Anda di halaman 1dari 7

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)

Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

SIMULASI NUMERIK PENGARUH JUMLAH PEMBEBANAN IMPAK


TERHADAP DEFORMASI PLASTIS PADA TIANG PANCANG SELAMA
PROSES INSTALASI DI LEPAS PANTAI
Muhammad Agus Kariem1, a *, Okky Bimbi Syahreal1,b dan Hafizhul Aziz1,c
1

FTMD Prodi Teknik Mesin ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia.
a

kariem@edc.ms.itb.ac.id, bobimbi@gmail.com, chafizhulaziz@gmail.com

Abstrak
Salah satu jenis fondasi pada bangunan lepas pantai adalah dengan menggunakan tiang pancang.
Dalam proses instalasi tiang pancang di bangunan lepas pantai, terdapat tahapan reheading.
Reheading adalah proses memotong ujung tiang pancang agar menghilangkan bagian yang
terdeformasi plastis akibat pembebanan impak berulang selama proses instalasi. API RP 2A
merekomendasikan untuk memotong 0,5 - 1,5 meter saat proses reheading. Namun penentuan
dimensi reheading yang direkomendasikan API RP 2A hanya berdasarkan praktikal tanpa mengacu
pada analisis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh jumlah pembebanan impak terhadap
deformasi plastis yang terjadi pada tiang pancang. Analisis teknik dilakukan dengan simulasi
numerik dengan memodelkan proses instalasi dengan pembebanan impak sebanyak 30 kali untuk
pipa NPS 24a, 24b, 30, 36, 42 dan 48. Berdasarkan hasil simulasi, prediksi panjang deformasi
plastis pada tiang pancang setelah dilakukan 3.200 kali tumbukan untuk NPS 24a, 24b, 30, 36,
42 dan 48 berturut-turut adalah sebesar 961,6 mm, 940,8 mm, 217,6, 472,6 mm, 407.3 mm, dan
384.6 mm. Dengan demikian, nilai tersebut masih dalam batas rekomendasi API RP 2A.
Kata kunci : tiang pancang, deformasi plastis, reheading, simulasi numerik.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang
Pendahuluan
bersumber
dari bahan bakar fosil, minyak dan
Isu energi menjadi isu penting di sepanjang
gas bumi, maka produksi tidak hanya di
beberapa dasawarsa terakhir. Pasalnya
daratan, tetapi sudah merambah ke lepas
kebutuhan energi dunia terus mengalami
pantai. Produksi minyak dan gas bumi di
peningkatan di setiap tahunnya. Menurut
lepas pantai dilakukan dengan menggunakan
proyeksi Badan Energi Dunia (International
bangunan lepas pantai. Saat ini jumlah
Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030
bangunan lepas pantai yang beroperasi di
permintaan energi dunia meningkat sebesar
dunia mencapai angka 1470, dan sebanyak
45% atau rata-rata mengalami peningkatan
173 beroperasi di wilayah Asia Tenggara [2].
sebesar 1,6% setiap tahunnya [1]. Sekitar 80%
Hampir 90% dari bangunan lepas pantai yang
kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan
beroperasi merupakan bangunan lepas pantai
bakar fosil dengan presentase sebesar 36,7%
berjenis jacket structure yang menggunakan
dipasok minyak bumi dan 23,7% dipasok oleh
tiang pancang sebagai fondasi.
gas alam. Hal ini menjadi suatu tantangan
bagi industri migas untuk memenuhi
kebutuhan minyak dan gas bumi.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan
energi dunia, konsumsi energi di Indonesia
juga meningkat. Presentase terbesar konsumsi
energi Indonesia berada pada sektor minyak
dan gas. Gambar 1 menunjukkan grafik
peningkatan konsumsi dan penurunan
produksi minyak di Indonesia. Konsumsi
minyak bumi di Indonesia mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 29% setiap
tahunnya.

API RP 2A WSD merupakan suatu


recommended practice yang berisi panduan
dalam merancang sampai dengan instalasi
bangunan lepas pantai berjenis fixed
structure. Panduan instalasi fondasi tiang
pancang juga diatur di dalam API RP 2A
WSD.

Material 24

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Metodologi

Ribu Barel per Hari

Grafik Konsumsi Minyak


Indonesia

Penelitian ini menggunakan metode


elemen hingga dalam proses pengerjaannya.
Proses dimulai dengan memodelkan instalasi
tiang pancang pada lepas pantai dan
penentuan input model. Input model berupa
dimensi setiap model, kekuatan mekanik
material, model material, dan kecepatan serta
posisi penumbukan.
Dimensi tiang pancang dan energi
penumbukan pada penelitian ini merujuk pada
dimensi tiang pancang yang diberikan pada
API RP 2A WSD 2005. Dimensi tiang
pancang dan energi penumbukan model yang
digunakan untuk penelitian disajikan dalam
Tabel 1.

2000
2012;
1565

1500
1000
500
0
2000

2005

2010

2015

Tahun
Konsumsi

Gambar 1 Grafik peningkatan konsumsi energi


berupa minyak di Indonesia [3]

Instalasi tiang pancang pada bangunan


lepas pantai pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan pile hammer. Pile hammer
memberikan beban pada tiang pancang
sehingga tiang pancang menekan tanah
tempat tiang pancang akan ditanam.
Pembebanan pile hammer terhadap tiang
pancang termasuk kategori pembebanan
impak. Pembebanan pile hammer pada tiang
pancang menyebabkan deformasi plastis pada
ujung tiang pancang. API RP 2A WSD
menyarankan
dilakukan
pemotongan
sepanjang 0,5-1,5 meter dari ujung tiang
pancang untuk menghilangkan bagian yang
terdeformasi plastis karena pembebanan
impak selama proses instalasi [4]. Namun,
panjang deformasi yang direkomendasikan
oleh API RP 2A masih berdasarkan
pengalaman. Oleh karena itu, pada penelitian
ini penulis berusaha mengkaji panjang
deformasi plastis yang terjadi pada tiang
pancang selama proses instalasi dengan
mensimulasikan proses instalasi tiang
pancang.
Pada penelitian ini, dilakukan studi analisis
dan simulasi numerik dari proses instalasi pile
pada bangunan lepas pantai dengan mengacu
pada standar API RP 2A WSD 2005. Analisis
penelitian ini mencakup pada pemodelan:
tiang pancang, cushion dan hammer, simulasi
numerik dengan bantuan perangkat lunak LSDyna, perhitungan deformasi plastis akibat
pembebanan impak, dan analisis pengaruh
jumlah tumbukan dengan nilai deformasi
plastis pada beberapa dimensi tiang pancang.

Tabel 1 Ukuran dan energi penumbukan tiang


pancang berdasarkan API RP 2A [4, 5]

Tebal
Energi
Diameter Luar Dinding
Tumbukan
Tiang Pancang
Tiang
Rekomendasi
Pancang
NPS (in.) mm
mm
kN-m
24
600
15-21
168
30
750
19
168
36
900
21
252
42
1050
25
420
48
1200
28
700
Tabel 2 Sifat mekanik dan konstanta Johnson-Cook
material A36 [6]

Sifat Mekanik dan


Konstanta
Massa Jenis,
Modulus Young, E
Poisson's Ratio, PR
A
B
C
n

Nilai

Satuan

7.850
200
0,3
286,1325
500,173
0,228
0,022

kg/m3
GPa
MPa
MPa

Material yang digunakan pada penelitian


ini adalah material A36 yang sesuai dengan
aplikasi pada bangunan lepas pantai menurut
API RP 2A WSD 2005. Sementara itu
pemodelan material untuk hammer, cushion,
dan tiang pancang secara berurutan
menggunakan model material rigid, elastic,
dan simplified Johnson-Cook. Nilai kekuatan

Material 24

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

material beserta konstanta Johnson-Cook


untuk baja A36 disajikan dalam Tabel 2.
Penentuan kecepatan awal hammer
dihitung berdasarkan energi yang diberikan
hammer kepada tiang pancang ketika
penumbukan. Energi yang diberikan hammer
ke tiang pancang diasumsikan berasal dari
energi kinetik hammer. Oleh karena itu, input
energi yang diberikan hammer ke dalam
proses simulasi berupa kecepatan. Kecepatan
awal dapat dihitung sebagai berikut:
................................................(1)

Kecepatan yang diperoleh dari perhitungan


diatas digunakan pada seluruh model untuk
memperoleh laju regangan yang sama pada
seluruh model.
Oleh karena penerapan nilai kecepatan
yang sama, maka untuk memperoleh energi
yang sesuai berdasarkan Tabel 1 dimensi
hammer dan cushion pada masing masing
model harus disesuaikan. Pada penelitian ini,
digunakan beberapa batasan dalam penentuan
dimensi hammer dan cushion. Batasan
tersebut adalah nilai diameter hammer sama
dengan nilai diameter tiang pancang dan nilai
diameter cushion lebih besar 50 mm dari nilai
diameter tiang pancang dan tinggi cushion
sebesar 500 mm. Dari batasan tersebut
diperoleh geometri hammer dan cushion pada
masing-masing model yang tersaji dalam
Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Geometri pada pemodelan hammer

Ukuran
tiang
Pancang
(NPS)
24
30
36
42
48

Diameter
hammer

Tinggi
hammer

(mm)
600
750
900
1050
1200

(mm)
2920
1738
1846
2394
3213

tiang
Pancang
(NPS)
24
30
36
42
48

Diameter

cushion

(mm)
650
800
950
1100
1250

(mm)
500
500
500
500
500

Pada penelitian ini digunakan model


quarter, yaitu pemodelan dengan hanya
menggunakan seperempat dari geometri
model asli. Metode ini mempersingkat waktu
komputasi, memperkecil ukuran dokumen
hasil komputasi, dan memperingan kinerja
perangkat lunak yang digunakan untuk
komputasi tanpa perbedaan hasil komputasi
yang signifikan.
Kondisi batas pada model digunakan untuk
memodelkan dasar laut. Dasar laut pada
penelitian ini dimodelkan sebagai fixed
support.
Lalu
sebagai
konsekuensi
penggunaan model quarter, maka kondisi
batas model pada kedua ujung arah radial juga
harus direkayasa. Nodal pada model tiang
pancang dimana kondisi batas diterapkan
ditunjukkan pada Gambar 2.
Untuk menguji keberterimaan model
quarter, maka dilakukan uji keberterimaan
model quarter ini. Uji dilakukan dengan
memberikan satu kali tumbukan pada model
penuh dengan memberikan kecepaan awal
pada hammer dan cushion, lalu dibandingkan
tegangan aksial model penuh dengan model
quarter sebagai hasil respon dari komputasi
model. Hasil uji keberterimaan model quarter
disajikan pada Gambar 3.
Untuk memodelkan tumbukan yang
berulang, digunakan fungsi prescribed
motion, dimana gerak hammer dan cushion
dijadikan sebagai input.

Tabel 4 Geometri pada pemodelan cushion

Ukuran

cushion

Tinggi
Material 24

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

regangan plastis jauh lebih kecil daripada


regangan plastis di bagian atas tiang pancang.
Gambar 4 menunjukkan profil dari regangan
plastis yang diterima tiang pancang NPS 24
tebal 21 mm. Regangan plastis terkonsentrasi
pada bagian ujung yang terkena tumbukan.
Bagian tengah juga mengalami regangan
plastis, namun jauh lebih kecil dari bagian
atas.

Gambar 2 Kondisi batas pada kedua ujung arah


radial model quarter

Kurva Uji Konvergensi


Quarter
0
Tegangan sumbu Z (MPa)

-50

0,005

0,01

0,015

-100

Gambar 4 Profil regangan plastis pada tiang


pancang model A

-150
-200
-250
-300
-350
-400

Waktu (s)

Solid

Quarter

Gambar 3 Grafik perbandingan hasil simulasi


antara model lingkaran penuh dengan model
quarter

Hasil
Pada hasil simulasi numerik pada semua
model menghasilkan profil regangan dan
deformasi plastis yang relatif sama. Namun
terjadi perbedaan nilai regangan dan
deformasi plastis yang diterima tiang pancang
pada masing-masing model. Akibat tumbukan
yang diberikan oleh pergerakan hammer dan
cushion, tiang pancang mengalami regangan
plastis, terutama pada sisi atas yang terkena
terjadi regangan plastis, namun besarnya

Dari hasil simulasi numerik dapat


diperoleh besar deformasi plastis yang terjadi
pada tiang pancang bagian atas di setiap
dimensi tiang pancang. Kemudian diperoleh
kurva
yang
menunjukkan
hubungan
deformasi
plastis
terhadap
jumlah
penumbukkan. Kemudian dari kurva tersebut
dapat diperoleh prediksi hubungan deformasi
plastis dengan jumlah tumbukan dalam
bentuk persamaan garis sederhana berorde
satu. Untuk memperoleh persamaan tersebut,
dilakukan regresi linier pada data-data hasil
simulasi numerik. Dari persamaan tersebut
dapat diperoleh besarnya deformasi plastis
yang diterima tiang pancang selama proses
instalasi. Dengan begitu panjang ujung tiang
pancang yang mengalami reheading dapat
diprediksi di masing-masing dimensi tiang
pancang. Kurva yang menunjukkan hubungan
antara panjang deformasi plastis dengan
jumlah penumbukkan serta regresi linier yang
dilakukan pada kurva tersebut disajikan dalam
Gambar 5, Error! Reference source not
found., dan Gambar 6.

Material 24

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Persamaan yang menunjukkan hubungan


antara panjang deformasi plastis terhadap
jumlah tumbukan sebagai hasil dari proses
regresi linier pada masing masing ukuran
tiang pancang adalah sebagai berikut:
a. Tiang pancang ukuran 24x15mm

....(2)
b. Tiang pancang ukuran 24x21mm

......(3)
c. Tiang pancang ukuran 30x19mm

....(4)

Dari persamaan yang diperoleh dengan


regresi linier data-data hasil simulasi numerik,
dapat diprediksi deformasi plastis yang
diterima tiang pancang selama proses
instalasi. Dengan menganggap tanah dasar
laut sangat keras, sehingga membutuhkan
3.200 blow untuk mendorong tiang pancang
sedalam 4 meter sebelum dilakukannya
reheading, maka besar deformasi plastis yang
diterima tiang pancang selama proses instalasi
adalah sebagai berikut:
a.

Deformasi total tiang pancang ukuran 24x15mm


adalah 961,6 mm

....(5)

b.

Deformasi total tiang pancang ukuran 24x21mm


adalah 940,8 mm

....(6)

c.

Deformasi total tiang pancang ukuran 30x19mm


adalah 217,6 mm

....(7)

d.

Deformasi total tiang pancang ukuran 36x21mm


adalah 472,6 mm

e.

Deformasi total tiang pancang ukuran 42x25mm


adalah 407,36 mm

f.

Deformasi total tiang pancang ukuran 48x28mm


adalah 384.64 mm

d. Tiang pancang ukuran 36x21mm


e. Tiang pancang ukuran 42x25mm
f. Tiang pancang ukuran 48x28mm

Kemudian dari persamaan tersebut dapat


diperoleh prediksi panjang deformasi plastis
yang diterima tiang pancang selama proses
instalasi (Gambar 8). Dengan tanah dasar laut
dianggap sangat keras, maka dibutuhkan
delapan ratus tumbukan untuk mendorong
tiang pancang ke dalam dasar laut sedalam
satu meter. Dengan asumsi pipa tertanam 4
meter di dasar laut maka dibutuhkan 3.200
tumbukan untuk proses instalasi sebelum
reheading. Maka besar deformasi per
tumbukan yang terjadi pada tiang pancang
ditunjukkan pada Error! Reference source
not found., dimana tiang pancang ukuran 24
in. 15 mm mengalami deformasi plastis
sebesar 961,6 mm, tiang pancang ukuran 24
in. 21 mm mengalami deformasi plastis
sebesar 940,8 mm, tiang pancang ukuran 30
in. 19 mm mengalami deformasi plastis
sebesar 217,6 mm, tiang pancang ukuran 36
in. 21 mm mengalami deformasi plastis
sebesar 472,6 mm, tiang pancang ukuran 42
in. 25 mm mengalami deformasi plastis
sebesar 407,36 mm sedangkan tiang pancang
ukuran 48 in. 28 mm mengalami deformasi
plastis sebesar 384,64 mm. Besar deformasi
tersebut masih masuk dalam kategori panjang
reheading yang dianjurkan dalam API RP 2A,
sepanjang 0,5 1,5 meter.

Besar deformasi tersebut masih masuk dalam


kategori panjang reheading yang dianjurkan
dalam API RP 2A, sepanjang 0,5 1,5 meter.

Kesimpulan
Material 24

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

36"x21mm - Deformasi Plastis 30 Tumbukan

10

Panjang deformasi plastis (mm)

Panjang deformasi plastis (mm)

24"x15mm - Deformasi Plastis 30 Tumbukan


y = 0,3005x - 0,651

8
6
4
2
0
0

10

15

20

25

30

Jumlah Tumbukan
21"x15mm

5
y = 0,1477x - 0,0197

4
3
2
1
0
0

36"x21mm

Panjang deformasi plastis (mm)

Panjeng deformasi plastis (mm)

y = 0,0677x + 0,1703

1,5
1
0,5
0
10

15

20

25

30

Jumlah tumbukan (kali)


30"x19mm

30

Linear (36"x21mm)

1200

961,6

1000
940,8
800
472,6
407,4
384,6

400
200

217,6

0
0

1000

2000

3000

4000

Gambar 8 Prediksi panjang deformasi plastis selama proses instalasi

Material 24

24"x15mm

24"x21mm

600

Jumlah tumbukan

Linear (30"x19mm)

Gambar 6 Deformasi plastis hasil simulasi pada model 30 in. 19 mm

25

Prediksi Panjang Deformasi Plastis

2,5

20

Gambar 7 Deformasi plastis hasil simulasi pada model 36 in. 21 mm

30"x19mm - Deformasi Plastis 30 Tumbukan


2

15

Jumlah tumbukan (kali)

Linear (21"x15mm)

Gambar 5 Deformasi plastis hasil simulasi pada model 24 in. 15 mm

10

30"x19mm
36"x21mm
42"x28mm
48"x28mm

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)


Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Referensi
[1]

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,


DESDM-IEA luncurkan Indonesia Indepth
Energy Policy Review (IIEPR), 2008,
(http://esdm.go.id/berita/37-umum/2128-desdmiea-luncurkan-indonesia-indepth-energy-policyreview-iiepr-.html, diakses 15 September 2014)

[2]

Statista, Number of Offshore Rigs Worldwide


as
of
2015,
By
Region,
2015,
(http://www.statista.com/statistics/279100/numb
er-of-offshore-rigs-worldwide-by-region/,
diakses 16 Juni 2015)

[3]

British Petroleum, BP Statistical Review of


World Energy, London, 2013.

[4]

American Petroleum Institute, Recommended


Practice for Planning, Designing, Constructing
Fixed Offshore Platform - Working Stress
Design, Washington, D.C., 2005.

[5]

Ben C. Gerwick, Jr., Construction of Marine


and Offshore Structures, Edisi 3, GRC Press,
San Fransisco, California, 2007.

[6]

Jeremy D. Seidt, Armos Gilat, Jerome A. Klein,


John R. Leach, High Strain Rate, High
Temperature Constitutive and Failure Models
for EOD Impact Scenarios, Research for Batelle
Memorial Institute.

[7]

Muhammad Agus Kariem, Reliable Materials


Performance Data From Impact Testing, Ph.D.
Thesis, Faculty of Engineering and Industrial
Sciences, Swinburne University of Technology,
Melbourne, 2012.

[8]

NaturalGas.org,
2013,
(http://naturalgas.org/naturalgas/extractionoffshore, diakses 4 Oktober 2014)

[9]

NOAA Fisheries, Platform Removal Observer


Program,
2003,
(http://www.galvestonlab.sefsc.noaa.gov/platfor
ms/, diakses 8 Desember 2014)

[10]

Nippon Steel & Sumitomo Metal, Structural


Steel,
2010,
(http://www.nssmc.com/en/product/construction
/, diakses 2 Februari 2015)

[11]

Vulcanhammer.info, Guide to Pile Driving


Equipment,
(http://www.vulcanhammer.info/images/560Santa-Fe-Platform.jpg, diakses 3 Mei 2015)

[12]

Illinois University, Split-Hopkinson Pressure


Bar
Testing
(http://hrdg.matse.illinois.edu/hopbar.html,
diakses 9 Februari 2015)

LS-DYNA Support, Recommendation dor structural


Impact,
(http://www.dynasupport.com/howtos/general/recomm
endations-for-structural-impact, diakses 16 Juni 2015)

Material 24

Anda mungkin juga menyukai