juga harus mempertimbangkan waktu ketersediaan fasilitas dan
alat yang dibutuhkan. Segala macam varian teknik dasar sepakbola harus
diajarkan dengan sempurna dan secara terus menerus, berulang-ulang,
intensif, dan konsisten. Semua varian teknik dasar sepakbola ini harus bisa
dieksekusi dengan kecepatan dan dalam tekanan. Sehingga kesempurnaan

teknik dasar ini akan memudahkan pemain memainkan permainan


sepakbola.
Diantara beberapa macam metode latihan keterampilan dasar
sepakbola terdapat metode latihan sirkuit dengan bola dan metode ball
feeling. Metode latihan sirkuit dengan bola merupakan salah satu latihan
sirkuit spesifik cabang olahraga. Latihan ini mempunyai karakter yang sama
dengan latihan sirkuit yang lain. Bentuk latihan sirkuit dengan bola disajikan
dalam beberapa pos latihan yang terdiri dari berbagai macam bentuk latihan
teknik dengan menggunakan bola. Metode latihan ball feeling pada

dasarnya adalah bentuk latihan pengenalan terhadap bola atau sering


dikenal dengan penguasaan bola secara penuh dalam keadaan apapun.
Bola dikuasai dan tetap dapat dalam jangkauan seorang pemain pada saat
dalam permainan. Latihan ball feeling merupakan bentuk latihan yang
sederhana yang dilakukan dengan langsung menggunakan bola. Dalam
tahap latihan ball feeling setiap pemain lebih ditekankan pada pemahaman
terhadap gerak ataupun pantulan yang dihasilkan oleh bola. Wiel Coerver,
(Irianto, S., 2010: 133) menyatakan pemain yang memiliki kemampuan
yang baik dalam ball feeling maka pemain tersebut akan lebih mudah
melakukan teknik-teknik baru dalam sepakbola.
Metode latihan sirkuit dengan bola dan metode latihan ball feeling
merupakan metode latihan yang dapat diterapkan dalam proses latihan
teknik dasar di sekolah-sekolah sepakbola (SSB). Hal inilah yang
mendasari penulis dalam pemiihan metode latihan untuk diterapkan di

SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu Kelompok
Usia (KU) 11-12 tahun. Latihan sirkuit dengan bola dalam penelitian ini
terdiri dari delapan pos latihan yaitu latihan dribble angka delapan, Lari zig-

zag dengan bola kombinasi speed dribble, shuttle run dengan bola, lari zigzag dengan bola kombinasi passing, dribble kombinasi shoot ball, speed
dribble kombinasi passing. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Scheunemann (2012: 60) latihan sepakbola pada usia dini (11-12) tahun lebih
ditekankan pada latihan teknik yang langsung menggunakan bola. Latihan
ball feeling dalam penelitian ini terdiri dari Juggling ball, dribble dengan

kaki bagian luar dan kaki bagian dalam, control ball dan shooting, injakinjak bola, passing bola berhadapan 1x sentuhan, dribble zig-zag melewati
cone, passing bola dengan passing bawah menggunakan kaki bagian dalam
(droup-ball).
Agar metode latihan yang akan diterapkan dapat dirancang dengan
baik, terlebih dahulu ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan teknik dasar sepakbola. Untuk dapat melakukan keterampilan
dasar sepakbola dengan baik dan benar, pemain juga harus mengetahui
seberapa besar kesegaran jasmani yang dimiliki. Salah satu komponen
terpenting dari empat komponen kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan kesehatan, adalah daya tahan kardiorespirasi. Menurut Irianto, D.P.
(2002: 11) daya tahan paru jantung atau disebut juga cardio respiratory
adalah kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja
otot dalam waktu lama. Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung

yang baik tidak akan cepat kelelahan setelah melakukan serangkaian kerja.
Kualitas daya tahan paru jantung dinyatakan dengan VO 2 Max, yakni
banyaknya oksigen maksimum yang dapat dikonsumsi dalam satuan MI/
Kg BB/ menit.
Brian Mackenzie (2005: 1) menyatakan VO 2 Max is the maximum
amount of oxygen in millilitres, one can use in one minute per kilogram of
body weight. Those who are fit have higher VO 2 Max values and can
exercise more intensely than those who are not as well conditioned
apabila diartikan ke bahasa Indonesia yaitu VO 2 Max adalah jumlah
maksimum oksigen dalam mililiter, yang bisa digunakan dalam satu menit
per kilogram berat badan. Mereka yang fit memiliki nilai VO 2 Max lebih
tinggi dan dapat berolahraga lebih intens daripada mereka yang tidak
dikondisikan dengan baik. Dalam permainan sepakbola kemampuan daya
tahan aerobic yang baik atau VO 2 Max yang tinggi sangat diprioritaskan,
apabila para pemain sepak bola dalam kemampuan yang hampir sama,
maka kalah atau menang ditentukan oleh kondisi fisik dan mental seorang
pemain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di
atas, dan untuk mengetahui efektivitas dari kedua metode tersebut, maka
penelitian ini berjudul Pengaruh Metode Latihan dan VO 2 Max Terhadap
Keterampilan Dasar Sepakbola (Studi Eksperimen di SSB Bengkulu dan
SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu Kelompok
Usia 11-12 Tahun.

10

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan teknik dasar siswa SSB cenderung masih kurang baik
yang dilihat dari seringnya siswa SSB melakukan kesalahan dalam
melakukan teknik dasar sepakbola.
2. Belum diketahui pengaruh VO 2 Max terhadap keterampilan dasar
sepakbola.
3. Belum diketahui pengaruh latihan sirkuit dengan bola terhadap
peningkatan kemampuan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
Kelompok usia 11-12 tahun.
4. Belum diketahui pengaruh latihan ball feeling terhadap peningkatan
kemampuan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB kelompok usia
11- 12 tahun.
5. Belum diketahui Interaksi antara VO 2 Max terhadap kedua metode
latihan (sirkuit dengan bola dan ball feeling) dalam meningkatkan
kemampuan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB kelompok usia
11- 12 tahun.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diselidiki tidak terlampau luas maka penelitian
ini dibatasi pada masalah belum diketahuinya pengaruh latihan sirkuit
dengan bola dan latihan ball feeling

terhadap keterampilan dasar

sepakbola ditinjau dari kemampuan VO 2 Max. Kemampuan keterampilan

11

sepakbola hanya dibatasi kepada kemampuan dribble, passing, control,


dan shooting).

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.

Apakah ada pengaruh metode latihan sirkuit dengan bola dan metode
latihan ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
KU 11-12 tahun ?

2.

Apakah ada perbedaan pengaruh tinggi rendah VO 2 Max terhadap


keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun ?

3.

Apakah ada interaksi antara metode latihan dan kemampuan VO 2 Max


terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.

Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dengan bola dan metode


latihan ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu Kelompok Usia
11 12 tahun.

2.

Pengaruh VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB


KU 11 12 tahun.

3.

Interaksi antara metode latihan dan kemampuan VO 2 Max terhadap


keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11 12 tahun.

12

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfat Teoritis
a. Mengetahui program latihan yang sesuai terhadap peningkatan
keterampilan dasar sepak bola.
b. Memberikan sumbangan perkembangan pengetahuan, khususnya
bagi rekan-rekan sejawat di bidang olahraga.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pelatih dan pembina, khususnya bagi
pelatih di klub-klub atau SSB agar dapat meningkatkan pola latihan
serta variasi dalam latihan sehingga bermanfaat dalam peningkatan
kemampuan keterampilan dasar sepakbola khususnya kelompok
usia 11-12 tahun siswa SSB.
b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi suatu lembaga
khususnya pada bidang kepelatihan untuk meningkatkan perannya
dalam memberikan materi pelatihan bagi para pemain sepak bola
khususnya pemain untuk kelas usia muda.

13

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Hakikat Keterampilan Dasar Sepakbola.
Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi
(locomotion), yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang
lain secara silih berganti. Untuk itu, diperlukan kemampuan keterampilan
yang baik agar pemain dapat melakukan setiap gerak dasar

yang di

ajarkan. Irianto, D. P. (2009: 3) mengklasifikasikan jenis keterampilan


menjadi beberapa kelompok, antara lain: (1) berdasarkan kompleksitas
gerak, (2) berdasarkan objek, (3) berdasarkan jumlah pemain, (4)
berdasarkan pola gerak.
Dalam permainan sepakbola kemampuan dasar seseorang sangat
penting. Seorang pemain sepakbola harus memiliki kemampuan dasar
yang baik. Baik buruknya kemampuan dasar sepakbola seseorang dapat
dilihat dari teknik-teknik dasar sepakbola yang dikuasai. Menurut Mielke
(2007:1), kemampuan dasar bermain sepak bola harus dikuasai. Dasardasar bermain sepakbola antara lain: menggiring (dribbling), mengoper
(passing), menembak (shooting), menyundul bola (heading), menimang
bola (juggling), menghentikan bola (trapping), dan lemparan ke dalam
(throw-in).
Menurut Sucipto, dkk (2000: 8) menyatakan bahwa gerakangerakan dalam permainan sepakbola meliputi: gerakan lari, lompat, loncat,

14

menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang.


Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan
pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepakbola, gerak dasar
manusia adalah jalan, lari, lompat, dan lempar. Dalam permainan sepak
bola, dari beberapa pendapat di atas menjadi bahan kajian terutama yang
berkaitan dengan teknik sepakbola baik teknik tanpa bola maupun teknik
dengan bola.
Skill is the consistent production of goal-oriented movements,
which are learned and specific to the task (McMorris, T., 2004: 2).
Artinya bahwa keterampilan adalah gerakan konsisten berorientasi kepada
tujuan, yang dipelajari secara khusus dalam tugas latihan. Sebagai
indikator tingkat kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai
kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam menjalankan suatu
tugas berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan. Semakin mampu
seseorang mencapai tujuan yang diharapkan maka orang tersebut
dikatakan semakin terampil. Seorang pemain pemula yang baru mengenal
bagaimana cara bermain sepakbola, akan memperlihatkan koordinasi gerak
yang rendah, passing cenderung melenceng, kontrol terhadap bola tidak
cermat, feeling terhadap bola rendah sehingga pemain tersebut dapat
digolongkan pemain yang kurang terampil.
Melatih tim sepakbola harus dimulai dengan mengajari setiap
pemain berbagai teknik atau keterampilan dasar yang diperlukan untuk
menghadapi berbagai kondisi yang muncul di dalam laga yang

15

sesungguhnya, (Koger, R., 2007: vii). Ada tiga kategori teknik menurut
Robert Koger (2007: 13), yaitu: (1) foundation atau teknik dasar, (2)
intermediate atau teknik lanjut, (3) game atau teknik bermain. Teknik yang
tergolong sebagai foundation (dasar) merupakan menu latihan yang paling
mendasar atau paling rendah tingkatannya. Latihan-latihan teknik itu
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan oleh
semua pemain, namun menu latihan ini tidak ditujukan untuk menghadapi
kondisi pertandingan yang sesungguhnya. Membangun dasar yang kokoh
adalah sebuah keharusan. Layaknya orang membangun rumah, semakin
kuat pondasinya, maka semakin besar dan bervariasi pula ukuran dan
bentuk bangunan yang dapat didirikan diatasnya. Jadi keterampilan dasar
seperti itu jelas sangat dibutuhkan oleh para pemain.
Hoff (Journal Of Sports Sciences, 23 (6): 573-582) menyatakan
bahwa football (soccer) players require technical,tactical and pysichal
skills to succed. Artinya, seorang pemain sepakbola harus memiliki
kemampuan teknik, taktik, dan keterampilan fisik yang baik untuk dapat
mencapai prestasi optimal. Keterampilan fisik yang baik dalam sepakbola
ditandai dengan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dalam kualitas
yang tinggi pada saat melakukan passing, control, dribbling, keeping,
heading, dan shooting dengan keras dan terarah secara berulang-ulang.
Hal ini berbeda dangan seorang pemain pemula, semua gerakan yang
dilakukan pada umumnya ditandai dengan gerakan yang kaku, ragu-ragu,
lambat, dan terputus-putus.

16

Dari pengertian tentang keterampilan gerak dasar di atas, maka


keterampilan

gerak

dasar

sepakbola

dapat

didefinisikan

sebagai

kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan mendasar (utama) dalam


permainan sepakbola secara efektif dan efisien baik gerakan tanpa bola
maupun gerakan dengan bola.

a. Pengertian Sepak Bola


Menurut Scheunemann (2008:07) sepakbola adalah permainan
yang sederhana. Kendati demikian sepakbola mempunyai banyak aspek
atau bagian yang masing-masing perlu diberikan perhatian khusus. Ibarat
permainan puzzle, sepakbola terdiri dari banyak kepingan puzzle. Bagianbagian ini perlu disatukan sehingga menjadi suatu gabungan yang utuh.
Disinilah peran peran pelatih dan latihan itu sendiri sangat besar artinya.
Luxbacher (2011: 2) berpendapat bahwa: sepakbola dimainkan
oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang. Masingmasing tim mempertahankan sebuah gawang dan mencoba menjebolkan
gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper yang mempunyai tugas untuk
menjaga gawang. Kiper diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan
tangannya di dalam daerah penalti yaitu daerah yang berukuran lebar 44
yard dan 18 yard pada garis akhir. Pemain lainnya tidak diperbolehkan
menggunakan tangan atau lengannya, tapi dapat menggunakan kaki,
tungkai, atau kepala.

17

Alexander dan Mier (2011: 185) menyatakan Sepakbola adalah


olahraga ketahanan dengan intensitas tinggi meliputi pertandingan acak
antara kekuatan aktifitas aerobik dan anaerobik seperti lari, dan
mengurangi kecepatan, bolak-balik, lompat, menendang, dan tekel.
Sepakbola adalah permainan indah yang sederhana. Untuk mewujudkan
keindahannya itu, dibutuhkan pemain-pemain yang memiliki keberanian
dan kepercayaan diri untuk melakukan aksi di saat yang tepat. Aksi
individu yang kreatif ini harus dipadu dengan kerja sama tim yang kompak
sehingga terciptalah tim yang solid, Sugih Hendarto Mantan pelatih
Rahmad Darmawan (Darmawan, R. 2012: 5).
Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan
jenis permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable). Implikasi
dari adanya situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut
memaksa pemain yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai
memilih dan memutuskan suatu gerakan ketika berada dalam situasi
bermain. Pembiasaan menilik pola gerak yang paling efektif diserasikan
dengan

kemampuan

individunya,

menjadi

prasyarat

memadai.

Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut sungguh mungkin


akan menjadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh
kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk bereksplorasi
bagi atlet dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk
mengantisipasi segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga,
(Sukarata, I.K. 2011: 12).

18

Roji (2004: 1) menjelaskan bahwa sepakbola dilakukan oleh dua


kesebelasan, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain termasuk penjaga
gawang. Pemain cadangan untuk setiap regunya adalah tujuh pemain.
Lama permainan adalah 2 x 45 menit. Menurut Muhajir (2004: 22)
sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan menyepak bola,
yang mempunyai tujuan untuk memasukan bola ke gawang lawan dan
mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola.
Dengan demikian sepak bola dapat dikatakan sebagai permainan
beregu yang setiap regunya beranggotakan sebelas pemain, di mana dalam
proses memainkannya memerlukan kekuatan, keuletan, kecepatan,
ketangkasan, daya tahan, keberanian dan kerjasama tim yang dilakukan
selama dua kali 45 menit dengan menggunakan teknik yang baik dan
benar.

b. Teknik-Teknik Dasar Sepakbola


Pada permainan sepakbola dikenal berbagai macam teknik dasar
yang harus dikuasai oleh pemain sepakbola. Menurut Soewarno, dkk
(2001: 7) secara umum teknik sepakbola dibagi menjadi dua macam yaitu:
teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola meliputi: lari
dan merubah arah, meloncat/melompat, gerak tipu, tanpa bola atau gerak
tipu badan. Teknik dengan bola meliputi: menendang bola, menerima bola,
menggiring bola, menyundul bola, gerak tipu, merebut bola, lempar ke
dalam dan teknik menjaga gawang.

19

Untuk dapat meraih prestasi dalam bermain sepakbola, pemain


harus memiliki kemampuan penguasaan gerak teknik. Menurut Sucipto,
dkk (2000: 17) teknik dasar dalam sepakbola meliputi: (1) menendang
(kicking), (2) menghentikan (stopping), (3) menggiring (dribbling), (4)
menyundul (heading), (5) merampas (tackling), (6) lemparan kedalam
(throw-in), dan (7) menjaga gawang (keeping).
Menurut Dany Mielke (2007: 27) Untuk bermain bola dengan baik
pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik. Pemain yang memiliki
teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain
sepakbola dengan baik. Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain
sepakbola, yaitu:
1) Menendang (Kicking).
a) Menendang dengan kaki bagian dalam.
b) Menendang dengan kaki bagian luar .
c) Menendang dengan punggung kaki.
d) Menendang dengan punggung kaki bagian dalam.
2) Menghentikan bola (stopping).
a) Menghentikan bola dengan kaki bagian dalam.
b) Menghentikan bola dengan kaki bagian luar.
c) Menghentikan bola dengan punggung kaki.
d) Menghentikan bola dengan telapak kaki.
e) Menghentikan bola dengan paha.
f) Menghentikan bola dengan dada.
3) Menggiring bola (dribbling).
a) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam.
b) Menggiring bola dengan kaki bagian luar.
c) Menggiring bola dengan punggung kaki.
4) Menyundul bola (heading).
a) Menyundul bola sambil berdiri.
b) Menyundul bola sambil meloncat/melompat.
5) Merampas bola (tackling)
a) Merampas bola sambil berdiri.
b) Merampas bola sambil meluncur.
6) Lemparan ke dalam (Throw-in)
a) Lemparan ke dalam tanpa awalan.

20

b) Lemparan ke dalam dengan awalan.


7) Menjaga gawang (goal keeping).
a) Menangkap bola sambil berdiri.
b) Menangkap bola sambil meloncat
Menurut Herwin (2004: 21-29) permainan sepakbola mencakup
dua kemampuan dasar gerak atau teknik yang harus dimiliki dan dikuasai
oleh pemain yaitu gerak teknik tanpa bola dan teknik dengan bola.
1) Gerak atau teknik tanpa bola
Selama dalam sebuah permainan sepakbola seorang pemin
harus mampu berlari dengan langkah pendek maupun panjang,
karena harus merubah kecepatan lari. Gerakan lainnya seperti:
berjalan, berjingkat, melompat, meloncat, berguling, berputar,
berbelok, dan berhenti tiba-tiba.
2) Gerakan atau teknik dengan bola
Kemampuan gerak atau teknik dengan bola meliputi:
a) Pengenalan bola dengan bagian tubuh (ball feeling).
b) Mengoperkan bola (passing)
c) Menendang bola ke gawang (shooting)
d) Menggiring bola (dribbling)
e) Menerima dan menguasai bola (receiveing and controlling
the ball)
f) Menyundul bola (heading)
g) Gerak tipu (feinting)
h) Merebut bola (sliding tackle-shielding)
i) Melempar bola kedalam (throw-in)
j) Menjaga gawang (goal keeping)
Adapun kegunaan dari masing-masing teknik dasar dengan bola
antara lain: menendang bola biasanya untuk mengoper bola (passing),
mencetak gol (shooting), membersihkan bola dari daerah bahaya,
tendangan khusus (pinalti, tendangan bebas, tendangan sudut, dan
tendangan gawang).
Berdasarkan dari cara melakukannya, teknik dasar dengan bola
dapat dibedakan menjadi: (1) teknik menendang bola, (2) teknik

21

menerima/ mengontrol bola, (3) teknik menggiring bola, dan (4) teknik
keeping bola.
1) Teknik Menendang Bola
Dalam sepakbola, tendangan adalah bagian unsur teknik dasar
sepakbola yang sangat penting, karena seorang pemain sepakbola
harus memiliki kemampuan yang baik untuk teknik menendang bola.
Jika tidak memiliki kemampuan menendang bola dengan baik maka
pemain tersebut tidak akan menjadi pemain yang handal. Kemampuan
teknik menendang bola dapat dimanfaatkan untuk operan pendek (the
push pass), operan panjang (the long pass), operan melengkung (the
swerving pass), menembak bola (shooting), mengarahkan tendangan
(placing the shoot), melakukan tendangan penalti (taking penalties),
tendangan silang (crossing the ball), tendangan bawah (the chip),
tendangan atas (the lob), dan tendangan voli (the low volley, side
volley, high volley, and half volley). Menurut Herwin (2004: 29-31),
yang harus diperhatikan dalam teknik menendang adalah kaki tumpu dan
kaki ayun (steady leg position), bagian bola, perkenaan kaki dengan bola
(impact), dan akhir gerakan (follow-through).
Menurut Sucipto, dkk. (2000: 17-21) dilihat dari perkenaan
bagian kaki ke bola, menendang dibedakan beberapa macam, meliputi:
1) Menendang dengan kaki bagian dalam (instep)
Pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian dalam
digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing).
2) Menendang dengan kaki bagian luar (outside)
Pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian luar
digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing).

22

3) Menendang dengan pungung kaki (instep)


Pada umumnya teknik menendang dengan punggung kaki
digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal).
4) Menendang dengan pungung kaki bagian dalam (inside of the
instep)
Pada umumnya teknik menendang dengan punggung kaki bagian
dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long passing).

2) Teknik Menerima/ mengontrol Bola.


Mengontrol bola tejadi pada saat pemain menerima passing
atau menyambut bola sedemikian rupa sehingga pemain tersebut dapat
bergerak dengan cepat untuk melakukan dribbling, passing atau
shooting (Mielke, 2007: 29).
Tony Charles dan Stuart Rook (2012: 106) menyatakan
kemampuan untuk mengontrol bola dengan menggunakan bagianbagian tubuh yang berbeda-beda, merupakan unsur yang sangat
penting dalam permainan sepakbola modern. pemain yang baik dan
pemain yang luar biasa di bedakan dari kecakapan dan kemampuan
mereka dalam mengontrol bola di semua wilayah lapangan.
Menurut Herwin (2004: 40), yang harus diperhatikan dalam
teknik mengontrol, menerima, dan menguasai bola. Antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Pengamatan terhadap lajunya bola selalu harus dilakukan oleh
pemain, baik saat bola melayang ataupun bergulir.
2) Gerakan menahan lajunya bola dengan cara menjaga stabilitas dan
keseimbangan tubuh, dan mengikuti jalannya bola (sesaat
bersentuhan antara bola dengan bagian tubuh).
3) Pandangan selalu tertuju pada bola saat menerima bola, setelah bola
dikuasai, arahkan bola untuk gerakan selanjutnya seperti mengoper
bola atau menembak bola.

23

Menurut Sucipto, dkk. (2000: 22) mengontrol bola merupakan


salah

satu

teknik

dasar

dalam

permainan

sepakbola

yang

penggunakannya bersamaan dengan teknik menendang bola.tujuan


menghentikan bola untuk mengontrol bola, mengatur tempo
permainan, mengalihkan laju permainan dan memudahkan untuk
passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya
digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki, paha dan dada.
Menurut Sucipto, dkk (2000: 22-27) bagian kaki yang biasa digunakan
untuk menghentikan bola adalah sebagai berikut:
a. Mengontrol bola dengan kaki bagian dalam
Mengontrol bola dengan kaki bagian dalam pada umumnya
digunakan untuk mengontrol bola yang datangnya
menggelinding, bola pantul ke tanah dan bola di udara
sampai setinggi paha.
b. Mengontrol bola dengan kaki bagian luar
Mengontrol bola dengan kaki bagian luar pada umumnya
digunakan untuk mengontrol bola yang datangnya
menggelinding, bola pantul ke tanah dan bola di udara
sampai setinggi paha.
c. Mengontrol bola dengan punggung kaki
Mengontrol bola dengan punggung kaki pada umumnya
digunakan untuk mengontrol bola yang datangnya
menggelinding, bola pantul ke tanah dan bola di udara
sampai setinggi paha.
d. Mengontrol bola dengan telapak kaki
Mengontrol bola dengan telapak kaki pada umumnya
digunakan untuk mengontrol bola yang datangnya
menggelinding, bola pantul ke tanah dan bola di udara
sampai setinggi paha.
e. Mengontrol bola dengan paha
Mengontrol bola dengan paha pada umumnya digunakan
untuk mengontrol bola di udara sampai setinggi paha.
f. Mengontrol bola dengan dada
24

Mengontrol bola dengan paha pada umumnya digunakan


untuk mengontrol bola di udara sampai setinggi dada.
Pada setiap pelaksanaan gerak teknik, standar evaluasi harus
selalu diperhatikan untuk dijadikan sebagai alat kontrol keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Pada permainan sepakbola, pemain dapat
dikatakan memiliki kemampuan dalam mengontrol bola bila memiliki
standar sebagai berikut: (1) Bola terkontrol dan dapat dikuasai, (2)
Dilakukan satu kali sentuhan, (3) Sentuhan bola pertama dapat
mengubah arah, (4) secepat mungkin dalam melakukan (menjemput
bola), dan (5) Bola harus dalam posisi dilindungi.
3) Teknik Menggiring Bola
Teknik menggiring bola merupakan teknik fundamental yang
harus dikuasai oleh pemain sepakbola khususnya pada saat melakukan
serangan,

(http://www.talkfootball.co.uk/guides/football_dribbling.

html). Berdasarkan tujuannya, teknik menggiring bola memiliki tujuan


untuk melewati lawan, mencari kesempatan mengumpan pada kawan,
menahan bola agar tetap dalam penguasaannya. Oleh karena dilihat
dari perkenaannya, teknik menggiring bola dapat dilakukan dengan
cara: (1) Kaki bagian dalam untuk pemula, cara ini jarang dilakukan
pemain senior, (2) Kura-kura kaki untuk dribble cepat dan lurus, (3)
Kura-kura kaki bagian dalam untuk membelokkan bola, dan (4) Kurakura kaki bagian luar: paling sering digunakan dalam pertandingan
(bagian kaki dengan bola cukup luas, cepat bergerak, dapat
memberikan bola dengan tiba-tiba/ cepat.
25

Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak


ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Cara
melakukan menggiring yang dikutip dari Herwin (2004: 36) adalah
sebagai berikut:
1) Dribbling menghadapi tekanan lawan, bola harus dekat
dengan kaki ayun atau kaki yang akan melakukan dribbling,
artinya sentuhan terhadap bola sesering mungkin atau
banyak sentuhan.
2) Sedangkan bila di daerah bebas tanpa ada tekanan lawan,
maka sentuhan bola sedikit dengan diikuti gerakan lari yang
cepat.
Menurut Sucipto, dkk. (2000: 28-31) Menggiring bola
bertujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati
lawan dan menguasai permainan. Bagian kaki yang biasa digunakan
untuk menghentikan bola adalah sebagai berikut:
1) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam.
Menggiring bola dengan kaki bagian dalam digunakan untuk
melewati/mengecoh lawan.
2) Menggiring bola dengan kaki bagian luar
Menggiring bola dengan kaki bagian luar digunakan untuk
melewati/mengecoh lawan.
3) Menggiring bola dengan punggung kaki
Menggiring bola dengan punggung kaki digunakan untuk
melewati/mengecoh lawan.

4) Teknik Keeping Bola


Berdasarkan tujuannya, teknik keeping bola dilakukan untuk:
(1) Mengelabui lawan atau mengecoh lawan, (2) Merubah arah bola,
dan (3) Mempertahankan bola tetap dalam penguasaan. Adapun cara
melakukan teknik keeping bola, dilihat dari perkenaannya, adalah: (1)
Kaki bagian dalam, (2) Kaki bagian luar, dan (3) Sol sepatu

26

Agar teknik keeping bola dapat dikuasai dengan baik oleh


pemain, ada beberapa prinsip yang harus dilakukan diantaranya: (1)
Bola harus selalu dekat dengan kaki, (2) Dilakukan dengan gerakan
tiba-tiba, (3) Kaki tumpu kuat dan lutut sedikit ditekuk, (4) Kedua
lengan disamping untuk keseimbangan, (5) Bola selalu dalam
perlindungan, dan (6) Merupakan gerak kombinasi.

2. Hakekat Latihan Sirkuit


Menurut Rusli Lutan (2000: 78) latihan sirkuit adalah salah satu
cara yang dapat memperbaiki secara serempak tingkat fitness keseluruhan
dari tubuh seseorang olahragawan yang meliputi komponen biomotor
dasar. Latihan sirkuit adalah salah satu bentuk latihan yang lebih ke arah
pengembangan kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan dan
kebugaran jasmani yang terkait dengan keterampilan dalam waktu
kebersamaan (Hartoto & Tomoliyus, 2001: 54). Sukadiyanto (2011: 30)
menyatakan sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan
beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda. Artinya dalam satu
seri terdiri dari beberapa macam latihan yang semuanya harus diselesaikan
dalam satu rangkaian. Satu sirkuit latihan dinyatakan selesai, apabila
seseorang telah menyelesaikan latihan di semua pos latihan sesuai dengan
dosis serta waktu yang telah ditetapkan, dan singkatnya adalah satu bentuk
yang dilakukan dalam satu putaran, dan selama satu putaran itu terdapat
beberapa poin.

27

Latihan sirkuit (circuit training) adalah program dengan berbagai


jenis beban kerja yang dilakukan secara stimulan dan terus menerus
dengan diselingi istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut.
Program latihan ini sangat baik, karena dapat membentuk berbagai kondisi
fisik maupun teknik secara serempak. Latihan sirkuit merupakan bentuk
latihan yang efisien dan menantang dari pengkondisian. Latihan sirkuit
berfungsi dengan baik untuk mengembangkan kekeuatan, daya tahan (baik
aerobik dan anaerobik), fleksibilitas dan koordinasi, Hazeldine (Sukarata,
I.K. 2011: 59).
Disetiap latihan sirkuit dilaksanakan untuk nomor yang spesifik pada
setiap repetisi dan diselesaikan selama waktu tertentu sebelum pindah pada
latihan berikutnya. Dalam latihan sirkuit dipisahkan oleh petunjuk, waktu
istirahat (interval), dan di setiap sirkuit dipisahkan oleh waktu istirahat yang
panjang. Jumlah pos pada sirkuit yang dilaksanakan selama satu kali sesi
latihan mungkin berubah-ubah mulai dari 2 sampai 6 pos, 8 pos, 10 pos, dan
12 pos tergantung pada level latihan (pemula, pemeliharaan, atau
peningkatan), periode latihan (persiapan, atau kompetisi) dan sesuai dengan
kenyataan lapangan.
Pelaksanan sirkuit training tergantung pada kreativitas pelatih.
Semakin kreatif seseorang pelatih dalam mengkombinasikan bentuk latihan,
menentukan target latihan sesuai dengan jenis olahraganya, dan semakin jeli
pelatih dalam mengontrol pelaksanaan latihan, maka akan semakin baik hasil
yang diraihnya.

28

Dalam menentukan bentuk latihan seorang pelatih dapat menentukan


variasi-variasi sebagai berikut:
a. Harus dilakukan sekian repetisi
b. Harus melakukan sebanyak mungkin repetisi dalam waktu misalnya
15 detik.
c. Demikian pula boleh ditetapkan apakah setelah setiap bentuk latihan
ada masa istirahatnya (misalnya 15 detik) atau tidak.
Dalam aplikasinya, perlu ditekankan agar atlet mengerti bentuk apa
tujuan latihan, bahkan pada setiap poin. Dengan mengetahui tujuan latihan,
maksimal atlet akan bersungguh-sungguh dalam melakukan semua gerakan
dalam sirkuit tersebut. Walaupun sirkuit training mempunyai banyak
keuntungan, tetapi ada juga beberapa kelemahannya.
Latihan sirkuit yang dalam sekali pelaksanaanya memiliki banyak
item latihan menuntut seorang atlet untuk tetap aktif dan mengeluarkan segala
kemampuannya dan tetap berkonsentrasi penuh pada materi latihan.Latihan
sirkuit sangat membantu para pelatih dalam melatihkan keterampilan para
atletnya secara serempak atau bersamaan dengan waktu yang relatif singkat.
Bentuk latihan sirkuit (circuit training) memiliki tiga karakteristik,
Yaitu:
a)

Meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot.

b)

Menerapkan prinsip tahanan progresif.

c)

Memungkinkan banyak individu berlatih dalam waktu yang sama,


didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh latihan
maksimaldalam waktu pendek.

29

a.

Latihan Sirkuit Dengan Bola.


Pada latihan tingkat dasar (foundation) umur 11-12 tahun, latihan
yang terpenting adalah latihan yang bersifat teknis. Sangat baik dalam
usia ini mengembangkan teknik dan pengertian akan taktik dasar. pada
masa ini pemain berada pada masa pra puber dan memiliki keterbatasan
fisik terutama pada kekuatan dan ketahanannya. latihan fisik yang
diberikan hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan (agility) dan
koordinasi (Scheunemann, 2012: 60).
Latihan sirkuit adalah bentuk latihan dengan tujuan membangun
kekuatan dan kecepatan serta ketahanan otot (Suharjana, 2013: 70). Pada
usia dasar ( KU 10-12 tahun), kejenuhan akan sering terjadi apabila
kegiatan latihan tidak mendekati bentuk latihan yang sebenarnya (tidak
menggunakan bola dalam cabang sepakbola). oleh karena itu bentuk
latihan sirkuit disajikan dengan menggunakan pendekatan latihan teknik
yang berupa bentuk latihan dengan menggunakan bola. Scheunemann,
(2012: 60) menyatakan gabungan latihan kecepatan, daya tahan bahkan
koordinasi sebanyak mungkin dilakukan dengan menggunakan bola.
Artinya, latihan daya tahan (endurance) didapatkan melalui latihan yang
direncanakan dengan rapi, dengan intensitas tinggi dan menggunakan
bola, dalam bentuk permainan (game), atau latihan teknik yang sekaligus
melatih daya tahan (endurance).
Sirkuit training adalah suatu metode latihan yang disusun dalam
bentuk pos di mana dalam satu sirkuit terdiri dari beberapa pos yang tiaptiap pos mempunyai bentuk latihan berbeda dengan pos lainya. Dalam

30

penelitian ini yang dimaksud dengan latihan sirkuit kombinasi teknik


adalah suatu bentuk latihan yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan dasar bermain sepakbola yang terdiri dari kombinasi metode
latihan sirkuit (circuit training) dengan bentuk latihan teknik, hal ini
dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa kelompok usia dasar (KU 1112) tahun merupakan tahap usia yang belum cocok untuk menerapkan
latihan sirkuit yang sebenarnya, karena umur ini belum terbentuk
kematangan dari segi fisik, sehingga segala bentuk latihan strength akan
menjadi sia-sia jika diterapkan dikelompok usia 11-12 tahun ini.
Latihan sirkuit dengan bola merupakan salah satu latihan sirkuit
spesifik cabang olahraga. Latihan ini mempunyai karakter yang sama
dengan latihan sirkuit yang lain. Latihan sirkuit dengan bola lebih
menekankan latihan sirkuit dengan menggunakan media permainan
sesungguh nya yaitu bola. Hal ini sesuai dengan pendapat Tony Charles
dan Stuart Rook (2012: 31), Berlatih dengan bola sangat penting bagi
setiap pemain untuk mengembangkan keahlian keterampilan dasar
sepakbola. Bentuk latihan sirkuit dengan bola dalam penelitian ini terdiri
dari kombinasi dari latihan fisik dan latihan teknik seperti lari zig-zag
kombinasi dengan passing ball, shuttle run dikombinasikan dengan
dribble, lari step melewati cone, sprint pendek, dan mengangkat paha
melewati cone dikombinasikan dengan latihan shooting bola. Adapun
menu latihannya lari zig-zag tanpa dan dengan bola (intensitas
maksimal), shuttle run (intensitas maksimal), lari step melewati cone
(intensitas sedang), sprint pendek (intensitas maksimal), dan mengangkat

31

paha melewati cone kombinasi shooting (intensitas sedang- maksimal),


pemulihan 1 menit/tidak penuh dilakukan 3-5 set, frekuensi 3x
perminggu, selama 12x latihan.

Adapun Kelebihan berlatih dengan metode sirkuit dengan bola


di antaranya adalah:
a)

Meningkatkan berbagai komponen yang dilatihkan secara


serempak dalam waktu yang relatif singkat, dengan berbagai
variasi latihan.

b) Setiap siswa SSB dapat berlatih sesuai dengan kemajuannya


masing-masing.
c)

Setiap siswa SSB dapat mengobservasi dan menilai kemajuannya


sendiri.

d) Hemat waktu dan dapat dilakukan oleh banyak orang sekaligus.


e)

Dapat disesuaikan di berbagai area atau tempat latihan.


Serta kekurangan berlatih dengan metode sirkuit dengan bola

yaitu:
a)

Kesulitan dalam pengawasan latihan karena dilakukan oleh semua


atlet secara bersama-sama dalam tiap repetisi dengan pos yang
berbeda-beda.

b) Fokus latihan terpecah karena melakukan banyak macam bentuk


variasi latihan dalam satu waktu.

32

3. Hakekat Latihan Ball Feeling.

Dalam sepakbola salah satu faktor untuk dapat mewujudkan


prestasi secara optimal adalah penguasaan bola, ini berarti jika faktorfaktor pendukung lainnya dianggap cukup menunjang.
Kemampuan menguasai bola yang sulit dengan cepat dan cermat
bukan saja memberikan kepuasan pada diri sendiri, melainkan juga sebagai
tontonan yang sangat menarik, Chussaeri (Irianto, S. 2010: 133). Sehingga
dengan demikian semakin banyak bagian tubuh yang dapat digunakan
untuk menguasai bola secara baik maka semakin baik pula mutu
permainannya.
Wiel Coerver, (Irianto,S. 2010: 133) menyatakan pemain yang
memiliki kemampuan yang baik dalam ball feeling maka pemain tersebut
akan lebih mudah melakukan teknik-teknik baru dalam sepakbola. Sedang
Kadir Yusuf, (Iriyanto,S. 2010:133) menyatakan tindakan terpenting
dalam latihan teknik, termasuk latihan teknik menendang, mengontrol dan
sebagainya adalah berusaha agar seorang pemain dapat menyatu dengan
bola.
Latihan ball feeling pada dasarnya adalah latihan pengenalan
terhadap bola atau sering dikenal dengan penguasaan bola secara penuh
dalam keadaan apapun. Bola dikuasai dan tetap dapat dalam jangkauan
seorang pemain pada saat dalam permainan. Latihan ball feeling
merupakan bentuk latihan yang sederhana yang dilakukan dengan
langsung menggunakan bola. Dalam tahap latihan ball feeling setiap

33

pemain lebih ditekankan pada pemahaman terhadap gerak ataupun


pantulan yang dihasilkan oleh bola. Perkenaan bola pada bagian tubuh
yang diinginkan oleh setiap pemain harus dapat dirasakan dan dipahami
secara penuh. Maksud dari dapat dirasakan dan dipahami secara penuh
adalah apabila bola dikontrol atau disentuhkan kesalah satu bagian tubuh
seperti punggung kaki atau paha maka pemain tetap dapat menguasai bola
tersebut dengan cara mengetahui sebelumnya pantulan atau arah bola
tersebut.
Latihan ball feeling dapat dituang dalam bentuk-bentuk latihan
sederhana dan dapat mengggunakan grid-grid latihan yag tidak begitu
luas. Bentuk-bentuk latihan ball feeling tersebut perlu dikenalkan kepada
setiap pemain mulai sejak dini. Ball feeling merupakan sebagai dasar dari
latihan teknik dalam sepakbola. Dapat diketahui dan dikatakan bahwa
pemain yang memiliki kemampuan ball feeling yang kurang baik maka
pemain tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bentukbentuk teknik yang lainnya dalam sepakbola. Hal ini disebabkan karena
pemain tidak dapat mengenali dan memahami dari karakteristik terhadap
bola baik itu gerakan bola yang dihasilkan berupa pantulan dan gerakan
redaman (recoiling) saat bola mengenai anggota bagian tubuh pemain.
Pada tahap-tahap dasar latihan ball feeling dapat berupa latihan
hanya mengulirkan bola menyusuri tanah dengan menggunakan sol sepatu,
melakukan gerakan melangkahi bola sambil melompat, melakukan
gerakan menginjak bola dengan menggunakan kedua kaki ataupun sebelah

34

kaki sambil melompat, melakukan gerakan menimang-nimang bola dengan


menggunakan punggung kaki dengan tahap awalan memegang bola
kemudian dilemparkan atau dijatuhkan tepat pada punggung kaki, dan
melakukan gerakan passing perlahan dengan menggunakan kaki bagia
dalam. Bentuk-bentuk latihan dilakukan dengan cara perlahan dan bola
tetap dalam penguasaan penuh.
Menurut Herwin (2004: 25) tujuan latihan pengenalan bola dengan
bagian tubuh (ball feeling) untuk memulai pembelajaran dan latihan
sepakbola, diawali dengan pembelajaran dan latihan pengenalan bola
dengan seluruh bagian tubuh (ball feeling) dengan baik dan benar.
Menguasai bola, menerima bola, menendang bola, dan menyundul bola
dapat dilakukan dengan baik apabila memiliki ball feeling yang baik pula.
Bagian tubuh yang diperbolehkan menyentuh bola meliputi kaki bagian
dalam, kaki bagian luar, punggung kaki, tumit, telapak kaki, paha, dada,
dan kepala. Latihan ball feeling hendaknya dilakukan sejak usia dini dan
latihan memerlukan ribuan kali sentuhan sehingga dengan bagian tubuh
tersebut harus dilakukan dengan baik dan benar. Latihan ball feeling dapat
dimulai dengan berdiri ditempat, berpindah tempat, dan sambil berlari,
baik dalam bentuk menahan bola, menggulirkan bola, menimang bola
dengan seluruh bagian kaki, paha dan kepala.
Menurut Soewarno (2001: 7) istilah ball feeling atau ball sense
bukan istilah teknik tetapi dapat digunakan untuk menggambarkan
perasaan yang dimiliki pemain terhadap karakteristik bola. Lebih lanjut

35

Soewarno (2001: 9) menjelaskan ball feeling adalah sesuatu yang dapat


dipelajari/ dilatih. Ball feeling yang baik adalah sebagai dasar untuk
memilki teknik yang baik. Makin sering atau banyak menyentuh bola atau
bermain bola akan meningkatkan ball feeling atau ball sense. Beberapa
bentuk latihan ball feeling di antaranya: menimang-nimang bola (juggling)
dengan seluruh bagian kaki, paha, dada, kepala, passing, ball volley, dan
dribbling, menggulirkan bola kesamping, kedepan, atau ke belakang.
Dalam penelitian ini yang dimaksud ball feeling adalah latihan
pengenalan bola dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali
dengan tangan, yang dapat dilakukan dengan cara menimang-nimang bola
(juggling), menggulirkan bola, menggiring bola, passing atau dengan cara
lain. dalam latihan ball feeling ini disajikan dalam bentuk latihan yang
bersifat tidak monoton dan mencakup unsur-unsur untuk melatih
komponen biomotor fisik dasar misalnya: kelincahan, kecepatan, dan
fleksibilitas. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kebosanan dan menuntut
agar setiap pemain bergerak aktif.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode latihan ball feeling
ini adalah:
Kelebihan metode latihan ball feeling:
a) Dalam hal penguasaan bola akan lebih baik karena
terfokuskan pada feeling terhadap bola.

36

b) Pengawasan nya lebih mudah karena fokus latihan dilakukan


secara berurutan, tidak serentak dengan berbagai variasi
latihan.
Adapun kekurangan nya yaitu:
a) Bentuk latihan cenderung monoton dan terbatas dalam hal
variasi latihan karena hanya di fokuskan kepada feeling
terhadap gerak bola.
b) Siswa merasa jenuh dengan beban kerja yang dilakukan
secara berulang-ulang.
4. Sekolah Sepakbola (SSB) Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Kota
Bengkulu.
SSB merupakan satu-satunya tempat bagi anak-anak dan remaja
yang ingin belajar sepakbola, sulit rasanya mengharapkan anak-anak atau
remaja bisa mahir bersepakbola tanpa berlatih di SSB (Ganesha Putra,
2010: 16).
Klub Sekolah sepakbola (SSB) merupakan sebuah organisasi
olahraga khususnya sepakbola yang memiliki fungsi mengembangkan
potensi yang dimiliki atlet dan sebagai wadah penampung bakat
khususnya sepakbola untuk berkompetisi secara propesional. Tujuan
sekolah sepakbola untuk menghasilkan atlet yang memiliki kemampuan
yang baik, mampu bersaing dengan sekolah sepakbola lainnya, dapat
memuaskan masyarakat dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu
organisasi (Soedjono, 2000: 2).

37

SSB merupakan merupakan wadah pembinaan sepak bola usia dini


yang paling tepat, saat ini sekolah-sekolah sepak bola kebanjiran siswa.
Hal ini merupakan fenomena bagus mengingat peran sekolah sepak bola
sebagai akar pembinaan prestasi sepak bola nasional yang mampu
memasok pemain bagi klub yang mebutuhkan. Tujuan utama SSB
sebenarnya untuk menampung dan memberikan kesempatan bagi siswanya
dalam mengembangkan bakatnya. Disamping itu juga memberikan dasar
yang kuat tentang bermain sepak bola yang benar termasuk di dalamnya
membentuk sikap, kepribadian dan perilaku yang baik. SSB merupakan
detak jantung pembinaan pesepakbolaan usia muda di Indonesia (Ganesha,
2010: 17).
Latihan saat muda berkualitas yang sistematis, metodik serta
berkesinambungan merupakan harga mati dalam pembinaan menuju
pesepakbola yang profesional dan handal (Ganesha, 2010: 18). Dalam
menuju menjadi pemain sepakbola anak-anak mengalami beragam
tahapantahapan, layaknya proses bayi dari merangkak, berdiri hingga
berjalan. Secara biologis, fisiologis maupun psikologis anak-anak dan
remaja di setiap level usia memiliki karakteristik dan ciri tersendiri.
Sehingga dalam melatih, pelatih harus menyesuaikan dengan kondisi ini,
demi efektifnya materi latihan yang diajarkan kepada pemain.
Tujuan sekolah sepakbola sebenarnya untuk menampung dan
memberikan kesempatan bagi para siswa dan mengembangkan bakatnya.
Di samping itu, juga memberikan dasar yang kuat tentang bermain

38

sepakbola yang baik, sedangkan prestasi merupakan tujuan jangka panjang


(Soedjono, 2000: 3). Dengan demikian yang dimaksud dengan klub
sekolah sepakbola (SSB) dalam penelitian ini adalah suatu organisasi
sepakbola yang memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi pemain,
agar menghasilkan pemain yang berkualitas dalam sepakbola sehingga
mampu bersaing dengan klub-klub lainya yang berorientasi kepada
prestasi pada cabang sepakbola.
SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari merupakan dua sekolah
sepakbola

besar

yang

berada

dikota

Bengkulu.

SSB

Bengkulu

beralamatkan di Stadion Semarak Kota Bengkulu, Jl. Cendana Sawah


lebar Kota Bengkulu, dan klub SSB Bina Muda Bahari beralamat di
Komplek Pangkalan TNI AL. Bengkulu, Jl. R.E. Martadinata, Pulau Baai
Kota Bengkulu.

5. Kelompok Usia (KU) 11-12 Tahun.


Anak usia 11-12 tahun adalah termasuk dalam masa usia dini
dimana mereka merupakan peserta didik usia sekolah dasar yaitu individuindividu yang selalu aktif melakukan konfrontasi baik terhadap alam
sekitarnya, maupun terhadap dirinya sendiri. Anak usia dini tidak hanya
selalu ingin tahu tentang sesuatu, tetapi mereka juga selalu ingin mencoba
dan mengalami. Anak usia dini juga adalah individu-individu yang aktif
bergerak seperti berlari, melompat, melempar, memanjat, dan sebagainya.
Hampir semua stimulus yang datang selalu direspon dengan gerak. Pada
masa usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik pada

39

umumnya dicapai, karena itu mereka sudah siap menerima pelajaran


keterampilan.
The purpose of training for young athletes is to provide them with
the skills to go on to perform adult training programmes. In
particular, games players need to understand that physical training
is essential for them to excel, and it must be included in the right
form when they are young so it can develop into tough adult
training later on, (Brandon, R., 2004: 18).
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Tujuan latihan bagi para
atlet muda adalah untuk mempersiapkan keterampilan dini sebelum
melakukan program pelatihan tingkat lanjutan. Secara khusus, pemain
sangat perlu mengetahui kondisi fisiknya masing-masing dalam mengikuti
pelatihan, dan itu harus disertakan dalam bentuk yang tepat ketika mereka
masih berada pada usia muda sehingga dapat berkembang menjadi lebih
baik dalam mengikuti program latihan berikutnya.
Masa anak usia dini merupakan masa sangat bagus untuk olahraga,
karena pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
tubuh. Aktivitas fisik yang cukup akan membantu anak agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Melakukan aktivitas gerak tubuh bukan
hanya bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik semata
melainkan juga sangat penting untuk perkembangan daya fikir dan
kreatifitasnya.
Dalam sepakbola, bila pemain muda selalu diajarkan hal yang
salah, maka kesalahan tersebut permanen dan terus menerus dibawa
hingga dewasa. Sebaliknya, bila saat muda, pemain selalu diajarkan

40

sepakbola yang benar, hal itu juga akan permanen tertanam hingga
dewasa. Latihan harus dapat di sesuaikan dengan usia. Apabila tidak
disesuaikan dengan usia maka hasilnya tidak akan signifikan. Pemain
tersebut hanya akan bagus dalam jangka pendek yang singkat. Sedangkan
di masa yang akan datang justru akan sulit bersaing (Ganesha Putera,
2010: 18-19).
Berikut di sajikan tabel Tahapan Latihan berdasarkan usia DFB
Jerman dikutip dari Ganesha Putera (2010: 18).

Tabel 1.
Tahapan latihan berdasarkan usia DFB Jerman
CHILDREN TRAINING

YOUTH TRAINING

Tingkat Penampilan

ADVANCED
INTERMEDIATE
BASIC

Latihan sepakbola
spesifik

Belajar
khasanah gerak

Spesialisasi

Bermain
Sepakbola

Meningkatkan
perminan

6 10 Tahun

11 14 Tahun

Latihan berorientasi
penampilan
Masa konsolidasi
Mempersiapkan
pemain ke jenjang
profesional
15 Tahun ke atas
Usia

41

Keterangan Tabel:
1. Childrens Training
Tahapan latihan yang meliputi usia 6 14 tahun. Children Training
terbagi menjadi Basic Training untuk usia 6 10 tahun dan
Intermediate Training untuk usia 11 14 tahun. Dimana Basic
Training meliputi kelompok usia 6 8 tahun (Junior F) dan 9 10
tahun (Junior E). Sedangkan Intermediate Training meliputi kelompok
usia 11 12 tahun (Junior D) dan 13 14 tahun (Junior C).
2. Youth Training
Tahapan latihan Advanced untuk usia 15 18 tahun, serta 18 tahun ke
atas. Terdiri dari kelompok usia 15 16 tahun (Junior B) dan 17 18
tahun (Junior A).
Scheunemann (2012: 60) membagi perkembangan pemain
berdasarkan umur dan tingkatan, yaitu:
1.

Tingkat Pemula (fun phase) usia 5 sampai 8 tahun ( untuk


kepentingan latihan dibagi menjadi dua kelompok latihan yaitu usia 56 tahun dan usia 7-8 tahun.

2.

Tingkat Dasar (Foundation) usia 9 sampai 12 tahun ( untuk


kepentingan latihan dibagi menjadi dua kelompok latihan yaitu usia 910 tahun dan usia 11-12 tahun.

3.

Tingkat Menengah (Formative Phase) usia 13 sampai 14 tahun (untuk


kepentingan latihan tidak perlu dipecah).

42

4.

Tingkat Mahir (Final Youth) usia 15 sampai 20 tahun (untuk


kepentingan latihan dibagi menjadi tiga kelompok latihan yaitu usia
15-16 tahun, usia 17-18 tahun, dan usia 19-20 tahun.
Kelompok usia pertama dalam Intermediate Training ialah

kelompok usia 11-12 tahun yang sering disebut dengan junior D. Rentang
usia ini bisa dikatakan merupakan usia emas untuk belajar (golden age of
learning). Berbagai materi kepelatihan yang diberikan akan mudah sekali
diingat oleh pemain junior D. Oleh karena itu di usia ini banyak pelatih
mulai intens mengajarkan berbagai variasi teknik sepakbola seperti
dribbling, ball control, passing, shooting, dan heading (Ganesha Putera,
2010: 22).
Adapun karakteristik usia Junior D (11-12 tahun) yaitu:
1. Rentang usia ini adalah suatu masa dimana anak-anak mengalami
keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dengan perkembangan
psikologisnya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut sebagai
usia harmonis dan usia emas untuk belajar.
2. Terjadi perkembangan psikologis yang positif yakni:
1) Percaya diri
2) Antusiasme dalam mencari tahu
3) kemauan untuk belajar
4) Kemampuan untuk mengobservasi
5) Meningkatnya kemampuan berkonsentrasi
6) Mulai menyukai persaingan

43

3. Terjadi perkembangan fisiologis yang positif, yakni:


1) Ukuran tubuh yang semakin proporsional
2) Kemampuan koordinasi yang lebih baik
4. Berbagai situasi di atas membuat anak-anak menjadi lebih siap
untuk belajar permainan sepakbola yang lebih spesifik dan
kompleks
Darmawan, R. (2012: 111) menyatakan karakteristik pertumbuhan usia 1112 tahun yaitu:
1) Keseimbangan jasmani dan psikologis
2) percaya diri
3) Antusias pada hal baru
4) kemauan belajar
5) kemampuan observasi
6) konsentrasi menguat
7) mulai menyukai persaingan
8) tubuh mulai proporsional
9) koordinasi prima.

6. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO 2 Max)


a. Pengertian VO 2 Max
VO 2 Max adalah kemampuan organ pernapasan manusia untuk
menghirup oksigen sebanyak-banyaknya pada saat latihan (aktivitas
jasmani), (Sukadiyanto, 2011: 83). VO2max is the maximum amount of
oxygen in millilitres, one can use in one minute per kilogram of body
weight, Brian Mackenzie (2005: 1). Menurut Suharjana (2013: 51)
Kapasitas aerobik maksimal sama dengan istilah konsumsi oksigen
maksimal atau volume oksigen maksimal, yang disingkat VO 2 Max.
VO 2 Max adalah pengambilan oksigen (oxygen uptake) selama kerja
maksimal, biasanya dinyatakan sebagai volume per menit (V) yang

44

dapat dikonsumsi per satuan waktu tertentu. VO 2 Max telah dipandang


sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik, dan dipercaya memiliki
hubungan dengan kesehatan dan kinerja serta olahraga. Dengan
demikian seseorang akan mempunyai kemampuan yang besar untuk
memikul beban berat kerja dan lebih cepat pulih kesegaran fisiknya
sesudah bekerja jika mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik.
Maximal aerobic power sering kali disebut penggunaan oksigen
maksimal, adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan
oksigen selama olahraga. VO 2 Max mengacu pada kecepatan
pemakaian oksigen, bukan sekedar banyaknya oksigen yang dipakai.
Sebagai contoh, sesungguhnya setiap orang sanggup untuk memakai 5
liter oksigen bila diberi waktu yang cukup panjang untuk itu. Jadi dapat
dikatakan bahwa ambilan oksigen maksimal (VO 2 Max) adalah ukuran
kemampuan otot yang berkontraksi untuk mengkonsumsi oksigen yang
diperoleh dari sistem respirasi dan kardiovaskuler (kardiorespirasi).
VO 2 Max dinyatakan dalam liter/ menit. Kinerja pada tingkat VO 2 Max
hanya dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang sangat pendek dan
paling lama beberapa menit. Apabila terdapat suatu pernyataan VO 2
Max = 3 1/ menit, artinya seseorang dapat mengkonsumsi oksigen
secara maksimal 3 liter per menit.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi VO 2 Max
Menurut Tim Noakes (2001), dikutip dari (http://duniafitnes
.com/training/vo2-max-danfaktoryangmempengaruhinya.html) menjelaskan

45

faktor-faktor yang mempengaruhi level VO 2 Max adalah: (1) usia, (2)


jenis kelamin, (3) fitness dan latihan, (4) perubahan ketinggian tempat
(altitude), (5) gerak otot ventilasi (ventilatory muscles). Namun
menurut Noakes, level VO 2 Max seorang atlet lari tidak bisa menjadi
ukuran performa karena beragamnya faktor-faktor yang mempengaruhi,
seperti misalnya kemampuan sang atlet dalam menggunakan oksigen
dalam kecepatan atau jarak tertentu dan ketahanan terhadap rasa
letih saat latihan jangka waktu lama.
Bowers dan Fox (Sukadiyanto, 2011: 102) menambahkan faktor
yang mempengaruhi latihan ketahanan adalah intensitas, frekuensi,
durasi latihan, faktor keturunan, usia, dan jenis kelamin. Ada dua faktor
utama yang berkontribusi pada tinggi rendahnya VO 2 Max, salah
satunya adalah transportasi sistem oksigen yang kuat, yaitu mencakup
jantung yang kuat, hemoglobin dalam darah, volume darah yang tinggi,
kepadatan kapiler yang tinggi di otot, dan kepadatan mitokondria dalam
sel-sel otot. Selain faktor tersebut, ada faktor lainnya yang berpengaruh
pada tinggi rendahnya VO 2 Max, yaitu kecepatan atau kapasitas untuk
kontraksi sejumlah besar serat otot secara bersamaan, seperti jaringan
otot yang lebih aktif pada saat tertentu, dan akan semakin banyak
oksigen yang diserap oleh otot. Kedua faktor fisiologis tersebut
sebagian besar ditentukan oleh struktur genetik, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh latihan. Begitu juga dengan jenis latihan yang ada, dan
paling efektif dalam meningkatkan VO 2 Max adalah latihan pada

46

tingkat intensitas yang memunculkan VO 2 Max atau dengan kata lain,


pada tingkat intensitas yang cukup tinggi sehingga anda merasa seakanakan kesulitan untuk bernafas. Adapun faktor yang mempengaruhi VO 2
Max yaitu: (1) Paru-Paru, (2) Pembuluh darah, (3) Jantung, (4)
Mitokondria. Selain itu beberapa faktor yang dapat mempengaruhi VO 2
Max adalah fungsi

kardiorespirasi, metabolisme otot aerobik,

kegemukan badan, keadaan latihan dan keturunan.


Dengan demikian untuk memaksimalkan VO 2 Max sebaiknya
pada masa pertumbuhan, dengan harapan fungsi Cardiorespirasi akan
baik. Oleh karena alasan tersebut olahraga sangat penting dalam
memaksimalkan sistem cardiorespirasi karena dengan berolahraga kita
akan melatih kekuatan otot-otot jantung, paru-paru, elastisitas otot, dan
meningkatkan jumlah dan besarnya mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi yang digunakan untuk kerja otot untuk melakukan
aktifitas.
Dapat disimpulkan, keluaran kardio, kapasitas difusi paru-paru,
kapasitas penyerapan oksigen, dan batas-batas lainnya seperti kapasitas
difusi otot, enzim mitokondria, dan ketebalan kapiler, adalah
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap level VO 2 Max
seseorang. Karena tubuh bekerja dengan sistem khusus, maka jika salah
satu faktor tersebut berada pada level dibawah standar, maka seluruh
sistem tubuh dapat kehilangan kapasitasnya untuk berfungsi dengan
sempurna.

47

c. Pengukuran Maksimal Aerobic Power (VO 2 Max)


Adapun cara menghitung VO 2 Max yang paling sederhana dan
mudah adalah dengan cara lari menempuh jarak tertentu atau
menempuh waktu tertentu (Sukadiyanto, 2011: 130-131). Ada tiga
macam cara penghitungan, yaitu (1) dengan cara lari selama 15 menit
dan dihitung total jarak tempuhnya, (2) dengan cara lari menempuh
jarak 1600 m dan dihitung total waktu tempuhnya, dan (3) dengan
multistage fitness test, yaitu lari bolak-balik menempuh jarak 20 m.
Salah satu bentuk tes lapangan yang digunakan untuk
mengetahui VO 2 Max adalah tes Bleep (multistate fitness test). The
objective of the Multi-Stage Fitness Test (MSFT) is to monitor the
development of the athlete's maximum oxygen uptake (VO 2 Max)
Brian Mckenzie (2005: 28). Bentuk tes Bleep ini mempunyai beberapa
kelebihan, diantaranya data VO 2 Max lebih akurat apabila dibandingkan
dengan tes lapangan lainnya dan dapat dilaksanakan secara massal.
Dibandingkan tes Cooper dan Blake, pelaksanaan tes ini relative lebih
mudah dan menggunakan area atau daerah yang tidak luas.

Gambar. 1. Bentuk Multistage Fitness Test yang dilakukan dengan


lari bolak-balik sejauh 20 meter.
(Ismaryati, 2006)

48

Tes ini merupakan tes yang dilakukan di lapangan, sederhana


namun menghasilkan suatu perkiraan yang cukup akurat tentang
konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau tujuan. Pada
dasarnya tes ini bersifat langsung: testi berlari secara bolak balik
sepanjang jalur atau lintasan yang telah diukur sebelumnya, sambil
mendengarkan serangkaian tanda yang berupa bunyi tut yang
terekam dalam kaset/video. Waktu tanda tut tersebut pada mulanya
berdurasi sangat lambat, tetapi secara bertahap menjadi lebih cepat
sehingga akhirnya makin mempersulit testi untuk menyamakan
kecepatan langkahnya dengan kecepatan yang diberikan oleh tanda
tersebut. Testi berhenti apabila testi tidak mampu lagi mempertahankan
langkahnya, dan tahap ini menunjukan tingkat konsumsi oksigen
maksimal testi tersebut.
Norma pengukuran untuk kapasitas VO 2 Max putra dan putri
dapat dilihat pada tabel 1 dan 2, dibawah ini sebagai berikut:

NO.

Tabel 2.
Norma Penilaian dan Klasifikasi VO 2 Max Putra
(Satuan Ukuran; m1/kg bb/ menit)
NILAI V02 MAX
KLASIFIKASI

1.

Rendah (Low)

< 25

2.

Cukup (Fair)

25 33

3.

Sedang (Average)

34 42

4.

Bagus (Good)

43 52

5.

Tinggi (hight)

> 53

49

NO.

Tabel 3.
Norma Penilaian dan Klasifikasi VO 2 Max Putri
(Satuan Ukuran; m1/kg bb/ menit)
NILAI V02 MAX
KLASIFIKASI

1.

Rendah (Low)

< 24

2.

Cukup (Fair)

25 30

3.

Sedang (Average)

31 37

4.

Bagus (Good)

38 48

5.

Tinggi (Hight)

> 49

(Sumber: Hasjim Effendi, 1983 yang dikutip Sigit Nugroho, 2010: 116)

Tabel 4.

50

7. Hakekat Latihan
a. Pengertian Latihan
Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat
mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training.
Dalam

istilah

bahasa

Indonesia

kata-kata

tersebut

semuanya

mempunyai arti yang sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa Inggris
kenyataannya setiap kata tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda.
Dari beberapa istilah tersebut, setelah diaplikasikan di lapangan
memang nampak sama kegiatannya, yaitu aktivitas fisik (Sukadiyanto,
2011: 5).
Bompa (Irianto, D.P. 2002: 11) mengartikan latihan sebagai
program pengembangan olahragawan untuk event khusus, melalui
peningkatan keterampilan dan kapasitas energi.

b. Dosis Latihan
Penentuan dosis latihan adalah menetapkan tentang ukuran
beban latihan yang harus dilakukan oleh atlet untuk jangka waktu
tertentu. Menurut Irianto, D.P. (2002: 51) beban latihan dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1) Beban luar (Outerload) adalah rangsang motorik yang di tandai
berbagai ukuran komponen latihan sering dipergunakan sebagai
terminologi takaran latihan, seperti: frekuensi, intensitas, durasi,
volume, densitas dan lain-lain.

51

2) Beban dalam (Innerload) adalah perubahan fisiologis sebagai


akibat pembebanan luar atau sering disebut sebagai adaptasi
latihan yang meliputi perubahan morfologis (Struktural),
fisiologis-biokemis (fungsional) dan psikologis.
Beban latihan dapat dikatan sebagai dosis latihan fisik, yang
dimaksud dosis latihan antara lain; (a) intensitas latihan dapat diartikan
sebagai kualitas beban (ringan, sedang, berat atau low moderate,sub
maximal, maximal, sub maximal), (b) frekuensi latihan merupakan
jumlah kejadian/ulangan, (c) Durasi latihan diartikan sebagai lamanya
latihan dilaksanakan. Durasi latihan juga akan mempengaruhi
perubahan adaptasi tubuh, (d) Jenis latihan atau bentuk latihan. Yang
dimaksud jenis adalah karakteristik latihan dari intensitas, frekuensi dan
durasi latihan.

c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan.


Program latihan hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar
latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang.
Prinsip-prinsip dasar latihan yang secara umum harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1) Prinsip beban berlebihan (the overload principles).
Sukadiyanto (2011: 18) beban latihan harus mencapai atau
melampaui sedikit di atas batas ambang rangsang. Sebab beban yang
terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh
tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap

52

peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi


prinsip moderat ini.
2) Prinsip kekhususan (the principles of specificity)
Falsafah

prinsip

kekhususan

adalah

SAID

(Specific

Adaptation to Imposed Demand), artinya latihan hendaknya khusus


sesuai dengan sasaran yang di inginkan (Irianto, D.P. 2002: 47).
Kekhususan dalam latihan perlu mempertimbangkan:
a) Cabang olahraga, misalnya latihan pemain sepakbola berbeda
dengan latihan bola voli.
b) Peran olahragawan, misalnya latihan sepakbola bagi penyerang
berbeda dengan pemain bertahan.
c) Sistem energi, latihan bagi olahraga yang dominan energi
unaerobik berbeda dengan olahraga yang dominan energi
aerobik.
d) Pola gerak, setiap cabang olahraga memiliki pola gerak yang
berbeda-beda meliputi pola gerak siklik-asiklik, open skill-close
skill.
e) Keterlibatan otot, latihan diberikan pada otot atau sekelompok
otot yang berperan dalam melakukan sejumlah teknik dan
cabang olahraga.
f) Komponen kebugaran atau biomotor yang berperan dalam
setiap cabang olahraga.
3) Prinsip individual (the principles of individuality)

53

Dalam merespons beban latihan untuk setiap olahragawan


tentu akan berbeda-beda, sehingga beban latihan bagi setiap orang
tidak dapat disamakan antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap
kemampuan anak dalam merespons beban latihan, diantaranya
adalah faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur,
kebugaran, lingkungan, sakit cidera, dan motivasi (Sukadiyanto,
2011: 15).
4) Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the principles of
progressive increase load)
Latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan
dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks,
umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari ke
kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara ajeg, maju dan
berkelanjutan (Sukadiyanto, 2011: 19).
5) Prinsip Kembali Asal (the principles of reversibility)
Irianto, D.P. (2002: 11) bahwa kebugaran yang telah dicapai
seseorang akan berangsur-angsur menurun bahkan bisa hilang sama
sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur dengan takaran
yang tepat.
Dalam

kaitannya

dengan

keterampilan

motorik,

latihan

mempunyai beberapa prinsip dasar latihan. Adapun prinsip-prinsip


dasar

latihan

yang

dikemukakan

54

oleh

Mahendra,

(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19630
8241989031_AGUS_MAHENDRA/Kumpulan_makalah_bahan_penata
ran(Agus_Mahendra)/Teori_Belajar_Motorik.pdf) yaitu:
a. Jumlah latihan

Sudah menjadi keyakinan bahwa variabel yang paling


penting dalam belajar gerak adalah latihan. Proses latihanlah
yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam keterampilan.
Jumlah latihan menunjukan pada faktor waktu yang dihabiskan
oleh siswa atau atlet. Semakin banyak latihan dilakukan, semakin
besar kemungkinan keterampilan tingkat tinggi dapat dicapai.
Untuk mencapai kesuksesan dalam keterampilan gerak perlu
memperbanyak atau memaksimalkan jumlah latihan. Seberapa
banyak jumlah latihan yang ideal ? untuk menjawab pertanyaan
ini memang tidak mudah. Hal itu ditentukan oleh jenis
keterampilan serta siapa yang melakukannya. Para ahli
sependapat, bahwa jumlah latihan ditentukan oleh adanya
overlearning. Maksudnya, ketika target ideal pembelajaran
tercapai, maka pada latihan berikutnya, jumlah latihan harus
melebihi tahap itu. Dengan kata lain, harus ada pengulangan
yang lebih dari jumlah yang minimal.
b. kualitas latihan.

Selain jumlah latihan, hal pokok lainnya dalam latihan


adalah kualitas latihan. Seorang siswa boleh saja mengeluarkan

55

seluruh upaya dalam masa latihan yang panjang. Akan tetapi jika
tanpa memperhatikan kualitas latihan, siswa akan frustrasi dan
bosan berlatih karena tidak melihat dan merasakan adanya
kemajuan. Sehingga Pelatih maupun guru penjas penting untuk
terampil dalam mengorganisasi dan merancang kegiatan latihan
secara efektif. Kondisi-kondisi seperti kesadaran belajar akan
tujuan dan arah latihan, hasil yang dicapai, serta motivasi belajar
merupakan faktor-faktor yang menentukan kualitas latihan.
c. Teknik bimbingan.

Teknik atau metode bimbingan adalah metode yang paling


umum dalam latihan. Siswa dituntun dengan berbagai cara
memulai permulaan gerak. Dalam pengembangannya metode ini
mempunyai beberapa tujuan. Yang paling utama adalah tujuan
mengurangi kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa pola
yang tepat sudah dilakukan.
d. Metode latihan padat dan terdistribusi.

Dikaitkan dengan penggunaan waktu dalam proses latihan,


metode latihan yang dapat dipilih adalah latihan padat (massed
practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice) Latihan
padat dicirikan dengan tidak adanya waktu istirahat di antara
ulangan. Misalnya, jika tugas latihan adalah lari 30 menit, tugas
itu akan diselesaikan tanpa istirahat. Sedangkan dengan latihan
terdistribusi tugas tersebut diselesaikan dengan cara membaginya

56

menjadi beberapa bagian. Setiap bagian akan diselingi istirahat.


Tidak selamanya kedua metode tadi dapat dibedakan secara
tegas. Patokannya adalah, latihan padat biasanya mengurangi
waktu istirahat di antara latihan atau ulangan, sedangkan latihan
terdistribusi mempunyai istirahat lebih panjang diantara waktuwaktu latihan atau ulangan. Perbedaan nyata dari kedua latihan
tersebut adalah pengaruh rasa capai terlebih pada metode padat.
Akibatnya,

akan

menurunkan

penampilan

pada

ulangan

penampilan seri latihan berikutnya dan mungkin malah


menggangu

proses

belajar.

Untuk

tujuan

meningkatkan

keterampilan, latihan terdistribusi dinilai lebih efektif.

d. Takaran Latihan
Menurut Suharjana (2013: 45), Agar program latihan dapat
berjalan sesuai tujuan, maka latihan harus diprogram sesuai dengan
kaidah-kaidah latihan yang benar. Konsep FITT (frequency, Intensity,
Time, dan Type) merupakan konsep latihan yang telah banyak
disepakati oleh para pakar olahraga. Konsep tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
2) Frekuensi adalah banyaknya unit latihan perminggu. Untuk
meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali seminggu.
Sebaiknya dilakukan berselang, misalnya: senin-rabu-jumat,
sedangkan hari yang laindi gunakan untuk istirahat agar tubuh
memiliki kesempatan untuk recovery (Pemulihan) tenaga.

57

3) Intensitas adalah kualitas yang menunjukkan berat ringannya


latihan. Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan tujuan
latihan. Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak
jantung (Training Heart Rate = THR). Untuk latihan yang
melibatkan kecepatan diukur dalam satuan meter per detik.
Intensitas yang dipakai untuk melawan ketahanan, dapat diukur
dalam kg atau libis, untuk olahraga beregu irama permainan dapat
membantu intensitas latihan.
4) Time adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih.
Durasi dalam arti waktu (lama) latihan, misalnya pada latihan
dengan lari 5 km, durasi latihannya adalah jumlah waktu yang
digunakan dalam menempuh jarak selama lari 5 km tersebut.
Sedangkan pada latihan strength dan muscle endurance, durasi
didasarkan pada jumlah waktu dari total set dan repetisi latihan.
Dalam latihan aerobic durasi minimal yang harus dilakukan adalah
15-20 menit, dan idealnya antara 30-60 menit.
5) Tipe Latihan adalah bentuk atau model olahraga yang digunakan
untuk latihan. Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut
dipilihkan tipe yang tepat. Tipe latihan dipilih untuk disesuaikan
dengan tujuan latihan, ketersediaan alat dan fsilitas, serta perbedaan
individu peserta latihan. Tipe latihan akan menyangkut isi dan
bentuk-bentuk latihan.
Berikut ini contoh-contoh tipe latihan:

58

a. Latihan Aerobik
1) Latihan Kontinyu
2) Interval Training
3) Circuit Training
b. Latihan Kebugaran Otot
c. Latihan Komposisi Tubuh
d. Latihan Kelentukan
Beberapa istilah yang sering digunakan

untuk menentukan

takaran latihan, antara lain:


a) Respirasi adalah benyaknya ulangan dalam satu rangkaian gerak,
misalnya menangkat dambel, berulang-ulang sebanyak 12 kali, lari
sejauh 30 M sebanyak 5 kali
b) Set adalah kumpulan ulang gerak, misalnya latihan kekuatan dengan
mengangkat barbell sebanyak 3 set, masing-masing set dilakukan 8
repetisi, Set 1 diangkat 8 repetisi, Set 2 diangkat 8 repetisi, Set 3
diangkat 8 repetisi
c) Recovery adalah waktu selang antar perangsang gerak, misalnya
recovery antar set 1 menit, artinya setelah mengangkat barbell 8 kali
pada set 1, kemudian istirahat 1 menit, selanjutnya melakukan
angkatan set 2, dan seterusnya.
Untuk mencapai hasil yang optimal, takaran latihan perlu
ditingkatkan bertahap secara periodik. Misalnya, seseorang pada awal
latihan

menggunakan

intensitas

59

65%,

dua

minggu

kemudian

ditingkatkan menjadi 70%, dan seterusnya, atau pada awal mengikuti


program frekuensi latihan cukup 3 kali/minggu, selanjutnya dapat
ditingkatkan menjadi 4 atau 5 kali/minggu.
Dalam

menentukan

takaran

atau

dosis

latihan

perlu

mempertimbangkan kemampuan awal seseorang. Latihan yang terlalu


ringan tidak bermanfaat, sedangkan latihan yang terlalu berat akan
menyebabkan terjadinya gangguan fisik dan kesehatan yang disebut
dengan over training yang ditandai dengan gejala antara lain: kenaikan
detak jantung istirahat lebih dari 5 detik/menit, kenaikan suhu tubuh
dipagi hari, penurunan berat badan, sukit tidur, rasa lelah yang
berkelanjutan, otot terasa nyeri, dada berdebar-debar, kecepatan reaksi
menurun, koordinasi gerak berkurang dan hilang konsentrasi.

e. Sasaran dan Tujuan Latihan


Bompa & Haff (2009: 4) menjelaskan bahwa sasaran latihan
meliputi (1) perkembangan fisik multilateral, dimana atlet memerlukan
pengembangan fisik secara menyeluruh berupa kebugaran (fitness)
sebagai dasar pengembangan aspek lainnya yang diperlukan untuk
mendukung prestasi; (2) perkembangan fisik khusus cabang olahraga,
dimana setiap atlet memerlukan persiapan fisik khusus sesuai dengan
cabang olahraganya; (3) keterampilan teknik, dimana kemampuan
biomotor seorang atlet dikembangkan berdasarkan kebutuhan teknik
cabang olahraga tertentu untuk meningkatkan efisiensi gerakan; (4)
kemampuan taktik, dimana siasat untuk memenangkan pertandingan

60

merupakan bagian dari tujuan latihan dengan memertimbangkan


kemampuan lawan, kekuatan dan kelemahan lawan, serta kondisi
lingkungan; (5) faktor psikologis, dimana faktor psikologis digunakan
untuk meningkatkan disiplin, semangat, daya juang, kepercayaan diri,
dan keberanian; (6) memelihara kesehatan, dimana kesehatan
merupakan bekal yang perlu dimiliki seorang atlet, sehingga perlu
pemeriksaan secara teratur dan perlakuan dalam mempertahankannya;
(7) pencegahan cedera, merupakan sesuatu yang sangat ditakuti atlet,
sehingga perlu upaya pencegahan melalui peningkatan kelentukan
sendi, kelenturan dan kekuatan otot; dan (8) pengetahuan teoritis,
dimana latihan harus memperbaiki pengetahuan atlet tentang dasar
fisiologis dan psikologis dari latihan, perencanaan, nutrisi, dan
regenerasi.
Menurut Suharjana (2013: 38) tujuan latihan di antaranya adalah
untuk mencapai dan memperluas perkembangan dan pertumbuhan fisik
secara menyeluruh bagi anak usia perkembangan, meningkatkan
karakter pribadi seperti kedisiplinan, semangat, bersungguh-sungguh,
mengembangkan kepercayaan diri, tenggang rasa dengan teman,
melatih rasa sosial dan kerja sama apabila dilihat dari esensi
pendidikan, serta menguatkan persendian dan ligamentum sehingga
terhindar dari cedera bagi atlet.
Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar menurut
Sukadiyanto dan Muluk (2011: 8) adalah untuk (1) meningkatkan

61

kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (2) mengembangkan


dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, (3) menambah dan
menyempurnakan keterampilan teknik, (4) mengembangkan dan
menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain, dan (5)
meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam
bertanding.
Sasaran dan tujuan ditetapkan dalam rencana latihan. Sasaran
dan tujuan tersebut memberikan arah dan tujuan sasaran penyusunan
latihan ke arah peningkatan hasil-hasil olahraga. Sasaran-sasaran dan
tujuan jangka panjang merupakan hakekat perspektif nuntuk satu tahun
atau lebih secara terus menerus. Sasaran dan tujuan biasanya
dirumuskan menurut jenis cabang olahraga, seperti permainan atau
olahraga pertandingan.
Sasaran dan tujuan jangka pendek diarahkan pada peningkatan
aspek-aspek

penampilan

yang

dilatih

(kekuatan,

keterampilan-

keterampilan dan lain-lain). Pencapaian atau prestasi di cek secara


teratur dalam jarak tiga sampai empat minggu. Dalam kenyataannya
setiap segi latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang konktit.
Pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek maupu jangka panjang
adalah penting untuk memotivasi atlet dan memungkinkan pelatih
mendapatkan

feed-back

(umpan

direncanakan itu efektif atau tidak.

62

balik)

apakah

latihan

yang

Isi latihan meliputi latihan-latihan dan pengajaran teoritis yang


dilaksanakan selama suatu sesi latihan. Metode-metode latihan
merupakan prosedur dan cara yang di rencanakan mengenai jenis-jenis
latihan dan penyusunannya berdasarkan kadar kesulitan, kompleksitas,
dan beratnya beban.
Tindakan-tindakan organisasi diterapkan oleh seorang pelatih
untuk menjadikan latihan lebih efisien. Tindakan-tindakan itu meliputi
pemanfaatan

yang

sebaik-baiknya

tentang

langkah

latihan,

perlengkapan yang memadai, pembagian kelompok latihan menjadi


kelompok-kelompok kecil dengan kegiatan berbeda.
Tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah
untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya
semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan
yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu:
1) Latihan Fisik
Latihan fisik (physical training). Perkembangan kondisi fisik
yang menyeluruh amatlah penting. Oleh karena tanpa kondisi fisik
yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan
sempurna. Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk
dikembangkan adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan
kekuatan,

kekuatan

otot

(strength),

kelentukan

(flexibility),

kecepatan, stamina, kelincahan (agility), power. Komponen-

63

komponen

tersebut

adalah

yang

utama

harus

dilatih

dan

dikembangkan oleh atlet.


2) Latihan Teknik.
Menurut Giriwijoyo, dkk. (2005: 41) latihan teknik
merupakan latihan yang bertujuan untuk mempermahir penguasaan
keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga, misalnya teknik
menendang, melempar, menangkap, menggiring bola, dan melompat.
Oleh karena seseorang pemain yang memiliki penguasaan teknik
yang efisien dan efektif memiliki beberapa keuntungan di antaranya
yaitu akan menghindarkan dari kerja yang berlebihan, memperkecil
kemungkinan terjadi cedera, merupakan dasar yang kuat untuk
pengembangan teknik tingkat selanjutnya, serta mampu melakukan
tugas secara konsisten.
Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan guna
membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik
atau perkembangan neuromuscular. Kesempurnaan teknik-teknik
dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan
menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar
setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga
haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna.
3) Latihan Taktik.
Tujuan latihan taktik (tactical training) adalah untuk
menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet.

64

Teknik-teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini


haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan,
bentuk-bentuk dan formasi permainan, serta strategi-strategi dan
taktik-taktik pertahanan dan penyerangan, sehingga berkembang
menjadi satu kesatuan gerak

yang sempurna. Setiap pola

penyerangan dan pertahanan haruslah dikenal dan dikuasai oleh


setiap anggota tim, sehingga dengan demikian hanpir tidak mungkin
regu lawan akan dapat mengacaukan regu kita dengan suatu bentuk
serangan atau pertahanan yang tidak kita kenal.
4) Latihan Mental.
Latihan

mental

perkembangan

mental

(psychological
atlet

tidak

training),

kurang

merupakan

pentingnya

dari

perkembangan ketiga faktor tersebut di atas, sebab betapa sempurna


pun perkembangan fisik, teknik, dan taktik atlet, apabila mentalnya
tidak turut berkembang, prestasi tidak mungkin akan dapat dicapai.
Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih menekankan
pada perkembangan emosional dan impulsive, misalnya semangat
bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun
berada dalam situasi stress, sportivitas, percaya diri, kejujuran, dan
sebagainya.

Psychological

Training

adalah

training

guna

mempertinggi efisiensi mental atlet, terutama apabila atlet berada


dalam situasi stress yang kompleks.

65

Keempat aspek tersebut di atas haruslah seiring dilatihnya


dan harus diajarkan secara serempak. Kesalahan umum para pelatih
kita adalah bahwa aspek psikologis yang sangat penting artinya itu,
sering di abaikan atau kurang di perhatikan pada waktu melatih, oleh
karena mereka selalu hanya menekankan pada latihan guna
penguasaan teknik, taktik, serta pembentukan keterampilan yang
sempurna.

8. Hakekat VO 2 Max Dalam Sepakbola.


Selama dalam proses berlatih atau bertanding kebutuhan oksigen
akan disuplai oleh kerja jantung dan alat pernapasan sesuai dengan
kebutuhan jaringan. Untuk itu, terutama pada olahraga yang memerlukan
ketahanan, diperlukan kemampuan VO 2 Max yang besar agar olahragawan
mampu bekerja lebih lama. Sasaran latihan untuk VO 2 Max adalah agar
olahragawan memiliki ketahanan yang lebih baik dan mampu bekerja
dengan intensitas tinggi yang lebih lama.
Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO 2 Max. Namun begitu,
VO 2 Max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai
tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat
menurunkan VO 2 Max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens
yang teratur dapat menaikkan VO 2 Max dengan nilai yang hampir serupa,
McGraw-Hill (Adhikarmika Uliyandari, 2009: 20). Latihan fisik yang
efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan
intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa

66

kegiatan dan latar belakang latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai
VO 2 Max nya.
Meningkatnya intensitas kerja sampai batas VO 2 maksimal akan
menyebabkan terjadinya salah satu perubahan dalam konsumsi oksigen,
yaitu terjadi keadaan stabil (plateu) atau sedikit menurun dalam hal denyut
nadi, Willmore dan Costill (Sigit Nugroho, 2010: 117). Terjadinya plateu
tersebut menunjukkan bahwa akhir aktivitas semakin dekat karena suplai
oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa VO 2 Max membatasi rata-rata kerja atau kecepatan kerja
yang dapat dilakukan. Jika aktivitas dilanjutkan sampai beberapa waktu
setelah mencapai VO 2 Max, sumber energi aerobik akan habis dan harus
segera disuplai dari sumber energi anaerobik dengan kapasitas sedikit,
sehingga tidak dapat berlangsung dalam waktu lama.
Nilai VO 2 Max sangat berhubungan erat dengan sepakbola.
Seorang pemain sepakbola dengan nilai VO 2 Max semakin tinggi, maka
semakin bagus staminanya. Begitupun sebaliknya semakin rendah
nilainya, semakin jelek stamina seorang pemain (Coach Timo, 2013: 1).
Pemain yang memiliki VO 2 Max tinggi akan mampu untuk berlari lebih
jauh serta melakukan sprint lebih sering dalam sebuah pertandingan
sehingga tingkat keterlibatan seorang pemain dalam sebuah pertandingan akan
meningkat.

Untuk orang awam, atlet maupun seorang pelatih yang ingin


meningkatkan daya tahan (endurance) harus mengetahui bahwa yang perlu

67

ditingkatkan adalah kemampuan daya tahan sistem kardiovaskuler.


Dengan sistem kardiovaskuler yang baik, maka kebutuhan biologis tubuh
pada waktu kerja akan lancar. Kelancaran tersebut dimungkinkan apabila
alat-alat peredaran darah yang mengalirkan darah sebagai media
penghantar untuk memberikan zat-zat makanan dan oksigen yang
diperlukan jaringan tubuh, dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna.
Pengertian endurance adalah kemampuan seseorang melakukan
kerja dalam jangka waktu lama (Irianto, D. P. 2002: 72). Endurance
menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja
secara terus menerus dalam suasana aerobik. Jadi dapat berlaku bagi
seluruh tubuh, suatu sistem dalam tubuh, daerah tertentu dan sebagainya.
Maximal Aerobic Power dapat dikatakan penentu yang penting pada
olahraga ketahanan (endurance). Hasil beberapa penelitian menunjukkan
bahwa olahragawan yang sukses dalam nomor endurance secara tetap
menunjukkan nilai VO 2 Max yang tinggi. Nilai VO 2 Max tertinggi dicapai
pada olahraga yang memerlukan penggunaan energi yang relative sangat
besar dalam jangka waktu yang lama.
Selama eksersi (kerja) VO 2 Max, pasokan energi adalah aerobik
dan anaerobik. Karena kapasitas pasokan energi anaerobik terbatas, orang
yang di tes segera akan merasa di paksa untuk berlari atau bersepeda lebih
lambat. Oleh karena itu, tingkat beban endurance harus berada di bawah
tingkat VO 2 Max, karena pengaruh latihan VO 2 Max naik. Tetapi yang
lebih penting adalah fakta bahwa latihan juga mempengaruhi pasokan

68

energi. Metabolisme anaerobik bekerja pada persentase VO 2 Max yang


lebih tinggi. Pengaruh latihan laktat terbentuk pada beban kerja yang
sesuai dengan persentase VO 2 Max yang lebih tinggi. Jadi latihan itu
sendiri meningkatkan persentase VO 2 Max, sehingga eksersi dapat
dipertahankan untuk waktu yang lama.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan


Untuk melengkapi dan membantu penelitian, maka dicari bahanbahan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Namun
belum menemukan hasil yang serupa dengan unsur-unsur yang akan diteliti
dalam penelitian. Dari beberapa penelitian tersebut yaitu:
1.

Penelitian oleh Suhardi (2007) yang berjudul Pengaruh Bentuk Latihan


Fisik dan Denyut Nadi Defleksi Terhadap Perubahan VO 2 Max di FIK
UNNES, (Proseding Olahraga Nasional). Kesimpulan yang didapat dari
penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh yang signifikan antara bentuk
latihan fisik terhadap VO 2 Max (sig = 0.002); (2) Ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat DND terhadap VO 2 Max (sig = 0.027); (3) Ada
interaksi antara latihan fisik dengan DND terhadap VO 2 Max ( sig =
0.052).

2.

Penelitian oleh I Komang Sukarata Adnyana (2011) yang berjudul


Perbedaan Pengaruh Metode Latihan sirkuit berlanjut dan sirkuit
sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (VO 2 Max)
pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari rasio waktu kerja-istirahat
1:2 dan 1:3 (Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana UNS). Penelitian ini

69

menggunakan metode eksperimen lapangan dengan rancangan faktorial


2x2. Hasil penelitian yaitu: (1) ada perbedaan pengaruh metode latihan
sirkuit berlanjut dan sirkuit sepakbola

terhadap peningkatan volume

oksigen maksimal (VO 2 Max). Untuk metode latihan sirkuit berlanjut


adalah 2,32 dan untuk metode latihan sirkuit sepakbola adalah 2,715. (2)
Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (VO 2 Max)
pada pemain sepakbola antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan rasio kerjaistirahat 1:3. Masing-masing; untuk rasio waktu kerja-istirahat 1:2 adalah
1,715 dan rasio waktu kerja-istirahat 1:3 adalah 3,32. (3) Tidak ada
pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerjaistirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (VO 2 Max)
pada pemain sepakbola.
3.

Penelitian oleh Sumintarsih (2012) yang berjudul Pengaruh Metode


Latihan dan Koordinasi terhadap Peningkatan keterampilan Teknik
Dasar

Bulutangkis.

(Tesis.

Yogyakarta:

Program

Pascasarjana,

Universitas Negeri Yogyakarta). Penelitian ini menggunakan metode


eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Hasil penelitian yaitu: (1)
ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode massed practice
dan distributed practice terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar
bulutangkis, terbukti dari F hitung = 5.038 > F tabel = 4.20 pada taraf
signifikansi 5%. (2) ada perbedaan peningkatan keterampilan teknik
dasar bulutangkis yang signifikan antara koordinasi mata tangan tinggi
dan rendah, terbukti dari F hitung = 5.385 > F tabel = 4.20 pada taraf

70

signifikansi 5%. (3) ada perbedaan peningkatan keterampilan teknik


dasar bulutangkis yang signifikan antara metode massed practice
koordinasi tinggi rerata = 39.125 dan metode distributed practice
koordinasi tinggi rerata = 24.625, terbukti pada nilai selisih rerata 14.5 >
RST = 5.717 pada taraf signifikansi P < 0.05. (4) ada perbedaan
peningkatan keterampilan teknik dasar bulutangkis yang signifikan antara
metode massed practice koordinasi rendah rerata = 31.625, terbukti pada
selisih rerata 7.125 > RST = 4.478 pada taraf signifikansi P < 0.05. (5)
Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan
koordinasi terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar bulutangkis,
terbukti dari nilai F hitung = 43.949 > F tabel = 4.20, pada taraf
signifikansi 5%.

71

C. Kerangka Pikir

SEPAKBOLA

Kemampuan
VO2 Max

VO2 Max Rendah

VO2 Max Tinggi

Metode latihan
Sirkuit dengan bola dan
ball feeling

Metode latihan
Sirkuit dengan bola dan ball
feeling

KETERAMPILAN DASAR
SEPAKBOLA
(David Lee Test)
Gambar. 2. Kerangka Pikir
1. Perbedaan Keterampilan Dasar Sepakbola antara yang Dilatih
dengan Metode Sirkuit dengan Bola dan Metode Ball Feeling.
Dalam permainan sepakbola, keterampilan dasar sepakbola
merupakan faktor penting di samping fisik, taktik, dan mental seorang
pemain, sehingga dalam proses latihan

khususnya teknik dasar harus

diperhatikan dengan baik oleh pelatih, karena merupakan aspek penting

72

dalam permainan sepakbola. Salah satu komponen penunjang yang


penting untuk menjaga kebugaran yaitu latihan fisik. Pelatih diharapkan
dapat mengembangkan sistem latihan yang efektif, agar tujuan yang ingin
dicapai dapat terpenuhi secara optimal.
Metode latihan sirkuit dengan bola dan metode latihan ball feeling
merupakan diantara berbagai macam metode latihan guna menunjang
kondisi fisik dan teknik atlet agar dapat tampil baik sehingga diharapkan
dapat mencapai prestasi yang maksimal. Latihan-latihan tersebut
merupakan kombinasi antara latihan fisik dan latihan teknik. Seorang atlet
apabila sudah dalam kondisi fisik sudah terlatih dengan baik maka
pengembangan-pengembangan latihan yang lain akan lebih mudah, karena
dalam mencapai suatu prestasi yang optimal harus memiliki kelengkapan
yang meliputi: (1) Pengembangan fisik, (2) Pengembangan teknik, (3)
Pengembangan taktik, (4) Pengembangan mental atau kejiwaan (mentaln
build-up) dan (5) Kematangan juara.
Metode

Latihan

Sirkuit

dengan

bola

disajikan

dengan

menggunakan pendekatan latihan teknik dengan bola dan dilakukan dalam


delapan pos latihan yang dirancang sesuai dengan bentuk latihan teknik
dasar sepakbola, yaitu dribble, passing, ball control, dan shooting. Dalam
pelaksanaannya, metode sirkuit dengan bola dilakukan secara bersamasama sesuai dengan materi latihan di setiap pos, dan dilakukan secara
bergantian, memutar sesuai dengan urutan pos yang ditempati.

73

Sedangkan metode latihan ball feeling pada dasarnya adalah latihan


pengenalan terhadap bola atau sering dikenal dengan penguasaan bola
secara penuh dalam keadaan apapun. Bola dikuasai dan tetap dapat dalam
jangkauan seorang pemain pada saat dalam permainan. Menguasai bola,
menerima bola, menendang bola, dan menyundul bola dapat dilakukan
dengan baik apabila memiliki ball feeling yang baik. Bagian tubuh yang
diperbolehkan menyentuh bola meliputi kaki bagian dalam, kaki bagian
luar, punggung kaki, tumit, telapak kaki, paha, dada, dan kepala. Latihan
ball feeling hendaknya dilakukan sejak usia dini dan latihan memerlukan
ribuan kali sentuhan sehingga dengan bagian tubuh tersebut harus
dilakukan dengan baik dan benar. Latihan ball feeling dapat dimulai
dengan berdiri ditempat, berpindah tempat, dan sambil berlari, baik dalam
bentuk menahan bola, menggulirkan bola, menimang bola dengan seluruh
bagian kaki, paha dan kepala.
Dalam tahap latihan ball feeling setiap pemain lebih ditekankan
pada pemahaman terhadap gerak ataupun pantulan yang dihasilkan oleh
bola. Perkenaan bola pada bagian tubuh yang diinginkan oleh setiap
pemain harus dapat dirasakan dan dipahami secara penuh. Maksud dari
dapat dirasakan dan dipahami secara penuh adalah apabila bola dikontrol
atau disentuhkan kesalah satu bagian tubuh seperti punggung kaki atau
paha maka pemain tetap dapat menguasai bola tersebut dengan cara
mengetahui sebelumnya pantulan atau arah bola tersebut.

74

Perbedaan bentuk tahapan latihan antara kedua metode latihan


berdampak kepada peningkatan yang diperoleh setelah masa latihan.
Latihan sirkuit dengan bola memiliki karakter latihan yang dilakukan
secara serentak di tiap-tiap pos latihan, sedangkan latihan ball feeling
dilakukan secara bertahap dari latihan satu ke latihan berikutnya. Latihan
sirkuit dengan bola memiliki ragam latihan yang luas, tidak terfokus
hanya kepada feeling bola seperti pada latihan ball feeling.

2. Perbedaan Kemampuan Keterampilan Dasar Sepakbola Antara


Siswa yang Memiliki VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max rendah.
Dalam penerapan metode latihan yang akan digunakan perlu
ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar
sepakbola. Untuk dapat melakukan keterampilan dasar sepakbola dengan
baik dan benar, pemain juga harus mengetahui seberapa besar kesegaran
jasmani yang dimiliki. Salah satu komponen dari kesegaran jasmani yang
berhubungan dengan kesehatan adalah kemampuan VO 2 Max. Dalam
permainan sepakbola kemampuan daya tahan aerobic yang baik atau VO 2
Max yang tinggi sangat diprioritaskan, apabila para pemain sepakbola
dalam kemampuan teknik yang sama maka kalah atau menang ditentukan
oleh kondisi fisik dan mental dari pemain.
Siswa yang memiliki VO 2 Max tinggi mempunyai volume oksigen
yang lebih banyak sehingga peredaran darahnya lebih baik, otot-otot
mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan berbagai
aktivitas lebih lama. Siswa yang memiliki VO 2 Max tinggi akan lebih

75

mudah beradaptasi, tidak mudah terengah-engah dalam melakukan setiap


aktivitas. Siswa yang memiliki VO 2 Max tinggi akan lebih mudah dalam
menyerap materi latihan yang diberikan.
Sebaliknya siswa yang memiliki VO 2 Max rendah akan mudah
mengalami kelelahan, sulit beradaptasi, sulit berkonsentrasi dikarenakan
volume oksigen yang rendah. Kelelahan atau penurunan kemampuan
menghirup oksigen akan berdampak kepada penurunan konsentrasi dalam
melakukan kegiatan aktifitas fisik termasuk kegiatan latihan, sehingga
pencapaian dari tujuan latihan keterampilan dasar yang ingin diperoleh
menjadi kurang maksimal.

3. Interaksi

Antara

Metode Latihan

dan

VO 2

Max

Terhadap

Keterampilan Dasar Sepakbola.


Dalam penerapan metode latihan sirkuit dengan bola dan metode
latihan ball feeling pada siswa SSB Kelompok usia 11-12 tahun dengan
variabel moderat yaitu kemampuan VO 2 Max, diharapkan akan
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan keterampilan
dasar sepakbola. Siswa SSB yang dilatih dengan menggunakan metode
latihan sirkuit dengan bola dan metode ball feeling yang memiliki
kemampuan VO 2 Max tinggi belum tentu memperoleh peningkatan yang
lebih baik dibanding siswa SSB yang memiliki kemampuan VO 2 Max
rendah.
Metode latihan (sirkuit dengan bola dan ball feeling) dan VO 2 Max
(VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max rendah) dapat dikatakan mempunyai

76

interaksi apabila dari hasil latihan antara kedua metode terjadi perbedaan
yang dipengaruhi oleh variabel moderat yaitu kemampuan
contohnya

apabila

keterampilan

dasar

sepakbola

VO 2 Max,

yang

dilatih

menggunakan metode latihan sirkuit dengan bola dengan VO 2 Max rendah


mempunyai peningkatan yang lebih baik dibanding dengan metode latihan
ball feeling dengan VO 2 Max tinggi atau sebaliknya metode latihan ball
feeling dengan VO 2 Max rendah mempunyai peningkatan yang lebih baik
daripada keterampilan dasar yang dilatih dengan metode latihan sirkuit
dengan bola dengan VO 2 Max tinggi. Apabila variabel moderat tidak
mempengaruhi metode latihan terhadap keterampilan dasar sepakbola
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
latihan dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
kelompok usia 11-12 tahun.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikir
di atas dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
1.

Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan sirkuit dengan bola


dan metode latihan ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola
siswa SSB KU 11-12 tahun.

2.

Ada perbedaan pengaruh antara VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max rendah


terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun.

3.

Ada interaksi antara metode latihan dan VO 2 Max terhadap


keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun.

77

78

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan dua
kelompok yang memperoleh perlakuan (treatment) yang berbeda berupa
metode latihan, yaitu metode sirkuit dengan bola dan ball feeling. Arikunto,
Suharsimi (2010: 272) berpendapat bahwa penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. An
experiment is controlled observations of the effect of a manipulated
independent variable on some dependent variable (Balnaves and Caputi,
2001: 68). Saifuddin Azwar (2010: 109) berpendapat bahwa Prosedur
eksperimen bermaksud untuk membandingkan efek variasi variabel bebas
terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian
variabel bebas.
Eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2, dengan
menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).. Sudjana (2002:
109) menyatakan bahwa eksperimen faktorial adalah eksperimen yang
hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan
dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen. Di

78

dalam penelitian eksperimental murni perlu diadakan kontrol terhadap


kemungkinan yang mempengaruhi validitas eksperimen, baik internal
maupun eksternal. Manipulasi terhadap validitas internal dilakukan dengan
kontrol terhadap pengaruh pengujian, pengaruh pemilihan subjek,
pengaruh kehilangan peserta, pengaruh perlakuan dan pengaruh statistik.
Kontrol terhadap validitas eksternal adalah sebagai berikut:
a. Dikontrol dengan membatasi aktifitas subjek penelitian, sehingga hasil
penelitian tidak dikhawatirkan karena pengaruh aktifitas lain selain
treatment.
b. Membatasi waktu treatment agar tidak berlangsung dalam jangka waktu
yang terlalu lama.
c. Menyeragamkan instrumen penguji pretest dan posttest.
d. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dibagi dua
kelompok dengan cara random melalui pretest.
e. Pengaruh kehilangan peserta dikontrol dengan memberikan presensi
pada awal dan akhir latihan.
f. Pengaruh perlakuan dikontrol dengan menyeimbangkan dosis latihan.
g. Pengaruh statistik dikontrol dengan menghilangkan subjek yang
nilainya paling tinggi dan paling rendah.
Setelah diadakan kontrol terhadap pengaruh-pengaruh tersebut,
karena perlakuan dilaksanakan sebagai bagian dari latihan kondisi fisik,
sedangkan subjek masih mempunyai aktifitas lain yaitu dalam latihan
teknik dan mungkin juga taktik, ataupunkegiatan lain, di luar latihan

79

sehingga dikhawatirkan hasil penelitian dipengaruhi juga oleh aktifitas lain


di luar treatment.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2. Dalam desain
ini ada dua perlakuan variabel bebas (independent) dan variabel terikat
(dependent). Variabel bebas dibagi menjadi dua kelompok yaitu metode
sirkuit dengan bola (A 1 ), metode ball feeling (A 2 ) sebagai variabel
moderator VO 2 Max tinggi (B 1 ) dan VO 2 Max rendah (B 2 ). Sedangkan
variabel terikat (dependent) yaitu keterampilan dasar sepakbola. Rancangan
analisis faktorial 2x2 yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang
disajikan dalam Tabel 5, sebagai berikut:

Tabel 5. Rancangan penelitian faktorial 2 X 2


Metode Latihan
(A)
Kemampuan VO 2 Max
(B)

Latihan Sirkuit
dengan bola
A1

Latihan ball feeling

Kemampuan VO 2 Max
tinggi
B1

A1 B1

A2 B1

Kemampuan VO 2 Max
rendah
B2

A1 B2

A2 B2

80

A2

Keterangan:
A 1 B 1 : Kemampuan VO 2 Max tinggi yang dilatih dengan metode latihan
sirkuit dengan bola.
A 2 B 1 : Kemampuan VO 2 Max tinggi yang dilatih dengan metode latihan ball
feeling.
A 1 B 2 : Kemampuan VO 2 Max rendah yang dilatih dengan metode latihan
sirkuit dengan bola.
A 2 B 2 : Kemampuan VO 2 Max rendah yang dilatih dengan metode latihan
ball feeling.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda
Bahari Kota Bengkulu kelompok usia 11-12 tahun. Pelaksanaan di SSB
Bengkulu dilakukan di lapangan Stadion semarak kota Bengkulu, dan untuk
SSB Bina Muda Bahari dilakukan di Lapangan sepakbola Angkatan Laut
Bengkulu. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu berlangsung dari tanggal 3
April 2014 sampai 11 Mei 2014. Frekuensi latihan 3x seminggu yakni untuk
SSB Bengkulu setiap hari Selasa, Jumat, dan Minggu dan untuk SSB Bina
Muda Bahari setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu. Adapun rancangan
program latihan sirkuit dengan bola dan ball feeling dapat dilihat pada tabel.
6, dibawah ini:

81

Tabel. 6
Rancangan Program Latihan Sirkuit Dengan Bola
Tujuan
Meningkatkan Teknik Keterampilan Dasar
Sepakbola
Lama latihan
16x Pertemuan
Intensitas
Sedang - Maksimal
Cabang Olahraga
Sepakbola
Volume
2- 4 set/sesi
Repitisi
45 detik -1 menit/item (hitungan waktu)
Durasi
30- 60 menit
t. recovery
tidak ada (hanya waktu pindah antar item)
t. interval
1: 2 5 menit
Irama Latihan
Sedang-cepat bersifat dinamis
Jumlah Sirkuit
6 item
Frekuensi

3 kali/minggu

Periodesasi

Persiapan

Variabel/Item latihan

Dribble angka delapan, Lari zig-zag dengan


bola kombinasi speed dribble, dribble
kombinasi keeping ke kanan dan ke kiri, lari
zig-zag tanpa bola kombinasi passing, dribble
kombinasi shoot ball, melompati cone tumpuan
kaki satu ke kiri dan kekanan, ke depan
tumpuan kaki dua.

Tempat

Lapangan Sepakbola Angkatan Laut Bengkulu.

Pemberi Perlakuan

1 orang Pelatih (Lisensi D)


dan 3 orang asisten pelatih (mantan pemain).
Pelatih memberikan instruksi materi yang akan
diberikan dibantu oleh asisten pelatih.

Tabel. 7
Rancangan Program Ball Feeling
Tujuan
Meningkatkan teknik keterampilan dasar
Sepakbola
Lama Latihan
16x Pertemuan
Cabang olahraga
Sepakbola
Intensitas
Sedang - Maksimal
Frekuensi
3 kali/minggu
82

Volume
Variabel latihan

Durasi Latihan
Irama latihan
t. Interval
Periodesasi
Tempat
Pemberi Perlakuan

3 repitisi/set 2-4 set/sesi


Juggling ball, dribble dengan kaki bagian luar
dan kaki bagian dalam, control ball dan
shooting, injak-injak bola, passing bola
berhadapan 1x sentuhan, menggiring bola zigzag melewati cone dengan sol sepatu, passing
bola menggunakan kaki bagian dalam (droupball).
30- 60 menit
Sedang- cepat bersifat dinamis
1 : 2-5 menit
Persiapan
Stadion Sepakbola Semarak Bengkulu
1 orang Pelatih (Lisensi D)
dan 3 orang asisten pelatih (mantan pemain).
Pelatih memberikan instruksi materi yang akan
diberikan dibantu oleh asisten pelatih.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dan sampel menjelaskan wilayah generalisasi atau populasi
penelitian, penetapan

jumlah sampel, teknik pengambilannya, serta

rasionalnya.
1. Populasi Penelitian
Populasi

sebagai

wilayah

generalisasi

yang

terdiri

atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulanya (Sugiyono, 2009: 80). Populasi dalam penelitian ini adalah


siswa SSB Bengkulu Kota Bengkulu kelompok usia 11-12 tahun yang
berjumlah 30 orang, dan siswa SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu

83

yang berjumlah 30 orang yang berusia 11-12 tahun. Jadi total populasi
yakni berjumlah 60 orang yang berasal dari kedua SSB.
2. Sampel Penelitian
Arikunto, Suharsimi (2010: 174) berpendapat bahwa Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 62).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SSB Bengkulu Kota Bengkulu
dan siswa SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu yang masing-masing
berjumlah 16 orang dan berusia 11-12 tahun (KU: 11-12 tahun).
Arikunto, Suharsimi (2006: 212) menyatakan bahwa untuk
menentukan sampel dalam kelompok besar yaitu membagi dengan
mengambil kedua kutubnya saja, yakni 27% skor teratas sebagai kelompok
tinggi dan 27% skor terbawah sebagai kelompok rendah. Langkah pertama
dalam analisis adalah untuk mengidentifikasi kelompok atas dan bawah
dengan menggunakan skor tes keseluruhan. Sampel dalam populasi ini
menggunakan metode purposive sampling yaitu menentukan 27% bagian
atas

dan 27% bagian bawah dari skor dan diambil menjadi sampel

(Baumgarter, et.al, 2007: 463).


Secara teknis teknik penentuan sampel diawali dengan mengecek
kemampuan VO 2 Max populasi yang berjumlah 60 orang, atlet SSB
Bengkulu Kota Bengkulu berjumlah 30 orang dan atlet SSB Bina Muda
Bahari kota Bengkulu berjumlah 30 orang.

Kemudian diujikan

kemampuan VO 2 Max dari atlet yang berjumlah 60 orang yang berasal dari

84

kedua klub SSB tersebut, yaitu dengan menggunakan

tes Multistage

Fitness Test (MFT). Dari hasil tes kemudian dirangking dan diambil 27%
subjek yang memiliki kemampuan VO 2 Max tinggi dari 30 orang siswa
SSB dan 27% subjek yang memiliki kemampuan VO 2 Max rendah dari 30
siswa SSB dijadikan sebagai sampel. Setelah dilakukan tes, didapatlah
sebanyak 8 orang yang memiliki kemampuan VO 2 Max tertinggi dan 8
orang yang memiliki kemampuan VO 2 Max terendah. Sedangkan pada
rangking tengah tidak digunakan sebagai sampel, yaitu sebanyak

14

orang. Jadi, jumlah sampel yang telah diambil terdiri atas 8 sampel yang
memiliki kemampuan VO 2 Max tinggi dan 8 sampel yang memiliki
kemampuan VO 2 Max rendah, dan keseluruhannya yaitu berjumlah 16
orang untuk tiap SSB. SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu melakukan
latihan sirkuit dengan bola dan jumlah sampel yaitu 16 orang dan SSB
Bengkulu kota Bengkulu melakukan latihan ball feeling dengan jumlah
sampel 16 orang. Jadi total keseluruhan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang berasal dari dua klub yang
berbeda.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent),
variabel terikat (dependent), dan variabel moderator. Sugiyono (2009: 39)
menjelaskan, variabel bebas (independent) merupakan variabel yang
mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) variabel lain, variabel
85

terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel


lain,

sedangkan

variabel

moderator

merupakan

variabel

yang

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen.


a. Variabel bebas (independent) pada penelitian ini, yaitu:
1) Latihan Sirkuit dengan bola
2) Latihan ball feeling
b. Variabel terikat (dependent) pada penelitian ini adalah:
Keterampilan dasar sepakbola (Drible, passing, control, shooting).
c. Variabel Moderator pada penelitian ini adalah:
1) Kemampuan VO 2 Max tinggi
2) Kemampuan VO 2 Max rendah
2. Definisi Operasional.
Definisi oprasional variabel dari masing-masing variabel penelitian
perlu dijelaskan agar tidak menimbulkann penafsiran yang berbeda:
1. Latihan Sirkuit dengan bola adalah suatu metode latihan yang disusun
dalam bentuk pos di mana dalam satu sirkuit terdiri dari 8 pos yang
tiap-tiap pos mempunyai bentuk latihan berbeda dengan pos lainya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan latihan sirkuit dengan bola
adalah suatu bentuk latihan yang digunakan untuk meningkatkan
keterampilan dasar sepakbola yang terdiri dari kombinasi metode
latihan sirkuit (circuit training) dengan bentuk latihan teknik. Bentuk
latihan sirkuit dengan bola dalam penelitian ini terdiri dari lari
kombinasi dari latihan fisik dan latihan teknik seperti lari zig-zag

86

kombinasi dengan passing ball, shuttle run dikombinasikan dengan


dribble, lari step melewati cone, sprint pendek, dan mengangkat paha
melewati cone dikombinasikan dengan latihan shooting bola. Adapun
menu latihannya lari zig-zag tanpa dan dengan bola (intensitas
maksimal), shuttle run (intensitas maksimal), lari step melewati cone
(intensitas

sedang),

sprint

pendek

(intensitas

maksimal),

dan

mengangkat paha melewati cone kombinasi shooting (intensitas sedangmaksimal), pemulihan 1 menit/tidak penuh dilakukan 3 sampai 5 set,
frekuensi 3x perminggu, selama 16x latihan.
2. Ball feeling, Sasaran dalam latihan ball feeling selalu melibatkan

kebugaran jasmani dan keterampilan bermain, sehingga sasaran latihan


nya tidak dapat dipisahkan secara mutlak di antara keduanya. Dalam
penelitian ini yang dimaksud ball feeling adalah latihan pengenalan
bola dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali dengan tangan,
yang dapat dilakukan dengan cara menimang-nimang bola (juggling),
menggulirkan bola, menggiring bola, passing atau dengan mengontrol
bola. dalam latihan ball feeling ini disajikan dalam bentuk latihan yang
bersifat tidak monoton dan mencakup unsur-unsur untuk melatih
komponen biomotor fisik dasar misalnya: kelincahan, kecepatan, dan
fleksibilitas. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kebosanan dan
menuntut agar setiap pemain bergerak aktif.
3. Keterampilan dasar sepak bola, dalam penelitian ini hanya di nilai dari

kemampuan mendribel bola (dribble) sambil berlari, mengoper bola

87

(passing) dengan kaki bagian dalam, shooting ke arah gawang dan


mengontrol bola (control). Semua keterampilan itu di tes dengan
menggunakan tes dari David Lee Test.
4. Kemampuan VO 2 Max, kemampuan VO 2 Max dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu kemampuan VO 2 Max tinggi dan kemampuan VO 2 Max


rendah. VO 2 Max adalah kemampuan organ pernapasan manusia untuk
menghirup oksigen sebanyak-banyaknya pada saat latihan (aktivitas
jasmani). Pengukuran VO 2 Max dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tes Bleep atau Multistage Fitness Test (MFT),
pertimbangan pelaksanaannya dapat dilakukan secara massal dan tidak
menggunakan area atau lapangan yang luas.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
metode tes sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, tes ini meliputi tes
pengukuran keterampilan dasar sepakbola, diukur sebanyak 2 kali, yaitu
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kemudian Tes pengukuran
VO 2 Max dengan menggunakan Multistage Fitness Test (MFT) yaitu
Bleep test.
Pengukuran dilakukan di dua tempat yaitu SSB Bengkulu dan
SSB Bina muda Bahari kota Bengkulu yang keseluruhan sampel
berjumlah 32 siswa. Jumlah 32 siswa ini diperoleh setelah dilakukan

88

pengukuran nilai VO 2 Max dari total 60 siswa SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari Kota Bengkulu.
a. Pengumpulan data tes awal.
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data awal dilakukan tes
VO 2 Max dengan menggunakan Multistage Fitness Test (MFT) untuk
mengetahui tinggi rendahnya kemampuan VO 2 Max. Setelah diketahui
tinggi rendah VO 2 Max, juga dilakukan tes awal keterampilan dasar
sepakbola (pretest) dengan panduan dari David Lee Test.
b. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari Kota Bengkulu.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SSB Bengkulu dan
Siswa SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu Kelompok Usia 1112 tahun yang berjumlah 60 orang.
3. Menentukan sampel dengan metode purvosive sampling. Dengan
mengurutkan atau merangking keseluruhan nilai VO 2 Max,
kemudian membagi ke 27% kelas atas dan 27% kelas bawah.
sehingga didapati total sampel yaitu 32 siswa.
4. Kemudian tiap kelompok tinggi dan rendah dibagi menjadi masingmasing dua kelompok yaitu kelompok metode latihan sirkuit
dengan bola dan kelompok metode ball feeling. Metode latihan
sirkuit dengan bola dengan kemampuan VO 2 Max tinggi dan
rendah dilakukan di SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu, dan

89

metode latihan ball feeling dengan kemampuan VO 2 Max tinggi


dan rendah dilakukan di SSB Bengkulu.
5. Kemudian dari kedua kelompok yang dibagi menjadi 4 sel
diberikan perlakuan dengan dua metode latihan selama 16 kali
pertemuan atau selama 1,5 bulan.
6. Setelah diberikan perlakuan dengan metode latihan sirkuit dengan
bola

dan

metode

latihan

ball

feeling,

dilakukan

postest

keterampilan dasar sepakbola.


7. Melakukan pengolahan data untuk membandingkan hasil tes awal
(pretest) dan tes akhir (postest) pada kedua metode kemudian
menganalisis data dan membahas hasil temuan penelitian.
8. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan data.
c. Pelaksanaan tes akhir
Tes akhir dilaksanakan setelah diberikan perlakuan dua metode
selama 16 kali pertemuan. Tes akhir dalam penelitian ini yaitu tes
keterampilan dasar dari David Lee Test. Setelah data terkumpul
dilakukan pengolahan data untuk membandingkan hasil tes awal dan
tes akhir pada kedua metode kemudian menganalisis data, membahas
hasil temuan penelitian dan menyimpulkan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pengolahan data.

90

2. Instrumen Pengumpulan Data


Sedangkan intrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah:
1. Data keterampilan dasar sepakbola
Data kemampuan keterampilan dasar sepak bola meliputi:
keterampilan menggiring bola, mengontrol bola, dan passing bola.
Data kemampuan keterampilan bermain sepak bola ini dikumpulkan
dengan instrumen David Lee Test (Tes Potensi Keterampilan Dasar
Sepakbola). Instumen ini dipilih dengan asumsi bahwa instrumen
David Lee Test cocok untuk mengukur kemampuan dasar sepakbola
para siswa SSB karena mencakup gerak-gerak dasar yang sering
digunakan dalam bermain sepakbola seperti gerakan menggiring bola,
mengoper, maupun menembak bola ke gawang. Peralatan, persiapan
dan pelaksanaannya dapat dilihat pada lampiran 15 hal 161.

Gambar. 3.
Lapangan tes keterampilan dasar sepakbola (David Lee Test)

91

2. Tes Multistage
Pengukuran VO 2 Max dilakukan dengan menggunakan
Multistage Fitness Test (MFT) atau sering juga disebut dengan Bleep
Test, dengan pertimbangan bahwa pelaksanaannya dapat dilakukan
secara massal dan tidak menggunakan area atau lapangan yang luas.
Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui VO 2 Max
yaitu dengan mengukur seberapa besar kemampuan VO 2 Max pada
level dan pembalikan yang kemudian dibandingkan dengan norma tes
dengan daftar tabel VO 2 Max yang telah ada untuk memberi
keterangan baik, sedang atau kurang baik. Pelaksanaannya dapat
dilihat pada lampiran 16 halaman 162.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Validitas instrumen penelitian ini adalah dengan criterion measure,
sedangkan reliabilitas instrumen menggunakan metode test-retest. Validitas
dan reliabilitas instrumen dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut Keandalan akan
tergantung seberapa ketat tes yang dilakukan individu dan tingkat motivasi
untuk melakukan tes. Joko Sulistyo (2010: 40) menyatakan bahwa
ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam pengukuran. Dalam

92

pengujian instrumen pengumpulan data, validitas dibedakan menjadi


validitas faktor dan validitas item.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian Validitas Bivariate
Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson) menggunakan program SPSS
yaitu:
1. Definisikan variabel dan masukkan data ke program SPSS.
2. Klik Analyze kemudian klik Correlate kemudian pilih Bivariate.
3. Masukkan semua item ke kotak Variables.
4. Klik OK.
Pada instrumen penelitian ini menggunakan instrumen David Lee
Test yang telah divalidasi oleh expert judgment yaitu bapak Drs. Subagyo
Irianto, M.Pd. Validitas dengan Korelasi Produk Momen (program SPSS),
dengan mengkorelasikan hasil tes David Lee. Dari analisis validasi.,
diperoleh hasil r sebesar 0,800, lebih besar dari rt= 0,174, berarti sahih.
Sehingga tes kecakapan David Lee memenuhi syarat untuk mengukur
keterampilan dasar sepakbola.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan tetap konsisten
jika pengukuran tersebut diulang (Joko Sulistyo, 2010: 46). Ada beberapa
cara pengujian reliabilitas di antaranya yaitu metode tes ulang, formula
belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Franagan,
metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.

93

Adapun

langkah-langkah

dalam

pengujian

Reliabilitas

menggunakan program SPSS sebagai berikut:


1. Definisikan variabel dan masukkan data ke program SPSS.
2. Klik Analyze kemudian Scale pilih Reability Analysis.
3. Masukkan variabel yang valid (setelah diuji dengan uji validitas) ke
kotak items.
4. Klik Statistics, pada Descriptives For klik Scale If Item Deleted.
5. Klik Continue.
6. Klik OK.
Dari analisis Reliabilitas yang dilakukan oleh Irianto, S., diperoleh
reliabilitas harga r sebesar 0.528 yang berarti cukup reliabel. Dengan
demikian tes David Lee memenuhi syarat untuk mengukur keterampilan
dasar sepakbola.

G. Teknik Analisis Data


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji
prasyarat. Pengujian terhadap data hasil pengukuran yang berhubungan
dengan hasil penelitian bertujuan untuk membantu dalam hal analisis agar
menjadi lebih baik. Untuk itu dalam penelitian ini akan dihitung
normalitasnya dan penghitungan homogenitas data. Adapun teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

94

1. Uji Normalitas Data


Penghitungan normalitas sampel adalah pengujian terhadap normal
tidaknya data yang dianalisis. Uji yang digunakan adalah uji kolmogorov
smirnov dengan menggunakan program software SPSS. 20.0 for windows.
Adapun

langkah-langkah

dalam

pengujian

Normalitas

menggunakan SPSS yaitu:


1. Definisikan variabel dan masukkan data ke SPSS.
2. Pilih menu Analyze kemudian Descriptives Statistics kemudian Explore.
3. Masukkan Variabel Y ke Dependent List dan X ke Factor List (jika ada
lebih dari 1 kelompok data).
4. Klik tombol Plots
5. Pilih Normality Test With Plots.
6. Klik Continue lalu OK.
Setelah tampilan output keluar, dapat dilihat data berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai signifikansi (p Value).
Apabila p value (Sig.) > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varian
Penghitungan homogenitas dimaksudkan untuk meyakinkan agar
kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama.Uji
homogenitas menggunakan uji Levenes Test dengan uji F.
Adapun

langkah-langkah

menggunakan SPSS yaitu:

95

dalam

pengujian

Homogenitas

1. Definisikan variabel dan masukkan data ke SPSS.


2. Pilih menu Analyze kemudian Descriptives Statistics kemudian Explore.
3. Masukkan Variabel Y ke Dependent List dan X ke Factor List
4. Klik tombol Plots
5. Pada Spread vs Level With Levene Test, pilih Untransformed.
6. Klik Continue lalu OK.
Maka akan keluar beberapa tampilan output. Namun, untuk
pengujian homogenitas, hanya output Tests of Homogenety of Variance
yang digunakan. Setelah tampilan output keluar, dapat dilihat data
homogen atau tidak dengan melihat nilai signifikansi. Apabila p value
(Sig.) > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok
data adalah sama (homogen)..
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk

menguji

hipotesis

penelitian

dilakukan

dengan

menggunakan Analisis Variansi (ANAVA) yaitu dengan menggunakan


program software SPSS version 20.0 for windows dengan taraf signifikansi
5% atau 0,05.
Dalam menganalisis hipotesis dengan menggunakan SPSS, pertama
dibuktikan bahwa data normal atau tidak selanjutnya homogen atau tidak.
apabila data homogen dan normal dilanjutkan dengan pengujian dengan uji
parametrik dengan analisis dua jalur ANAVA (Analysis of Variance).
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dengan
ANAVA menggunakan SPSS yaitu:

96

1. Definisikan variabel dan masukkan data ke SPSS.


2. Pilih menu Analyze kemudian General Linear Model kemudian klik
Univariate.
3. Masukkan variabel Y ke Dependent Variabel dan variabel lain ke Fixed
Factor (s).
4. Pilih menu-menu yang diperlukan dalam analisis. Misalkan, jika
diperlukan uji lanjut maka pilih menu Post Hoc lalu centang Uji Tukey.
5. Klik Continue lalu OK.

97

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan gambaran umum mengenai masingmasing variabel sebagai pendukung dalam pembahasan berikutnya.
Melalui gambaran umum ini akan tampak kondisi awal dan kondisi akhir
dari setiap variabel yang diteliti. Deskripsi hasil analisis data dari hasil tes
keterampilan dasar sepakbola menggunakan tes kecakapan David Lee
dan tes VO 2 Max Menggunakan Multistage Test pada siswa SSB Bengkulu
dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu usia 11-12 Tahun. Data diperoleh
dari pretest dan postest sebelum dan sesudah perlakuan.
Tabel.8.
Descriptive Statistics.
A1

B1

B2

Total

A2

Mean: 6,1388

Mean : 5,1556

SD : 1,42028

SD

Mean : 3,3475

Mean : 2,7888

SD

SD

: 1,41916

: 1,60735

: 2,13212

Total
A1+A2= B1
Mean: 11,2944
SD : 3,02763
A1+A2= B2
Mean: 6,1363
SD : 3,55128

Mean: 9,4863

Mean: 7,9444

t1: B1 X B2

B1+B2 = A1

B1+B2 = A2

t2: A1 X A2

98

1. Deskripsi Data Kelompok Keterampilan Dasar Sepakbola Siswa


SSB Bengkulu Usia 11-12 Tahun yang Dilatih Dengan Metode
Sirkuit Dengan Bola dan Memiliki VO 2 Max Tinggi (A1B1).
Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
Usia 11-12 tahun. Langkah selanjutnya adalah mengukur kemampuan
VO 2 Max siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
untuk membagi ke dalam kelas sel. Pada kelompok sel A1B1 hasil
yang memiliki kemampuan VO 2 Max tinggi dilatih dengan metode
Sirkuit dengan bola (A1B1) terdapat 8 sampel siswa usia 11-12 tahun.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat
yang dipengaruhi oleh metode sirkuit dengan bola dan kemampuan
VO 2 Max Tinggi. Tes dan pengukuran menggunakan instrumen
kecakapan sepakbola David Lee. Data yang diperoleh dari hasil tes
dan pengukuran keterampilan dasar sepakbola dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel. 9.
Deskripsi data A1B1
Metode Latihan Sirkuit
Dengan Bola (A1)
Mean
SD
6,1388

VO 2 Max Tinggi
(B1)

99

1,42028

Tabel 10.
Deskripsi data pretest dan postest A1B1
Perlakuan

Pretest

Postest

27,48

23,24

24,73

20,14

26,84

20,00

28,77

21,80

32,81

27,33

29,65

21,57

29,30

21,72

27,46

22,13

Jumlah

227,04

177,93

Rata-rata

28,38

22,24

Metode
Latihan
sirkuit
dengan bola
dan VO 2 Max
tinggi
(A1B1)

Berikut ini ditampilkan data hasil tes pada pretest dan posttest
keterampilan dasar sepakbola usia 11-12 tahun pada kelompok A1B1
berdasarkan mean atau rerata penggunaan metode latihan dan V02

Keterampilan Dasar Sepakbola

Max tinggi dalam bentuk histogram:

A1B1

35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-

27,48

24,73

26,84

28,77

32,81

29,65

29,30

27,46

Posttest 23,24

20,14

20,00

21,80

27,33

21,57

21,72

22,13

Pretest

Gambar. 4. Histogram A1B1


100

Berdasarkan gambar di atas, dapat diamati bahwa dari pretest


ke posttest mengalami peningkatan hasil keterampilan dasar sepakbola
yang berbeda-beda. Berdasarkan tabel diatas, VO 2 Max Tinggi yang di
latih dengan menggunakan metode Sirkuit dengan bola memberikan
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola usia 1112 tahun dengan rata-rata sebesar 6,14.
2. Deskripsi Data Kelompok Keterampilan Dasar Sepakbola Siswa
SSB Bengkulu Usia 11-12 Tahun yang Dilatih Dengan Metode
Sirkuit Dengan Bola dan Memiliki VO 2 Max Rendah (A1B2).
Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
Usia 11-12 tahun. Langkah selanjutnya adalah mengukur kemampuan
VO 2 Max siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
untuk membagi ke dalam kelas sel. Pada kelompok sel A1B2 hasil
yang memiliki kemampuan VO 2 Max rendah dilatih dengan metode
Sirkuit dengan bola (A1B2) terdapat 8 sampel siswa usia 11-12 tahun.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh metode sirkuit dengan bola dan kemampuan VO 2
Max rendah. Tes dan pengukuran menggunakan instrumen kecakapan
sepakbola David Lee. Data yang diperoleh dari hasil tes dan
pengukuran keterampilan dasar sepakbola dapat disajikan sebagai
berikut:

101

Tabel.11.
Deskripsi data A1B2
Metode Latihan Sirkuit
Dengan Bola (A1)
Mean
SD
3,3475

VO 2 Max rendah
(B2)

1,41916

Tabel 12.
Deskripsi data pretest dan postest A1B2
Nama

Pretest

Posttest

29,70

25,26

27,38

25,73

32,69

28,50

28,50

23,57

26,72

24,26

29,13

27,84

31,52

28,37

32,47

27,80

Jumlah

238,11

211,33

Rata-rata

29,76

26,42

Metode Latihan
sirkuit dengan
bola dan VO 2
Max rendah
(A1B2)

Berikut ini ditampilkan data hasil tes pada pretest dan posttest
keterampilan dasar sepakbola usia 11-12 tahun pada kelompok A1B2
berdasarkan mean atau rerata penggunaan metode latihan dan V02
Max tinggi dalam bentuk histogram:

102

Keterampilan Dasar Sepakbola

A1B2
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-

29,70

27,38

32,69

28,50

26,72

29,13

31,52

32,47

Posttest 25,26

25,73

28,50

23,57

24,26

27,84

28,37

27,80

Pretest

Gambar. 5. Histogram A1B2

Berdasarkan gambar 5 di atas, dapat diamati bahwa dari pretest


ke posttest mengalami peningkatan hasil keterampilan dasar sepakbola
yang berbeda-beda. Berdasarkan tabel diatas, VO 2 Max rendah yang di
latih dengan menggunakan metode Sirkuit dengan bola memberikan
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola usia 1012 tahun dengan rata-rata sebesar 3,35.
3. Deskripsi Data Kelompok Keterampilan Dasar Sepakbola Siswa
SSB Bengkulu Usia 11-12 Tahun yang Dilatih Dengan Metode Ball
Feeling dan Memiliki VO 2 Max Tinggi (A2B1).
Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
Usia 10-12 tahun. Langkah selanjutnya adalah mengukur kemampuan
VO 2 Max siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
untuk membagi ke dalam kelas sel. Pada kelompok sel A2B1 hasil

103

yang memiliki kemampuan VO 2 Max tinggi dilatih dengan metode Ball


Feeling (A2B1) terdapat 8 sampel siswa usia 11-12 tahun.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh metode Ball Feeling dan kemampuan VO 2 Max
tinggi. Tes dan pengukuran menggunakan instrumen kecakapan
sepakbola David Lee. Data yang diperoleh dari hasil tes dan
pengukuran keterampilan dasar sepakbola dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 13.
Deskripsi data pretest dan postest A2B1
Perlakuan

Metode
latihan Ball
Feeling dan
VO 2 Max
tinggi (A2B1

Jumlah

Pretest

Postest

29,41

24,69

26,58

22,23

29,71

26,52

27,10

21,53

30,99

27,74

29,87

25,18

31,50

26,19

30,80

28,50

235,96

202,58

29,495

25,3225

Rata-rata

104

Tabel.14.
Deskripsi data A2B1
Metode Latihan Ball
Feeling(A2)
Mean
SD
5,1556

VO 2 Max
Tinggi
(B1)

1,60735

Berikut ini ditampilkan data hasil tes pada pretest dan posttest
keterampilan dasar sepakbola usia 11-12 tahun pada kelompok A2B1
berdasarkan mean atau rerata penggunaan metode latihan dan V02

Keterampilan Dasar Sepakbola

Max tinggi dalam bentuk histogram:

A2B1
35
30
25
20
15
10
5
0

Pretest

29,41 26,58 29,71

4
27,1

30,99 29,87 31,50 30,80

Posttest 24,69 22,23 26,52 21,53 27,74 25,18 26,19 28,50

Gambar. 6. Histogram A2B1


Berdasarkan gambar 6 di atas, dapat diamati bahwa dari pretest
ke posttest mengalami peningkatan hasil keterampilan dasar sepakbola
yang berbeda-beda. Berdasarkan tabel diatas, V02 Max tinggi yang di
latih dengan menggunakan metode Ball Feeling memberikan

105

pengaruh terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola usia 1112 tahun dengan rata-rata sebesar 4,17.
4. Deskripsi Data Kelompok Keterampilan Dasar Sepakbola Siswa
SSB Bengkulu Usia 11-12 Tahun yang Dilatih Dengan Metode Ball
Feeling dan Memiliki VO 2 Max Rendah (A2B2).
Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
Usia 11-12 tahun. Langkah selanjutnya adalah mengukur kemampuan
VO 2 Max siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
untuk membagi ke dalam kelas sel. Pada kelompok sel A2B2 hasil
yang memiliki kemampuan VO 2 Max rendah dilatih dengan metode
Ball Feeling (A2B2) terdapat 8 sampel siswa usia 11-12 tahun.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh metode Ball Feeling dan kemampuan VO 2 Max
rendah. Tes dan pengukuran menggunakan instrumen kecakapan
sepakbola David Lee. Data yang diperoleh dari hasil tes dan
pengukuran keterampilan dasar sepakbola dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel. 15.
Deskripsi Data A2B2
Metode Latihan Ball
Feeling(A2)
Mean
SD
2,7888

VO 2 Max
Rendah
(B2)

106

2,13212

Tabel 16.
Deskripsi data pretest dan postest A2B2
Perlakuan

Metode
latihan ball
feeling dan
VO 2 Max
Rendah
(A2B2)

Pretest

Postest

26,30

24,61

27,46

25,80

34,71

27,00

31,10

28,37

29,33

25,70

35,23

33,19

28,65

27,48

30,51

28,83

243,29

220,98

30,41

27,6225

Jumlah

Rata-rata

Berikut ini ditampilkan data hasil tes pada pretest dan posttest
keterampilan dasar sepakbola usia 11-12 tahun pada kelompok A2B2
berdasarkan mean atau rerata penggunaan metode latihan dan V02
Max rendah dalam bentuk histogram:

107

Keterampilan Dasar Sepakbola

A2B2
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00

26,30

27,46

34,71

31,1

29,33

35,23

28,65

30,51

Posttest 24,61

25,80

27,00

28,37

25,70

33,19

27,48

28,83

Pretest

Gambar. 7. Histogram A2B2


Berdasarkan gambar 7 di atas, dapat diamati bahwa dari pretest
ke posttest mengalami peningkatan hasil keterampilan dasar sepakbola
yang berbeda-beda. Berdasarkan tabel diatas, V02 Max rendah yang di
latih dengan menggunakan metode Ball Feeling memberikan
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola usia 1112 tahun dengan rata-rata sebesar 2,79.

5. Deskripsi Data Keterampilan Dasar Sepakbola.


Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
usia 11-12 tahun yang merupakan siswa sekolah sepakbola, untuk
metode latihan langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Nilai
keterampilan dasar sepakbola awal yang dimiliki oleh siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu usia 10-12 tahun
pada kelompok metode sirkuit dengan bola dan metode Ball Feeling.
Sampel keterampilan dasar sepakbola didapatkan dari kelompok-

108

kelompok VO 2 Max yang berjumlah 32 siswa SSB, terdiri dari


kelompok metode sirkuit dengan bola (tinggi dan rendah) 16 atlet dan
kelompok metode Ball feeling (tinggi dan rendah) 16 atlet.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh metode sirkuit dengan bola dan metode Ball feeling .
Tes dan pengukuran menggunakan instrumen David Lee Test. Data
yang diperoleh dari tes dan pengukuran keterampilan dasar sepakbola
dari 32 pemain sepakbola disajikan pada lampiran 19 hal. 171.
Berikut ini ditampilkan data hasil tes pada pretest dan posttest
keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari Bengkulu usia 11-12 tahun dalam bentuk histogram:

Keterampilan Dasar Sepakbola

40
35

Data Keterampilan Dasar


Sepakbola

30
25
20

Pretest

15

Posttest

10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Subjek

Gambar. 8. Histogram keterampilan dasar sepakbola

Berdasarkan gambar 8 di atas, dapat diamati bahwa dari pretest


ke posttest mengalami peningkatan hasil keterampilan dasar sepakbola

109

yang berbeda-beda. Berdasarkan tabel di atas, metode sirkuit dengan


bola dan metode ball feeling memberikan pengaruh terhadap
peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan
SSB Bina Muda Bahari Bengkulu usia 10-12 tahun dengan rata-rata
sebesar 4,11.
6. Deskripsi Data VO 2 Max
Sampel

keterampilan

dasar

sepakbola

didapatkan

dari

kelompok-kelompok VO 2 Max yang berjumlah 32 pemain sepakbola,


terdiri dari kelompok metode sirkuit dengan bola (tinggi dan rendah)
16 atlet dan kelompok metode ball feeling (tinggi dan rendah) 16 atlet.
Keterampilan dasar sepakbola merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh metode sirkuit dengan bola dan metode ball feeling
Tes dan pengukuran menggunakan instrumen David Lee Test. Adapun
data yang diperoleh dari tes dan pengukuran keterampilan dasar
sepakbola dari 32 siswa SSB disajikan pada lampiran 20 halaman 172.
Setelah secara purposive sampel penelitian ditentukan yaitu
seluruh siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari Bengkulu
usia 11-12 tahun, untuk metode latihan langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi tingkat VO 2 Max yang dimiliki oleh siswa SSB
Bengkulu dan siswa SSB Bina Muda Bahari Bengkulu usia 11-12
tahun pada kelompok metode sirkuit dengan bola (16 siswa) dan
metode ball feeling (16 siswa). VO 2 Max siswa di ukur untuk dibagi
ke dalam kelas sel. Pada penelitian ini dibutuhkan empat kelas dengan

110

menggunakan desain faktorial 2x2. Nilai VO 2 Max siswa dibagi


menjadi dua, yaitu yang memiliki VO 2 Max tinggi dan yang memiliki
VO 2 Max rendah.
Nilai VO 2 Max siswa merupakan variabel bebas atributif
sekaligus kontrol validitas internal. Tes dan pengukuran VO 2 Max
siswa menggunakan tes Bleep (multistage fitness test). Adapun data
yang diperoleh dari tes dan pengukuran VO 2 Max dari 32 siswa SSB
dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 17.
Deskripsi data hasil tes VO 2 Max.
Perlaku
an

Sirkuit
Dengan
Bola

Tingkat
Kemampuan
VO 2 Max
Tinggi

Rendah

Tinggi
Ball
Feeling
Rendah

Statistik

Hasil tes

Jumlah

282.10

Mean

35,26

Jumlah

203.80

Mean

25,48

Jumlah

280.58

Mean

35,07

Jumlah

203,40

Mean

25,43

Dari tabel 17 di atas dapat diamati bahwa rata-rata hasil VO 2


Max mempunyai nilai yang berbeda. Nilai tertinggi adalah A 1 B 1
sebesar 282.10 dengan nilai rata-rata sebesar 35,26, kedua adalah
A 1 B 2 sebesar 280.58 dengan nilai rata-rata sebesar 35,07, ketiga
adalah A 2 B 1 sebesar 203.80 dengan nilai rata-rata sebesar 25,48 dan

111

keempat adalah A 2 B 2 sebesar 203,40, dengan nilai rata-rata sebesar


25,43.

B. Analisis Data.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi
kenormalan dari data tersebut. Uji normalitas data pada penelitian ini
menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Hasil uji normalitas data
yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel. 18.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Dengan Menggunakan Metode
Kolmogorov Smirnov.

Kelompok
Data

B1
N

B2

Pretest

Postest

Pretest

Postest

Keterangan

A1

16

0,972

0,937

0,990

0,819

Normal

A2

16

0,787

0,943

0,981

0,641

Normal

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data


penelitian berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengambilan
keputusan adalah apabila p > 0.05 maka H 0 diterima dan H 1 ditolak,
berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel tersebut berdistribusi
normal. Demikian pula sebaliknya apabila p < 0.05 maka H 0 ditolak
dan H 1 diterima, berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel
tersebut berdistribusi tidak normal.
112

Berdasarkan analisis statistik uji normalitas yang telah


dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, didapatkan
dari hasil uji normalitas data yang dilakukan pada VO 2 Max tinggi
metode sirkuit dengan bola diperoleh nilai pretest dan posttest sebesar
0.972 dan 0.937, dimana nilai tersebut lebih besar dari angka 0.005,
maka dapat disimpulkan bahwa data pada VO 2 Max tinggi metode
sirkuit dengan bola adalah berdistribusi normal. Pada kelompok VO 2
Max rendah metode sirkuit dengan bola diperoleh nilai pretest dan
posttest sebesar 0.990 dan 0.819 dimana nilai tersebut lebih besar dari
angka 0.005, maka dapat disimpulkan bahwa data VO 2 Max rendah
metode sirkuit dengan bola adalah berdistribusi normal.
Analisis statistik uji normalitas data yang dilakukan pada VO 2
Max tinggi metode ball feeling diperoleh nilai pretest dan posttest
sebesar 0.787 dan 0.943, dimana nilai tersebut lebih besar dari angka
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data pada VO 2 Max tinggi
metode ball feeling adalah berdistribusi normal, dan data VO 2 Max
rendah metode ball feeling diperoleh nilai pretest dan posttest sebesar
0.981 dan 0.641 dimana nilai tersebut lebih besar dari angka 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa data VO 2 Max rendah metode ball
feeling adalah berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini dengan menggunakan
Levene Statistic. Uji homogenitas varians adalah pengujian terhadap
113

asumsi dalam uji ANAVA, yaitu homogenitas dari varians. Jika nilai
signifikansi (p > 0,05) berarti homogen, jika nilai signifikansi (p <
0,05) berarti tidak homogen. Adapun dari perhitungan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 19.
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok
Kelompok
A1A2

Kelompok
B1B2
Kelompok
Perlakuan

M. Sirkuit
dengan bola
M. Ball
Feeling
Tinggi
Rendah
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2

Levene
Statistic

Sig.

Keterangan

0,073

0,788

Homogen

1,263

0.270

Homogen

0,530

0.665

Homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas dari delapan kelompok,


diketahui signifikansi pada setiap kelompok lebih besar dari 0,05 pada
(p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data dari kelompok berarti
homogen (sama). Dengan demikian maka uji prasyarat analisis telah
terpenuhi semua, dan selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis.

3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
varians (ANAVA) dua jalur. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan
berdasarkan hasil analisis data dan analisis varian. Analisis varians dua
jalur digunakan untuk menguji pengaruh utama (main effect) antara
variabel bebas metode latihan dan variabel atribut VO 2 Max (simple
114

effect) terhadap variabel terikat keterampilan dasar sepakbola siswa


SSB K-U 10-12 tahun. Hasil analisis data yang diperlukan untuk
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Analisis Hipotesis I Penghitungan Metode Sirkuit Dengan Bola
dan Metode ball feeling Terhadap Keterampilan Dasar
Sepakbola.
Uji hipotesis 1 yang berbunyi Ha: terdapat perbedaan
pengaruh metode latihan terhadap keterampilan dasar sepakbola,
dan Ho: tidak terdapat perbedaan pengaruh metode latihan terhadap
keterampilan dasar sepakbola.
Berikut ini adalah rangkuman hasil analisis penghitungan
metode sirkuit dengan bola dan metode ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun.
Tabel 20. Ringkasan hasil Analisis penghitungan metode
sirkuit dengan bola dan metode ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan
SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.
Sumber Varian

Mean Square

Sig.

Metode Latihan

12,751

5,159

0,031

Dari tabel 20. di atas, diperoleh rerata penghitungan


metode sirkuit dengan bola dan metode ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun adalah sebesar
12,751. Nilai signifikansi pada metode sirkuit dengan bola dan
115

metode ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola pada


siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu
usia 10-12 tahun adalah sebesar 0.031 < 0.05, maka Ho yang
menyatakan tidak terdapat perbedaan pengaruh metode latihan
terhadap keterampilan dasar sepakbola, ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan
antara metode sirkuit dengan bola dan metode ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.

b. Analisis Hipotesis II Penghitungan VO 2 Max Tinggi dan VO 2


Max Rendah Terhadap Keterampilan Dasar Sepakbola.
Uji hipotesis II yang berbunyi Ha: terdapat pengaruh VO 2
Max terhadap keterampilan dasar sepakbola, dan Ho: tidak terdapat
pengaruh VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola.
Berikut ini adalah rangkuman hasil analisis penghitungan
VO 2 Max Tinggi dan VO 2 Max Rendah terhadap keterampilan dasar
sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari
kota Bengkulu usia 10-12 tahun.
Tabel 21. Ringkasan hasil Analisis penghitungan VO 2 Max
Tinggi dan VO 2 Max Rendah terhadap keterampilan dasar
sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda
Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.
Sumber Varian

Mean Square

Sig.

VO 2 Max

34,861

14,104

0,001

116

Dari tabel 21. di atas, diperoleh rerata penghitungan nilai


VO 2 Max Tinggi dan VO 2 Max Rendah terhadap keterampilan dasar
sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari
kota Bengkulu usia 10-12 tahun adalah sebesar

34,861. Nilai

signifikansi pada VO 2 Max Tinggi dan VO 2 Max Rendah terhadap


keterampilan dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB
Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun adalah sebesar
0.001 < 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh
VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara VO 2 Max
terhadap keterampilan dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu
dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun.
c. Analisis Hipotesis III Penghitungan Interaksi Metode (sirkuit
dengan bola dan ball feeling) dan VO 2 Max Terhadap
Keterampilan Dasar Sepakbola.
Uji hipotesis III yang berbunyi Ha: terdapat interaksi
metode latihan dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar
sepakbola, dan Ho: tidak terdapat interaksi metode latihan dan VO 2
Max terhadap keterampilan dasar sepakbola.
Berikut ini adalah rangkuman hasil analisis penghitungan
interaksi metode latihan dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar
sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari
kota Bengkulu usia 10-12 tahun.

117

Tabel 22. Ringkasan hasil Analisis penghitungan interaksi


metode (sirkuit dengan bola dan ball feeling) dan VO 2 Max
Terhadap Keterampilan Dasar Sepakbola siswa SSB Bengkulu
dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun.
Sumber Varian

Mean Square

Sig.

Interaksi metode
latihan dan VO 2 Max

3,962

1,603

0,216

Dari hasil analisis tabel 22. di atas, diperoleh rerata


penghitungan interaksi metode latihan (sirkuit dengan bola dan ball
feeling) dan VO 2 Max terhadap peningkatan keterampilan dasar
sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari
kota Bengkulu usia 10-12 tahun adalah sebesar 3,962. Nilai
signifikansi interaksi metode (sirkuit dengan bola dan ball feeling)
dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola pada siswa
SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 1012 tahun adalah sebesar 0.216 > 0.05, maka Ho yang menyatakan
tidak ada interaksi, diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat interaksi antara metode latihan (sirkuit dengan bola
dan ball feeling) dan VO 2 Max terhadap peningkatan keterampilan
dasar sepakbola pada siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda
Bahari kota Bengkulu usia 10-12 tahun

118

C. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan pemikiran dan
penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis yang telah
dikemukakan. Berdasarkan pengujian-pengujian hipotesis telah dihasilkan
pembahasan sebagai berikut:
1.

Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dengan bola dan


metode latihan ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola
siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia
11-12 tahun.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dinyatakan bahwa
hipotesis penelitian tentang ada perbedaan pengaruh metode latihan
sirkuit dengan bola dan metode latihan ball feeling terhadap
keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun, diterima. Artinya bahwa
metode latihan sirkuit dengan bola dan metode ball feeling mempunyai
perbedaan

pengaruh

yang

signifikan

terhadap

peningkatan

keterampilan dasar sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina


Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.
Latihan sirkuit dengan bola adalah bentuk latihan dengan
tujuan membangun kekuatan dan kecepatan serta ketahanan otot.
Latihan sirkuit merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang banyak
digunakan oleh para pelatih, khususnya pelatih fisik dari berbagai
cabang olahraga baik itu olahraga perorangan maupun olahraga

119

kelompok. Penerapan metode latihan sirkuit yang sebenarnya dianggap


belum cocok apabila diterapkan untuk kelompok usia 11-12 tahun
terutama untuk latihan fisik intensitas tinggi, sehingga diperlukan
beberapa pendekatan yang mampu disajikan sesuai dengan karakter
usia 11-12 tahun. Scheuneman (2012: 60) menyatakan pada latihan
tingkat dasar (foundation) umur 11-12 tahun, latihan yang terpenting
adalah latihan yang bersifat teknis. Sangat baik dalam usia ini
mengembangkan teknik dan pengertian akan taktik dasar. Pada masa ini
pemain berada pada masa pra puber dan memiliki keterbatasan fisik
terutama pada kekuatan dan ketahanannya. Latihan fisik yang diberikan
hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan (agility) dan koordinasi.

Anak-anak usia 11-12 tahun di golongkan dalam kelompok usia


intermediate training (junior D). Rentang usia ini adalah suatu masa
dimana anak-anak mengalami keseimbangan antara pertumbuhan
jasmani dengan perkembangan psikologis. Sehingga masa ini sering
disebut sebagai masa emas untuk belajar (golden age of learning).
Berbagai materi kepelatihan yang diberikan akan mudah
diingat oleh anak kelompok usia 11-12 tahun ini. Bentuk latihan yang
diberikan harus sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh anak.
Bentuk latihan sirkuit disajikan dengan menggunakan pendekatan
latihan teknik yang berupa bentuk latihan dengan menggunakan bola.
Diharapkan dengan menggunakan bola, anak-anak akan lebih
termotivasi karena menggunakan media yang sesungguh nya yaitu
bola. Latihan sirkuit dengan bola adalah suatu bentuk latihan yang
120

terdiri atas rangkaian latihan yang berurutan, yang terdiri dari beberapa
pos yang di rancang sesuai dengan bentuk-bentuk latihan teknik
sepakbola. dalam penelitian ini metode latihan sirkuit dengan bola
menggunakan delapan pos latihan yang mencakup semua komponenkomponen latihan dasar sepakbola yaitu dribble, passing, ball control
dan shooting.
Latihan sirkuit dengan bola dapat memberikan peningkatan
keterampilan teknik dasar sepakbola siswa SSB. Materi yang disajikan
pada metode sirkuit dengan bola cukup bervariasi dan mencakup
semua komponen yang harus dimiliki oleh siswa SSB dalam
meningkatkan skill teknik dasar sepakbola.
Sedangkan metode latihan ball feeling pada dasarnya adalah
latihan pengenalan terhadap bola atau sering dikenal dengan
penguasaan bola secara penuh dalam keadaan apapun. Bola dikuasai
dan tetap dapat dalam jangkauan seorang pemain pada saat dalam
permainan. Menurut Herwin (2004: 25) tujuan latihan pengenalan bola
dengan bagian tubuh (ball feeling) untuk memulai pembelajaran dan
latihan

sepakbola,

diawali

dengan

pembelajaran

dan

latihan

pengenalan bola dengan seluruh bagian tubuh (ball feeling) dengan


baik dan benar. Menguasai bola, menerima bola, menendang bola, dan
menyundul bola dapat dilakukan dengan baik apabila memiliki ball
feeling yang baik pula. Bagian tubuh yang diperbolehkan menyentuh
bola meliputi kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki,

121

tumit, telapak kaki, paha, dada, dan kepala. Latihan ball feeling
hendaknya dilakukan sejak usia dini dan latihan memerlukan ribuan
kali sentuhan sehingga dengan bagian tubuh tersebut harus dilakukan
dengan baik dan benar. Latihan ball feeling dapat dimulai dengan
berdiri ditempat, berpindah tempat, dan sambil berlari, baik dalam
bentuk menahan bola, menggulirkan bola, menimang bola dengan
seluruh bagian kaki, paha dan kepala.
Latihan ball feeling merupakan bentuk latihan yang sederhana
yang dilakukan dengan langsung menggunakan bola. Dalam tahap
latihan ball feeling setiap pemain lebih ditekankan pada pemahaman
terhadap gerak ataupun pantulan yang dihasilkan oleh bola. Perkenaan
bola pada bagian tubuh yang diinginkan oleh setiap pemain harus
dapat dirasakan dan dipahami secara penuh. Maksud dari dapat
dirasakan dan dipahami secara penuh adalah apabila bola dikontrol
atau disentuhkan kesalah satu bagian tubuh seperti punggung kaki atau
paha maka pemain tetap dapat menguasai bola tersebut dengan cara
mengetahui sebelumnya pantulan atau arah bola tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedua metode
latihan sirkuit dengan bola dan metode latihan ball feeling memberikan
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola
siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu
kelompok usia 11-12 tahun.

122

2.

VO 2 Max tinggi lebih baik daripada VO 2 Max rendah terhadap


peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu kelompok usia
11-12 tahun.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dinyatakan bahwa
VO 2 Max tinggi lebih baik daripada VO 2 Max rendah terhadap
peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu kelompok usia
11-12 tahun diterima. Artinya bahwa VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max
rendah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu kelompok usia
11-12 tahun.
VO 2 Max adalah pengambilan oksigen (oxygen uptake) selama
kerja maksimal, biasanya dinyatakan sebagai volume per menit (V)
yang dapat dikonsumsi per satuan waktu tertentu. VO 2 Max telah
dipandang sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik, dan
dipercaya memiliki hubungan dengan kesehatan dan kinerja serta
olahraga. Dengan demikian seseorang akan mempunyai kemampuan
yang besar untuk memikul beban berat kerja dan lebih cepat pulih
kesegaran fisiknya sesudah bekerja jika mempunyai tingkat kebugaran
jasmani yang baik.

123

Menurut Sumintarsih (2006: 155) kapasitas aerobik atau VO 2


Max merupakan indikator pemakaian oksigen oleh jantung, paru-paru
dan otot untuk metabolisme. Dalam kesehatan olahraga, VO 2 Max
menunjukkan tingkat kebugaran jasmani atau kapasitas atau kapasitas
fisik seseorang. Mackenzie, B (2005: 1) menyatakan VO2max is the
maximum amount of oxygen in millilitres, one can use in one minute
per kilogram of body weight yang berarti VO 2 Max adalah jumlah
maksimum oksigen dalam mililiter, yang bisa digunakan dalam satu
menit per kilogram berat badan. Ismaryati (2006: 77) menyatakan
bahwa istilah konsumsi oksigen maksimal mempunyai pengertian
yang sama dengan maximal oxygen intake, dan maximal oxygen
power, yang menunjukkan perbedaan terebesar antara oksigen yang
dihisap masuk ke dalam paru dan oksigen yang dihembuskan ke luar
paru.
Siswa yang memiliki VO 2 Max tinggi mempunyai volume
oksigen yang lebih banyak sehingga peredaran darahnya lebih baik,
otot-otot mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan
berbagai aktivitas tanpa rasa letih. Siswa yang memiliki VO 2 Max
tinggi akan lebih mudah beradaptasi, tidak mudah terengah-engah
dalam melakukan setiap aktivitas. Siswa yang memiliki VO 2 Max
tinggi akan lebih mudah dalam menyerap materi latihan yang
diberikan.

124

Sebaliknya siswa yang memiliki VO 2 Max rendah akan mudah


mengalami kelelahan, sulit beradaptasi, sulit berkonsentrasi, karena
nafasnya pendek (mudah terengah-engah). Kelelahan atau penurunan
kemampuan menghirup oksigen akan berdampak kepada penurunan
konsentrasi dalam melakukan kegiatan aktifitas fisik termasuk
kegiatan latihan atau pertandingan, sehingga pencapaian dari tujuan
latihan atau pertandingan yang diharapkan kurang maksimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa VO 2 Max
berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola
siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu
kelompok usia 11-12 tahun.
3.

Ada interaksi antara metode latihan dan VO 2 Max terhadap


keterampilan dasar sepakbola siswa SSB KU 11-12 tahun.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang menyatakan ada
interaksi antar kedua kelompok latihan dan VO 2 Max terhadap
peningkatan keterampilan dasar sepakbola, ditolak. Artinya bahwa
tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok latihan
dan VO 2 Max terhadap keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu kelompok usia
11-12 tahun.
Siswa SSB yang memiliki VO 2 Max tinggi (B1) dari kedua
metode latihan yaitu metode latihan sirkuit dengan bola dan metode
latihan ball feeling tidak menunjukkan perbedaan pengaruh yang

125

mencolok (tidak signifikan), begitu juga dengan siswa SSB yang


memiliki VO 2 Max rendah yang dilatih dengan metode latihan sirkuit
dengan bola dan metode latihan ball feeling, tidak menunjukkan
perbedaan hasil latihan yang signifikan. Artinya siswa yang memiliki
VO 2 Max tinggi menunjukkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi,
energik, karena volume oksigen yang lebih banyak maka peredaran
darahnya lebih baik, sehingga otot-otot mendapatkan oksigen lebih
banyak dan dapat melakukan berbagai aktivitas tanpa rasa letih. Siswa
yang memiliki VO 2 Max tinggi akan lebih mudah beradaptasi, tidak
mudah terengah-engah dalam melakukan setiap aktivitas, sebaliknya
siswa yang memiliki VO 2 Max rendah akan mudah mengalami
kelelahan, sulit beradaptasi, sulit berkonsentrasi, karena nafasnya
pendek (mudah terengah-engah). Hal ini menunjukkan bahwa
efektifitas suatu latihan berkaitan dengan kemampuan fisik dan
karakteristik siswa yang dilatih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok yang memiliki VO 2
Max tinggi apabila diberi perlakuan metode latihan baik itu metode
sirkuit dengan bola atau metode ball feeling, sama-sama mengalami
peningkatan keterampilan dasar sepakbola. Sebaliknya, kelompok
yang memiliki VO 2 Max rendah peningkatannya akan lebih rendah
dengan peningkatan yang terjadi pada kelompok siswa yang memiliki
VO 2 Max tinggi. Siswa yang dilatih dengan metode sirkuit dengan
bola dan memiliki VO 2 Max tinggi (A1B1) memiliki peningkatan

126

keterampilan dasar sepakbola yang lebih baik diantara kelompok


latihan yang lainnya (A1B2, A2B1, dan A2B2).

D. Keterbatasan Penelitian.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1.

Penelitian ini hanya dilakukan pada SSB Bengkulu dan SSB Bina
Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun, dengan sampel yang
terbatas sehingga penelitian ini belum bisa digeneralisasikan pada
semua tingkatan.

2.

Peneliti tidak bisa mengontrol faktor-faktor lain di luar perlakuan


yang mempengaruhi hasil penelitian, seperti faktor gizi, istirahat dan
perlakuan lainya yang diduga akan mempengaruhi hasil penelitian.

3.

Setiap siswa SSB memiliki kemampuan yang berbeda. Adanya faktor


dari lingkungan dan dari dalam diri yang tidak dapat sepenuhnya
dikendalikan, sehingga mempengaruhi hasil penelitian ini.

4.

Pemberi perlakuan spesifikasi nya tidak jelas.

5.

Dari empat kelompok eksperimen, pemberi perlakuan hanya dua.

6.

Tempat perlakuan tidak berbeda.

127

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah
dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan sirkuit dengan
bola dan metode latihan ball feeling terhadap keterampilan dasar sepakbola
siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12
tahun. Metode latihan sirkuit dengan bola menunjukkan pengaruh lebih baik
dibanding kelompok metode latihan ball feeling.
2. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan VO 2 Max tinggi dan VO 2 Max
rendah terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.
Keterampilan dasar sepakbola siswa SSB kelompok VO 2 Max tinggi
menunjukkan pengaruh yang lebih baik.
3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok latihan dan
VO 2 Max terhadap peningkatan keterampilan dasar sepakbola siswa SSB
Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu usia 11-12 tahun.

B. Implikasi
Dari kesimpulan di atas, penelitian ini dapat memberikan implikasi
dalam merancang program latihan khususnya untuk menentukan metode
latihan yang akan di berikan dalam meningkatkan keterampilan dasar

128

sepakbola siswa SSB Bengkulu dan SSB Bina Muda Bahari kota Bengkulu
usia 11-12 tahun.
Pelatih sepakbola perlu memperhatikan pilihan-pilihan metode latihan,
teknik latihan yang tepat terhadap isi materi-materi latihan. Harapannya
metode-metode latihan

yang dilatihkan harus dapat dipertimbangkan

efektivitas dan efisiensi dari metode latihan tersebut dalam pencapaian hasil
yang maksimal. Karakteristik pemain sepakbola juga harus diperhatikan dalam
menyesuaikan dengan metode latihan yang akan dijalankan.
Dalam meningkatkan keterampilan dasar sepakbola, selain menentukan
metode latihan yang tepat, pelatih juga hendak nya tidak mengenyampingkan
masalah VO 2 Max siswa yang menjadi anak didik nya. Karena terbukti bahwa
semakin tinggi kemampuan VO 2 Max siswa SSB, maka akan semakin baik pula
kemampuan siswa dalam menyerap metode latihan yang di berikan. Sehingga
tujuan akhir dari latihan yaitu meningkatkan keterampilan dasar sepakbola
dapat terwujud secara maksimal.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, implikasi, dan keterbatasan penelitian dapat
disarankan kepada para pelatih, guru penjaskes, pengurus sekolah sepakbola
(SSB), dan para pencinta olahraga khususnya sepakbola, hal-hal sebagai
berikut:
1.

Metode latihan sirkuit dengan bola maupun metode ball feeling sangat
baik dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dasar sepakbola siswa
SSB kelompok usia 11-12 tahun.

129

2.

Sebagai seorang pelatih hendaknya selalu mengembangkan wawasan agar


ilmu yang dimiliki selalu berkembang serta memiliki pedoman melatih
yang jelas agar program-program latihan dapat tercapai dengan baik.

3.

Para pelatih dalam melatih teknik keterampilan dasar sepakbola perlu


memperhatikan prinsip-prinsip latihan, serta efektivitas dalam pencapaian
tujuan latihan.

4.

Pada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan sampel yang lebih


banyak yang dapat menggeneralisasikan pada semua tingkatan usia siswa
sekolah sepak bola (SSB).

130

DAFTAR PUSTAKA

Adhikarmika Uliyandari. (2009). Pengaruh latihan fisik terprogram terhadap


perubahan nilai konsumsi oksigen maksimal (vo2 max). Semarang:
UNDIP.
Alexander, Ryan P., & Mier, Costance M. (2011). Intermittent vs Cosinuous
Graded Exercise Test for VO 2 max in College Soccer Athletes. Int J
exerc Sci 4 (3): 185. (Online) Tersedia: http: //www.intjexersci.com.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek..
Jakarta: Rineka Cipta.
________________. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka cipta.
Balnaves, Mark., & Caputi, Peter. (2001). Introduction to quantitative research
methods an intevestigative approach. London: SAGE Publications Ltd.
Baumgarter, T.A. Jackson, A.S. T. Mahar, M.T., et al. (2007). Measurement for
evaluation in physical education and exercise science. New York:
Avenue of the Americas.
Bompa, T. O., & Haff, G. G. (2009). Periodezation theory and methodology of
training, (5 ed.). Champaign, IL: Human Kinetics.
Brandon Raphael. (2004). Coaching basics part (1). Dalam Bob Troop (Ed).
Coaching young athletes. London: Peak Performance Publishing 2004.
Charles, T & Rook, S. (2012). 101 sesi latihan sepakbola untuk pemain muda.
(Terjemahan Paramitha). London: A&C Black. (Buku asli diterbitkan
tahun 2011).
Church, Hill. (2004). Football dribbling http://www.talkfootball.co.uk/guides/
football_ dribbling.html. Diakses pada tanggal 27 November 2013.
Cuningham, A. (2002). An audit of first aid qualifications and knowledge among
team officials in two English youth football laegues: a preliminary study.
British journal of sports medicine. Aug 2002; 36, 4; ProQuest pg. 295.
Darmawan Rahmat. (2012). Jadi juara dengan sepakbola possesion. Jakarta:
KickOff Media RD Books.
Danny

Mielke. (2007). Dasar-dasar sepakbola (terjemahan Saifullah).


Champaign: Human Kinetic. (Buku asli diterbitkan tahun 2003).

130

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 sekolah menengah pertama (SMP). Jakarta:


Depdiknas.
Giriwijoyo, Y. S. S., et.al. (2005). Manusia dan olahraga. Bandung: Penerbit
ITB.
Harry Pasa. (2006). Pengaruh latihan koordinasi terhadap kelincahan siswa ssb
puspor usia 1012 tahun. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Herwin. (2004). Latihan fisik untuk pemain usia muda. Jurnal Olahraga Prestasi
Vol. 2 Nomor 1. Yogyakarta: FIK UNY.
Hoff, Jan. (2005). Training and testing physical capacities for elite soccer
players. Journal of Sport Sciences, 23(6): 573 582.
Irianto, D. P. (2002). Dasar kepelatihan. Yogyakarta: UNY press.
Irianto, D.P., et.al, (2009). Materi pelatihan kondisi fisik dasar. Jakarta: Asdep
Pengembangan Tenaga dan Pembina Keolahragaan.
Irianto, Subagyo. (2010, Maret). Peningkatan penguasaan bola melalui ball
feeling dalam permainan sepakbola. Makalah disampaikan pada Seminar
Olahraga Nasional III, di Universitas Negeri Yogyakarta.
Ismaryati. (2006). Tes dan pengukuran olahraga, Surakarta: LPP UNS dan UNS
press.
Lutan, R. (2000). Dasar kepelatihan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Luxbacher, Joseph A. (2011). Sepakbola langkah-langkah menuju sukses. Edisi
Kedua. (Terjemahan Agusta Wibawa). Champaign: Human Kinetic.
(cetakan asli tahun 1996, pada Human Kinetics Publishers, Inc).
Koger, R. (2007). Latihan dasar andal sepakbola remaja. (terjemahan Arif
Subiyanto). New York: The McGraw Hill Companies. (buku asli
diterbitkan tahun 2005).
Mackenzie, B. (2005). 101 performance evaluation tests. London: Electric Word
plc 67-71 Goswell Road.
Mahendra,
A.
(2013).
Teori
(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._

belajar

motorik.

PEND._OLAHRAGA/196308241989031_AGUS_MAHENDRA/Kumpulan_makala
h_bahan_penataran(Agus_Mahendra)/Teori_Belajar_Motorik.pdf)
Diakses

pada tanggal 15 September 2014.

131

McMorris, T (2004). Acquisition and performance of sports skills. London: John


Wiley & Sons Ltd, West Sussex.
Muhajir. (2004). Pendidikan jasmani teori dan kesehatan. Bandung: CV.
Angkasa.
Noakes, Tim (2001). VO 2 Max dan faktor yang mempengaruhinya. http:/
/duniafitnes.com/training/vo2-max-dan-faktor-yang
mempengaruhinya.html Diakses pada tanggal 17 November 2013.
Nugroho Sigit. (2009). Pengaruh latihan sirkuit (circuit training) terhadap V0 2
Max dan keterampilan bulutangkis mahasiswa PKO FIK UNY. Tesis
Yogyakarta. PPs UNY.
___________ (2010). Latihan dan konsumsi oksigen maksimal (V02 Max).
Yogyakarta: UNY press.
Putera, Ganesha. (2010). Kutak-katik latihan sepakbola usia muda. Jakarta: PT.
Visi Gala 2000.
Roji. (2004). Pendidikan jasmani untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Saifuddin Azwar. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Scheunemann Timo. (2008). Dasar sepakbola modern. Malang: Dioma.
_________________(2012). Kurikulum dan pedoman dasar sepakbola Indonesia.
Jakarta: Badan Pembinaan Usia Muda PSSI.
Soejono. (1999). Konsep pembinaan sepakbola usia dini. Makalah disajikan
dalam seminar Sepakbola Usia Dini, di Universitas Negeri Yogyakarta.
Soewarno. (2001). Sepakbola: Gerakan dasar dan teknik dasar. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sucipto dkk (2000). Sepakbola. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Sugiyono. (2009). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Bandung.
Suharjana. (2013). Kebugaran jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media.
Sukadiyanto. (2011). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Bandung:
CV. Lubuk Agung.
Sukarata. I.K. (2011). Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut dan
sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (V02

132

Max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari rasio waktu kerjaistirahat 1:2 dan 1:3. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas
Negeri Surakarta.
Sulistyo, Joko. (2010). 6 Hari jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Sumintarsih. (2006, Agustus). Kebugaran jasmani untuk lanjut usia. Majalah
Ilmiah Olahraga Vol 12. Yogyakarta: FIK UNY.
Suteja. (2009). Pengaruh metode latihan dan koordinasi matakaki terhadap
keterampilan bermain sepakbola. Tesis Magister, tidak diterbitkan,
Universitas Negeri Surakarta.
The Football Association of Irlandia (2004). Football for the future (Technical
Development plan 2004 2008). Dublin: 80 Merrion Square.

133

Lampiran 1.
Surat Permohonan Validasi 1.

134

Lampiran 2.
Surat Permohonan Validasi 2.

135

Lampiran 3.
Surat Keterangan Hasil Validasi

136

Lampiran 4.
Surat Keterangan Hasil Validasi.

137

Lampiran 5.
Surat Izin Penelitian 1.

138

Lampiran 6.
Surat Izin Penelitian 2.

139

Lampiran 7.
Surat Tanggapan Izin Penelitian 1.

140

Lampiran 8.
Surat Tanggapan Izin Penelitian.

141

Lampiran 9.
Surat Keterangan Penelitian 1.

142

Lampiran 10.
Surat Keterangan Penelitian 2.

143

Lampiran 11.
Surat Keterangan Peneraan Alat Ukur Tes.

144

Lampiran 12.
Uji Materi (Expert Judgment).

Uji Materi
(Expert Judgment)
Materi Latihan Sirkuit dengan bola dan Ball feeling
Tabel 1
Rancangan Program Latihan Sirkuit kombinasi teknik
Tujuan
Meningkatkan Teknik Keterampilan
Dasar Sepakbola
Lama latihan
16x Pertemuan
Intensitas
Sedang - Maksimal
Cabang Olahraga
Sepakbola
Volume
2- 4 set/sesi
Repitisi
45 detik -1 menit/item (hitungan waktu)
Durasi
30- 60 menit
t. recovery
tidak ada (hanya waktu pindah antar item)
t. interval
1: 2 5 menit
Irama Latihan
Sedang-cepat bersifat dinamis
Jumlah Sirkuit
6 item
Frekuensi

3 kali/minggu

Periodesasi

Persiapan

Variabel/Item latihan

Dribble angka delapan, Lari zig-zag


dengan bola kombinasi speed dribble,
dribble kombinasi keeping ke kanan dan
ke kiri, lari zig-zag tanpa bola kombinasi
passing, dribble kombinasi shoot ball,
melompati cone tumpuan kaki satu ke kiri
dan kekanan, ke depan tumpuan kaki dua.

145

Lanjutan Lampiran 12.

Tabel 2
Rancangan Program Ball Feeling
Tujuan
Meningkatkan teknik keterampilan dasar
Sepakbola
Lama Latihan
16x Pertemuan
Cabang olahraga
Sepakbola
Intensitas
Sedang - Maksimal
Frekuensi
3 kali/minggu
Volume
3 repitisi/set 2-4 set/sesi
Variabel latihan
Juggling ball, dribble dengan kaki bagian
luar dan kaki bagian dalam, control ball
dan shooting, injak-injak bola, passing
bola berhadapan 1x sentuhan, menggiring
bola zig-zag melewati cone dengan sol
sepatu, passing bola menggunakan kaki
bagian dalam (droup-ball).
Durasi Latihan
30- 60 menit
Irama latihan
Sedang- cepat bersifat dinamis
t. Interval
1 : 2-5 menit
Periodesasi
Persiapan

146

Keterangan

147

11
12

Keterangan:
1. Peningkatan beban dilakukan secara bertahap.
2. Peningkatan dan atau penurunan beban tercermin dari:
a. Jumlah sirkuit 6 item
b. Waktu tiap sirkuit 1-2 menit
c. Durasi Latihan30-60 menit
d. Volume 2-4 set/sesi.
e. Interval setiap set 1- 5 menit.
f. Intensitas sedang maksimal
13

Pemberian beban secara progresif

14
15
16
17

Posttest Keterampilan dasar sepakbola

10
1

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

April

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

2 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

4 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

4 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, interval 1-5 menit/set

4 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

Bulan

2 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

3 set, t:1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

2 set, t:1-2 menit/stasiun, Interval 1-5 menit/set

Minggu
Tanggal/
Pertemuan ke

2 set, t: 1-2 menit/stasiun, Interval 1- 5 menit/set

Pretest keterampilan dasar sepakbola

Lanjutan Lampiran 12.


PROGRAM LATIHAN
Kelompok Sirkuit dengan bola
Mei
2

18

Intensitas

148

11
12
13

Pemberian beban secara progresif

Keterangan:

1. Peningkatan beban dilakukan secara bertahap.


2. Peningkatan dan atau penurunan beban tercermin dari:
a. 3 Repitisi
b. Durasi Latihan 30-60 menit
c. Volume 2-4 set/sesi
d. Interval setiap set 1-5 menit.
e. Intensitas sedang maksimal
14
15
16

Keterangan
17

Posttest Keterampilan dasar sepakbola

10
1

3 set, 3 repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

April

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

2 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

4 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

4 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

4 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

Bulan

2 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

3 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

2 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

Minggu
Tanggal/
Pertemuan ke

2 set, 3repitisi, Interval setiap set 1-5 menit

Pretest keterampilan dasar sepakbola

Lanjutan Lampiran 12.


PROGRAM LATIHAN
KELOMPOK Ball feeling
Mei
2

18

Intensitas

Lampiran 13.
Materi Program Latihan Sirkuit Dengan Bola

149

Lampiran 14.
Materi Program Latihan Ball Feeling.

150

Lampiran 15.
Blangko Penilaian Tes Multistage
FORMULIR PENGHITUNGAN TES BLEEP
Nama
Usia
No Hp

:
:
:

Tingkatan/Level
Ke:

Tingkatan
:
Balikan
:
Nilai VO 2 Max :
Balikan/Shuttle
Ke:.

1234567

12345678

12345678

123456789

123456789

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

17

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

151

Lampiran 16.
Prediksi Nilai VO 2 Max.

152

Lampiran 17. Hasil Uji Anava Dengan SPSS.

Descriptive Statistics
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Metode latihan

Sirkuit Training

Ball felling

Total

VO2max

Mean

Std. Deviation

Tinggi

6,1388

1,42028

rendah

3,3475

1,41916

Total

4,7431

1,98969

16

Tinggi

4,1725

1,14446

rendah

2,7888

2,13212

Total

3,4806

1,80091

16

Tinggi

5,1556

1,60735

16

rendah

3,0681

1,77329

16

Total

4,1119

1,97389

32

Levene's Test of Equality of Error Variances


Dependent Variable: Keterampilan dasar
sepakbola
F

df1
,427

df2
3

Sig.
28

,735

Tests the null hypothesis that the error variance


of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + MetodeLatihan + Vo2max
+ MetodeLatihan * Vo2max

153

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Source

Type III Sum

df

Mean

of Squares

Sig.

Square

Noncent.

Observed

Parameter

Power

Corrected Model

51,575

17,192

6,955

,001

20,866

,960

Intercept

541,041

541,041

218,891

,000

218,891

1,000

MetodeLatihan

12,751

12,751

5,159

,031

5,159

,592

Vo2max

34,861

34,861

14,104

,001

14,104

,952

3,962

3,962

1,603

,216

1,603

,231

Error

69,208

28

2,472

Total

661,824

32

Corrected Total

120,783

31

MetodeLatihan *
Vo2max

a. R Squared = ,427 (Adjusted R Squared = ,366)


b. Computed using alpha = ,05

154

Kelompok Metode Latihan.

Estimates
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Metode latihan

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval


Lower Bound

Upper Bound

Sirkuit Training

4,743

,393

3,938

5,548

Ball felling

3,481

,393

2,676

4,286

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
(I) Metode

(J) Metode

latihan

latihan

Mean

Std.

Difference (I-J)

Error

Sig.

95% Confidence Interval for


b

Difference
Lower Bound

Sirkuit Training
Ball felling

Ball felling

,556

,031

,124

2,401

,556

,031

-2,401

-,124

1,263

Sirkuit Training

Upper Bound

-1,263

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Sum of

df

Mean

Squares

Sig.

Square

Contrast

12,751

12,751

Error

69,208

28

2,472

5,159

,031

Noncent.

Observed

Parameter

Power

5,159

The F tests the effect of Metode latihan. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
a. Computed using alpha = ,05

155

,592

Kelompok VO 2 Max.

Estimates
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
VO2max

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval


Lower Bound

Upper Bound

Tinggi

5,156

,393

4,351

5,961

rendah

3,068

,393

2,263

3,873

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
(I) VO2max

Tinggi
rendah

(J) VO2max

Mean

Std.

Difference (I-J)

Error

rendah

95% Confidence Interval for Difference


Lower Bound

Upper Bound

,556

,001

,949

3,226

,556

,001

-3,226

-,949

2,088

Tinggi

Sig.

-2,088

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Sum of

df

Mean

Squares

Sig.

Square

Contrast

34,861

34,861

Error

69,208

28

2,472

14,104

,001

Noncent.

Observed

Parameter

Power

14,104

The F tests the effect of VO2max. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
a. Computed using alpha = ,05

156

,952

Profile Plots

157

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Tukey HSD
(I) Interaksi Antar (J) Interaksi
Kelompok

Antar Kelompok

Mean

Std.

Difference

Error

Sig.

(I-J)

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

95% Confidence Interval


Lower

Upper

Bound

Bound

A1B2

2,7913

,78609

,007

,6450

4,9375

A2B1

1,9663

,78609

,082

-,1800

4,1125

A2B2

3,3500

,78609

,001

1,2037

5,4963

A1B1

-2,7913

,78609

,007

-4,9375

-,6450

A2B1

-,8250

,78609

,722

-2,9713

1,3213

A2B2

,5588

,78609

,892

-1,5875

2,7050

A1B1

-1,9663

,78609

,082

-4,1125

,1800

A1B2

,8250

,78609

,722

-1,3213

2,9713

A2B2

1,3837

,78609

,313

-,7625

3,5300

A1B1

-3,3500

,78609

,001

-5,4963

-1,2037

A1B2

-,5588

,78609

,892

-2,7050

1,5875

A2B1

-1,3837

,78609

,313

-3,5300

,7625

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 2,472.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Keterampilan dasar sepakbola
Tukey HSD
Interaksi Antar Kelompok

Subset
1

A2B2

2,7888

A1B2

3,3475

A2B1

4,1725

A1B1

Sig.

4,1725
6,1388

,313

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,472.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.
b. Alpha = ,05.

158

,082

Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian.

Penjelasan materi latihan kepada siswa SSB Bina Muda Bahari

Penjelasan materi latihan kepada siswa SSB Bengkulu

159

Pengambilan data siswa SSB Bina Muda Bahari

Penjelasan materi latihan

160

Pengukuran V02 Max dengan Bleep test

Pengukuran V02 Max dengan Bleep test

161

Test keterampilan dasar sepakbola

Test keterampilan dasar sepakbola

162

Sesi latihan

Sesi Latihan

163

Sesi Latihan

Sesi Latihan

164

Sesi Latihan

Sesi Latihan

165

SSB Bengkulu Kota Bengkulu

SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu

166

PENJELASAN SESI LATIHAN SIRKUIT DENGAN BOLA


No
.
1.

2.

Materi Latihan
Pendahuluan
a. Pengantar.
- Berdoa
- menjelaskan
materi latihan
- Memotivasi atlet
b. Pemanasan.
Latihan Inti.
Sircuit Training

Dosis

Gambar/ Formasi

Keterangan
a. pemanasan dilakukan secara
berurutan
stretching pasif dan dinamis
b. gerakan zig-zag, sprint
pendek dan melompat.

5 menit

15 menit
60 menit

Pelatih
Gambar grid latihan Pos 1

Keterangan latihan Pada Pos I


Pemain berdiri disamping kiri cone
A. dengan aba-aba mulai, pemain
melakukan dribble bola dengan
menggunakan kaki bagian dalam dan
kaki bagian luar mengitari cone
seperti angka delapan dan kembali ke
cone semula.Dilakukan secepatcepatnya sampai bunyi peluit
pergantian sirkuit berbunyi.

150

Gambar grid latihan Pos ke 2


Keterangan latihan Pada Pos 2
Pemain 1 menggiring bola zig-zag
D

dari cone A menuju cone D dan


dari cone D melakukan speed

dribel ke posisi cone A.


Dilakukan secara bergantian
dengan pemain 2 Ini disebut

dengan 1 repetisi. Dilakukan


masing-masing sebanyak 3
repetisi dalam 1 set.

Start

Finish

151

Gambar grid latihan Pos ke 3


Keterangan latihan Pada Pos 3
Pemain 1 melakukan passing ke
pemain 2, kemudian melakukan
pergerakan tanpa bola menuju cones
dihadapannya. pemain kedua
melakukan ball control dan kembali
melakukan passing ke pemain 1.
Demikian seterusnya dan kembali
keposisi semula. Dilakukan masingmasing 3x pengulangan. dengan
catatan arah passing yaitu sebelum
cones.

152

Gambar grid latihan Pos ke 4


Keterangan latihan Pada Pos 4
3

Pemain kedua
1
Pemain pertama melakukan passing
bola dengan kaki bagian dalam ke
pemain kedua. Pemain kedua
mengontrol bola dan meletakkan bola
pada posisi 1, kemudian bergerak
6m

kekanan untuk bersiap menerima


bola kedua. begitu seterus nya
dilakukan secara bergantian sebanyak

1m

3 bola dan 3 kali pengulangan untuk


masing2 pemain.

Pemain pertama

153

Gambar grid latihan Pos ke 5


Keterangan latihan pada pos 5
Pemain pertama menggiring bola dan
1

melakukan shoot ke arah gawang


dengan tidak melewati garis batas,

4m

gerakan ini dilakukan dari bola 1


sampai bola ke 3. dengan ketentuan
Garis Batas

bola 1 di shoot dengan menggunakan


kaki kanan, bola 2 menggunakan kaki
paling dominan, bola 3 kaki kiri.
Begitupun selanjutnya dilakukan oleh
pemain kedua.

6m
1,5m

154

Gambar grid latihan Pos ke 6


0,5m

Keterangan latihan pada pos 6


Pemain 1 melakukan gerakan sprint
lari zig-zag tanpa bola melewati 5
cone, kemudian melakukan lompat
dengan tumpuan 2 kaki pada 5 cones
2

berikutnya. kemudian berlari


menghampiri bola dan melakukan
passing lurus ke arah cone (antar
cone) di depan nya. Pemain 2
melakukan passing kembali ke
pemain 1 begitu seterus nya. dan

1,5m

diakukan bergantian antara pemain 1


dan 2. dilakukan masing-masing 3x
pengulangan.

6 meter

155

Gambar grid latihan Pos ke 7


Keterangan latihan pada pos 7
Pemain 1 berdiri di cones A1
melakukan passing ke pemain 2 yang
B2

berdiri di cones A2, kemudian

B1

bergerak tanpa bola menuju cones


B1. pemain ke 2 yang menerima bola
melakukan speed drible dari cones
A1 ke cones B2. kemudian
melakukan passing kembali ke
pemain 1. begitu seterusnya.

10m

dilakukan sebanyak 3x pengulangan


untuk masing-masing pemain.

1
A2
A1
4m
156

Gambar grid latihan Pos ke 8


Keterangan latihan pada pos 8
Kedua pemain berdiri saling
berhadapan, kemudian melakukan
passing kedepan sambil bergerak
menyamping kekiri dan kekanan.
6m

dilakukan tanpa memberhentikan


gerak laju bola. dilakukan sampai
kembali ke posisi semula. ini
inamakan 1 repetisi dan dilakukan
sebanyak 3 repetisi.
2m

157

Game Lapangan kecil


Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, dengan dipantau oleh
pelatih/ asisten pelatih siswa bermain
dengan menggunakan lapangan mini.

8m

15m

3..

Penutup
a. Pendinginan
b. berdoa

10 menit

Pelaksanaan:
a. Pelemasan kembali otot-otot
yang telah dikenai beban
latihan, jogging, jalan, relax.
b. Pendinginan berpasangan.

Keterangan:
= asisten pelatih

__________

= sprint tanpa bola

= Siswa

= pergerakan drible bola


= Pelatih

= cone

= arah bola

-----------

= pergerakan tanpa bola (jogging)


158

PENJELASAN SESI LATIHAN Ball Feeling

No.
1.

2.

Materi Latihan
Pendahuluan
a. Pengantar.
- Berdoa
- menjelaskan materi
latihan
- Memotivasi atlet
b. Pemanasan.
Latihan Inti.
Ball Feeling

Dosis

Gambar/ Formasi

10 menit

60 menit

Pelatih
Gambar grid latihan 1

Keterangan Latihan I

160

Keterangan
pemanasan dilakukan secara
berurutan
stretching pasif dan dinamis
gerakan zig-zag, sprint pendek
dan melompat.

Pemain berdiri dalam lingkaran,


masing-masing atlet dengan
bola kemudian melakukan
Juggling ditempat selama 40
detik. Ini disebut dengan 1
repitisi, dan dilakukan sebanyak
3 repitisi dalam 1 set. intensitas
latihan sedang.

Gambar grid Latihan 2

10m

Gambar grid latihan 3-4


B

10m

161

Keterangan Latihan 2
pemain berdiri pada cone A
masing-masing pemain dengan
bola kemudian melakukan
injak-injak bola berjalan
kedepan menuju cone B
kemudian kembali ke cone A.
ini disebut dengan 1 repetisi.
Dilakukan sebanyak 3 repetisi
dalam 1 set.
Keterangan Latihan 3
Pemain berdiri pada cone A
masing-masing dengan bola
kemudian memainkan bola
dengan kaki bagian dalam
sambil berjalan kedepan
berjalan menuju cone B
kemudian kembali ke cone A. .
ini disebut dengan 1 repetisi.
Dilakukan sebanyak 3 repetisi
dalam 1 set.
Keterangan Latihan 4
Pemain berdiri pada cone A
masing-masing dengan bola
kemudian melakukan passing
bawah berhadapan dengan
pemain lain yang berada di cone
B, dengan 1 kali sentuhan.
dilakukan selama 40 detik. ini
disebut dengan 1 repetisi.
Dilakukan sebanyak 3 repetisi
dalam 1 set.

Gambar grid latihan 5

Keterangan Latihan 5

10m

162

Pemain berdiri di cone A


masing-masing dengan bola
melakukan drible zig-zag
menuju cone B kemudian
kembali ke cone A. ini disebut
dengan 1 repetisi, dilakukan
sebanyak 3 repetisi dalam 1 set.

Gambar grid latihan 6

Keterangan Latihan 6

Asisten Pelatih

10m

pelatih

163

Pemain berdiri pada cone B,


kemudian pemain menerima
bola dari assisten pelatih dengan
cara mengontrol bola dengan
menggunakan kaki bagian
dalam dan melakukan passing
balik ke asissten pelatih dengan
menggunakan kaki bagian
dalam (dilakukan bergantian,
apabila menerima bola dengan
kaki kiri maka melakukan
passing dengan kaki kanan).
Dilakukan selama 60 detik. ini
disebut dengan 1 repetisi.
Dilakukan sebanyak 3 repetisi
dalam 1 set.

Gambar grid latihan 7

10m

10m

164

Keterangan Latihan 7
Pemain dibagi menjadi dua kelompok,
masing masing anggota kelompok
melakukan dribel bola bergerak
didalam daerah yang telah ditentukan,
dan diberi 4 cones didalamnya. masingmasing pemain menggunakan satu bola
untuk di dribel menggunakan
kombinasi kaki bagian dalam dan kaki
bagian luar dengan aturan tidak boleh
mengenai cones, pemain yang
mendrible bola dan membentur cones
dihukum dengan lompat-lompat
ditempat 5x. kegiatan ini dilakukan
selama 60 detik. ini disebut 1 repetisi.
dilakukan sebanyak 3 repetisi.

Gambar grid latihan 8


10m
A

10m

165

Keterangan Latihan 8
Pemain berdiri didalam daerah
berukuran 1m x 1m dengan bola pada
D masing-masing pemain. dengan abaaba peluit dari pelatih, masing-masing
pemain melakukan passing bola ke
pemain lain sesuai arah jarum jam,
dilakukan secara bersamaan. masingmasing pemain harus siap menerima
bola dengan mengontrol bola tidak
keluar dari daerah masing-masing
pemain. pemain lain yang tidak
melakukan berdiri didekat pemain yang
melakukan untuk melihat apakah bola
berada diluar atau tidak saat pemain
C tersebut menerima/mengontrol bola
dari pemain lain.pemain yang
melakukan kesalahan dihukum lompatlompat di tempat 5x setiap satu
kesalahan dan dilakukan setelah selesai
peragaan. satu putaran disebut satu
repetisi, dilakukan sebanyak 3 repetisi.
dan bergantian dengan pemain lain
yang berada diluar daerah peragaan.

Game Lapangan kecil

3..

Penutup
a. Pendinginan
b. berdoa

Siswa dibagi menjadi beberapa


kelompok, dengan dipantau oleh
pelatih/ asisten pelatih siswa bermain
dengan menggunakan lapangan mini.

10 menit

Pelaksanaan:
Pelemasan kembali otot-otot
yang telah dikenai beban
latihan, jogging, jalan, relax.
Pendinginan berpasangan.

Keterangan:
= Siswa

= Arah Bola

= Pelatih

= Pergerakan dengan bola (drible)

= cone

-----------------------

= Pergerakan tanpa bola

= asisten pelatih

___________

= Sprint tanpa bola

166

Lampiran. 15. David Lee Test


a) Peralatan dan fasilitas: Lapangan datar, bola sepakbola 7 buah,
cones 10 buah pancang 2 buah, kapur/gamping, meteran,
stopwatch, dan alat tulis.
b) Persiapan: Buat lapangan dengan ukuran 20 x 9 meter, buat kotak 1
x 1 meter di 2 sudut yang berlawanan diberi tanda A dan B,
tempatkan cones, pancang, dan bola seperti pada gambar 1.
c) Pelaksanaan: Aba-aba siap testee dengan bola, siap di garis start.
Waktu ada aba-aba ya testee menggiring bola melewati cones
secara zig-zag sampai di kotak A, lalu hentikan bola di kotak A,
testee kemudian menendang bola ke arah sasaran (gawang)
menggunakan kaki kanan dan kaki kiri berganti-ganti sampai dua
kali masuk, satu kali masuk dengan kaki kanan dan kaki kiri, bila
bola yang ditendang belum masuk , terus menendang dengan kaki
yang sama sampai masuk. Setelah itu testee kembali lagi ke kotak
A mengambil bola dan menggiring bola secepatnya lalu
menghentikannya di kotak B. Tes dilakukan 2 kali pelaksanaan.
d) Penilaian: Waktu tes pertama dan kedua dicatat, kemudian diambil
waktu terbaik atau tercepat.

167

Lampiran 16. Multistage Fitness Test (MFT).


1) Tujuan:
Untuk mengukur kemampuan daya tahan kardiovaskuler.
2) Alat:
a) Tape recorder dan kaset multistage, atau video dan laptop
b) Lintasan sepanjang 20 m dan lebar 1- 1,5 m
c) Nomor dada
d) Blangko penilaian.
3) Petunjuk Pelaksanaan:
Testee berdiri di belakang garis start, hidupkan tape recorder.
Selanjutnya testee mengikuti petunjuk yang ada pada tape
recorder (lari sesuai dengan irama/pacetape recorder) sampai
batas kelelahannya.
4) Penilaian:
Lingkari/beri tanda level dan jumlah ulangan atau shuttle yang
dicapai testee. Konsultasikan angka level dan shuttle ke dalam
prediksi daya tahan aerobik dengan bantuan tabel. (Sukadiyanto,
2011: 134-137).

168

Lampiran 17.
Blangko Penilaian Multistage Fitness Test (MFT)
FORMULIR PENGHITUNGAN TES BLEEP
Nama
Usia
No Hp

:
:
:

Tingkatan/Level
Ke:

Tingkatan
:
Balikan
:
Nilai VO 2 Max :
Balikan/Shuttle
Ke:.

1234567

12345678

12345678

123456789

123456789

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

17

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

169

Lampiran 18.
Prediksi Nilai VO 2 Max.

170

Lampiran 19. Deskripsi data Keterampilan Dasar Sepakbola


Perlakuan

Sirkuit Dengan Bola

Ball Feeling

Rata-rata

171

Pretest

Posttest

27,48
24,73
26,84
28,77
32,81
29,65
29,30
27,46
29,70
27,38
32,69
28,50
26,72
29,13
31,52
32,47
29,41
26,58
29,71
27,10
30,99
29,87
31,50
30,80
26,30
27,46
34,71
31,1
29,33
35,23
28,65
30,51
29,51

23,24
20,14
20,00
21,80
27,33
21,57
21,72
22,13
25,26
25,73
28,50
23,57
24,26
27,84
28,37
27,80
24,69
22,23
26,52
21,53
27,74
25,18
26,19
28,50
24,61
25,80
27,00
28,37
25,70
33,19
27,48
28,83
25,40

Lampiran 20. Data sampel pretest-posttest kelompok sirkuit dengan bola dan
VO 2 Max tinggi
Hasil
No.

Nama

Hasil

VO 2

Usia
Pretest Posttest

Max

A. Rahman

11-12

27,48

23,24

38.85

Riki Adi Saputra

11-12

24,73

20,00

37.80

Daud Haryanto

11-12

26,84

20,00

37.45

M. Fikri

11-12

28,77

21,80

34.30

Luzinyo Fernandez

11-12

32,81

27,33

33.95

M. Rafli Rasyid

11-12

29,65

27,16

33.95

Sumardi Waluyo

11-12

29,30

21,72

33.36

Yonis Wira Andika

11-12

27,46

22,13

32.44

Lanjutan. Data sampel pretest-posttest kelompok sirkuit dengan


bola dan VO 2 Max rendah.
Hasil
Hasil
VO 2
No.
Nama
Usia
Pretest Posttest Max
1

Fernando Siahaan

11-12

29,70

25,26

26.20

Alan Kurniawan

11-12

27,38

23,24

26.00

Ilham Guntur

11-12

32,69

25,26

25.80

Doni Panov

11-12

28,50

22,58

25.80

Refialdi

11-12

26,72

24,26

25.20

Vito Samudra

11-12

29,13

23,24

25.00

Napelda Maulana

11-12

31,52

28,37

25.00

Rafli Arsyad

11-12

32,47

26,72

24.80

172

Lampiran 21. Data sampel pretest-posttest kelompok ball feeling dan VO 2


Max tinggi.
No.

Nama

Usia

Hasil

Hasil

VO 2

Pretest Posttest

Max

Hafiz Risqi Ananda. S

11-12

29,41

22,38

38.15

M. Adriansyah

11-12

26,58

23,70

37.10

Dafa Putra Anugrah

11-12

29,71

28,71

35.70

Setiawan Adi candra

11-12

27,10

20,16

35.00

Maisy Pandu Dwiputra

11-12

30,99

26,50

33.95

Claudio Ferdinand

11-12

29,87

24,66

33.95

Benu Soma

11-12

31,50

29,40

33.60

Bintang Raka

11-12

30,80

25,83

33.13

Lanjutan. Data sampel pretest-posttest kelompok ball feeling dan


VO 2 Max rendah.
Hasil
Hasil
VO 2
No.
Nama
Usia
Pretest Posttest Max
1

Muhammad Tito Reyfaldo

11-12

26,30

24,61

26.80

Muhammad Zaki

11-12

27,46

25,80

25.80

Wahyu Dinda Wardana

11-12

34,71

27,00

25.60

Ghatan Raihan Al-shaleh

11-12

31,10

28,37

25.40

Ilham Jaya Kusu

11-12

29,33

25,70

25.40

Taufik Bawazir

11-12

35,23

33,19

25.00

Bintang Prayoga

11-12

28,65

27,48

24.80

M. Fachri

11-12

30,51

28,83

24.60

173

Lampiran 22. Hasil Uji Anava Dengan SPSS.

Descriptive Statistics
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Metode latihan

Sirkuit Training

Ball felling

Total

VO2max

Mean

Std. Deviation

Tinggi

6,1388

1,42028

rendah

3,3475

1,41916

Total

4,7431

1,98969

16

Tinggi

4,1725

1,14446

rendah

2,7888

2,13212

Total

3,4806

1,80091

16

Tinggi

5,1556

1,60735

16

rendah

3,0681

1,77329

16

Total

4,1119

1,97389

32

Levene's Test of Equality of Error Variances


Dependent Variable: Keterampilan dasar
sepakbola
F

df1
,427

df2
3

Sig.
28

,735

Tests the null hypothesis that the error variance


of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + MetodeLatihan + Vo2max
+ MetodeLatihan * Vo2max

174

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Source

Type III Sum of

df

Mean

Squares

Sig.

Square

Noncent.

Observed

Parameter

Power

Corrected Model

51,575

17,192

6,955

,001

20,866

,960

Intercept

541,041

541,041

218,891

,000

218,891

1,000

MetodeLatihan

12,751

12,751

5,159

,031

5,159

,592

Vo2max

34,861

34,861

14,104

,001

14,104

,952

3,962

3,962

1,603

,216

1,603

,231

Error

69,208

28

2,472

Total

661,824

32

Corrected Total

120,783

31

MetodeLatihan *
Vo2max

a. R Squared = ,427 (Adjusted R Squared = ,366)


b. Computed using alpha = ,05

175

Kelompok Metode Latihan.

Estimates
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Metode latihan

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval


Lower Bound

Upper Bound

Sirkuit Training

4,743

,393

3,938

5,548

Ball felling

3,481

,393

2,676

4,286

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
(I) Metode

(J) Metode

latihan

latihan

Mean

Std.

Difference (I-J)

Error

Sig.

95% Confidence Interval for


b

Difference
Lower Bound

Sirkuit
Training
Ball felling

Ball felling

,556

,031

,124

2,401

,556

,031

-2,401

-,124

1,263

Sirkuit

-1,263

Training

Upper Bound

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Sum of

df

Mean

Squares

Sig.

Square

Contrast

12,751

12,751

Error

69,208

28

2,472

5,159

,031

Noncent.

Observed

Parameter

Power

5,159

The F tests the effect of Metode latihan. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
a. Computed using alpha = ,05

176

,592

Kelompok VO 2 Max.

Estimates
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
VO2max

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval


Lower Bound

Upper Bound

Tinggi

5,156

,393

4,351

5,961

rendah

3,068

,393

2,263

3,873

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
(I) VO2max

(J) VO2max

Mean

Std.

Sig.

Difference

Error

95% Confidence Interval for Difference


Lower Bound

Upper Bound

(I-J)
Tinggi
rendah

rendah

,556

,001

,949

3,226

,556

,001

-3,226

-,949

2,088

Tinggi

-2,088

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Sum of

df

Mean

Squares

Sig.

Square

Contrast

34,861

34,861

Error

69,208

28

2,472

14,104

,001

Noncent.

Observed

Parameter

Power

14,104

The F tests the effect of VO2max. This test is based on the linearly independent pairwise
comparisons among the estimated marginal means.
a. Computed using alpha = ,05

177

,952

Profile Plots

178

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Keterampilan dasar sepakbola
Tukey HSD
(I) Interaksi Antar (J) Interaksi
Kelompok

Antar Kelompok

Mean

Std.

Difference

Error

Sig.

(I-J)

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

95% Confidence Interval


Lower

Upper

Bound

Bound

A1B2

2,7913

,78609

,007

,6450

4,9375

A2B1

1,9663

,78609

,082

-,1800

4,1125

A2B2

3,3500

,78609

,001

1,2037

5,4963

A1B1

-2,7913

,78609

,007

-4,9375

-,6450

A2B1

-,8250

,78609

,722

-2,9713

1,3213

A2B2

,5588

,78609

,892

-1,5875

2,7050

A1B1

-1,9663

,78609

,082

-4,1125

,1800

A1B2

,8250

,78609

,722

-1,3213

2,9713

A2B2

1,3837

,78609

,313

-,7625

3,5300

A1B1

-3,3500

,78609

,001

-5,4963

-1,2037

A1B2

-,5588

,78609

,892

-2,7050

1,5875

A2B1

-1,3837

,78609

,313

-3,5300

,7625

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 2,472.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Keterampilan dasar sepakbola
Tukey HSD
Interaksi Antar Kelompok

Subset
1

A2B2

2,7888

A1B2

3,3475

A2B1

4,1725

A1B1

4,1725
6,1388

Sig.

,313

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,472.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.
b. Alpha = ,05.

179

,082

Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian.

Penjelasan materi latihan kepada siswa SSB Bina Muda Bahari

Penjelasan materi latihan kepada siswa SSB Bengkulu

180

Pengambilan data siswa SSB Bina Muda Bahari

Penjelasan materi latihan

181

Pengukuran V02 Max dengan Bleep test

Pengukuran V02 Max dengan Bleep test

182

Test keterampilan dasar sepakbola

Test keterampilan dasar sepakbola

183

Sesi latihan

Sesi Latihan

184

Sesi Latihan

Sesi Latihan

185

Sesi Latihan

Sesi Latihan

186

SSB Bengkulu Kota Bengkulu

SSB Bina Muda Bahari Kota Bengkulu

187

Anda mungkin juga menyukai