Anda di halaman 1dari 2

[390]

02 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

CIRI-CIRI IBAADUR RAHMAAN


Chotibul Umam, Prof. DR.

Melalui mimbar yang mulia ini, kita sbaiknya


bersyukur kepada Allah Swt yang telah
menciptakan kita sebagai hamba-Nya yang
beriman. Allah Swt. menciptakan manusia sangat
beragam; ada yang beriman dan ada yang tak; ada
yang disayangi-Nya dan ada yang tidak, bahkan
ada yang Tuhan tidak sudi melihatnya di hari
kiamat nanti. Dalam kesempatan ini kita ingin
mengetahui petunjuk Allah Swt tentang ciri-ciri
hamba-Nya yang benar-benar beriman dan diberi
gelar ibaadurrahmaan, hamba Allah Yang Maha
Pengasih Penyayang karena ketaatan dan
ketinggian akhlaknya, yang patut menjadi contoh
teladan bagi manusia sebagai hamba Allah. Ciriciri ibaadurrahmaan ini dijelaskan oleh Allah
Swt. di dalam Al-Quran surah Al-Furqan ayat 63
sampai akhir surah. Ciri-ciri tersebut dapat
disimpulkan menjadi sembilan sifat yang bila
dipunyai oleh seorang Muslim pastilah dia
mendapat ridha Allah di dunia dan akhirat dan
akan ditempatkan-Nya di tempat yang tinggi dan
mulia di dalam surga Jannatunnaiim.
Pertama, apabila mereka berjalan di muka bumi,
terlihat dari sikapnya itu sifat kesederhanaan, jauh
dari sifat sombong, langkahnya tetap teratur tidak
dibuat-buat karena ingin menarik perhatian orang.
Kedua, apabila ada orang yang mengucapkan
kata-kata yang tidak pantas atau tidak senonoh
kepada mereka, dan mereka tidak membalasa
kata-kata itu, melainkan menjawabnya dengan
ucapan yang baik yang mengandung nasehat dan
harapan semoga dia mendapat hidayah dari Allah.
Demikianlah sikap Rasulullah Saw bila diserang
dan dihina dengan kata-kata yang kasar, beliau
tetap berlapang dada dan menyantuninya.
Perhatikan firman Allah dalam Surah Al-Furqan
ayat 63:
Wa ibaadurrahmaani lladziina yamsyuuna alal
ardhi haunan wa idzaa khaathabahumul
jaahiluuna qaaluu salaaman.
Ketiga, apabila malam telah sunyi sepi, manusia
telah dibuaikan tidur nyenyak, mereka
mengerjakan shalat tahajjud. Mereka tinggalkan
kesenangan dan kenyamanan tidur, mereka

resapkan dengan sepenuh jiwa dan raga,


bagaimana nikmat dan tenteramnya di kala
bermunajat dengan Tuhan. Mereka lakukan shalat
seperti yang dilakukan Rasulullah Saw., karena
dengan shalat malam ini jiwa mereka menjadi suci
dan bersih, iman mereka bertambah kepada
Tuhan. Dan saat itulah mereka memohon dan
berdoa dengan penuh khusyu dan tawadhu untuk
diampuni dosanya dan dilimpahi rahmat dan
keridhaan-Nya. Perhatikan ayat 64 selanjutnya:
Wa lladziina yabiituuna li rabbihim sujjadan wa
qiyaaman.
Dan dalam surah As-Sajdah ayat 16 Allah Swt
berfirman:
Tatajaafaa junuubuhm anil madhaaji yaduuna
rabbahum khawfan wa thmaan wa mimmaa
razaqnaahum yunfiquun.
Keempat, mereka selalu mengingat hari akhirat,
hari perhitungan, di mana semua manusia akan
mempertanggunjwabkan perbutannya. Yang baik
diberi ganjaran berlipat ganda dan yang jahat
diberi balasan yang setimpal. Di saat munajat itu
tergambarlah dalam pikiran mereka, bagaimana
ganasnya api neraka yang selalu menanti para
hamba Allah yang durhaka. Di kala itu meneteslah
air mata mereka dan mereka memohon dengan
sungguh-sungguh agar dibebaskan dari siksaan
api neraka yang ganas itu. Hal itu dikemukakan
Allah dalam Surah Al-Furqan ayat 65-66:
Wa lladziina yaquuluuna rabbanshrif annaa
adzaaba jahannama inna adzaabahaa kaana
gharaaman. Innahaa saa`ats mustaqarran wa
muqaaman.
Kelima, apabila menafkahkan harta, mereka tidak
terlalu boros dan tidak pula terlalu kikir, tetapi
tetap memelihara keseimbangan antara kedua sifat
yang buruk itu. Sifat boros akan membawa kepada
kemusnahan harta dan kerusakan masyarakat,
karena seorang yang boros akan menghamburhaburkan kekayaannya dengan jalan yang
merusak seperti judi, main perempuan dan
minuman keras. Demikian juga sifat kikir segan
mengeluarkan harta untuk dirinya, apalagi untuk

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

[390]

02 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

masyarakat. Di sini ayat 67 Surah Al-Furqan Allah


berfirman:
Wa lladziina idzaa anfaquu lam ysurifuu wa lam
yaqturuu wa kaana bayna dzaalika qawaaman.
Keenam, mereka tidak menyembah selain Allah,
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun. Mereka benar-benar menganut tauhid
yang murni. Bila beribadah, maka ibadahnya itu
semata-mata karena Allah. Bila berbuat kebajikan,
maka perbuatannya karena Allah, maka benarbenar langsung kehadirat Allah Swt. Lihat
kembali surah Al-Furqan ayat 68-69:
Wa lladziina laa yaduuna maa llaahi ilaahan
aakhara wa laa yaqtuluuna nnafsa llatii harrama
llaahu illaa bil haqqi wa laa yaznuuna wa man
yafal dzaalika yalqa atsaaman. Yudhaaaf lahuul
adzaabu yawmal qiyaamati wa yakhlud fiihi
muhaanan.
Ketujuh, mereka tidak mau dan tidak pernah
melakukan sumpah palsu dan apabila mereka
lewat di hadapan orang-orang yang suka omong
kosong dan ucapan yang tak berguna, mereka
pasti tidak mau bergabung. Hal ini juga
ditegasskan oleh Allah dalam surah Al-Furqan
ayat 72:
Wa lladziina laa yasyhaduuna zzuura wa idzaa
marru
bil
laghwi
marruu
kiraaman.
Kedelapan, mereka dapat menanggapi peringatan
yang diberikan Allah bila mereka mendengar
peringatan itu. Hati mereka selalu terbuka untuk
menerima nasihat dan pelajaran, pikiran mereka
pun selalu merenungkan ayat-ayat Allah untuk
dipahami dan diamalkan, sehingga bertambah
keimanan dan keyakinan mereka, bahwa ajaran

Allah benar-benar tinggi nilai dan mutunya, ajaran


yang benar dan tak dapat ditambah. Di sini juga
Allah berfirman dalam ayat 73:
Wa lladziina idzaa dzukkiruu bi aayaati rabbihim
lam yakhirruu alayhaa shumman wa umyaanan.
Kesembilan, mereka selalu munajat dan memohon
kepada Tuhan agar diberi anugerah keturunan
yang baik-baik sehingga isteri dan anak-anak itu
benar-benar menyenangkan hati dan perasaannya
karena keluarganya sendiri terdiri dari orangorang yang saleh dan bertakwa kepada Tuhan.
Dengan demikian, akan bertambah banyaklah di
muka bumi ini hamba-hamba Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Di samping itu, mereka
juga mengharapkan agar anak cucunya menjadi
pemimpin yang dapat mengajak orang untuk
bertakwa di muka bumi ini. Bukan pemimpin
sekedar untuk mencari kedudukan dan pangkat.
Dalam firman Allah surah Al-Furqan ayat 74:
Wa lladziina yaquuluuna rabbanaa hab lanaa min
azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata ayunin
wajalnaa lil muttaqiina imaaman.
Itulah ciri-ciri atau sifat-sifat hamba-hamba Allah
yang patut diberi predikat ibaadurrahmaan,
hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih
Penyayang. Orang-orang yang telah mencapai
predikat ibaadurrahmaan ini akan diridhai oleh
Allah dan ditempatkan di akhirat nanti pada
tempat yang paling mulia di sisi-Nya, surga
dengan segala kenikmatannya, dihormati dan
dimuliakan oleh para malaikat dan diberi karunia
dan rahmat Allah yang tiada putus-putusnya.
Semoga uraian ini bermanfaat bagi kita sekalian,
terutama untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kita, Amin. [mu]

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

Anda mungkin juga menyukai