Laporan Kasus Koma Hipoglikemia
Laporan Kasus Koma Hipoglikemia
Disusun oleh :
dr. Fadhilla Fianurrachmania
Pembimbing :
dr. Intaningtyas Subawati
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
Judul
Bagian
Pembimbing :
Dr. Intaningtyas
Penulis
Subawati
dr. Fadhilla Fianurrachmania
BAB I
STATUS PENDERITA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama
An Hmd
Umur
4 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Alamat
Pekerjaan
Dibawah umur
Tanggal Periksa
7 Mei 2016
No. RM
342336
2. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan Ayah dan ibu penderita tanggal 7 Mei 2016
Keluhan Utama : Kejang
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien kejang di rumah sebanyak 1x, mata melirik ke atas, badan
kelojotan, keluar buih dari mulut, durasi kejang selama 4 menit. Sebelum
kejang pasien sadar, selama kejang pasien tidak sadar, dan setelah kejang
pasien langsung menangis. Pasien demam sejak 1 hari SMRS (jumat)
pukul 14.00. Ibu pasien belum memberikan obat penurun panas kepada
pasien. Sebelumnya pasien mengalami batuk pilek, tetap napas tidak
sesak. Keluhan mimisan disangkal, muntah disangkal. BAB pasien seperti
biasa, tidak hitam dan tidak cair. BAK terakhir 2 jam SMRS, banyak,
warna kuning jernih. Pasien mau minum, tapi tidak mau makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat kejang diakui saat pasien berusia 5 bulan, saat itu pasien juga
mengalami demam kemudian kejang
Penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien adalah demam, batuk,
pilek, diare, tetapi tidak sampai dirawat di rumah sakit atau balai
pengobatan
Persalinan
: 9 bulan
: 3000 gram
Panjang badan
: tidak ingat
Berat Badan
Usia
: 12 kg
: 4 tahun
Kesan :
-
Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir tidak ingat, berat
badan sekarang 12 kg, tinggi badan sekarang 85 cm
Kesan : Normal Growth
Perkembangan :
o Tengkurap : usia 4 bulan
o Duduk dengan dibantu : usia 6 bulan
5
: HR
RR
= 30 x/menit, reguler
= 40,6o C (aksila)
KU/Kesadaran
: Sedang / komposmentis
Kepala
Leher
Mata
Thorax
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: peristaltik normal
Genital
Ekstremitas
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan
Hb
7 Mei 2016
11,7
Lekosit
12,1
Eritrosit
Hematokrit
5,22
35,5
Trombosit
241
MCV
MCH
MCHC
RDW
Neutrofil Segmen
Gol darah
3. DIAGNOSA BANDING
68
22,4
32,9
14,5
80,1
B Positif
Satuan
g/dl
ribu/mm
3
juta/mm3
%
ribu/mm
3
mikro m3
pg
g/dl
%
%
Rujukan
10,8-12,8
5,5-15,5
4,0-6,0
40-52
219-497
73-101
23-31
26-34
4.4-5.9
50-70
1. Observasi Kejang
DD:
i. Kejang serebral
A. Akut
a. Infeksi
Infeksi ekstrakranial: kejang demam
Infeksiintrakranial:meningitis,ensefalitis,meningioensefalitis,abses
otak
b. Gangguan metabolik
c. Gangguan elektrolit
d. SOL
e. Malformasi
f. Bahan toksik
B. Kronik berulang: epilepsi
ii. Kejang non-serebral: tetanus
2. Obs Febris H I dd DF, DHF, ISPA
3. Status gizi kurang, perawakan normal
4. DIAGNOSA SEMENTARA
1. Kejang Demam Simpleks
2. ISPA
3. Status Gizi Kurang, Perawakan Normal
5. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
IVFD D5 NS 12 tpm
Inj Novalgin 120 mg extra iv
Inj Paracetamol 120 mg/8 jam iv
Inj Ampicilin 400 mg/8 jam iv skin test
Inj Dexamethason 2 mg/8 jam iv
Inj Diazepam 4 mg bolus pelan jika kejang
Po Diazepam 3 x 1,2 mg (bila t>38,5)
b. Edukasi : Kompres
c. Monitor : KU, TTV, pengawasan jika kejang berulang
6. PROGNOSA
Qua ad vitam
: ad bonam
Qua ad sanam
: ad bonam
Qua ad fungsionam
: ad bonam
BAB II
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
yang sama dengan interval 5 menit. Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB. Jika kejang tetap belum berhenti, maka diberikan phenytoin intravena
dengan dosis awal 10- 20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/ kgBB/menit
atau kurang dari 50 mg/menit. Jika kejang berhenti, maka dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika dengan
phenytoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Jika kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
2. Pemberian Obat pada Saat Demam
Antipiretik
Antipiretik tidak terbukti mengurangi risiko kejang demam, namun para ahli di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol
adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak boleh lebih dari 5
kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang,
acetylsalicylic acid dapat menyebabkan sindrom Reye, terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga tidak dianjurkan.
Antikonvulsan
Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kgBB tiap 8 jam pada suhu >38,50 C. Dosis tersebut dapat menyebabkan
ataksia, iritabel, dan sedasi cukup berat pada 25-39% kasus. Phenobarbital,
carbamazepine, dan phenytoin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang
demam.
3. Pemberian Obat Rumatan
Obat rumatan diberikan hanya jika kejang demam menunjukkan salah satu
ciri sebagai berikut:
- Kejang lama dengan durasi >15 menit
- Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosefalus.
10
Kejang fokal.
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan.
Kejang demam dengan frekuensi >4 kali per tahun.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menit merupakan
12