Anda di halaman 1dari 9

EFLORESENSI

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam mengikuti


Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit

Oleh:
Fachrun Nisa, S.Ked
14174072

Pembimbing:
dr. Cut Putri Yohanna, M.Sc, Sp. KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
2016
1

EFLORESENSI

Efloresensi atau ruam adalah kelainan kulit dan selaput lendir yang dapat
dilihat dengan mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapat diperiksa dengan
perabaan.

Menurut terjadinya, efloresensi dibagi menjadi 2:


1. Efloresensi Primer
Efloresensi primer adalah lesi kulit yang mula-mula, yaitu bentuk awal yang
khas dari penyakit kulit, sangat penting diketahui untuk diagnose penyakit kulit.
a. Makula
Makula adalah efloresensi primer yang hanya berupa perubahan warna
kulit tanpa perubahan bentuk.
Contoh: Tinea versikolor, morbus Hansen.

b. Eritema
Eritema adalah makula yang berwarna merah.
Contoh: Dermatitis, lupus eritematosus.

c. Papula
Papula adalah penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas
tegas, berukuran kurang dari 1 cm.

d. Nodula
Nodula adalah papula dengan diameter lebih dari 1 cm.
Contoh: Prurigo nodularis.

e. Vesikula
Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter
kurang dari 1 cm.
Contoh: Varisela, herpes zoster.

f. Bula
Bula adalah vesikel dengan diameter lebih besar dari 1 cm.

Contoh: Pemfigus.
Jika vesikel/ bula berisi darah disebut vesikel/ bula hemoragik. Jika
bula berisi nanah disebut bula purulen.

g. Pustula
Pustule adalah vesikel berisi nanah.
Contoh: Variola, varisela, psoriasis pustulosa.

h. Urtika
Urtika adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan
dapat hilang perlahan-lahan.
Contoh: Dermatitis medikamentosa.

i. Tumor
Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan
pertumbuhan sel maupun jaringan tubuh.

j. Kista
Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang
berisi cairan serosa atau padat atau setengah padat.
Contoh: Kista epidermoid.

2. Efloresensi Sekunder
Efloresensi sekunder adalah lesi kulit yang sudah mengalami perubahan
akibat proses penyakitnya sendiri, pengobatan, garukan, infeksi sekunder, dan
lain-lain.

a. Skuama
Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat
berupa sisik halus (TV), sedang (dermatitis), atau kasar (psoriasis). Skuama
dapat berwarna putih (psoriasis), coklat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis).

b. Krusta
Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang
sudah mongering di atas permukaan kulit.
Contoh: Impetigo krustosa, dermatitis kontak.
Krusta dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal
darah), atau coklat (asal darah, nanah,serum).

c. Erosi
Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak
menjadi merah dan keluar cairan serosa.
Contoh: Dermatitis kontak.

d. Ekskoriasi
Kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak
merah disertai bintik-bintik perdarahan.
Contoh: Dermatitis kontak, ektima.

e. Ulkus
6

Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki


dasar, dinding, tepi, dan isi.
Contoh: Ulkus tropikum, ulkus durum.

f. Rhagaden
Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat
kecil/ dalam.
Contoh: Keratoskisis, keratodermia.

g. Parut (sikatrik)
Sikatrik adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis
yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat lebih cekung dari kulit sekitarnya
(sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal
(eutrofi/ luka sayat). Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.

h. Keloid
Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.

i. Abses
Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di
dalam jaringan.
Contoh: Abses Bartholini, abses banal.

j. Likenifikasi
Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/ relif
kulit tampak lebih jelas.
Contoh: Prurigo, neurodermatitis.

k. Guma
Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif,
kronik, dengan penyebaran serpiginosa.
Contoh: Sifilis gumosa.

l. Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit
tampak lebih hitam dari sekitarnya.
Contoh: Melasma.

m. Hipopigmentasi
Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih
dari sekitarnya.
Contoh: Skleroderma, vitiligo.

Anda mungkin juga menyukai