Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Kulit akibat Infeksi Virus Herpes Zoster

Lili Novita Manen Sampel


HJ Antonius
Juniati Marina
Silvia Ardila
Brigita Dwi Cahyaningtyas
Filemon Nyo Rape
Maria Lorensia

102012311
102013032
102013085
102013194
102013271
102013299
102013469

Abdul Siddiq bin Rahani

102013483

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan
Herpes zoster merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh salah satu
virus dari kelompok virus herpesvirus. Herpesvirus merupakan virus yang cukup
banyak menyerang manusia.Pada herpes zoster, infeksi virus disebabkan oleh
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah infeksi primer, yaitu infeksi pertama termanifestasi sebagai
cacar air/varisela.Reakvitasi virus ini terjadi biasanya oleh karena pengaruh sistem
imun yang tertekan.1
Skenario
Perempuan berusia 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama kulit
melenting kemerahan di daerah dada kiri yang terasa sakit dan panas. Dari skenario
ini akan dibahas mulai dari anamnesis hingga prognosis.
Anamnesis
Ketika pasien datang, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah
menanyakan identitas seperti nama, alamat, umur, dan pekerjaan. Selanjutnya baru
mempersilahkan pasien memberikan keluhan utamannya. Pada herpes zoster, hal yang
harus dilakukan oleh dokter adalah menanyakan riwayat adanya cacar air sebelumnya,
1

karena penyakit ini berhubungan dengan reaktivasi dari penyakit tersebut. Pertanyaanpertanyaan lainnya yang harus ditanyakan adalah:2
1. tempat lesi tersebut mulai timbul
2. sudah berapa lama lesi tersebut
3. apakah lesi tersebut terasa gatal
4. apakah lesi tersebut terasa panas
5. apakah lesi tersebut terasa nyeri
6. bagaimana penyebaran lesi tersebut
7. bagaimana perkembangan lesi tersebut
8. apakah sudah minum obat, dan bagaimana efeknya
9. apakah ada faktor kemungkinan pencetus (obat, dan lain-lain)
10. apakah adanya gejala-gejala lainnya seperti demam, dan sebagainya
11. apakah ada keluarga lain yang terkena
pada skenario ini, anamnesis yang dapat dilakukan adalah apakah terdapat rasa
nyeri atau tidak, di mana lesi pertama kali timbul, terasa rasa panas atau tidak, ada
rasa gatal atau tidak, sudah berapa lama penyakitnya, lokasi penyebaran lesi, keluarga
atau teman ada yang mengalami penyakit yang sama atau tidak, apakah dulu pernah
menderita penyakit yang serupa, setelah minum obat apa timbul lesi melenting.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel
yang berkelompok dengan dasar yang eritem, unilateral, dan hanya mengenai satu
dermatom. Pada skenario, hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan ditemukannya
lesi yang unilateral yang berupa papula eritema dan vesikel-vesikel. Lesi ini sangatlah
khas pada herpes zoster.3
Pemeriksaan fisik hanya bisa terbatas pada inspeksi dan palpasi, meski palpasi
agak sulit dilakukan mengingat lesi yang sangat nyeri dan panas, sehingga mungkin
hanya meraba pada sekitar lesi untuk menentukan seberapa panas lesi tersebut, serta
mengerok sedikit dasar lesi untuk keperluan diagnosis laboratorium.
Pemeriksaan Penunjang
Tzanck Test dapat dilakukan dengan cara membuat sediaaan apus yang
diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan
didapati sel datia berinti banyak.[kulit UI] Untuk hasil terbaik lesi harus
berumur 1-3 hari. Dapat digunakan untuk membedakan VZV dengan herpes
simpleks virus.
2

PCR (Polimerase Chain Reaction) Pemeriksaan PCR sangat cepat dan sensitif.
Pemeriksaan ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti kerokan
dasar vesikel ataupun krusta yang sudah terbentuk. Sensitivitasnya sekitar
97%-100%. Tes ini dapat menemukan asam nukleat dari VZV.
Biopsi Kulit Hasil pemeriksaan histopatologik dapat ditemukan vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholisis. Pada dermis
bagian atas terlihat limfotik infiltrat. 1
Pemeriksaan cairan vesikel dan jaringan terinfeksi memperlihatkan adanya
inklusi intraselular eosinofil dan virus varisela.
Punksi lumbal menunjukkan tekanan LCS meningkat, analisis LCS
memperlihatkan kadar protein meningkat dan kemungkinan pleositosis (pada
keterlibatan SSP). 4
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada skenario ini adalah Herpes Zoster. Gejala klinis
sangatlah khas, vesikel-vesikel berkelompok dan papula eritema, hanya mengenai
satu sisi serta dermatom (sesuai dengan regio kulit yang dipersarafi oleh satu saraf
spinalis). Selain itu paling sering terjadi di daerah torakal meski daerah lainnya
tidaklah jarang, serta terdapat nyeri dan rasa panas, sehingga diagnosa yang dapat
ditegakkan adalah herpes zoster.1,3
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding yang dapat diberikan adalah varisela, herpes simpleks,
serta dermatitis venenata.

Varisela
Varisela (cacar air) merupakan penyakit yang ringan, sangat menular, terutama

pada anak-anak, ditandai secara klinis dengan erupsi vesicular yang generalisata pada
kulit dan membrane mukosa.Penyakit dapat berat pada orang dewasa dan anak-anak
dengan daya tahan tubuh rendah. Sedangkan pada zoster lebih banyak terjadi pada
orang dewasa, apalagi dengan daya tahan tubuh rendah.5
Varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama. Varisela adalah penyakit
akut yang terjadi setelah kontak primer dengan virus, sedangkan zoster adalah
sebagian respons imun pasien terhadap reaktivasi virus varisela dalam bentuk laten di
neuron pada ganglion sensorik.5

Malaise dan demam adalah gejala yang paling awal yang muncul, selanjutnya diikuti
dengan ruam yang pertama kali muncul pada badan, kemudian wajah, ekstremitas,
dan mukosa bukal serta faring dalam mulut.Semua stadium mulai dari makula,
papula, vesikel, dan krusta dapat terlihat secara bersamaan.Berbeda dengan herpes
zoster yang tidak muncul pada seluruh badan, melainkan hanya pada satu sisi badan
(unilateral), serta dermatom.5

Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks tersebar sangat luas pada populasi manusia. Terdapat

dua virus herpes simpleks yang berbeda: tipe 1 dan tipe 2 (HSV-1, HSV-2). Virus
memiliki organisasi genom yang serupa dan genomnya memperlihatkan homologi
sekuens substansial.Namun, keduanya dapat dibedakan dengan analisis enzim
restriksi DNA virus.Kedua virus juga memiliki cara penyebaran yang berbeda. HSV-1
melalui kontak, biasanya melibatkan air liur yang terinfeksi, sedangkan penularan
HSV-2 melalui hubungan seksual atau infeksi genital ibu ke bayi yang baru lahir.5
Tempat predileksi HSV-1 di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan
hidung, dan biasanya dimulai pada masa anak-anak.Tempat predileksi HSV-2 di
daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital.Sedangkan pada herpes zoster
daerah predileksi tersering adalah pada torakal.1
Jika ditemukan lesi herpes zoster mendekati daerah genital, maka prosedur diagnostic
laboratorium yang memungkinkan untuk membedakan antara herpes zoster dengan
herpes simpleks adalah dengan tes serologi dengan menggunakan antibodi spesifik
tipe HSV, namun hanya tersedia di beberapa laboratorium riset. Oleh karena itu
dilakukan anamnesis yang lebih ketat mengenai apakah pasien pernah berhubungan
seksual yang cukup aktif.5

Dermatitis Venenata
Dermatitis venenata merupakan salah satu jenis dari dermatitis kontak iritan

akut lambat, namun disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam
hari.Penderita akan merasakan pedih pada keesokan harinya. Pada awalnya akan
terlihat eritema, dan sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.1
Etiologi
Penyebabnya merupakan virus varisela-zoster. Zoster bukan merupakan
sebuah infeksi primer, melainkan reaktivasi kembali dari virus ini yang laten dari

radiks dorsal ganglion. Secara morfologis identik dengan virus herpes simpleks. Virus
ini tidak memliki reservoir pada hewan, hanya pada manusia.4,5

Gambar 1. Varicella-Zoster Virus (VZV). Sumber:


http://en.citizendium.org/images/8/83/Dna15.jpg.
Epidemiologi
Varisela dan zoster terdapat di seluruh dunia. Herpes zoster terjadi secara
sporadis (tidak menentu), terjadi pada semua umur namun lebih sering terjadi pada
usia dewasa hingga usia tua. Kebanyakan pasien tidak ada riwayat terpaan dengan
individu lain dengan infeksi virus ini, mungkin karena virus tidak ada pada saluran
pernapasan atas. Insidensi tertinggi adalah 5 dan 10 kasus tiap 1000 orang untuk
individu.4,5
Patogenesis dan Gejala Klinis
Herpes zoster atau shingles dicirikan oleh suatu erupsi vaskuler unilateral di
dalam suatu dermatom, sering berhubungan dengan nyeri yang hebat. Dermatom dari
T3 sampai L3 adalah yang paling sering terlibat.Jika cabang oftalmik saraf trigeminal
terlibat, maka hasilnya ialah oftalmik zoster.Faktor yang bertanggung jawab dalam
reaktivasi virus belum pasti diketahui.Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan
saraf tepi dan ganglion kranialis.Kadang-kadang virus ini dapat menyerang ganglion
anterior, sehingga dapat memperlihatkan gejala-gejala gangguan motorik.1,4

Gambar 2. Lesi Herpes Zoster. Sumber: http://www.howtocureshingles.com/blog/wpcontent/uploads/2011/10/herpes-zoster-symptoms.jpg


Bermulanya penyakit dimulai dengan rasa nyeri pada dermatom yang dapat
mendahului lesi-lesi selama 48 sampai 72 jam. Selain itu juga terdapat gejala
prodromal yang bersifat sistemik seperti demam, pusing, dan malaise.Setelah itu
disusul dengan ruam makulopapular dan vesikel- vesikel yang berkelompok dengan
dasar kulit yang eritematosa dan edema.Vesikel berisi cairan yang jernih, kemudian
menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang
vesikel mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik.Pada pasien
yang normal, lesi-lesi ini mungkin berjumlah tetap dan mungkin terus membentuk
hanya untuk 3 sampai 5 hari.Lama keseluruhan penyakit pada umumnya antara 7
samapai 10 hari.Namun memakan waktu 2 sampai 4 minggu sebelum kulit kembali
menjadi normal kembali.Pada beberapa pasien, lokalisasi karakteristik rasa nyeri pada
suatu dermatom dengan bukti serologik dari herpes zoster pernah dilaporkan pada
tiadanya lesi kulit.1,4
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan
motorik.Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas.Kelainan
pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan nervus trigeminus atau nervus
fasialis dan otikus.1
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus
trigeminus, sehingga menyebabkan kelainan pada mata.Di samping itu juga cabang
kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.
Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan otikus,
sehingga menyebabkan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
dan nausea, hingga terjadi gangguan pada pengecapan.
Herpes zoster abortif merupakan herpes zoster yang terjadi dalam waktu yang
6

sangat singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada
herpes zoster generalisata memiliki kelainan kulit yang unilateral dan segmental,
namun ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel
yang solitary dan ada umbilikasi.Kasus ini terjadi pada orang tua atau pada orang
yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum.1
Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh.Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang
bervariasi dalam kehidupan sehari- hari.Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang
mendapat herpes zoster di atas usia 40 tahun.1
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan topikal; bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, sementara bila terjadi
ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
Pengobatan sistemik; umumnya bersifat simtompatik. Untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral
ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Obat yang biasa
digunakan yakni asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Asiklovir
diberikan 5 x 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir
cukup 3 x 1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru
masih tetap timbul, obat-obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah
2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Obat yang lebih baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai
waktu paru eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3 x 250 mg sehari.
Obat-obat terssebut diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian
harus sedini-diniya untuk mencegah paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison
dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.
Dengan dosis setinggi itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung
dengan antiviral, untuk mencegah fibrosis ganglion.

Menurut FDA, pilihan obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri
neuropatik pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah
pregabalin. Obat tersebut lebih baik daripada gabapentin, karena efek sampingnya
lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya
lebioh sederhana. Dosis awalnya ialah 2 x 75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila
responsnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimumnya
600 mg sehari. Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan
menghilang sendiri.
Obat lain yang dapat diberikan adalah antidepresi trisiklik (misalnya
notriptilin dan amitriptilin) yang akan menghilangkan nyeri pada 44-67% kasus
dengan efek samping gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal amitriptilin
ialah 75 mg sehari kemudian ditinggikan sampai efek teurapetiknya timbul, biasanya
antara 150-300 mg perhari. Dosis nortriptilin ialah 50-150 mg sehari. 1,6
Non-Medikamentosa

Perhatikan agar vesikel tidak pecah, jangan gunakan baju yang terlalu
ketat, dan jangan digaruk.

Selama fase akut, pasien sebaiknya tidak keluar rumah agar tidak
menularkan kepada orang lain.

Jaga kebersihan tubuh, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,


misalnya dengan cara tetap mandi, dan ganti baju secara teratur.

Konsumsi

buah-buahan

dan

makanan

bernutrisi

lainnya,

untuk

meningkatkan kekebalan tubuh dan menambah kelembaban kulit.

Prognosis
Prognosis umumnya baik, tergantung dengan pengobatan yang tepat serta
tingkat imunitas seseorang.Pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan rawatan secara dini.1
Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur di atas 40 tahun, dengan

persentase sebesar 10-15%. Semakin tua pasien menderita herpes zoster, maka
persentasenya akan semakin besar. Pada penderita tanpa defisiensi imunitas biasanya
tanpa komplikasi.Sebaliknya pada yang disertai dengan defisiensi imunitas, seperti
infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut, dapat disertai dengan berbagai macam
komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan yang nekrotik.1
Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, koriorenitis, dan neuritis optik.1
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran
virus secara perkontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan.Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi.
Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di wajah, diafragma, batang tubuh,
ekstremitas, vesika urinaria, dan anus.Umumnya akan sembuh secara spontan.1
Kesimpulan
Herpes zoster merupakan penyakit yang terjadi karena reaktivasi virus
varisela-zoster, sehingga yang mengalaminya tentu sudah pernah mengalami cacar air
sebagai bentuk infeksi primer. Virus tersebut kemudian bersembunyi pada dorsal
ganglion, dan akan reaktivasi ketika stres, dan sebagainya. Gejala klinis yang paling
khas adalah timbulnya vesikel-vesikel berkelompok dan papula dengan dasar yang
eritematosa.Lesinya unilateral dan dermatom.Terasa sangat nyeri serta panas. Hal ini
sesuai dengan skenario, di mana perempuan berusia 45 tahun tersebut mengalami hal
yang serupa, sehingga wanita tersebut dipastikan menderita herpes zoster.
Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. h. 110-2; 132.
2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h. 287, 409.
3. Wilms JC, Schneiderman H, Algranti PS. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 2005.
h. 79.
4. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison: prinsipprinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Volume ke-2. Jakarta: EGC; 2012. h.
887-90.
5. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta:
EGC; 2008. h. 443; 448-51.
6. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & clinical pharmacology. 12th ed.

New York: McGraw-Hill Companies; 2012. p. 862-4.


7. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 638, 641-3

10

Anda mungkin juga menyukai