Anda di halaman 1dari 8

1

KOMUNITAS
1. Definisi Komunitas
Komunitas adalah kumpulan berbagai populasi yang hidup pada suatu
habitat dan waktu tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai macam fluktuasi
populasi yang saling mempengaruhi. Individu dalam suatu komunitas saling
berhubungan karena melalui proses-proses kehidupan yang saling berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya. Jika salah satu individu itu tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka individu itu akan tergeser dan
akhirnya punah.
2. Macam-macam Jenis Komunitas
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar
dibagi menjadi:
1. Komunitas perairan (akuatik) terdiri atas populasi dari berbagai jenis
organisme yang seluruh anggotanya hidup di dalam air, baik di air tawar, di
payau, atau di air asin. Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan
mempengaruhi keragaman kehidupan jenis organisme penghuninya. Dalam
komunitas perairan itu sendiri terdapat komunitas bentos yang terdiri atas
hewan-hewan yang melekat pada dasar perairan, komunitas plankton yang
merupakan organisme kecil yang terapung dan gerakannya tergantung arus,
dan neuston yang anggotanya bergerak di permukaan air.
2. Komunitas daratan (terestrial) terdiri atas populasi organisme yang seluruh
hidupnya terdapat di atas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan atas
komunitas daratan berair, seperti hutan rawa, hutan magrove, dan habitat
daratan kering. Setiap organisme hidup (biotik) di lingkungan atau di suatu
daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik dan kimia yang biasa disebut
faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan abiotik saling
mempengaruhi atau saling mengadakan pertukaran material yang
merupakansuatu sistem. Disebut sistem karena penyebaran organisme hidup
di dalam lingkunagn tidak terjadi secara acak, menunjukkan suatu
keteraturan sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Setiap sistem yang
demikian disebut ekosistem. Jadi komunitas dengan lingkungan fisiknya

membentuk ekosistem. Banyak komunitas dapat dikenal dengan mudah.


Dalam komunitas yang berbeda, terdapat konsumen dan organisme
perombak yang berbeda pula. Kekayaan komunitas tertinggi ada di
perbatasan antara komunitas akuatik dan terestrial (Suskiyanto dan Frick,
2007)

Gambar 1. Pohon bakau di antara komunitas air dan darat


(Suskiyanto dan Frick, 2007)

3. Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
suatu komunitas tersebut. Pemberian nama menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud suatu komunitas seperti padang rumput, padang
pasir, hutan jati, dll. Cara yang paling baik untuk memberi nama suatu komunitas
adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas. Ringkasnya pemberian nama
komunitas bisa berdasarkan:
1. Bentuk atau struktur utama seperti spesies dominan, bentuk hidup
atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan jati, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari suatu komunitas, seperti komunitas
hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan, dll.
3. Berdasarkan sifat atau tanda fungsional, seperti tipe metabolisme

komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,


misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi

rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik (Campbell


et al., 2003)
4. struktur komunitas
Struktur komunitas merupakan suatu konsep yang mempelajari sususan atau
komposisi spesies dan kelimpahannya dalam suatu komunitas. Secara umum ada
tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mennggambarkan struktur komunitas
yaitu keanekaragaman spesies, interaksi spesies dan interaksi fungsional
1)

Keanekaragaman jenis atau spesies merupakan karakteristik tingkatan

dalam komunitas berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk


menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies
dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu
komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang
dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Komunitas yang tua dan stabil akan mempunyai keanekaragaman jenis yang
tinggi. Sedangkan suatu komunitas yang sedang berkembang pada tingkat suksesi
mempunyai jumlah jenis rendah daripada komunitas yang sudah mencapai
klimaks. Komunitas yang memiliki keanekaragaman yang tinggi lebih tidak
mudah terganggu oleh pengaruh lingkungan. Jadi dalam suatu komunitas dimana
keanekaragamannya tinggi akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer
energi, predasi, kompetisi dan niche yang lebih kompleks
Suksesi dan klimaks
Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu
tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Proses suksesi
akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil
atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan telah
memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan internalnya.
Pada suksesi terdapat dua jenis, yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan
suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi primer dan suksesi sekunder
terletak pada kondisi awal proses suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan mengenai
suksesi primer dan suksesi sekunder (Wirakusumah, 2003).
1. Suksesi primer

Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan


mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di
tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.
Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan
gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir
di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di indonesia adalah terbentuknya suksesi di
gunung krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas
letusan gunung krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak
(lichenes) serta tumbuhan lumutyang tahan terhadap penyinaran matahari dan
kekeringan. Tumbuhan perintis ini mulai melakukan pelapukan pada daerah
permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis
mati, maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena
aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk
tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang
datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang
tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun
tumbuh menggantikan tanaman pioner yang menaunginya. Kondisi demikian
tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput dan
belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan.
Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah
menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi
rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak mejadi
dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah
hutan. Saat itulah ekosistem tersebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan
ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil
sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

2. Suksesi sekunder
Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan,baik secara
alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak

total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut
substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya gangguan alami
misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan
buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan
sengaja.
Faktor yang mempengaruhi proses suksesi, yaitu:
1. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan
2. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu
3. Kecepatan pemancaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut
4. Iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora, dan
benih lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses
perkecambahan
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
5. Karakter Komunitas
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies
di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau
biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan
penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat
diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini
komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi
merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap
yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
6. Interaksi
Dalam suatu komunitas, semua organisme merupakan bagian dari
komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman
interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi
antarorganisme, antarpopulasi dan antarkomunitas.
1. Interaksi antar organisme

Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu
dengan tikus.
c. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil
makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan
benalu dengan pohon inang.
d. Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak
dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi Antar populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi
secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi
antarpopulasi adalah sebagai berikut:
a.Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan
lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada

mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur


Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.
b. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan
populasi sapi di padang rumput (Syahril, 2013).
3. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang
sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya
padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan,
ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai
dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan darat.
4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran
energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru (Syahril, 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A. N., Mitchell, G. L., Reece, B. J. 2003. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3.
Penerbit Erlangga. Jakarta (e-book)
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Menopang Pengetahuan Ilmuilmu Lingkungan. U-I Press. Jakarta
Suskiyanto, B. F. X., Frick, H. 2007. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Penerbit
ITB. Bandung
Syahril. 2013. Keanekaragaman Jenis dalam Komunitas. Kuliah Ekologi Umum.
http://sahryladam.blogspot.co.id/2013/05/keanekaragaman-jenis-dalamkomunitas.html diakses tanggal 25 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai