DASAR TEORI
Penyemenan casing 13 3/8 ini dikategorikan sebagai primary cementing
karena operasi penyemenan yang dilakukan pertama kali setelah casing
diturunkan ke dalam sumur. Sebelum membahas tentang proses penyemenan dual
stage casing 13 3/8 maka terlebih dahulu harus melihat proses persiapan dan
penyemenan itu sendiri serta teori teori dasar yang berkaitan.
3.1
yang paling utama dan penting yang dimana casing tersebut harus disemen
sebagai media untuk memproduksi fluida dari lapisan produktif ke permukaan.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (penyemenan utama) dan Secondary Cementing atau Remedial
Cementing (penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan). Primary Cementing,
penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah casing di turunkan ke dalam
sumur, sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Primary cementing dapat dilakukan dengan 4 metode penyemenan, yaitu:
-
Perkins system
Stage system
Liner system
16
Squeeze Cementing
Remedial Cementing
Plug-back Cementing
Kelas A, semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 feet (1830
feet) dan tidak memerlukan properties khusus. Mirip dengan type I semen
ASTM.
Kelas C, juga digunakan sampai kedalaman 6000 feet dan dalam kondisi
penyemenan yang memerlukan early strength. Tersedia dalam tiga tahap
sulphate resistance dan ekuivalen dengan semen type III ASTM. Untuk
mencapai early strength yang tinggi, dibutuhkan kandungan C3S dan surface
area yang relatif tinggi.
Kelas D, digunakan pada kedalaman dari 6000 feet sampai 10000 feet
(3050 m) dalam kondisi temperatur dan tekanan yang cukup tinggi.
17
Kelas E, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 14000 feet (4270
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi.
Kelas F, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 16000 feet (4880
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.
3.3
Strength
Merupakan kekuatan semen untuk mengikat formasi dengan casing.
bubur semen setelah berada pada tempat yang diinginkan dalam lubang bor,
diharapkan mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan formasi di tempat
tersebut. Umumnya diambil suatu patokan, bila strength mencapai 500 psi dengan
WOC (waiting on cement) 24 jam, maka strength sudah dianggap baik.
-
bubur semen. Kadar air dalam bubur semen tidak boleh terlalu banyak maupun
terlalu sedikit. Jika kadar air dalam semen tinggi maka akan menyebabkan
terbentuknya kantung-kantung semen yang membuat ikatan semen tidak kuat.
Namun bila kadar air dalam semen terlalu rendah maka akan mengakibatkan
semen lebih kental dan saat pemompaannya dalam annulus, dapat merekahkan
formasi. Batas konsistensi minimum dari bubur semen adalah 30 poise. Kalau
18
kadar air yang dicampurkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka kekentalan
bubur semen akan menjadi besar dan akan menyebabkan gesekan-gesekan (friksi)
yang cukup besar di annulus sewaktu suspensi semen di pompakan, juga dapat
menaikkan tekanan di annulus dan hal ini akan memperbesar terjadinya pecah
formasi. Kadar minimum air adalah jumlah air yang dapat dicampurkan dalam
semen tanpa menyebabkan pemisahan air bebas lebih besar dari 2,5 ml jika slurry
tersebut dalam tabung 250 ml didiamkan selama 2 jam.
Kalau jumlah air lebih besar dari maximum maka akan terjadi pengendapan
semen sehingga akan terdapat kantong-kantong air di dalam semen sehingga
kekuatannya akan menurun.
-
tekanan hidrolik bubur semen. Bila formasi tidak cukup kuat untuk menahan
tekanan dari bubur semen maka akan menyebabkan rekahnya formasi. Tekanan
hidrostatis ini akan menekan formasi. Bila formasi tidak bisa menahan tekanan ini
maka formasi akan rekah dan bubur semen akan masuk kedalam rekahan tersebut.
Berat jenis bubur semen tergantung dari besarnya campuran antara bubuk semen,
air dan additive. Rumus campuran tersebut seperti dibawah ini :
Gbk + Gw + Ga
BJbs = V bk +V w +V a
....................................................................... (3.1)
Keterangan :
BJbs = berat jenis bubur semen
Gw = berat air
Vbk = volume bubuk semen
Va = volume additive
Gbk = berat bubuk semen
Ga = berat additive
19
Vw
= volume air
formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material-material pemberat ke dalam suspensi, seperti : barite.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan
volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di lapangan
dengan menggunakan alat pressurized mud balance
-
Thickening time
Adalah waktu yang diperlukan oleh bubur semen untuk mencapai
konsistensi 100 poise. Konsistensi 100 poise merupakan batasan dimana bubur
semen tidak dapat dipompakan lagi karena sudah mengeras dan tidak bisa di
pompakan lagi. Kalau tidak bubur semen tidak akan mencapai tempat yang dituju
dan akan mengeras didalam casing. Untuk memperpanjang thickening time adalah
dengan jalan menambahkan additive ke dalam bubur semen. Dalam penyemenan,
sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas. Hanya dalam
pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip sehingga penggunaan unit
konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi
penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang
panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus
20
Kalsium lignosulfonat
Carboxymethyl
Hydroxyethyl cellulose
Senyawa-senyawa asam organik
Filtration loss properties
Kehilangan cairan (air) pada bubur semen bertemu dengan lapisan yang
permeable bila mud cake nya telah dihilangkan, cairan yang masuk kedalam
formasi tersebut disebut dengan filtrat. Filtrat ini tidak boleh terlalu besar sebab
akan membuat semen kehilangan kadar air. Kehilangan kadar air yang terlalu
besar ini disebut flash set. Bila suspensi semen mengalami flash set maka akan
mengakibatkan friksi (gesekan) di annulus dan juga dapat mengakibatkan
pecahnya formasi. Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat
filter press pada kondisi temperature sirkulasi dengan tekanan 1000 psi
Perforating qualities
Semen dengan strength yang terlalu keras tidak baik diperforasi karena
semen akan remuk. Dianjurkan untuk melakukan perforasi sebelum semen benarbenar sudah keras. Untuk itu disarankan menggunakan semen yang strengthnya
kurang pada kolom yang akan diperforasi. Pengaturan dari strength ini dapat
diatur dengan penambahan additive.
3.4
Aditif Semen
Sistem semen Portland ada yang di desain sampai temperatur 3711 C (7001 F)
misalnya untuk sumur-sumur geothermal. Ada juga yang di desain untuk tekanan
30.000 psi misalnya untuk sumur-sumur yang dalam. Kondisi sumur memang
mempengaruhi dalam pemilihan jenis semen namun sangat jarang memilih bubuk
21
semen hanya tergantung dari kondisi sumur saja (seperti temperatur, tekanan dan
kedalaman). Ada faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi dalam
pembuatan suspensi semen, seperti waktu dan biaya. Selain itu pembuatan
suspensi semen harus memperhatikan juga sifat dari suspensi semen tersebut.
Oleh karena itu perlu ditambah aditif ke dalam net semen agar dicapai hasil
penyemenan yang diinginkan. Umumnya aditif terbagi dalam 8 kategori, yaitu :
- Accelerator
- Retarder
- Extender
- Weighting agent
- Dispersant
- Fluid-loss control agent
- Lost circulation agent
- Specially additives
Accelerator
Accelerator adalah additif yang dapat mempercepat proses pengerasan
suspensi semen (thickening time). Selain itu dapat juga mempercepat naiknnya
strength semen dan mengimbangi aditif lain seperti dispersant dan fluid-loss
control agent agar tidak tertunda proses pengerasan suspensi semennya. Sumursumur yang dangkal seringkali menggunakan accelerator agar mempercepat
proses thickening time karena umumnya sumur dangkal mempunyai temperatur
dan tekanan yang rendah dan jarak yang dicapai tidak terlalu jauh atau dalam.
Contoh aditif yang berlaku sebagai accelerator adalah kalsium klorida, sodium
klorida, sodium silikat dan air laut.
Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses thickening time,
sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai target
22
Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikan volume suspensi
Weighting Agents
Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas
Dispersant
Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas suspensi semen.
23
dalam formasi yang berongga. Aditif yang termasuk kedalam lost circulation
agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite dan nut shell.
Special Additives
Ada bermacam-macam aditif lainnya yang dikelompokkan sebagai special
additives, diantaranya silica, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam agents
dll.
3.5
Peralatan Cementing
Peralatan cementing yang digunakan pada suatu pemboran terbagi menjadi
dua bagian yaitu surface equipment (peralatan diatas permukaan) dan subsurface
equipment (peralatan dibawah perrnkaan) dan ke dua bagian peralatan tersebut
memiki masing-masing fungsi yang berbeda. Peralatan cementing harus dalam
keadaan yang siap difungsikan saat proses penyemen berlangsung maka untuk
menjaga peralatan dilakukan pemeliharaan secara berkala.
3.5.1 Peralatan Di Atas Permukaan
24
2. Cutting Bottle
Cutting bottle merupakan alat berbentuk corong yang berfungsi sebagai
wadah atau tempat untuk pertama kalinya semen sebelum diolah dan dikirim ke
pit tank/silo.
25
26
5. Water Tank
27
Water tank merupakan alat penampung air untuk keperluan mixing. Water
tank berjumlah 4 buah dengan kapasitas berkisaran antara 200 bbl untuk water
tank I, 300 bbl untuk water tank II, 500 bbl untuk water tank III dan 400 bbl
untuk water tank cadangan.
28
29
Cementing Head
Cementing head merupakan alat untuk memasukkan slurry semen ke dalam
lubang bor. Cementing head mempunyai 2 katup yang berfungsi sebagai tempat
masuknya slurry serta displacement dan tempat untuk menjatuhkan top plug dan
bottom plug.
30
Casing adalah pipa selubung yang fungsinya melindungi lubang bor dan
pengaruh luar (Air formasi dan tekanan) serta melindungi lubang bor
dari caving dan memisahkan formasi satu dengan yang lainnya serta memperkuat
dinding lubang bor bersama semen. Casing memiliki berbagai macam ukuran dan
kapasitas tertentu diantaranya conductor casing, surface casing, intermeadiate
casing dan production casing.
Jenis Jenis Casing:
a.
Conductor casing
b. Surface casing
c.
Intermidiate casing
d. Liner casing
e.
Production casing
2. Centralizer
Adalah alat untuk menempatkan casing tepat di tengah-tengah lubang sumur
agar diperoleh jarak yang sama antara dinding casing dengan dinding lubang
sumur.
31
Scratcher
Adalah peralatan pembersih dinding lubang sumur dan mud cake sehingga
semen dapat melekat langsung pada dinding formasi dan dapat menghindarkan
channeling (lubang saluran diantara semen dan formasi)
Running Tool
Berfungsi sebagai pengantar liner/casing ke dalam lubang yang disambung
dengan setting nut dari liner adapter receptackle dan berfungsi juga untuk jalur
penyemenan untuk liner. Alat ini terdiri dari kelly setting tool, stinger, swab cup
assembly, plug launcher dan wiper plug.
32
Receptackle
Berfungsi sebagai penyambung antara casing dengan running tool dan juga
untuk tempat dudukan dari tie-back liner untuk penyemenan tahap kedua.
3.12 Receptackle
6.
Casing Shoe
Casing shoe adalah peralatan yang dipasang pada ujung bawah rangkaian
33
Shoetrack
Shoe track adalah satu sampai dua batang casing yang dipasang antara
casing shoe dengan casing collar. Fungsinya adalah untuik menampung bubur
semen yang terkontaminasi. Kalau bubur semen yang terkontaminasi sampai
masuk ke annulus casing dengan lubang, kualitas semen akan tidak baik.
8.
Float Collar
Dilengkapi dengan valve untuk mencegah tekanan balik dari formasi
kepermukaan. Juga sebagai tempat duduknya atau menahan bottom plug dan top
plug.
Float Shoe
34
Float shoe mempunyai fungsi untuk mencegah adanya tekanan balik seperti
blowout, mencegah aliran balik dari semen setelah selesai penyemenan, dan
memperkecil beban menara. Float shoe mempunyai sifat drilliable atau dapat di
bor kembali.
silo melalui cutting bottle, kemudian dipompakan oleh kompresor dengan melalui
rock catcher terlebih dahulu untuk menangkap gumpalan semen sebelum masuk
ke dalam cement silo. Selanjutnya bubuk semen dari cement silo dipompakan
melalui surge can ke dalam slurry tube (mix tube) untuk diaduk dan dicampur
dengan campuran air dan aditif yang telah dicampur terlebih dahulu menggunakan
batch mixer yang kemudian di pompakan ke dalam slurry tube (terlebih dahulu
melalui displacement tank sebagai alat ukur volume additive) sampai menjadi
bubur semen. Setelah itu bubur semen dihitung berat jenisnya dan dipompakan ke
dalam sumur dengan menggunakan cement pump skid unit melalui cementing line
2 inch.
35
Perhitungan Penyemenan
Keberhasilan job penyemenan sangat ditentukan dalam perhitungan-
36
sebab dinding lubang bor tidak rata dan umumnya terjadi runtuhan dinding
lubang. Walaupun demikian dalam menghitung volume bubur semen yang
diperlukan, masih digunakan safety yang biasa disebut excess. Untuk diameter
lubang yang diambil dari diameter pahat, besar excess-nya antar 50% sampai
100% , sedangkan yang diambil dari caliper log antara 10% sampai 30%.
Pada primary cementing, perhitungan yang dilakukan antaranya adalah
menghitung banyaknya volume slurry, menghitung volume absolute, menghitung
densitas dan menghitung densitas dan yield semen, menghitung berapa sack
semen yang diperlukan, menghitung berapa campuran air yang diperlukan,
menghitung berapa material additif yang diperlukan dan menghitung volume
displacement untuk mendorong semen.
III.7.1 Menghitung Volume Slurry
Jumlah dari volume slurry semen tahap pertama yang akan digunakan
ditentukan dengan menghitung volume annulus antara exist casing dengan
previous casing lalu ditambah dengan volume annulus antara exist casing dengan
open hole ditambah excess, lalu ditambah dengan volume didalam shoetrack.
Sedangkan untuk volume slurry tahap kedua ditentukan dengan menghitung
volume exist casing dengan previous casing. Volume slurry semen dapat dihitung
menggunakan rumus berikut.
(ID 1) (OD 2)
L ...................................................................................(3.2)
1029,4
37
2
(OH )2
....................................................................................................(3.3)
.................................(3.5)
Dimana :
ID1 : inside diameter casing previous, inch
ID2 : inside diameter exist casing. Inch
OD2 : outsitde diameter exist casing, inch
L : Panjang annulus yang akan disemen, feet
%excess : persentase excess
3.7.2 Menghitung Sack Yang Diperlukan
Banyaknya sacks yang dibutuhkan dalam penyemenan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
sacks of cement =
38
.........................................................................(3.9)
2
displacement volume=
Dimana : Displacement Volume : volume pendorong plug, bbl, cuft
ID2 : Diameter dalam exist casing, inch
L : Panjang dari permukaan ke float collar, ft
39