Anda di halaman 1dari 4

WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara:
Komunikasi 2 arah: terapi ke klien
1. Tidak mengadili / menghakimi
2. Bukan interogasi
Bersikap empati
1. Memahami apa yang terjadi
2. Menerima klien apa adanya
3. Sikap berada di sampingnya
Sikap menunjukkan perhatian
1. Kontak mata sikap hangat
2. Sentuhan fisik
Mampu menjadi pendengar yang baik, memberikan kesempatan berbicara kepada klien
Tujuan:
Mendapat diagnosis (muitiaksal) yang dapat tepat dan mengenai faktor-faktor:
Biologik genetic
Tempramen, psiko igik, perkembangan, pendidikan
Sosial budaya
Cara:
Terapis harus menunjukkan perhatian. rasa hormat (respect). empati dan kompetensi agar
terbina raport dan kepercayaan supaya pasien dapat berbicara jujur dan intim / pribadi. Biarkan
pasien bicara dengan perkataannya sendiri. sesuai urutan yang dirasakan penting.
Terapis perlu membina ketrampilan dan tehnik wawancara agar pasien dapat mendeskripsikan
gejala-gejala yang ada sehingga dapat membentuk suatu sindrom / diagnosa.
Sikap menghadapi pasien:
1. Hangat, ramah, santai, banyak perhatian
2. Formil, kaku, netral, menjaga jarak
3. (khususnya untuk kasus paranoid dan homo seksual)
4. Menyapa lebih dahulu memperkenalkan diri mengajak bicara menunjukkan
5. perhatian sikap mengalah
6. Sikap kondisi pasien memang masih membahayakan, ambil sikap waspada persiapan
lari menjauh.
Jenis / Teknik Wawancara:
Ada yang bersifat umum: dapat dipakai untuk berbagai situasi
Ada yang bersifat spesifik: hanya untuk wawancara tertentu.
Beberapa cara spesifik:
Pasien depresi dan berpotensi bunuh diri
Pasien dengan ide-ide bunuh diri
Pasien dengan perilaku kekerasan (violence)
Pasien dengan waham

Urutan dalam Wawancara:


O = Observasi (keluhan, pertanyaan, penampilan)
I = Interview (pelbagai diagnosa banding O)
A = Assesment (penilaian)
D = Diagnosis
Lama Wawancara:
30 menit sampai 1 jam, tergantung pada situasi, bila pasien psikotik atau menderita penyakit
medik : wawancara lebih singkat.
Proses Wawancara:
Pembukaan
Wawancara terfokus asosiasi bebas
Bentuk komunikasi
a. Orang tua / anak
b. Guru murid
c. Teman teman
d. Dewasa dewasa
e. Aktif Pasif
Sikap:
- Hangat
- Familiar
- Bebas
- Dingin
- Kaku
- Menjaga Jarak
Open I Close (Question)
Penutupan (Resume)
Situasi Tempat Duduk:
Kursi terapis dan pasien harus sama tinggi, membuat catatan:
Perlu untuk alasan medis dan hukum
Membantu ingatan terapis tentang pasien
Jangan dilakukan hingga mengganggu kelancaran wawancara
Jenis / Teknik Wawancara:
Ada yang bersifat umum: dapat dipakai untuk berbagai situasi
Ada yang bersifat spesifik: hanya untuk wawancara tertentu.
Beberapa cara spesifik:
o Pasien depresi dan berpotensi bunuh diri
o Pasien dengan ide-ide bunuh diri
o Pasien dengan perilaku kekerasan (violence)
o Pasien dengan waham
Beberapa Teknik Umum Wawancara:
1. Bina raport sedini mungkin

2. Tanya keluhan utama


3. Gunakan keluhan utama untuk mempertimbangkan pelbagai diagnosis banding sesuai
urutan hirarki
4. Singkirkan pelbagai diagnosis banding itu dan pastikan diagnosis dengan pertanyaan
yang terfokus dan lebih rinci
5. Bila jawaban pasien kabur/ samar, pertanyaan perlu lebih persisten/ rinci agar jawaban
pasien lebih jelas
6. Bila pasien berbicara bebas untuk observasi seberapa jauh buah pikirannya berkaitan /
terpadu
7. Beri campuran pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup
8. Jangan takut bertanya tentang topik yang dirasakan sukar atau memalukan bagi terapis
maupun pasien
9. Tanyakan tentang ide-ide bunuh diri
10. Beri kesempatan kepada pasien untuk bertanya pada akhir wawancara
11. Akhiri wawancara dengan menyampaikan rasa percaya dan bila mungkin harapan
Wawancara dengan Keluarga / orang terdekat (allo onamnesis)
Prinsip : makin parah kondisi gangguan mental (gangguan psikotik, depresi berat, tindakan
bunuh din), semakin perlu allo anamnesis, walaupun dasamya tetap patient oriented.
Minta izin pasien untuk melakukan allo anamnesis
Tetap jaga rahasia kedokteran agar kepercayaan pasien tetap terjaga
Kecuali bila ada gagasan bunuh din atau membunuh orang lain
Allo anamnesis dapat membantu melengkapi diagnosis, pragnosis dan terapi.
Wawancara Selanjutnya:
Tanyakan kepada pasien apa kesan dan reaksinya tentang wawancara awal
Beri kesempatan kepada pasien untuk menambah informasi atau mengkoreksi informasinya
Dengan makin terbinanya kepercayaan terhadap terapis, pasien makin berani mengungkapkan
hal-hal yang lebih intim atau pribadi dalam kehidupannya.
Pasien dengan Waham:
Jangan menantang waham, sebab waham merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap
kecemasan, rasa rendah diri, kebingungan (walaupun caranya maladaptive)
Pusatkan perhatian terhadap perasaan, ketakutan dan harapan yang melatarbelakangi waham
pasien tersebut.
Semakin pasien merasa bahwa terapis menghormati, mengerti dan mendengar dirinya, ia
semakin mau berbicara tentang dirinya dan bukan tentang wahamnya.
Beberapa situasi spesifik:
Pasien depresi dan berpotensi bunuh diri
a. Ada refordasi psikomotor dan putus asa
b. Perlu empati tentang penderitaan dan rasa putus asanya

c. Pertanyaan spesifik tentang sindroma depresi


d. Berikan komitmen untuk mendorong pasien agar merasa lebih baik, termasuk
penggunaan obat dan psikoterapi, walaupun penlu waktu untuk mencari cara yang
paling efektif bagi dirinya.
Pasien dengan ide bunuh diri
a. Tanyakan secara detail tentang ide bunuh diri
b. Bila potensi bunuh diri besar, perlu dirawat / dilindungi
c. Bila pasien tidak dirawat, minta agar pasien berjanji menghubungi terapis bila
pikiran bunuh diri memuncak, hal mi memberi rasa jaminan bagi pasien bahwa
terapis dapat dihubungi.
Pasien dengan prilaku kekerasan
a. Mirip dengan pendekatan terhadap pasien dengan bunuh diri
b. Tunjukkan bahwa terapis dapat membantu pasien maupun mengendalikan
agresinya dan memberi jaminan bahwa pasien maupun orang lain tidak akan
dicederai
c. Bila prilaku kekerasan pasien disebabkan oleh kemampuan menilai realitas (RTA)
yang terganggu pasien perlu diberi obat sebelum diwawancara
d. Pasien dengan prilaku kekerasan jangan diwawancarai sendiri
e. Pasien dijamin bahwa ia lebih berbicara apa saja tetapi tidak boleh melakukan
kekerasan.
f. Pasien jangan dikonfrontasi atau ditentang
g. Tanyakan tentang faktor prespitasi, tindak kekerasan masa lampau dan dalam
masa anak.

Anda mungkin juga menyukai