Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PREMATUR
Untuk Melengkapi Syarat Tugas Maternitas

Penanggung Jawab Mata Kuliah : Ns. Arif Tirtana, M. Kep

Rian Rafsanjani
M13.01.0010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2016

DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................i
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Tujuan ................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Definisi...............................................................................................3
Etiologi Persalinan Prematur .............................................................4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Prematur...................6
Klasifikasi Bayi Prematur ..................................................................15
Diagnosis............................................................................................16
Penatalaksanaan .................................................................................16

BAB III : PENUTUP .....................................................................................18


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang
normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya
berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan
sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin
1996).
Masalah Kesehatan pada bayi prematur, dimana pada bayi prematur
sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan
pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai
advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui masalah patologi persalinan prematur dan
manajemennya dalam asuhan keperawatan
2. Tujuan Khsusus
Agar dapat mngetahui mengenai :
a. pengertian prematur
1|Makalah Prematur

b. penyebab bayi premature


c. tanda dan gejala persalinan premature
d. factor resiko persalinan prematur
e. klasifikasi bayi prematur
f. patofisiologi premature
g. masalah dan komplikasi yang ditimbulkan oleh persalinan premature
h. pengelolaan persainan prematur
i. konsep manajemen asuhan kebidanan prematur

2|Makalah Prematur

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 mingu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram (Nugroho, 2010). Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya
karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%. Persalinan
prematur adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau
kurang. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005
menetapkan bahwa persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu (Syaifuddin, 2009).
Sampai sekarang belum ada penyesuaian pendapat diantara para ahli
mengenai definisi prematurisasi. Holmerdan De Snoo menyatakan bahwa bayi
prematur adalah bayi yang lahir dengan kehamilan antara 28-38 minggu. Menurut
Eastman bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan berat badan (BB) 10002499 gram, sedangkan menurut Grennhill menyatakan bahwa bayi prematur ialah
bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram. Beberapa kriteria lain
tentang bayi prematur adalah panjang badan (crown-hell length) 47 cm, diameter
3|Makalah Prematur

occipito-frontal 11 cm, lingkaran occipito-frontal 33 cm, selisih lingkaran-toraks


3 cm, center ossification distal femoral epiphysis belum ada dan meningkatkan
fetal Hb pada pembuluh darah pusat (Sofian, 2012).
Persalinan prematurisasi merupakan masalah yang besar karena dengan
berat janin kurang dari 2500 gram dan umur kurang dari 30 minggu, maka alatalat vital (otak, jantung, paru, ginjal) belum sempurna, sehingga mengalami
kesulitan dalam adaptasi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekalipun
sudah dirawat, bayi dengan berat antara 1500 sampai 2500 gram untuk dapat
bertahan hidup, tetapi masih diragukan kemungkinan untuk memiliki kemampuan
dan kualitas yang diharapkan sebagai sumber daya manusia (Nugroho, 2010).
B. Etiologi Persalinan Prematur
Syaifuddin (2009), menyatakan bahwa persalinan prematur merupakan
kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi
dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur.
Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban
pecah dini atau trauma. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses
patogenik yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak
terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks (Saifuddin, 2009 dan Krisnadi,
2009), yaitu:
a. Aktivasi aksis kelenjar hypotalamic-pituitary-adrenal (HPA), corticotrophin
releasing hormone (CRH) plasenta dan estrogen serta terjadinya fluktuasi
imun pada ibu maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin.

4|Makalah Prematur

b. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari


traktus genitourinaria atau infeksi sistemik yang dapat mengaktifkan sitokin
dan prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.
c. Perdarahan desidua yang mengaktifkan thrombin dan matriks metalloprotein
yang dapat mempengaruhi pendataran serviks dan pecahnya selaput ketuban.
d. Peregangan uterus patologik yang dapat merangsang produksi prostaglandin
dan reseptor oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus.
Mengenai penyebabnya belum banyak diketahui, menurut Eastman kausa
prematur 61,9% kausa ignota (sebab yang belum diketahui), Greenhill
menambahkan bahwa, kausa prematur 60% kausa ignota (sebab yang belum
diketahui), sedangkan menurut Holmer sebagian besar tidak diketahui. Faktor
etiologi yang dikemukakan adalah kausa ignota, toksemia gravidarum,
multiparitas, perdarahan antepartum, kelainan seviks, komplikasi dari penyakit
seperti sifilis, dekompensasi kordis, rematik, penyakit-penyakit ginjal, mioma
uteri, kelainan kongenital, ketuban pecah dini, Rh-faktor dan Hidramnion gemeli
(Sofian,2012).
Krisnadi et al (2009), menggolongkan penyebab persalinan prematur
menjadi 2, yaitu penyebab idiopatik/spontan dan iatrogenik/elektif. Pada
kelompok idiopatik penyebab persalinan prematur tidak diketahui. Sedangkan
pada kelompok iatrogenik atau persalinan prematur buatan, karena kelanjutan
kehamilan diduga dapat membahayakan ibu dan/atau janin maka kehamilan harus
diakhiri segera.
Faktor-fakor yang memulai persalinan belum diketahui dan mungkin
melibatkan retreat from maintenance of pregnancy (dihentikannya pemeliharaan
5|Makalah Prematur

kehamilan), yaitu penghentian faktor-faktor penopang kehamilan (misalnya


hormon) atau induksi aktif akibat faktor-faktor simulatorik yang bekerja di uterus.
Mungkin komponen dari kedua fenomena ini berperan. Kurangnya pengetahuan
tentang faktor-faktor ini menghambat kemajuan dalam mencegah pelahiran
prematur (Sadler, 2009).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Prematur
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor risiko
persalinan prematur, namun adanya faktor risiko tersebut tidak selalu
menyebabkan terjadinya persalinan prematur, bahkan sebagian persalinan
prematur yang terjadi spontan tidak mempunyai faktor risiko yang jelas (Krisnadi
et al, 2009). Beberapa kondisi selama kehamilan yang merupakan faktor risiko
terjadinya persalinan prematur adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu
a. Preeklamsia/hipertensi
Aggressive management dengan mengakhiri persalinan bahkan
sebelum usia kehamilan aterm dilakukan jika upaya konservatif yang
dilakukan untuk menangani preeklamsia mengalami kegagalan yang
ditandai dengan keadaan klinik dan laboratorik baik ibu maupun janin
memburuk. Terdapat kecenderungan dari tenaga kesehatan yang menolong
persalinan untuk segera mengakhiri kehamilan jika seorang ibu hamil
mengalami preeklamsia walaupun usia kehamilan ibu belum memasuki
usia aterm dalam upaya untuk menyelamatkan ibu (Saifuddin, 2009).
b. Penyakit

infeksi

dengan

kemih/genital/intrauterin
6|Makalah Prematur

demam,

misalnya

Infeksi

saluran

Infeksi saluran kemih dan jalan lahir (traktus urogenital) sangat


berkaitan dengan persalinan prematur. Infeksi ini biasanya mewakili
infeksi bakteri yang menjalar secara ascendens dari saluran genital bawah
(Krisnadi et al, 2009). Goldenberg dkk (2008) telah menghipotesiskan
bahwa infeksi intrauteri memicu persalinan kurang bulan akibat aktivasi
sistem imun bawaan. Mikroorganisme menyebabkan pelepasan sitokin
inflamasi

yang

kemudian

merangsang

produksi

prostaglandin.

Prostaglandin merangsang kontraksi rahim, sedangkan degradasi matriks


ekstraseluler pada membran janin mengakibatkan Ketuban Pecah Dini
(KPD) usia prematur (Cunningham et al, 2013).
c. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
Inkompetensi serviks dapat ditegakkan ketika serviks mengalami
penipisan dan pembukaan tanpa disertai nyeri pada trimester kedua atau
awal trimester ketiga kehamilan yang dapat memicu terjadinya persalinan
(Varney et al, 2007). Persalinan prematur dapat berlangsung karena fetus
dan cairan ketubannya terlalu berat untuk disangga oleh rahim dengan
serviks inkompeten, ketuban dapat segera pecah atau didahului oleh
kontraksi rahim (Krisnadi et al, 2009).
d. Riwayat persalinan prematur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang telah mengalami
persalinan prematur pada persalinan sebelumnya memiliki risiko 20%
sampai 40% untuk mengalami persainan prematur kembali pada kehamilan
berikutnya (Varney et al, 2008). Risiko persalinan prematur berulang
untuk wanita yang pada persalinan pertamanya mengalami persalinan
7|Makalah Prematur

prematur, meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita yang bayi
pertamanya lahir cukup bulan (Cunningham, 2013). Ibu yang mempunyai
riwayat satu kali persalinan prematur sebelumnya akan meningkatkan
risiko untuk mendapat persalinan prematur lagi sebesar 2,2 kalinya; dan
bila pernah mengalami tiga kali persalinan prematur risikonya meningkat
sampai 4,9 kalinya. Penelitian lain mendapatkan kejadian persalinan
prematur 3 kali lipat pada ibu dengan riwayat persalinan prematur
(Krisnadi et al, 2009).
e. Riwayat abortus berulang
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa pernah mengalami
abortus atau terminasi kehamilan pada trimester pertama tidak
berhubungan langsung dengan kejadian persalinan prematur, namun
peneliti-peneliti lain mendapatkan peningkatan kejadian prematuritas
sebesar 1,3 kali pada ibu yang mengalami satu kali abortus dan 1,9 kali
pada ibu yang mengalami dua kali abortus (Krisnadi et al, 2009).
f. Trauma
Trauma eksternal seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau
kekerasan fisik dapat mengakibatkan lepasnya plasenta dari tempat
insersinya dan menyebabkan terjadinya solusio plasenta (Cunningham,
2013). Trauma benda tumpul, terjatuh telungkup pada ibu hamil dapat
mengakibatkan solusio plasenta yang dapat mengakibatkan persalinan
prematur (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

8|Makalah Prematur

g. Stress psikologik
Beban psikologik yang ditanggung oleh ibu dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan janin. Stresor yang banyak baik stresor internal
maupun stressor eksternal dapat mengakibatkan depresi pada ibu hamil,
maka kemungkinan besar motivasi ibu untuk menjaga kehamilannya juga
akan merurun. Perlakuan seperti itu terhadap kehamilan sudah dapat
dipastikan akan menimbulkan banyak masalah dan komplikasi salah
satunya adalah terjadinya persalinan prematur (Sulistyawati, 2009). Stres
pada ibu dapat meningkatkan kadar katekolamin dan kortisol yang akan
mengaktifkan

placental

corticotrophin

releasing

hormone

dan

mempresipitasi persalinan melalui jalur biologis. Stres juga mengganggu


fungsi imunitas yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi atau infeksi
intraamnion dan akhirnya merangsang proses persalinan (Krisnadi et al,
2009).
h. Jarak antara persalinan yang terlalu rapat
Conde Agudelo dkk (2006), melaporkan bahwa rentang waktu yang
lebih pendek dari 18 bulan dan lebih panjang dari 59 bulan dikaitkan
dengan peningkatan risiko kelahiran kurang bulan (Cunningham et al,
2013). Risiko mengalami persalinan prematur kurang dari 32 minggu akan
meningkat 30-90% pada ibu yang mempunyai interval kehamilan kurang
dari 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang mempunyai interval kehamilan
lebih dari 12 bulan (Krisnadi et al, 2009).

9|Makalah Prematur

i. Kurang gizi
Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat-zat penting
yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Kurang gizi akan menimbulkan
banyak

komplikasi

yang

dapat

berakibat

fatal

pada

kehamilan

(Sulistyawati, 2009). Zat gizi yang tidak mencukupi diyakini dapat


mengganggu pertumbuhan janin. Ibu dan janin dengan gizi kurang dapat
mengalami stres dan berakhir dengan persalinan prematur (Krisnadi et al,
2009).
j. Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan
janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan memicu
terjadinya persalinan prematur (Prasetyawati, 2012). Anemia pada
kehamilan dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi dan asam folat selama kehamilan. Kondisi anemia
pada ibu hamil dapat berefek pada rendahnya suplai nutrisi dan oksigen
sehingga sirkulasi uteroplasental menjadi tidak lancar. Hal tersebut
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu. Salah
satu akibat yang dapat terjadi adalah persalinan prematur (Manuaba et al,
2012). Anemia pada ibu hamil karena kekurangan zat besi dapat
meningkatkan resiko infeksi maternal, dan hemoglobin yang rendah dapat
menyebabkan hipoksia kronis tingkat rendah yang dapat menginduksi
stress pada ibu dan janin. Sebagai reaksi dari adanya stress dari ibu dan
janin tersebut maka otak akan mengaktifkan HPA yang dapat merangsang
10 | M a k a l a h P r e m a t u r

peningkatan produksi CRH atau kortisol untuk memulai persalinan yang


prematur (Zang et al, 2009).
2. Faktor janin dan plasenta
a. Ketuban pecah dini (KPD)
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan prematur sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifuddin, 2009).
Menurut Manuaba et al (2012), terdapat beberapa penyebab terjadinya
KPD, diantaranya faktor sosial: perokok, peminum, keadaan sosial
ekonomi rendah, overdistensi uterus dan servik inkompeten. Menurut
Krisnadi et al (2009), risiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat
KPD saat kehamilan kurang dari 37 minggu adalah 34-44%, sedangkan
risiko untuk mengalami KPD kembali sekitar 16-32%.
b. Cacat bawaan janin
Hasil penelitian Dolan dkk pada tahun 2007 menemukan, setelah
mengendalikan berbagai faktor pengganggu, ternyata cacat lahir berkaitan
dengan kelahiran kurang bulan (Cunningham et al, 2013).
c. Kehamilan dengan distensi uterus
Kehamilan dengan distensi uterus merupakan pembesaran uterus
yang lebih besar pada kehamilan yang disebabkan oleh unsur uterus, air
ketuban, plasenta ataupun janin itu sendiri. Seiring dengan regangan uterus
yang cukup sering dapat menimbulkan kontraksi dan kemampuan serviks
mempertahankan kehamilan menjadi menurun, sehingga dapat terjadi
persalinan sebelum waktunya (Saifuddin, 2009).
11 | M a k a l a h P r e m a t u r

1) Kehamilan ganda/gemeli
Jumlah janin yang lebih dari satu mengakibatkan pembesaran
uterus melebihi normal dari usia kehamilan (Varney et al, 2007).
Sepuluh persen dari semua kelahiran prematur disebabkan karena
kehamilan kembar (Varney et al, 2008).
2) Polihidramnion
Kondisi

volume

cairan

ketuban

yang

berlebihan

dapat

mengakibatkan distensi uterus yang berlebihan sehingga dapat


mengakibatkan persalinan prematur (Varney et al, 2007)
d. Perdarahan antepartum
1) Plasenta previa
Perdarahan pertama pada Ibu hamil dengan plasenta previa sudah
bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu, tetapi lebih dari
separuh kejadiannya pada usia kehamilan 34 minggu ke atas.
Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea terpaksa harus segera
dilakukan untuk menghindari terjadinya anemia ibu karena kehilangan
darah bahkan syok. Hal ini membuat kelahiran prematur dan gawat
janin tidak terhindarkan (Saifuddin, 2009).
2) Solusio plasenta
Beberapa kasus trauma eksternal seperti kecelakaan kendaraan
bermotor atau kekerasan fisik dapat mengakibatkan lepasnya plasenta
dari tempat insersinya (Cunningham, 2013). Perdarahan retroplasenta
yang terus berlangsung dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan
insufisiensi fungsi plasenta. Jika hal tersebut terjadi pada usia
12 | M a k a l a h P r e m a t u r

kehamilan kurang dari 37 minggu, maka terminasi kehamilan dapat


berakibat pada persalinan prematur (Saifuddin, 2009).
3. Faktor sosio-demografi
a. Status perkawinan (kawin dan tidak kawin)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian persalinan prematur
lebih tinggi terjadi pada ibu yang memiliki status perkawinan tidak sah
(15%) dari pada yang memiliki status perkawinan yang sah (13%) (Sofian,
2012). Jika kehamilan tidak diharapkan karena hamil sebelum menikah,
sehingga ibu akan menjadi sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak
ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal-hal positif yang dapat
meningkatkan kesejahteraan bayinya, salah satu akibatnya adalah
persalinan prematur (Sulistyawati, 2009). Persalinan prematur pada ibu
yang tidak menikah meningkat pada semua golongan etnik dan semua
golongan usia ibu. Penyebab pasti belum diketahui, diduga berkaitan
dengan faktor psikososial (kecemasan, stress), dukungan lingkungan dan
faktor sosio-ekonomi (Krisnadi et al, 2009).
b. Suku bangsa
Menurut Sofian (2012), di luar negeri pada orang kulit putih
frekuensinya lebih rendah (6%), dibandingkan dengan orang kulit hitam
lebih tinggi (11-13%). Hasil penelitian Kitska dkk (2007) di Negara bagian
Missouri, menemukan bahwa wanita kulit hitam memiliki peningkatan
risiko kelahiran kurang bulan yang berulang (Cunningham, 2013).

13 | M a k a l a h P r e m a t u r

c. Sosial ekonomi
Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah akan mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikologis yang buruk. Status gizi ibu hamil pun
akan menurun karena zat gizi yang didapat kurang berkualitas yang dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada ibu hamil (Sulistyawati,
2009). Salah satu akibat dari penurunan status gizi pada ibu hamil adalah
anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat saat kehamilan. Hal
tersebut dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil yang dapat berakibat
pada terjadinya persalinan prematur (Cunningham, 2013).
4. Kebiasaan
a. Pemakaian obat narkotik
Penyalahgunaan obat narkotik saat hamil dapat mempengaruhi
perkembangan janin baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung dari obat melalui plasenta dapat menimbulkan efek pada sel
embrio, sedangkan pengaruh tidak langsung dengan mempengaruhi perfusi
plasenta dan oksigenasi janin. Konsumsi heroin selama kehamilan dapat
menimbulkan risiko perinatal salah satunya berupa persalinan prematur
(Saifuddin, 2009).
b. Pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil
Pekerjaan yang terlalu berat pada ibu hamil akan dapat menimbulkan
kontraksi rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan (Sulistyawati,
2009). Jika usia kehamilan belum mencapai usia aterm, maka dapat
berakibat pada terjadinya persalinan prematur. Jam kerja yang panjang dan
kerja fisik yang berat pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran
14 | M a k a l a h P r e m a t u r

kurang bulan (Cunningham et al, 2013). Kejadian persalinan prematur


lebih rendah pada ibu hamil yang bukan pekerja dibandingkan dengan ibu
pekerja yang hamil. Pekerjaan ibu dapat meningkatkan kejadian persalina
prematur baik melalui kelelahan fisik atau stres yang timbul akibat
pekerjaannya (Krisnadi et al, 2009).
c. Perokok berat, dengan lebih dari 10 batang/hari.
Ibu hamil yang merokok akan mengakibatkan bayi kekurangan
oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer melalui
plasenta ke dalam tubuh bayi. Proses tersebut dapat menyebabkan
gangguan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi janin dalam kandungan.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari kondisi tersebut adalah risiko
terjadinya persalinan prematur yang meningkat (Sulistyawati, 2009).
D. Klasifikasi Bayi Prematur
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat
prematuritas maka Usher (1975) dalam Wiknjosastro (2007), menggolongkan bayi
yang lahir prematur tersebut dalam tiga kelompok yaitu:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely prematur), yaitu bayi yang lahir pada
usia kehamilan 24-30 minggu.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately prematur), yaitu bayi
yang lahir pada usia kehamilan 31-36 minggu.
3. Borderline prematur, yaitu bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-38 minggu.
4. Krisnadi et al (2009) juga menklasifikasikan persalinan berdasarkan usia
kehamilannya sebagai berikut:
5. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan prematur (preterm).
15 | M a k a l a h P r e m a t u r

6. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut sangat prematur (very preterm).


7. Usia kehamilan antara 20-27 minggu disebut ekstrim prematur (extremely
preterm).
E. Diagnosis
Beberapa Kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur,
yaitu :
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali
dalam waktu 10 menit
2. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan daerah serviks
5. Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
dan penipisan 50-80%
6. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
7. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
prematur
8. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
F. Penatalaksanaan
1. Untuk Bayi
Mengingat belum sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan :
a.

Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar
36C 37C adalah dengan memakai alat persprekheat shield yang
diselimuti pada bayi didalam inkubator.

16 | M a k a l a h P r e m a t u r

b. Makanan bayi
Makanan bayi prematur, reflek isap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang. Disamping itu kebutuhan protein 3-5
gr/hari dan tinggi kalor (110 kg/kal/hari). Agar berat badan bertambah
bertambah

sebanyak-banyaknya.

Oleh

karena

mudahnya

terjadi

regurgitasi dan peneumonia aspirasi pada BBLR, maka hal-hal dibawah


ini harus diperhatikan pada pemberian minum bayi tersebut.
1) Bayi diletakkan pada posisi kanan dan membantu mengosongkan
lambung atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau
tidur tengkurap
2) Sebelum susu diberikan untuk mencegah perut kembung, bayi diberi
minum sedikit-sedikit dengan perlahan dan hati-hati. Penambahan
susu tiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali.
3) Sesudah minum bayi didudukan atau diletakkan di atas pundak
selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan
kemudian di tidurkan pada sisi kanan atau tidur dalam posisi
tengkurap.
4) Bila bayi biru atau mengalami kesukaran bernafas pada waktu
minum, kepala bayi harus segera direndahkan 300, cairan di mulut
dan faring dihisap.
2. Bagi ibu :
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu seperti makan-makanan yang bergizi
b. Menjaga kebersihan payudara dan personal hygiene
c. Istirahat yang cukup
d. Memberikan dukungan psikososial terhadap ibu

17 | M a k a l a h P r e m a t u r

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi bisa terlahir prematur karena ada sebabnya, dan sebab itu sangat
beragam. Sebab-sebab tersebut ada yang datang dari sang ibu ada juga yang
datang dari sang bayi. Kelahiran prematur juga mempunyai akibat tersendiri
terhadap si bayi. Salah satu akibatnya adalah sang bayi akan mengalami masalah
kesehatan pada minggu-minggu awal kehidupannya.
Bayi yang terlahir prematur juga membutuhkan perawatan inkubator saat
setelah lahir hingga si bayi bisa di bawa pulang. Gunanya untuk menyamakan
suhu udara saat bayi masih di dalam kandungan dengan setelah ia lahir.
B.

Saran
Disini kami akan menerima kritik dan saran dari pembaca. Baik secara
langsung maupun tidak langsung guna untuk mencapai hasil yang maksimal.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Umumnya bagi kami dan khususnya
bagi pembaca.

18 | M a k a l a h P r e m a t u r

DAFTAR PUSTAKA

Geri, Morgan. 2009. Obstetri &Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta : EGC


Holmes, debbie dan philiph N. Baker. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius: Jakarta.
Manuaba, I.B.G, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta
R. Stright, Barbara. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.
Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

19 | M a k a l a h P r e m a t u r

Anda mungkin juga menyukai