Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garam merupakan salah satu komoditi strategis karena selain merupakan
kebutuhan manusia, juga digunakan sebagai bahan baku industri. Untuk
kebutuhan garam konsumsi manusia, garam telah dijadikan sarana fortifikasi zat
yodium menjadi garam konsumsi beryodium dalam rangka penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Garam merupakan salah satu
sumber sodium dan klorida dimana kedua unsur tersebut diperlukan untuk
metabolisme manusia (Burhanuddin, 2001).
Garam beryodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) No.
01 3556 1994, dimana pada cemaran logam untuk logam Timbal (Pb)
persyaratan kualitas maks 10.000 ppb dan untuk logam Tembaga (Cu) persyaratan
kualitas maks 10.000 ppb (Burhanuddin, 2001).
Kehidupan manusia dibumi sangat bergantung pada lautan, manusia harus
menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di
dalamnya. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman
kehidupan manusia di muka bumi ini. Di lain pihak, lautan merupakan tempat
pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi
oleh manusia (Darmono, 2001).
Di laut banyak terdapat pencemaran dimana salah satu nya minyak
pembuangan dari kapal kapal nelayan. Minyak merupakan bahan bakar (energi)
yang terbentuk dari fosil biologi. Bahan bakar tersebut banyak digunakan dalam
pembangkit tenaga listrik, minyak untuk kendaraan, bahan bakar untuk mesin
pabrik dan lain-lain. Disamping harganya yang relatif murah, bahan bakar itu juga

Universitas Sumatera Utara

mudah didapatkan karena diproduksi secara besar-besaran. Tetapi dilain pihak,


limbahnya cukup berbahaya untuk makhluk hidup dan sekitar nya, karena
biasanya limbah tersebut mengandung logam arsen (As), Kadmium (Cd), timah
hitam (Pb), dan Merkuri (Hg) (Darmono, 1995).
Walaupun logam berbahaya tersebut kandungannya sangat kecil dalam
bahan bakar minyak, tetapi kekuatan untuk menyebabkan keracunan sangat besar.
Logam tersebut biasanya terikat dalam bentuk bahan organik dan fraksi mineral
(Darmono, 1995).
Berbagai literatur telah mencantumkan beberapa metode untuk penetapan
kadar tembaga dan timbal, antara lain Kompleksometri, Spektrofotometri visible,
dan Spektrofotometri Serapan Atom. Pada penelitian ini digunakan metode
spektrofotometri serapan atom karena memiliki keuntungan antara lain kecepatan
analisisnya, ketelitiannya dan dapat menentukan konsentrasi dalam jumlah yang
sangat kecil dan spesifik untuk setiap unsur tanpa diperlukan pemisahan
(Khopkar, 1990).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
kandungan Pb dan Cu yang terdapat dalam garam dapur. Pemilihan ini didasarkan
karena garam dapur umumnya dikonsumsi oleh masyarakat.

1.1 Perumusan Masalah


1. Apakah garam dapur mengandung Pb dan Cu?
2. Berapa kadar Pb dan Cu yang diperoleh di dalam garam dapur tersebut?

1.2 Hipotesis

Universitas Sumatera Utara

1. Garam dapur mengandung Pb dan Cu.


2. Pada garam dapur mengandung Pb dan Cu dalam jumlah tertentu.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menetapkan adanya kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.
2. Menentukan kadar Pb dan Cu dalam garam dapur tersebut dengan
Spektrofotometri serapan atom.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada masyarakat sebagai
informasi dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya
kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.

BAB II

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai