Asuhan Keperawatan Klien Perilaku Kekerasan
Asuhan Keperawatan Klien Perilaku Kekerasan
MAKALAH
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VII
Dosen Pengampu : Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp. Kep.J.
oleh :
Kelompok 10
1. Chepy Tri Cita Widiyani
112310101007
2. Nurul Fitriyah
112310101010
3. Chrisnina
112310101041
4. Nofita Nurhidayanti
112310101044
112310101049
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien
Perilaku Kekerasan yang diajukan sebagai tugas pemicu mata kuliah Keperawatan
Klinik VIII (Jiwa). Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis didukung oleh
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku penanggung jawab
matakuliah (PJMK) Keperawatan Klinik VIII (Jiwa);
2. orang tua yang senantiasa memberi motivasi dan doa yang tiada henti dan tak
pernah putus;
3. teman-teman angkatan 2011, yang selalu memberikan dorongan semangat dan
dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
PRAKATA .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Pengertian.............................................................................................3
2.1.1 Rentang respon Marah ................................................................3
2.2 Psikopatologi/Psikodinamika .............................................................4
2.2.1 Etiologi ....................................................................................... 4
2.2.2 Tanda dan Gejala .........................................................................6
2.2.3 Proses Terjadinya Masalah ......................................................... 7
2.3 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan ...................................8
2.3.1 Diagnosa Medis ...........................................................................8
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................9
2.4 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan .......................................9
2.4.1 Penatalaksanaan Medik ..............................................................9
2.4.2 Penatalaksanaan keperawatan ...................................................10
2.5 Rencana tindakan keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan ..........................................................................................12
BAB 3. PENUTUP...........................................................................................15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................15
3.2 Saran ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Head Organitation) adalah berbagai
karakteristik positif menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU No. 3 tahun
1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosionalyang optimaldari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan
orang lain. Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah Skizofrenia. Skizofrenia
adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta
disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan
psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi (Direja,
2011).
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat orang di dunia
yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Masyarakat umum terdapat 0,2-0,8%
penderita Skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira
2.400.000 orang/anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis dalam Widyatmoko,
2004). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan (Damaiyanti, 2010)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan Keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Respon Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
Keterangan :
a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. Dimana pada tipe asertif
ini klien mampu mengungkapkan kemarahannya tanpa menyalahkan orang lain.
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, keputusan / rasa aman
dan individu tidak menemukan alternatif lain.
c. Pasif
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat. Disini klien
merasa tidak bisa mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah.
d. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberi kata kata ancaman tanpa niat melukai orang lain. Klien
mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan
ancaman
3
e. Kekerasan
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh
diri).
2.2 Psikopatologi/Psikodinamika
2.2.1
Etiologi
Menurut Yosep (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan adalah:
1. Faktor predosposisi
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a. Neurobiologik
Ada tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, yaitu
sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori, apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan, apabila gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai,
dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif, dan pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif.
c. Gangguan Otak
Sindroma otak terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal. Trauma otak akan menimbulkan perubahan serebral dan penyakit
harga diri.
Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran orangtuanya. Contoh
peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh,
atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik
akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Terdapat kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai atau padat dan lingkungan yang ribut dapat
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
3)
4)
frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
2.2.2
1.
Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot dan pandangan tajam, tangan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.2.3
bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat
menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat
berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku
konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan,
sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000). Perilaku yang tidak asertif
seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat. Individu akan
pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya sehingga rasa marah tidak
terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan
pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri
sendiri (Depkes,2000)
2.2.4 Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
1.
2.
3.
4.
5.
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata kata ancaman dengan rencana melukai\
Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai
Faktor predisposisi
1)Teori Biologik
2)Teori Psikologik
3) Teori Sosiokultural
Faktor presipitasi
Ekspresi dari tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar
Kesulitan dalam mengkomunikasikan
sesuatu dalam keluarga
Adanya riwayat perilaku anti sosial
Kematian anggota keluarga yang
terpenting
Eksternal
Internal
Destruktif
Depresi
Konstruktif
Tidak Asertif
Kekerasan
Perilaku Kekerasan/amuk
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
10
c. Terapi musik : Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, kare na dengan perasaan terhibur maka klien
dapat mengontrol emosinya.
11
Diagnosa
Keperawatan
2
Resiko perilaku
mencederai diri
berhubungan
dengan perilaku
kekerasan
Perencanaan
Tujuan
3
TUM
klien tidak mencederai
diri
TUK
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya
2. klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan
3. klien dapat
mengidentifikasi
tanda dan gejala
perilaku kekerasan
4. klien dapat
mengidentifikasi
Kriteria
4
1.1 klien mau membalas salam
1.2 klien mau menjabat tangan
1.3 klien mau menyebutkan nama
1.4 klien mau tersenyum
1.5 klien mau kontak mata
1.6 klien maumengetahui nama perawat
2.1 klien
dapat
mengungkapkan
perasaannya
2.2 klien
dapat
mengungkapkan
perasaan jengkel/ kesal (pada diri
sendiri, lingkungan, dan orang lain)
3.1 klien
dapat
mengungkapkan
perasaan saat marah/ jengkel
Intervensi
5
1.1.1
1.1.1
2.2.1
1.1.1
1.1.2
3.2.1
4.1.1
12
4.1.2
4.3.1
6. Klien dapat
6.1 Klien dapat menyebutkan contoh
mendemonstrasika
pencegahan perilaku kekerasan
n cara fisik untuk
secara fisik:
Tarik napas dalam
mencegah perilaku
Pukul kasur dan bantal
kekerasan
Ddl: kegiatan fisik
6.1.1
6.2.1
6.2.2
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasa
5.1.1
5.1.2
5.1.3
6.1.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5
6.2.6
13
6.2.7
6.3.1
6.3.2
6.4 Klien mengevaluasi kemampuan
dalam melakukan cara fisik sesuai
jadwal yang telah disusun
6.4.1
6.4.2
6.4.3
6.4.4
7. Klien dapat
7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara
mendemonstrasika
(verbal) yang baik dalam mencegah
n cara sosialuntu
perilaku kekerasan
Meminta dengan baik
mencegah perilaku
Menolak dengan baik
kekerasan
Mengungkapkan
perasaan
dengan baik
7.2 Klien dapat mendemontrasikan cara
7.1.1
7.1.2
7.2.1
14
7.2.2
7.2.3
7.3.1
7.3.2
7.4 Klien melakukan evaluasi terhadap
kemampuan cara bicara yang sesuai
dengan jadwal yang disusun
7.4.1
7.4.2
7.4.3
7.4.4
16
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekersana (Damaiyanti, 2010).
PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Perilaku
kekerasan juga bisa dicegah dengan berbagai cara, seperti adanya simulasi persepsi
3.2 Saran
Saran kami sebagai penulis agar dijadikan manfaat dan dapat diterapkan pada
kehidupan sehai-hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperawatan Edisi 1.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Keliat, Ana Budi. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial Dan Kader Kesehatan
Jiwa. Jakarta: EGC
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: Prima Medika
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial.
Medan: USU Press
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Maramis
18