Anda di halaman 1dari 33

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PERPINDAHAN PANAS DAN TERMODINAMIKA
SINGLE PUMP (EFISIENSI POMPA)

DISUSUN OLEH :
NAMA / NIM

JENJANG
KELAS
KELOMPOK

: Dinda Putri Amalia


Resky Novianti
Diyah Wulansari
Aditya Rivan P
: S1-Terapan
:VA
: 5 (Lima)

(14 644 003)


(14 644 035)
(14 644 040)
(14 644 061)

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Oktober 2016


Mengesahkan dan Menyetujui
Dosen Pembimbing

Marinda Rahim, ST., MT.


NIP.19721128 200312 2 001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan percobaan
1. Menghitung karakteristik dari pompa setrifugalhead/flowrate characteristic dari
pompa sentrifugal untuk variasi pompa single pump. Series pump, dan paralel
pump pada berbagai variasi laju alir.
2. Menghitung efisiensi dari pompa single pump, series pump, dan paralel pump.

1.2 Dasar teori


1.2.1. Pengertian Pompa
Pompa adalah jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan
fluida untuk memindahkan fluida melalui pipa dari suatu tempat ketempat
lain. Spesifikasi pompa menyatakan dengan jumlah fluida yang dapat
dialirkan per satu-satuan waktu dan tinggi energi angkat.
Dalam fungsinya tersebut pompa mengubah energi gerak poros
untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi gerak dan tekanan pada
fluida. Pada umumnya pompa digunakan untuk menaikkan fluida sebuah
reservoit, pengairan, pengisi katel dan sebagainya. Dalam hal ini
pelaksanaan operasionalnya dapat bekerja secara tunggal, seri, dan paralel
yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan serta peralatan yang ada.
Dalam perancanaan instalasi pompa, harus dapat diketahuin
karakteristik pompa tersebut untuk mendapatkan sistem yang optimum.
Inilah manfaat praktikum yaitu mendapat pengalaman pengujian instalasi
pompa.

1.2.2. Karakteristik Sistem Pemompaan


1. Number Reynold
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia (vs) terhadap gaya viskos (/L) yang mengkuantifikasikan
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang

berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne


Reynolds (18421912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi
yang paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti
halnya dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kriteria
untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip
secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang
berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan,
keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis. Rumus bilangan
Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
N =

V D

Keterangan :
V : kecepatan linear
D : diameter pipa

: viscositas

: kerapatan (densitas) fluida.

Untuk mencari nilai kecepatan linear dapat menggunakan persamaan


berikut :
Q= A.V
Q
V= A
Keterangan :
Q = volume/waktu (debit)
A = 1/4D2
2. Energi yang diterima fluida (Ws)
Tenaga yang diberikan kepada fluida persatuan berat fluida
(biasanya dinyatakan dengan panjang kolom fluida). Untuk fluida
inkompresible head digunakan persamaan Bernoulli :
p1
p2
v 21
g + 2 g + Z1 F Ws = g +
Keterangan :
P = Tekanan
g= Percepatan gravitasi bumi
Z = ketingggian

v 22
2g

+ Z2

F = friksi
3. Head Loss / Kehilangan Energi Friksi
Transportasi fluida dalam suatu sistem perpipaan akan
mengikuti hukum kekekalan massa dan energi, untuk incompresible
fluida dalam system perpipaan berlaku sbb :
Massa masuk = Massa keluar
Volume masuk = volume hukum
Neraca massa / hukum kekekalan energi
Persamaan tersebut dapat dinyatakan :
P V2 g
+
+ z=(f )=(w )+ g
2 gc gc
Jika faktor

dan

= 0, maka persamaan tersebut

menjadi persamaan bernouli dan dapat dinyatakan dalam satuan SI


menjadi :
Z 1+

P 1 VI 2
+
=Z 2 +
2g

Dimana : V
Z

P 2 V 22
+
+ hf

2g

= kecepatan rata-rata (m/s)


= ketinggian (m)

P = tekanan (N/m2)

hf = head friction (mmHg)


g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

= density (kg/m2)

Head loss pada pipa lurus


Fluida dapat dialirkan dalam pipa atau tabung yang
bepenampang bundar dan dijual dipasaran dengan berbagai
ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya
pipa berdinding tebal berdiameter relatif besar dan tersedia
dalam panjang antara 20-40 ft. Heat loss pada pipa lurus dapat
dirumuskan sbb :

hf =4 f

L.V2
D .2. g
Dimana :
hf

= head friction (mmHg)


= friction factor

L = panjang pipa (m)

D = Diameter pipa (m)


g = gravitasi (9,8 m/s2)

= kecepatan alir (m/s)

Head loss pada ellbow 900

Gambar 1.3 Elbow 900


Sambungan-sambungan
ellbow

akan

mengganggu

didalam
pola

pipa,

aliran

misalnya

fluida

dan

menyebabkan kejadianya rugi gesekan atau friction loss.


Friction loss ini biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan
atau friction loss, yang setara dengan panjang pipa

15 XD

, sedangkan untuk ellbow 900 dengan diameter 3/8 in 2,5 in


misalnya maka setara dengan panjang.
Hasil pengujian head loss, semakin besar sudut
sambungan ellbow pipa, nilai head loss yang dihasilkan
semakin besar.Hal ini disebabkan perbedaan tekan hingga
tekan pada sebelum dan sesudah ellbow pipa yang semakin
meningkat.Hasil pengujian head loss menunjukan bahwa
kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut sambungan
ellbow pipa, semakin besar sudut sambungan ellbow pipa
maka kecepatan air semakin besar.Hal tersebut disebabkan
karena waktu yang diperlukan lebih lama untuk sudut ellbow
yang semakin besar. Head loss akibat ellbow dapat dicari
dari persamaan :

Va
hf =kf
2g

Dimana : hf
kf

= head friction (mmHg)


= koefisien friksi (0,9 untuk ellbow 900)

Va = kecepatan rata-rata dalam pipa yang menuju

pipa sambung (m/s)


g

= gravitasi (9,8 m/s2)

Head loss pada gate valve dan globe valve


Kegunaan utama dari gate valve adalah hanya untuk
menutup dan membuka aliran, sedangkan globe valve
merupakan jenis valve yang dirancang untuk mengatur besar
kecilnya aliran fluida (regulate atau irrothing) sambungan pipa
jenis valve baik gate valve maupun globe valve akan
mengganggu pola aliran fluida saat melewati globe valve akan
mengalami sedikit hambatan, sehingga akan terjadi pressure
drop. Pressure drop pada globe valve lebih kecil dari pressure
drop yang terjadi pada gate valve. Rugi gesek akibat gate valve
dapat dicari dengan persamaan :
2

Va
hf =kf
2g

Dimana :

hf

= head friction (mmHg)

kf

= koefisien friksi (5,6 untuk gate valve)

Va = kecepatan rata-rata (m/s)


g = gravitasi (9,8 m/s2)

4. Efisiensi Pompa

Efisiensi pompa merupakan perbandingan daya yang diberikan


pompa kepada fluida dengan daya yang diberikan motor listrik kepada
pompa. Efisiensi total pompa dipengaruhi oleh efisiensi hidrolis,
efisiensi mekanis dan efisiensi volumetric
a. Efisiensi Hidrolis
Efisiensi hidrolis merupakan perbandingan antara head
pompa sebenarnya dengan head pompa teoritis dengan jumlah
sudu tak berhingga. Besarnya efisiensi hidrolis dapat dihitung
dengan rumus (Karassik dkk, 1976) : dengan Q : kapasitas
pompa (rpm)
b. Efisiensi Volumetris
Kerugian volumetris disebabkan adanya kebocoran aliran
setelah melalui impeler, yaitu adanya aliran balik menuju sisi
isap.
c. Efisiensi Mekanis
Besarnya efisiensi mekanis sangat dipengaruhi oleh kerugian
mekanis yang terjadi disebabkan oleh gesekan pada bantalan,
gesekan pada cakra dan gesekan pada paking.
Setiap pompa dirancang pada kapasitas dan head tertentu, meskipun
dapat juga dioperasikan pada kapasitas dan head yang lain. Efisiensi
pompa akan mencapai maksimum pada designed point tersebut, yang
dinamakan dengan titik BEP. Untuk kapasitas yang lebih kecil atau
lebih besar efisiensinya akan lebih rendah.
Ws
= W pompa

1.2.3.

Rangkaian Pompa
Operasi Seri Paralel dengan Karakteristik Pompa Sama
Jika head atau kapasitas yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan
satu pompa saja, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun
secara seri atau paralel.
1 Susunan Single

Gambar 1.8 Pompa Single


Susunan Seri
Bila head yang diperlukan besar dan tidak dapat dilayani oleh satu
pompa, maka dapat digunakan lebih dari satu pompa yang disusun secara
seri. Penyusunan pompa secara seri dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. 9 Pompa Seri


3

Susunan Paralel
Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang
besar yang tidak dapat dihandle oleh satu pompa saja, atau bila
diperlukan pompa cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama
rusak/diperbaiki. Penyusunan pompa secara paralel dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 1.10 Pompa Paralel

1.2.1.
1.2.2.

Jsancnmjh
Jnjkdck m

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
2.1.1

Alat yang digunakan


1. Pompa Sentrifugal
2. Watt Meter
3. Hydraulic Bench
2.1.2

4. Stopwatch
5. Thermometer

Bahan yang digunakan


1. Air

2.2 Prosedur kerja


2.2.1

Pengoperasian Single Pump


1. Membuka penuh valve yang menghubungkan pompa 1 dengan sumber
air
2. Mengkonfigurasi semua control valve sesuai dengan pengoperasian
single pump
3. Menyambungkan pompa 1 dengan arus listrik
4. Mengaktifkan pompa 1
5. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume mulai 0
10 liter menggunakan stopwatch
6. Mengambil data dengan cara membaca dan mencatat daya pompa
melalui wattmeter, P1 dan P2 melalui barometer
7. Mengukur dan mencatat suhu air output menggunakan thermometer
8. Mematikan pompa 1
9. Mematikan koneksi pompa 1 ke arus listrik
10. Menutup semua valve
11. Melakukan langkah 1-10 untuk setiap variasi laju alir linear (bukaan
valve output)

2.2.2

Pengoperasian series pump


1. Membuka penuh valve yang menghubungkan pompa 1 dengan sumber
air dan memastikan pompa 2 telah terhubung dengan pompa 1

2. Mengkonfigurasi semua control valve sesuai dengan pengoperasian


series pump
3. Menyambungkan pompa 1 dan pompa 2 dengan arus listrik
4. Mengaktifkan pompa 1 dan pompa 2
5. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume mulai 0
10 liter menggunakan stopwatch
6. Mengambil data dengan cara membaca dan mencatat daya pompa
melalui wattmeter, P1 dan P2 melalui barometer
7. Mengukur dan mencatat suhu air output menggunakan thermometer
8. Mematikan pompa 1 dan pompa 2
9. Mematikan koneksi pompa 1 dan pompa 2 ke arus listrik
10. Menutup semua valve
11. Melakukan langkah 1-10 untuk setiap variasi laju alir linear (bukaan
valve output)
2.2.3

Pengoperasian paralel pump


1. Membuka penuh valve yang menghubungkan pompa 1 dengan sumber
air
2. Mengkonfigurasi semua control valve sesuai dengan pengoperasian
paralel pump.
3. Menyambungkan pompa 1 dan pompa 2 dengan arus listrik
4. Mengaktifkan pompa 1 dan pompa 2
5. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume mulai 0
10 liter menggunakan stopwatch
6. Mengambil data dengan cara membaca dan mencatat daya pompa
melalui wattmeter, P1 dan P2 melalui barometer.

7. Mengukur dan mencatat suhu air output menggunakan thermometer


8. Mematikan pompa 1 dan pompa 2
9. Mematikan koneksi pompa 1 dan pompa 2 ke arus listrik
10. Menutup semua valve
11. Melakukan langkah 1-10 untuk setiap variasi laju alir linear (bukaan
valve output)

BAB III
PENGOLAHAN DATA
Tabel 3.1 Data Pengamatan untuk Reynold Number
Rangkaian

Single
Pump
Series
Pump
Paralel
Pump

Control
Valve
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

Volume (L)

Waktu (s)

Suhu (oC)

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

253,40
18,40
10,40
7,80
70,20
17,40
9,20
7,80
381,20
17,00
8,80
11,20

27
27
27
28
28
28
29
29
32
32
32
32

Diameter Pipa Dalam


(m)
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02

Tabel 3.2 Data Pengamatan untuk Efisiensi


Rangkaian

Single
Pump
Series
Pump
Paralel
Pump
\

Control
Valve

Tekanan
Pompa Input
P1abs (Pa)

Tekanan
Pompa
Output
P2abs (Pa)

Tinggi
Cairan
Input
(m)

Tinggi
Cairan
Output
(m)

1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

101325,00
101325,00
81734,49
81734,49
297230,12
228663,33
12915,51
71939,23
101325,00
101325,00
91529,74
62143,98

297230,12
258049,09
204175,19
155198,91
473544,73
395182,68
238458,58
150301,28
297230,12
228663,33
218868,07
111120,26

0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225
0,225

0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84
0,84

Jumlah
Elbow

Jumlah
Tee

1
1
1
1

Rangkaian

Control
Valve

Jumlah
Angle Valve

Jumlah Gate
Valve

Panjang Pipa
(m)

1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3

2,93
2,93
2,93
2,93
3,72
3,72
3,72
3,72
3.31
3.31
3.31
3.31

Single
Pump

Series Pump

Paralel Pump

Daya
Pompa
(Watt)
250
600
650
700
950
1100
1200
1250
850
950
1050
700

Tabel 3.3 Data Perhitungan


Rangkaia
n

Single
Pump
Series
Pump
Paralel
Pump

Rangkaian

Single
Pump
Series
Pump

Control
Valve

Viscositas
(kg/ms)

Densitas
(kg/m3)

Laju Alir
Volumetri
k (m3/s)

Kecepatan
Linear
(m/s)

1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

9,20x10-4
9,20x10-4
9,20x10-4
8,70x10-4
8,70x10-4
8,70x10-4
8,50x10-4
8,50x10-4
8,20x10-4
8,20x10-4
8,20x10-4
8,20x10-4

996,51
996,51
996,51
996,23
996,23
996,23
995,03
995,95
995,026
995,026
995,026
995,026

3,95x10-5
5,43x10-4
9,62x10-4
1,28x10-3
1,42x10-4
5,88x10-4
1,14x10-3
1,28x10-3
2,62x10-3
5,88x10-4
1,14x10-3
8,93x10-4

0,11
1,57
2,78
3,70
0,41
1,70
3,14
3,70
0,08
0,04
3,28
2,579

Control Valve

Faktor Friksi (m)

1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

0,02
2,20
6,23
10,45
0,27
3,63
11,29
15,33

Friksi

0,023

0,022

0,070

Tenaga yang Diterima Fluida


(Watt)
7,96
100,05
63235,25
232,31
26,32
122,41
253,75
299,51

Paralel
Pump

1
1,5
2
2,5

8,42x10-3
3,43x10-3
10,80
6,912

5,30
118,77
268,38
153,91

Tabel 3.4 Data Hasil Perhitungan


Rangkaian
Singel Pump

Series Pump

Paralel Pump

Control Valve
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5
1
1,5
2
2,5

Reynold Number
25931,10
35711,99
63235,25
88973,91
9883,32
40879,91
77261,89
91041,09
1936,66
917,36
83582,18
65719,04

Efisiensi (%)
3,20
16,675
28,02
33,19
2,77
11,13
21,15
23,960
0,623
12,50
25,56
15,61

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum single pump (efisiensi pompa) ini bertujuan untuk


menghitung karakteristik dari pompa setrifugalhead/flowrate characteristic dari
pompa sentrifugal untuk variasi pompa single pump, series pump, dan paralel
pump pada berbagai variasi laju alir dan menghitung efisiensi dari pompa single
pump, series pump, dan paralel pump. Praktikum ini dilakukan dengan
memvariasikan putaran kecepatanaliran keluar pada valve output. Variasi kecepatan
putaran yang dilakukan yaitu 1 ; 1,5 ; 2 ; dan 2,5 putaran.
Untuk menyatakan tujuan pertama, dapat dilihat pada tabel 3.3 dan tabel
3.4 hubungan antara kecepatan linear (v) dengan NRe ( Reynold number ). Sangat
terlihat bahwa kecepatan linear sangat mempengaruhi Reynold Number. Dimana
semakin besar nilai v maka bilangan Reynoldnya akan semakin besar pula. Hal ini
dikarena kecepatan linear berbanding lurus dengan Reynold Number. Semakin
cepat suatu fluida itu mengalir maka kemungkinan fluida tersebut mengalami
vortex (pusaran air) akan semakin tinggi pula. Hal ini menyebabkan bentuk aliran
fluida didalam pipa tidak beraturan yang menyebabkan nilai NRe yang meningkat.
Reynold number digunakan untuk mengetahui pada kecepatan berapa aliran dalam
suatu pipa memiliki jenis aliran laminar, transisi, ataupun turbulen. Hanya saja
pada rangkaian paralel putaran 2,5 laju alir linier menurun sehingga nilai Nre juga
menurun. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya kebocoran pipa sehingga
air tidak mengalir secara maksimal dan menyebabkan laju alir tidak konstan.
Dari hasil percobaan yang terlihat pada tabel 3.3 dan tabel 3.4 diperoleh
jika putaran valve output semakin besar maka kecepatan linear (v) akan meningkat,
hal ini disebabkan pada putaran poros pompa yang memutar impeller berputar
semakin tinggi sehingga air yang dipindahkan semakin banyak. untuk pompa single
pump dan series pump variasi 1 putaran, 1,5 putaran, 2 putaran, dan 2,5 putaran
berbanding lurus dengan laju alirnya. Effisiensi pompa sentrifugal dipengaruhi oleh
daya pompa dan daya hidroliknya. Daya hidrolik pada pompa adalah daya yang

dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, apabila daya hidrolik semakin
besar maka nilai effisiensinya juga akan semakin meningkat karena daya hidrolik
pompa semakin meningkat dimana peningkatan daya hidroliknya dipengaruhi oleh
kecepatan laju alirnya. Pada pompa paralel pump, effisiensi yang diperoleh tidak
stabil. Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan pada saat praktikum yang
disebabkan adanya kebocoran pipa, sehingga cairan tidak mengalir secara
maksimal. Cairan yang tidak mengalir secara maksimal mengakibatkan laju alir
yang tidak konstan atau berubah-ubah.
Pada praktikum ini selanjutnya akan membahas pengaruh konfigurasi
pompa yang menggunakan variasi pompa single pump, series pump, dan paralel
pump serta menggunakan variasi bukaan 1 ; 1,5 ; 2 ; dan 2,5 terhadap nilai N Re.
Pada putaran 1 rangkaian series memiliki nilai N Re tertinggi. Sama halnya dengan
variasi bukaan 1,5 dan 2 tetapi berbeda dengan variasi bukaan 2 yang justru
memiliki nilai NRe tertinggi pada konfigurasi rangkaian paralel. Hal ini dikarenakan
NRe berhubungan dengan laju alir yang cenderung memiliki nilai yang tinggi pada
rangkaian series.
Selanjutnya didapat nilai efisiensi pompa dari ketiga konfigurasi yaitu
single pump, series pump, dan paralel pump. Untuk bukaan valve aliran output 1 ;
1,5 ; 2 ; dan 2,5 putaran didapat nilai efisiensi dari konfigurasi single pump lebih
besar dari konfigurasi pompa series maupun paralel. Hal ini disebabkan karena
efisiensi pompa dipengaruhi oleh panjang lintasan yang dialiri oleh fluida tersebut
dimana pada praktikum ini panjang lintasan dari konfigurasi pompa single pump
paling pendek yaitu 2,93 m sedangkan untuk series dan paralel pump yaitu 3,72 m
dan 3,31 m. Nilai effisiensi yang diperoleh dari konfigurasi single pump dan series
pump nilainya semakin meningkat sedangkan pada paralel pump nilai effisiensinya
juga meningkat tetapi pada bukaan valve output 2,5 nilainya menurun. Hal ini
disebabkan karena laju alir yang tidak konstan.kemudian hubungan antara Ws
(kerja yanng diterima fluida)dengan effisiensi baik pada single pump, series pump,
dan paralel pump semakin besar kerja yang diterima fluida maka semakin besar
pula effisiensinya. Untuk menghasilkan effisiensi pompa mencapai 100%, maka
aliran harus dalam keadaan ideal dimana aliran pada pompa sentrifugaltanpa gaya
gesek. Namun, pada kenyataannya sangat susah menghilangkan gesekan atau friksi

dan penyimpangan-penyimpangan lainnya sehingga nilai efisiensi pompa akan jauh


dibawah kondisi ideal. Pada percobaan ini yang paling mendekati keadaan ideal
adalah pada percobaan single pump dengan bukaan valve output2,5 dengan nilai
effisiensi sebesar 33%.

BAB V
PENUTUP

5.1.

Kesimpulan
1. Hubungan nilai v (laju allir linear ) dengan NRe berbanding lurus, artinya

semakin besar nilai v maka NRe juga kan semakin tinggi.


2. Hubungan nilai v (laju allir linear ) dengan (effiesiensi) berbanding lurus,

artinya semakin besar nilai v maka juga kan semakin besar.


3. Konfigurasi yang memiliki nilai NRe tertinggi adalah konfigurasi pompa pada
variasi pompa series pump.
4. Konfigurasi yang memiliki nilai terbesar adalah konfigurasi pompa pada

variasi pompa single pump pada bukaan 2,5 dengan nilai 33 %

5.2.

Saran
1. Sebelum melakukan percobaan sebaiknya peralatan diperiksa apabila
terjadi kebocoran.
2. Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan sampai fluida mencapai batas
volume yang dibutuhkan sebaiknya jangan terlalu lama karena pompa
akan kehabisan air untuk disedot kembali

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://teknikmesinpnup.blogspot.co.id/2011/04/teori-dasar-pompa.html.
Diakses pada 30 September 2016
Anonim. 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan_Reynolds. Diakses pada 30 September
2016

Geankoplis, C.J. 1983, Transport Process and Unit Operation, 3rd edition. New Delhi :
Prentice-Hall of India
McCabe, W.L., Smith, J.M. 1994. Operasi Teknik Kimia. Edisi keempat. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Robert H. Perry, 1997, Perrys Chemical Engineers Handbook, 7th edition, Mc Graw
Hill International Edition, New York
Tim penyusun.2016.Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi.Samarinda:
POLNES.

LAMPIRAN

PERHITUNGAN
Rangkaian Single Pump variasi bukaan 1,5
a). Diketahui :

Kg
m3

air (27 ) = 996,513

Kg
m. s
1 cP

0,001

air ( 27 ) = 0,92 cP

Volume air

= 10 L =

Waktu (t)

= 18,4 s

Diameter

0,001m3
3
1 dm

10 dm

= 0,824 in

Q
A

Ditanya : NRe ?
Jawab :
D

Kg

996,513
=

3 x 1,570

9,2 x 104

= 35711,993

3
= 0,01 m

39,37
1m
= 0,021 m

Laju alir linier ( =

NRe =

4 Kg
= 9,2 x 10 m. s

m
s x 0,021m

Kg
m. s

V
t
1
4 D2

0,021m 2

4 x 3,14 x
1
=

0,01 m3
18,4 s

= 1,570

m
s

b). Diketahui : Pg1 = 0 mH20 =

Kg
m. s 2

= 0 Pa

39,37
1m

Pg2 = 16 mH20

248,8 Pa
1H 2O

= 156724,096 Kg/m.s2 =

156724,096 Pa
Patm = 1 atm = 101325 Pa
Pabs = Patm + Pg
Pabs1 = 101325 Pa + 0 Pa
= 101325 Pa
Pabs2 = 101325 Pa + 156724,096 Pa
= 258049,096 Pa

air (27 ) = 996,513

Kg
m3

g = 9,8 m/s2
Z1

Z2

= 22,5 cm

102 m
1 cm
102 m
1 cm

= 84 cm

= 0,225 m

= 0,840 m

= 293 cm

10 m
1 cm

= 2,93 m

NRe 4000 (turbulen)

f = 0,0056 +

= 0,0056 +
Untuk rangkaian single :
Elbow 90

= 3 ; kf = 0,75

Valve sudut = 1 ; kf = 2,0


Valve gate = 2 ; kf = 0,17

0,5
NRe 0,32
0,5
35711,993 0,32

= 0,023

kf = (3 x 0,75) + (1 x 2,0) + (2 x 0,17)


= 4,59

..?

Ditanya :

F = (4 f

L
2
+kf
) 2g
D

m/ s
1,570
2,93 m

(4 x 0,023 x
+4,59)
=
x
0,021 m
2

= 2,192 m
2

P1 1
+ +z
g 2 g 1 F Ws =
Ws =

P2 2
+ +z
g 2 g 1

P2 P
g + (Z2 Z1) + F
1

( 258049,096101325 ) kg /m s 2
kg
=
996,513 3 x 9,8 m/s 2
m

+ (0,840 0,225)m +

2,192m
= 16,048 m + 0,615 m + 2,192 m
= 18,855 m
Ws = - Ws x m x g
= - Ws x ( x Q

xg

= 18,855 m x 996,2513 Kg/m3 x 0,0005435 m3/s x 9,8 m/s2


= 100,049 Kg.m2/s3 = 100,049 J/s = 100,049 watt
=

Ws

x 100%

100,049 Watt
600 Watt

x 100%

= 16,675 %

Rangkaian Series Pump variasi bukaan 1,5


a). Diketahui :

Kg
m3

air (28
) = 996,233

Kg
m. s
1 cP

0,001

air ( 28
) = 0,87 cP

Volume air

= 10 L =

Waktu (t)

= 17,4 s

Diameter

10 dm

Q
A

Ditanya : NRe ?
Jawab :
D

Kg

3 x 1,7

8,7 x 104

3
= 0,01 m

39,37
1m
= 0,021 m

= 0,824 in

996,233

0,001m3
1 dm 3

Laju alir linier ( =

NRe =

4 Kg
= 8,7 x 10 m . s

m
s x0,021 m

Kg
m.s

V
t
1
4 D2

0,021m 2

4 x 3,14 x
1
=

0,01 m3
17,4 s

= 1,7

m
s

= 40879,91
b). Diketahui : Pg1 = 13 mH20

39,37
1m

248,8 Pa
1H 2O

= 127338,33 Kg/m.s2 = 127338,33

39,37
1m

248,8 Pa
1H 2O

= 293857,68 Kg/m.s2 = 293857,68

Pa
Pg2 = 30 mH20
Pa
Patm = 1 atm = 101325 Pa
Pabs = Patm + Pg
Pabs1 = 101325 Pa + 127338,33 Pa
= 228663,33 Pa
Pabs2 = 101325 Pa + 293857,68 Pa
= 395182,68 Pa

air (28
) = 996,233

Kg
m3

g = 9,8 m/s2
Z1

Z2

= 22,5 cm

102 m
1 cm
102 m
1 cm

= 84 cm

= 0,225 m

= 0,840 m

10 m
1 cm

= 372 cm

NRe

4000 (turbulen)

= 3,72 m

f = 0,0056 +

= 0,0056 +
Untuk rangkaian series :
Elbow 90

= 6 ; kf = 0,75

0,5
NRe 0,32
0,5
40879,910,32

= 0,0223

Valve sudut = 2 ; kf = 2,0


Valve gate = 2 ; kf = 0,17

kf = (6 x 0,75) + (2 x 2,0) + (2 x 0,17)


= 8,84
Ditanya :

..?

L
2
+kf
) 2g
D

F = (4 f

m/s
1,7
3,72 m

(4 x 0,023 x
+4,59)
=
x 2
0,021 m

= 3,63 m

P1 21
+ +z
g 2 g 1 F Ws =
Ws =

P2 22
+ +z
g 2 g 1

P2 P
g + (Z2 Z1) + F
1

( 395182,68228663,33 ) kg/m s 2
kg
=
+ (0,840 0,225)m +
996,233 3 x 9,8 m/s2
m
3,63m
= 17,06 m + 0,615 m + 3,63 m
= 21,305 m
Ws = - Ws x m x g
= - Ws x ( x Q

xg

= 21,305 m x 996,233 Kg/m3 x 0,0005885 m3/s x 9,8 m/s2


= 122,409 Kg.m2/s3 = 122,409 J/s = 122,409 watt
=

Ws

x 100%

122,409 Watt
1100 Watt

x 100%

= 11,13 %

Rangkaian Paralel Pump variasi bukaan 1,5


a). Diketahui :

Kg
m3

air (32
) = 995,026

Kg
m. s
1 cP

0,001

air ( 28
) = 0,82 cP

Volume air

= 10 L =

Waktu (t)

= 17 s

Diameter

0,001m3
3
1 dm

10 dm

= 0,824 in

Q
A

Ditanya : NRe ?
Jawab :
D

Kg

995,026
=

3 x 0,036

8,2 x 104

3
= 0,01 m

39,37
1m
= 0,021 m

Laju alir linier ( =

NRe =

4 Kg
= 8,2 x 10 m. s

m
s x 0,021 m

Kg
m. s

V
t
1
2
4D

0,021m 2

4 x 3,14 x
1
=

0,01 m3
17 s

= 0,036

m
s

= 917,36
b). Diketahui : Pg1 = 0 mH20 = 0 Kg/m.s2 = 0 Pa

39,37
1m

Pg2 = 20 mH20

248,8 Pa
1H 2O

= 195905,12 Kg/m.s2 = 195905,12

Pa
Patm = 1 atm = 101325 Pa
Pabs = Patm + Pg
Pabs1 = 101325 Pa + 127338,33 Pa
= 101325 Pa
Pabs2 = 101325 Pa + 195905,12 Pa
= 297230,12 Pa

air (32
) = 995,026

Kg
m3

g = 9,8 m/s2
Z1

= 22,5 cm

102 m
1 cm

= 0,225 m

Z2

10 m
1 cm

= 84 cm

= 331 cm

102 m
1 cm

= 0,840 m

= 3,31 m

NRe 2100 (Laminer)

f=

=
Untuk rangkaian series :
Elbow 90

= 3 ; kf = 0,75

Valve sudut = 2 ; kf = 2,0


Valve gate = 3 ; kf = 0,17
Tee

= 1 ; kf = 1

64
NRe
64
917,36

= 0,070

kf = (3 x 0,75) + (2 x 2,0) + (3 x 0,17) + (1x1)


= 7,76

..?

Ditanya :

F = (4 f

L
2
+kf
) 2g
D

m/s
0,036
3,31 m

(4 x 0,023 x
+7,76)
=
x
0,021 m
2

= 3,431 x 10-3 m
2

P1 1
+ +z
g 2 g 1 F Ws =
Ws =

P2 2
+ +z
g 2 g 1

P2 P
g + (Z2 Z1) + F
1

( 297230,12101325 ) kg/ m s 2
kg
=
+(0,840
995,026 3 x 9,8 m/s2
m
0,225)m+3,431 x 10-3 m
= 20,090m + 0,615 m + 3,431 x 10-3 m
= 20,708 m
Ws = - Ws x m x g
= - Ws x ( x Q

xg

= 20,708 m x 995,026 Kg/m3 x 0,0005882 m3/s x 9,8 m/s2


= 118,77 Kg.m2/s3 = 118,77 J/s = 118,77 watt
=

Ws

x 100%

118,77 Watt
950 Watt

= 12,502 %

x 100%

GAMBAR ALAT

Anda mungkin juga menyukai