Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fitrisya Lucki Dwiyanti

Nim

: 25010114120062

Kelas : A-2014
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEGAN OBESITAS PADA
ANAK USIA 6-12 TAHUN
Pada era globalisasi banyak terjadi kemajuan dibidang teknologi, ilmu pengetahuan,
gaya hidup dan sosial ekonomi sehingga terjadi transisi epidemiologi dan transisi demografi
yang mendorong perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi adalah masalah obesitas. Indonesia
saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, ketika permasalahan gizi kurang belum
terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai
sinyal awal, munculnya penyakit-penyakit degeneratif yang saat ini merambah seluruh
pelosok Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas, hipertensi, dislipidemi dan penyakit
degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit dan angka kematian di
Indonesia. (Waspadji dkk, 2010). Berdasarkan data kementrian kesehatan tahun (2007),
melaporkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada anak usia sekolah (6-12 thun) mencapai
9.5%, untuk anak laki-laki dan 6,4% untuk anak perempuan. Pada tahun 2010 menurut data
kementrian kesehatan didapatkan bahwa prevalensi obesitas anak usia sekolah (6-12 tahun)
adalah 10,7% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan
Obesitas merupakan masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak di
seluruh dunia. Kegemukan dan obesitas merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi)
yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolisme tubuh
(wahyu, 2008). Obesitas banyak terjadi di negara industri, karena disebabkan perubahan gaya
hidup (Life Style), pola makan serta adanya riwayat dari keluarga itu sendiri. Penyakit ini
merupakan pintu masuk dari seluruh penyakit degeneratif lainnya, seperti diebetes mellitus,
jantung koroner, hipertensi, dan lain-lain.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh padmiari (2010), tentang konsumsi fast food
sebagai faktor resiko obesitas pada anak SD ditemukan bahwa anak SD yang ayahnya
berpendidikan SLTA dan perguruan tianggi mempunyai resiko mengalami obesitas 1,3 kali
lebih tingi dibandingkan dengan anak SD yang ayahnya berpendidikan di bawah SLTA. Hal
ini ditimbulkan oleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
orang tua sampel, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan ayah maka tingkat pendapatan
keluarga pun meningkat. Peningkatan pendapatan keluarga akan meningkatkan konsumsi
makanan.
Berdasarkan pada study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada siswa/siswi
madrasah ibtidaiyah Negeri pondok pinang jakarta pada tanggal 30 Agustus 2010 terdapat 48
anak yang mengalami obesitas dari 400 anak. Hal ini menunjukkan bahwa 12% siswa/siswi
mengalami obesitas, prevalensi ini sudah melebihi angka nasional.

Damayanti (2008) memaparkan berbagai faktor penyebab obesitas pada anak antara
lain pola makan anak, tingkat aktifitas fisik, faktor keluarga, psikologis anak, faktor genetik.
Faktor lain yang meningkatkan resiko obesitas selain konsumsi makanan siap saji (fast food),
makanan rendah gizi dan tinggi kalori yaitu, makanan yang serba instan, minuman ringan
berkadar gula tinggi, dan mengandung pengawet akan berdampak meningkatkan resiko
obesitas. Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi
berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Almastier, 2001).
Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi
berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Almastier, 2001). Penyebab
utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi berlebih dibandingkan
dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Almastier, 2001). Penyebab utama terjadinya
obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi berlebih dibandingkan dengan kebutuhan
atau pemakaian energi (Almastier, 2001).
Hasil penelitian Rizka (2007) tentang hubungan pola makan dengan kejadian obesitas
pada remaja di sma katolik cendrawasih yang di dalamnya terdapat pola makan diperoleh
nilai p value = 0,075 sehingga nilai p > (5%) atau p > 0.05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak artinya tidak ada hubungan antara pola makan anak dengan obesitas pada anak. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan
dengan kejadian obesitas pada anak karena pola makan sangat mempengaruhi terhadap status
gizi seseorang.
Untuk mengurangi angka kejadian obesitas, The United States Dietary Guidelines for
Americans merekomendasikan untuk anakanak sekolah melakukan aktivitas fisik paling tidak
untuk melakukan aktivitas fisik selama 60 menit setiap hari. Aktivitas fisik yang dilakukan
setiap hari bermanfaat bukan hanya untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat tetapi juga
bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah stres. Rendahnya aktivitas fisik
merupakan faktor utama yang mempengaruhi obesitas.
Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan
dengan faktor faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak, supaya dapat
dilakukan tindakan upaya untuk pencegahan sehingga prevalensi obesistas pada anak dapat
dikendalikan.

Dapus :
Departemen kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Direktorat Jendral Pdlayanan Mesik. 2010
Nurjanah Hayati. Faktor-faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian obesitas
di kelas 4 dan 5 SD Pembangunan Jaya Bintaro, tanggerang Selatan. Skripsi. Universitas
Indonesia. 2009

Fadilla, Rizqi. 2011. Hubungan Antara Kebiasaan Makan, Aktivitas fisik dan
Lama tidur dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah RW 09 Palebon
Semarang. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit.
Pustaka Obor Populer. Jakarta.
Ratu Ayu D.S. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di
Indonesia. Jurnal Makara Kesehatan Vol 15 No 1 Juni 2011: 37- 43
Susi Muktihartia, Purwanto, dkk. 2012. Faktor Resiko Kejadian Obesitas
pada Remaja SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 di Kota Pekalongan Tahun 2010
dengan Perilaku. Jurnal DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Semarang,
Pekalongan
Virgianto, G., dan Purwaningsih, E., 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai
Faktor Risiko

Anda mungkin juga menyukai