Anda di halaman 1dari 3

Honai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Honai di Papua.

Honai adalah rumah khas Papua.

Struktur bangunan[sunting | sunting sumber]


Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang.
Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa
dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah
rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai
terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei),
dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan
digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan
bangunan ketiga untuk kandang ternak.[1] Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat.
Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai
dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu. [2]

Desa Wae Rebo

Rumah Adat Mbaru Niang merupakan rumah tradisional salah satu suku Manggarai yang mempunyai
bentuk seperti topi kerucut yang hanya dapat kita temui di desa Wae Rebo, pulau Flores Nusa Tenggara
Timur.

Rumah ini sangat langka patut kita jaga, tinggal 7 unit saja, namun memang disengaja harus cuman ada
7 doang, karena sesuai dengan kepercayaan dan adat tradisi leluhur mereka. Desa Wae Rebo terletak
ditas lembah dan di kelilingi pegunungan dengan hutan yang sangat lebat dan cukup sangat terpencil
jauh dari desa-desa lainnya, desa tersebut terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan air laut,
tentu hawanya cukup dingin.

Rumah Adat Mbaru Niang Flores

Masyarakat Desa Wae Rebo merupakan masyarakat yang taat kepada adat tradisi warisan leluhur
mereka, hal ini terlihat dari pola hidup dan semua aktivitas tidak banyak berubah, masih seperti pola
hidup leluhur mereka walau jaman telah maju. Salah satu contoh bentuk dari kekuatan tradisi
penduduk desa Wae Rebo adalah arsitektur rumah tinggal mereka yang masih berbentuk sama dengan
rumah nenek moyang mereka, tanpa ada perubahan sedikitpun, rumah yang berbentuk kerucut dan
atapnya yang menjuntai sampai hampir menyentuh tanah terbuat dari daun lontar dan lantai tidak
menyentuh tanah, alias panggung.

Kontruksi Rumah Adat Mbaru Niang

Kontruksi bangunan rumah adat Mbaru Niang ini hanya menggunakan sistem pasak dan pen lalu diikat
dengan rotan sebagai penguat setiap tulang fondasinya. Rumah adat Mbaru Niang ini merupakan
bangunan terdiri dari 5 lantai dengan bentuk mengerucut keatas.
Urutan dan fungsi dari tiap susunan lantai rumah adat Mabru Niang:
1.

Lutur atau tenda lantai dasar, digunakan sebagai tempat tinggal sang penghuni.

2.

Lobo berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan bahan makanan dan barang.

3.

Lentar berfungsi untuk menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam.

4.

5.

Lempa Rae berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna disaat
paceklik atau gagal panen.
Hekang Kode berfungsi sebagai tempat sesajen untuk para leluhur mereka.

Yang perlu anda ketahui dari desa Wae Rebo Flores NTT:

Rumah Adat Flores Mbaru Niang Mendapatkan Penghargaan dari UNESCOsebagai salah satu cagar budaya
dunia yang selalu terjaga dengan baik.

Desa sangat terpencil hampir tidak semua perkampungan tetangga mengetahui keberadaannya karena
lokasi yang sangat berjahuan.

Banyak tourist atau wisatawan asing lebih dulu mengetahui dan lebih sering menyinggahinya dari pada
wisatawan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai