Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia
tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak
bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit
untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat
memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa
memahami klien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana definisi konsep diri ?
1.2.2
Apa saja komponen konsep diri ?
1.2.3
Bagaimana klasifikasi konsep diri ?
1.2.4
Bagaimana pohon masalah ?
1.2.5
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
1.2.6
Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan tentang konsep diri
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menambah pengetahuan seputar penyakit Konsep Diri serta asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Konsep Diri
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Konsep Diri
b.
Untuk mengetahui komponen- komponen dari Konsep Diri
c.
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Konsep Diri
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan komponen tentang konsep diri.
1.4.2
Bagi pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan konsep
diri lebih dalam.
1.4.3
Bagi petugas kesehatan

Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan asuhan


keperawatan konsep diri sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih
baik.
1.4.4
Bagi pendidikan
Dapat menambah informasi tentang asuhan keperawatan konsep diri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stuart (2006) menyatakan, konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain (p.186).
Potter and Perry (2005) menyatakan, konsep diri adalah citra subyektif
dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi
bawah sadar maupun tidak sadar (p. 498).
Carpenito (2000)menyatakan, gangguan harga diri adalah keadaan
dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif
tentang diri atau kemampuan diri (p.352).
B. Penyebab
Stuart dan Sundeen (1998: 229) mengungkapkan penyebab dengan
cakupan lebih luas yakni :
1. Faktor Predisposisi:
a. Penolakan orang tua.
b. Harapan orang tua yang tidak realistik.
c. Kegagalan yang berulang kali.
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
e. Ketergantungan pada orang lain.
f. Ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor Presipitasi, dapat berasal dari dalam atau luar individu, antara lain:
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis, atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan yang membuat individu mengalami berbagai frustrasi. Ada
tiga jenis transisi peran:
1. Transisi peran perkembangan. Yaitu perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perkembangan ini termasuk taraf
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi. Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat - sakit. Sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
1) Kehilangan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
3) Perubahan fisik berhubungan dengan timbang normal.
4) Prosedur medis dan keperawatan

C. Komponen konsep diri


a. CITRA TUBUH (Body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk,
struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus
menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan
tubuh.
Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru.
Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan
keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna
dan
objek
yang
sering
kontak
dengan
tubuh.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infus
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai
dengan pemasanagn alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat
terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan
sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak
bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena
bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main
bola.

2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa


sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan
sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi
sekolah.

HARGA DIRI ( Self-Esteem)


Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/citacita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai
individu yang berarti dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri
diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi
harga diri tinggi adakah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi
kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tibatiba).
1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
2. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

PERAN DIRI
Peran : adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap
individu mempunyai berbagai peran yang terintregrasi dalam pola fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima ) faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri dengan peran :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah
menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
1. Peran dalam keluarga
2. Peran dalam pekerjaan/sekolah
3. Peran dalam berbagai kelompok

Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah
sakit. Atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan
perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
1. Perubahan penampilan peran
2. Gangguan harga diri rendah
3. Keoutusasaan
4. ketidakberdayaan

IDENTITAS DIRI
Identitas diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri.
Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan

6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )


Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
1. Gangguan identitas personal
2. Perubahan penampilan peran
3. Ketidakberdayaan
4. Keputusasaan
D. respon

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh


norma-norma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat
terdiri dari :
1.
Aktualisasi diri.
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang sukses.
2.
Konsep diri positif.
Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan
dirinya dapat mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan
secara jujur dalam menilai masalah sesuai norma-norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat.
Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif.
Yang termasuk didalamnya adalah :
3. Harga diri rendah.
Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga
individu cenderung berpikir ke arah negatif.
4. Kekacauan identitas.
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan psikologis dan
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi.
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak

dapat membedakan dirinya dengan orang lain sehingga


mereka tidak mengenal dirinya sendiri.
E. TAHAPAN PERKEMBANGAN
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu klien dalam
mengembangkan konsep diri yang positif.
Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tugas perkembangan.
Eriksson membagi menjadi 8 tahapan. Di tiap tahapan terdapat stressor.
Individu mampu menghadapi stressor---mature. Individu yang tidak mampu
menghadapi stressor---hambatan dala memenuhi tugas perkembangannya
pada tahapan selanjutnya.
1.
TRUST VERSUS MISTRUST (Bayi sejak lahir - 18 bulan)
Seorang bayi tidak berdaya. Dia benar-benar tergantung pada orang
lain untuk kebutuhannya. Selama tahap ini, bayi belajar apakah dunia di
mana ia hidup dapat dipercaya. Ketika dia lapar dan dia menangis, dia
akan diberi makan? Ketika pantat nya yang basah, akan popok nya diubah?
Ketika ia tidak sehat atau takut, dia akan terhibur?
Jika kebutuhan bayi fisik dan emosional terpenuhi dengan cara yang
konsisten dan penuh perhatian, ia belajar bahwa ibunya atau pengasuh bisa
diandalkan dan dia mengembangkan sikap percaya pada orang. Jika
kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi mungkin menjadi takut dan belajar
untuk tidak mempercayai orang-orang di sekelilingnya
2.
AUTONOMY VERSUS SHAME AND DOUBT (Balita, 2
sampai 3 tahun)
Setelah trust terbentuk, infant akan mulai mengembangkan otonomi
atau rasa ke-aku-akuannya. Penting bagi anak untuk mengekspresikan
perasaannya dengan cara yang baik.
Perilaku otonomi
Mau menerima peraturan kelompok taoi juga mampu mengungkapkan
ketidak setujuan jika perlu
Mampu mengekpresikan opininya
Perilaku shame and doubt
Tidak mampu mengekspreikan kebutuhannya
Tidak mampu melawan saat diserang
3. INITIATIVE VERSUS GUILT (Anak prasekolah 3-6 tahun)
Dengan inisiatif, individu membuat suatu rencana dan ide menjadi
suatu kenyataan. Anak usia toddler mulai berpikir apa yang akan di
lakukan menjadi apabelajar bermain peran.
Perilaku inisiatif
Bersemangat dalam melakukan sesuatu
Mengungkapkan rasa ingin tahu akan banyak hal
Mengungkapkan hasil pemikirannya

Perilaku guilt
Lebih suka meniru orang lain
Selalu meminta maaf dan merasa sangat malu ketika melakukan
kesalahn kecil
Merasa takutketika memulai sesuatu yang baru
4. INDUSTRI VERSUS INFERIORITY
Anak mampu mengungkapkan perasaan tentang dirinya dan sudah
mulai memberikan penilaian bauk dan buruk. Mulai belajar menggunakan
bendaa-benda dan menyelesaikan tugasnya.
Perilaku industry
Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
bekerja sama dengan baik
Menggunakan waktu dengan efektif
Perilaku inferiority
o Tidak mampu menyelesaikan tugas
o Tidak mampu bekerja sama
o Tidak terorganisir dalam bekerja
5. IDENTITY VS ROLE CONFUSION
Adolescent mulai bertanya siapa aku??
Mengkaji semua mekanisme adaptive yang dimiliki. Ketidakmampuan
menemukan identitasbingung dan cemastidak mampu menjalani
hidup dengan stabil.
Perilaku identity
Mengembangkan hubungan dengan sesame jenis dan lawan jenis
Mandiri
Merencanakan peran di masa mendatang
Perilaku role confusion
tidak mampu menerima bertanggung jawab
menerima nilai-nilai orang lain tanpa bertanya
gagal membuat tujuan hidup

INTIMACY VERSUS ISOLATION


Mengembangkan hubungan intim dengan orang lain. Kegagalan mengembangkan
intimacy menyebabkan seseorang merasa terisolasi.
Perilaku intimacy
o Mengembangkan hubungan yang sangat dekat dengan orang lain
o Berkomitmen
Perilaku isolation
o Sendiri, tanpa pasangan
F. Gambaran Klinik

Perilaku-perilaku yang muncul menurut Stuart dan Sundeen (1998: 230)


adalah :
1. Mengritik diri sendiri dan orang lain.
2. Penurunan produktivitas.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Rasa diri penting yang berlebihan.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Rasa bersalah.
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif terhadap tubuhnya.
10. Ketegangan peran yang dirasakan.
11. Pandangan hidup yang pesimis.
12. Keluhan fisik.
13. Pandangan hidup yang bertentangan.
14. Penolakan terhadap kemampuan personal.
15. Destruktif terhadap diri sendiri.
16. Pengurungan diri.
17. Menarik diri secara sosial.
18. Penyalahgunaan zat.
19. Menarik diri dari realitas.
20. Khawatir

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri pasien
sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah, kerancuan identitas,
dan depersonalisasi
3.1.1

Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri yang Rendah

Mengeritik diri sendiri dan / atau orang lain


Penurunan produktivitas
Destruktif yang diarahkan pada orang lain
Gangguan dalam berhubungan
Rasa diri penting yang berlebihan
Perasaan tidak mampu
Rasa bersalah
Mudah tersinggung atau marah berlebihan
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara social
18. Penyalahgunaan zat

19. Menarik diri dari realitas


20. Khawatir

3.1.2 Perilaku yang berhubungan dengan Kerancuan Identitas


Tidak ada kode moral
Sifat kepribadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal eksploitatif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang tentang diri sendiri
Kerancuan gender
Tingkat ansietas yang tinggi
Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain

Kehilangan keautentikan
10. Masalah intimasi

3.1.3 Perilaku yang berhubungan dengan Depersonalisasi


Afektif :
Mengalami kehilangan identitas
Perasaan terpisah dari diri sendiri
Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
Perasaan tak realistis
Rasa terisolasi yang kuat
Kurang rasa kesinambungan dalam diri
Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk mencapai
sesuatu.
Perseptual
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
Kebingungan tentang seksualitas diri
Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
Gangguan citra tubuh
Mengalami dunia seperti dalam mimpi.
c.

Kognitif

Bingung
Disorientasi waktu
Gangguan berfikir
Gangguan daya ingat
Gangguan penilaian
Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
d.

Perilaku

Afek yang tumpul

Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons


Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik
Kurang spontanitas dan animasi
Kehilangan kendali terhadap impuls
Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
Menarik diri secara social
3.1.4
a.

Faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.

b.

Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan harapan peran budaya.

c.

Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, yaitu orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.

3.1.5

Faktor Presipitasi ( Pencetus) : Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor


dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ) yaitu:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa


yang mengancam kehidupan.
b.

Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi . Ada 3 jenis transisi peran :

1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan dalam
menyesuaikan diri.
2.

Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui kelahiran atau kematian.

3. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
c) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal,
d) Prosedur medis dan keperawatan.
3.1.6

Penilaian Stresor. Apa pun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stresor
psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting dalam persepsi pasien
tentang ancaman.

3.1.7

Sumber Koping. Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,


mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:

a.

Aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah

b. Hobi dan kerajinan tangan


c.

Seni yang ekspresif

d. Kesehatan dan perawatan diri


e.

Pekerjaan, vokasi atau posisi

f.

Bakat tertentu

g.

Kecerdasan

h. Imaginasi dan kreativitas


i.
3.1.8

Hubungan interpersonal
Mekanisme Koping. Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego ubtuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Meliputi:

a.

Pertahanan Jangka Pendek:

1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri ( misalnya
konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
2.

Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta


dalam klub sosial , agama, politik, kelompok, gerakan atau geng)

3.

Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang


tidak menentu( misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas)

4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar
dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat)
b. Pertahanan Jangka Panjang
1.

Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang


terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.

2.

Identitas negatif: Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat

3.1.9

Pertahanan Ego. Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,


pergeseran (displacement), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk.

a.

Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan tanggapan yang sudah ada


(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.

b. Disosiasi adalah respon yang tidak sesuai dengan stimulus.


c.

Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.

d. Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan pada
orang lain.
e.

Displacement adalah mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada orang


yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka


disfungsional.

3.3 Intervensi Keperawatan


3.6.1.1 Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Diagnosa
Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENSI

Isolasi sosial: TUM:


Ekspresi wajah bersahabat, 1.Bina hubungan saling percaya:
menarik diri Klien
dapat menunjukkan rasa senang, ada a. Sapa klien
b. d. harga berhubungan
kontak mata, mau berjabat Beri salam/panggil nama klien
diri rendah
dengan orang lain tangan, mau menyebutkan
c.Tanyakan nama panggilan kesukaan
secara optimal
nama, mau menjawab salam, klien
klien
mau
duduk
d.Sebutkan nama perawatan sambil
berdampingan
dengan berjabat tangan
TUK1:
perawat, mau mengutarakan
e.Jelaskan maksud hubungan interaksi
f.Jelaskan kontrak yang akan dibuat
Klien
dapat masalah yang dihadapi
Klien
mengidentifikasi
g.Beri rasa aman dan sikap empati
membina
h.Beri perhatian pada klien dan perhatikan
hubungan daling kemampuan dan aspek positif
yang
dimiliki:
kebutuhan dasar klien
percaya
dan aspek
kemampuan yang dimiliki 2.Diskusikan kemampuan
TUK 2:
positif
yang
dimiliki
klien:
Aspek positif keluarga
a.Setiap bertemu klien hindarkan dari
Klien dapat meng Aspek positif lingkungan
memberi penilaian negatif
identifikasi
yang dimiliki klien
b.Utamakan
memberi pujian yang realistic
kemampuan dan
3. klien menilai kemampuan
3.Diskusikan dengan klien kemampuan
aspek positif yang yang dapat digunakan
dimiliki
4. Klien membuat rencana yang masih dapat dilakukan
a.diskusikan kemampuan yang dapat
kegiatan harian
TUK 3:
5. Klien melakukan kegiatan dilanjutkan
Klien
dapat
4.Rencanakan bersama klien aktivitas
sesuai
dengan
kondisi
menilai
yang dapat dialakukan setiap hari sesuai
kemampuan yang sakitnya
Klien memanfaatkan system kemampuan:
digunakan
a.Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan
pendukung yang ada di
toleransi kondisi klien
TUK 4:
keluarga
b.Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang
Klien
dapat
boleh klien lakukan
merencanakan
5.Beri kesempatan pada klien untuk
kegiatan
sesuai
mencoba
kegiatan
yang
telah
dengan
direncanakan
kemampuan yang
a.Beri pujian atas keberhasilan klien
dimiliki
b.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
TUK 5:
rumah
6.Beri pend kes pada keluarga tentang
Klien
dapat
cara merawat klien dengan HDR:
melakukan
a.Bantu
keluarga
dalam
memberi
kegiatan
sesuai
dukungan pada klien
dengan
kondisi
b.Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan
sakit
dan
rumah
kemampuannya
TUK 6:
Klien
dapat
memanfaatkan
system pendukung

yang ada

3.6.1.2 Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
DIAGNOS
A
KEPERAW
ATAN
Gangguan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENS

Klien menerima perubahan yang terjadi 1.Klien dapat meningkatkan


2.2.Klien memilih beberapa cara m dan hubungan saling perca
menunjukkan

TUM:

konsep diri: Klien

engatasi perubahan yang terjadi


a.Bina hubungan perawat peningkatan harga diri
3. 3. Klien adaptasi dengan cara-cara yang
rendah
terapeutik
dipilih dan digunakan
TUK1:
berhubungan
b.Salam terapeutik
4.Klien dapat mengatasi masalahnya
harga

diri

dengan
gangguan
citra tubuh

Klien

dapat

membina sendiri
c.Komunikasi terbuka, jujur
hubungan daling percaya5.Klien dapat melakukan pengembalian
d.Sediakan waktu untuk m
integritas tubuhnya
klien.
Beri
TUK 2:
mengungkapkan
perasa
Klien
dapat
meng
terhadap perubahan tubuh.
identifikasi
perubahan
e.Lakukan kontrak untu
citra tubuhnya.
asuhan
keperawatan
TUK 3:
kesehatan, dukungan, ko
Klien

dapat

kemampuan

menilai

rujukan)

yang

2.Klien

dimilikinya.

merencanakan
sesuai
kemampuan
dimiliki
TUK 5:

men

perubahan citra tubuh:

a.struktur, bentuk atau fungs

TUK 4:
Klien

dapat

b.Observasi ekspresi klien

dapat

diskusi

kegiatan

3.Klien dapat menilai kem

dengan
yang

aspek positif yang dimiliki


a. a.

a.Diskusikan kemampua
positif

yang

dimiliki

intelektual, keluarga) oleh

Klien dapat melakukan


kegiatan

pengembalian

perubahan yang terjadi


b.

b.Beri pujian atas aspe

integritas tubuhnya.

kemampuan yang masih di


3.

3.Klien dapat menerima realit

struktur, bentuk atau fung


a.

a. Dorong klien untuk mera

berperan serta dalam a


secara bertahap

b. Libatkan klien dalam kel


dengan masalah gangguan

c. Tingkat dukungan keluarg


terutama pasangannya

4.Klien dapat menyusun re

cara menyelesaikan ma
dihadapi.:

a.Diskusikan cara-cara (bo

sebagai sumber informasi)

dilakukan untuk mengura

perubahan struktur, bentuk


tubuh

b.Dorong klien memili


sesuai
5.Klien

dapat

melakuka

pengembalian integritas tu
a.Membantu
klien
perubahan citra tubuh
b.Rehabilitasi bertahap bagi

Anda mungkin juga menyukai