Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH INDIVIDU

Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

Dosen Pembimbing

: Asmawati, S. Kp, M. Kep

Disusun Oleh

: Sandi Dwi Cahyo

NIM

: P05120214058

Kelas

: II A

Prodi

: DIII Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KOTA BENGKULU
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Maternitas yang berjudul
Keperawatan Maternitas.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah....
1.3 Tujuan Umum ..
1.4 Tujuan Khusus.....

4
4
4
5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 MDGs Dan SDGs .
2.2 KIA (Kesehatan Anak Dan Ibu
2.3 Peran Perawat Dalam Penurunan Angka Kematian ....
2.4 Trend Dan Issu Keperawatan Maternitas

6
9
13
16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................

20

B. Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan
sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan
mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan
secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara
dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan
kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat
wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk
kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian MDGs Dan SDGs
b. Pengertian KIA (Kesehatan Anak Dan Ibu)
c. Apa saja Peran Perawat Dalam Penurunan Angka Kematian
d. Apa saja Trend Dan Issu Keperawatan Maternitas
1.3 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Keperawatan maternitas dan
menambah ilmu pengetahuan tentang MDGs Dan SDGs , KIA (Kesehatan Anak Dan
Ibu), Peran Perawat Dalam Penurunan Angka Kematian, Trend Dan Issu Keperawatan
Maternitas, bagi penulis dan pembaca.

1.4 Tujuan Khusus


a.
b.
c.
d.

Mengetahui MDGs Dan SDGs


Mengetahui KIA (Kesehatan Anak Dan Ibu)
Mengetahui Peran Perawat Dalam Penurunan Angka Kematian
Mengetahui Trend Dan Issu Keperawatan Maternitas

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 MDGs Dan SDGs
A. MDGs
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris
MDGs, adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan
dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya
deklarasi MDGs adalah resolusi majelis umum PBB Nomor 55/2 Tanggal 18
September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).
Deklarasinya sendiri berisi komitmen untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan,
sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan
kemiskinan. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat pada tahun 2015.
Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di
New York tersebut dan juga turut menandatangani Deklarasi Milenium. Pencapaian
sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Delapan tujuan
umum MDGs secara general mencakup pengentasan kemiskinan, pendidikan,
kesetaraan gender, kesehatan, kelestarian lingkungan dan permasalahan global.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Adapun secara rinci target MDGs memuat 8 tujuan yang meliputi;


penanggulangan kemiskinan dan kelaparan,
mencapai pendidikan dasar untuk semua,
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
mengurangi angka kematian bayi,
meningkatkan kesehatan ibu,
melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,
memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan
kemitraan untuk pembangunan.

B. SDGs
1. Defenisi
Suistainable development goals (SDGS) adalah singkatan atau kepanjangan
dari sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi
sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di
dunia.
Post-2015, juga dikenal sebagai Sustainabale Development Goals (SDGs)
didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15 tahun ke depan hingga tahun 2030.
Berbeda dengan MDGs yang lebih bersifat birokratis dan teknokratis, penyusunan
butir-butir SDGs lebih inklusif melibatkan banyak pihak termasuk organisasi
masyarakat sipil atau Civil Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs
sendiri memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir
target MDGs yang belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs.
Seluruh tujuan, target dan indikator dalam dokumen SDGs juga perlu
mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini. (yohanna, 2015)
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global goals
Melenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir tahun 2015. Secara
formal, SDGs didiskusikan pertama kali pada United Nations Conference on
Sustainable Development yang diadakan di Rio de Janeiro bulan Juni 2012.
Dokumen SDGs disahkan pada KTT Pembangunan berkelanjutan PBB yang
berlangsung di New York tanggal 25-27 September 2015. Dalam KTT tersebut
ditetapkan bahwa SDGs akan mulai diberlakukan pasca tahun 2015 sampai tahun
2030. SDGs tidak hanya berlaku untuk negara berkembang, tapi juga untuk
negara-negara maju. (Akhir, 2015)
2. Konsep Sdgs
Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015, Millennium
Development Goals (MDGs).
Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development
Goals (MDGs) di mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka
pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula
menggunakan konsep MGDs sekarang diganti SDGs.
Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs
yaitu, pertama indikator yang melekat pembangunan manusia (Human
Development), di antaranya pendidikan, kesehatan. Indikator kedua yang melekat
7

pada lingkungan kecilnya (Social Economic Development), seperti ketersediaan


sarana dan prasarana lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu,
indikator ketiga melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental
Development), berupa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan
yang baik.
3. Tujuan Sdgs
1) Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2) Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3) Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk
4)

seluruh masyarakat di segala umur.


Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan

kesempatan belajar untuk semua orang.


5) Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan.
6) Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
orang.
7) Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang. (Barberita, 2015)
8) Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, lapangan kerja yang
produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9) Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri
yang berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10) Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara
negara-negara di dunia.
11) Membangun kota-kota serta pemukiman yang berkualitas, aman dan
bekelanjutan.
12) Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13) Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14) Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya
laut untuk perkembangan yang berkelanjutan.
15) Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah
tandus serta tukar guling tanah.
16) Meningkatkan perdamaian termasuk

masyarakat

untuk

pembangunan

berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk


lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan.
17) Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk
pembangunan yang berkelanjutan.
2.2 KIA (Kesehatan Anak Dan Ibu)
8

A. Pengertian Program KIA


Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang

kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
B. Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
C. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.

4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan


mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
D. Pelayanan dan jenis Indikator KIA
1. Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal 5 T
untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Pemberian Imunisasi TT lengkap
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
a. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat :
1) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
2) Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan
lulus.
3) Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
b) Anak lebih dari 4
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun
atau lebih dari 10 tahun
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm
f) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kengenital.
g) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
10

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan


normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
a) Hb kurang dari 8 gram %
b) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)

lebih dari 90 mmHg


Oedema yang nyata
Eklampsia
Perdarahan pervaginam
Ketuban pecah dini
Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
Letak sungsang pada primigravida
Infeksi berat atau sepsis
Persalinan prematur
Kehamilan ganda
Janin yang besar
Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :


a)
b)
c)
d)

BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram


Bayi dengan tetanus neonatorum
Bayi baru lahir dengan asfiksia
Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah

e)
f)
g)
h)
i)

lahir
Bayi baru lahir dengan sepsis
Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
Bayi preterm dan post term
Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

4) Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi


Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau
SPM untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan
yaitu : Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
a. Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan
petugas kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan ANC sesuai

dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan minimal 4 kali


selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II
11

minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang


dimaksud adalah :
1) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan
2) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
3) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
4) Pemberian imunisasi TT
5) Pemberian tablet besi
2.3 Peran Perawat Dalam Penurunan Angka Kematian
A. Penurunan Kematian Pada Ibu
Kematian ibu adalah jumlah ibu meninggal karena hamil, bersalin dan nifas
(42 hari setelah bersalin). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari 390
(SDKI 1994) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).
Penurunan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya persalinan oleh tenaga
kesehatan dari 46,13 persen (1995) menjadi 72,4 persen (2006). Meskipun
diperkirakan AKI saat ini lebih rendah lagi, untuk dapat mencapai tujuan MDGs,
perlu upaya yang lebih keras lagi. Pencapaian target MDGs sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif
untuk mempercepat laju penurunannya. Penurunan AKI pada periode 1990 1994
adalah sebesar 8 persen per tahun, pada tahun 1994 1997 sebesar 14 persen per
tahun dan periode 1997 2002 sekitar 8 persen per tahun. Penurunan yang tinggi
terjadi pada tahun 1994 ke 1997 antara lain karena adanya intensifikasi program
bidan di desa. Namun, pada era desentralisasi, program bidan di desa kurang
mendapat perhatian sehingga penurunan angka kematian menjadi sangat lambat.
Bila pemerintah ingin mengejar ketinggalan penurunan angka kematian ibu dengan
asumsi AKI sama dengan 2002 maka penurunan AKI setiap tahun harus mencapai
26 ibu per 100.000 kelahiran hidup. Apabila asumsi AKI tahun 2007 sebesar 262,
maka penurunan AKI setiap tahun mencapai 16 ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian, AKI merupakan salah satu tujuan MDGs yang sulit tercapai (off
track) jika pemerintah tidak memfokuskan semua sumberdaya dan jenis intervensi
dengan lebih efektif.
Kematian ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk status kesehatan
secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28
persen), infeksi (24 persen), eklamsia (11), komplikasi puerperium atau nifas (8
persen), partus macet/lama (5 persen), komplikasi abortus (5 persen) dan lainnya (11
persen).

12

13

B. Penurunan Kematian Pada Anak


Kematian anak balita (anak usia di bawah 5 tahun) menjadi penting karena
mencakup lebih dari 90 persen kematian global anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Kematian balita merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat
anak-anak hidup termasuk perawatan kesehatan mereka. Angka kematian balita
sering digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang mudah atau rentan
(vulnerable) terserang penyakit, karena data insiden dan prevalen penyakit (data
morbiditas) sering tidak tersedia dengan baik.
Menurut SDKI, Angka Kematian Anak Balita (AKBA) pada tahun 1989
sebesar 97 per 1000 kelahiran hidup. AKBA kemudian terus menurun hingga
mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup (2002-2003. Rata-rata penurunan AKBA
pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen (3,2 balita) per tahun, lebih tinggi
dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia
telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC)
yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk pencapaian kematian balita 32 per 1000
kelahiran hidup pada 2015, Indonesia memerlukan penurunan AKBA sebesar 1,75
per tahun. Dengan perkembangan seperti ini, diperkirakan target MDGs sebesar 32
per 1.000 kelahiran hidup akan dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas
pelayanan kesehatan balita agar tidak terjadi kejadian-kejadian luar biasa yang
merenggut nyawa balita. Untuk dapat menekan AKBA tersebut perlu dilakukan
intervensi kepada penyebab kematian balita. Penyebab kematian balita antara lain
adalah diare (19 persen), ISPA (37 persen), campak (7 persen), dan gizi buruk (54
persen) (SDKI, 2002).
Kematian bayi adalah kematian pada anak usia di bawah satu tahun. Angka
Kematian Bayi (AKB) sangat relevan untuk merepresentasikan komponen AKBA.
AKB juga menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di mana bayi
tinggal. Pada tahun 1989 AKB di Indonesia sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini kemudian menurun dengan tajam dan hingga mencapai 35 per 1000
kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Pada tahun 2007 diproyeksikan AKB telah
mencapai 29,4 per 1.000 kelahiran hidup (BPS, Bappenas dan UNFPA, 2005).
Target AKB MDGs pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan target RPJM sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Dengan kecenderungan yang ada, diperkirakan target ini dapat tercapai.

14

Diperkirakan sekitar 75 persen dari seluruh kematian anak terjadi pada bulan
pertama kelahiran (neonatus). Menurut SDKI, penurunan kematian neonatus relatif
lebih lambat dibandingkan dengan kematian bayi dan kematian anak balita. Pada
SDKI 1989, kematian neonatus mencapai 29 per 1.000 kelahiran hidup dan
menurun menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Oleh karena
itu, penanganan bayi baru lahir yang memadai sangat penting dalam menurunkan
angka kematian anak. Penyebab utama kematian neonates adalah tetanus (10
persen), berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 28 persen, asfiksia 27 persen,
dan infeksi 15 persen (SKRT, 2001). Upaya penting untuk menurunkan kematian
neonatus antara lain adalah meningkatkan persalinan kepada petugas kesehatan
terlatih dan pelayanan yang mampu menangani penyebab kematian neonatus.
Angka kematian balita, bayi dan neonatus saling mempengaruhi yang dikenal
dengan fenomena dua pertiga yaitu:
1)
Kematian bayi baru lahir atau neonatal (028 hari) merupakan
duapertiga dari kematian bayi.
2)
Kematian perinatal (0 7 hari) merupakan dua pertiga dari
3)

kematian bayi baru lahir.


Kematian bayi (0 1 hari) merupakan duapertiga dari kematian
perinatal

2.4 Trend Dan Issu Keperawatan Maternitas


A. Masalah
1. Penyebab angka kematian bayi masih tinggi
Kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti radang paruparu, diare dan malaria, Penyakit yang merenggut paling banyak korban jiwa
adalah radang paru-paru 18 persen, atau sebanyak 1,58 juta anak diare (15 persen,
1,34 juta) dan malaria 8 persen, 0.73 juta anak.
2. Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan kesehatan yang
semakin meningkat, kurangnya pengetahuan masyarakat progam KB
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh
sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen
Binkesmas, 2004).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor
reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi.
Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat
15

ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Perdarahan sebagai penyebab


kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih
banyak dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik TMA, 1997).
Secara sempit, risiko obstetrik diartikan sebagai probabilitas kematian dari
seorang perempuan atau ibu apabila ia hamil. Indikator yang lebih kompleks
adalah adalah risiko seumur hidup (lifetime risk) yang mengukur probabilitas
kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan persalinan yang
dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya mencantumkan kehamilan
maka yang kedua mempunyai dimensi yang lebih lebar yaitu kemampuan dan
jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit
persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
mampu. Keterlambatan merujuk disebabkan berbagai faktor seperti masalah
keuangan, transportasi dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)
4. Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual.. Kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki
risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari
kelompok ini. Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang
mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik
generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya
adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat
mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore
seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS
dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP),
kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan
mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
B. Penemuan Teknologi Terbaru
1. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke
tiga yang dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga

16

7 tahun di badingkan implant saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil
dari penelitian dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.
2. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air,
manfaaatnya ibu akan merasakan lebih relaks karena semua otot yang berkaitan
dengan proses persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga akan
mempermudah proses mengejar sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak
terlalu dirasakan, di dalam air proses proses pembukaan jalan lahir akan lebih
cepat.
3. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D
Alat USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang berkemampuan
menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat utuh
dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog
Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi berikut gerakgeriknya teknologi 3 dan 4 dimensimenjadi pelengkap bila di duga janin dalam
keadaan tidak normal dan perlu di cari kelainan bawaannya seperti bibir sumbing,
kelaina pada jantung dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG
( Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat,
karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa.
4. Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan
perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat
tambahan dalam suatu kombinasi yang unik Pil Kb dengan dorspirenone adalah
pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung progestin baru
dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai progesteron salah satu hormon
dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip
dengan progesteron alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid
dan antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid
dengan sifat antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan
manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala
kembung, Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya
darah haid, tidak menaikan tekanan darah dengan androgennya. Pil KB dengan
dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu mengurangi jerawat, dan
mempercantik rambut dan kulit.
5. Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit

17

Diagnostik ini robot akan menggunakan penelitian global untuk memberikan


pendapat ahli, beberapa dokter yang akan berani untuk diabaikan. Pelatihan medis
akan beralih dari apa yang orang tahu, untuk mendapatkan data yang akurat yang
robot bisa membuat keputusan, dan menyediakan high-touch dukungan
emosional. Ahli bedah akan selalu berada pada premium, bersama-sama dengan
tangan-on wali yang akan semakin berbasis masyarakat, dengan kualifikasi yang
sangat khusus. Operasi remote akan menjadi bagian rutin setiap pusat spesialis
rutin. Batas antara dokter dan perawat akan terus kabur sebagai perawat
berwenang untuk membuat lebih banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat
akan semakin panjang dan perawat kelas atas akan lebih mahal)

18

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik
dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan.

Perawat

memiliki

komitmen

menyeluruh

tentang

perlunya

mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan, dan
dengan

persetujuan dari pasien dan keluarga sesuai dengan kemampuan sosial

ekonomi masing- masing. Di indonesia masih rendah peran profesi keperawatan maka
dari itu , maka solusi yang harus ditempuh dalam keperawatan maternitas untuk
tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang yang berdampak positif

yaitu

Pengembangan pendidikan keperawatan, Memantapkan system pelayanan perawatan


professional, Penyempurnaan organisasi keperawatan.
3.2. Saran
Marilah kita bersama- sama belajar dengan sungguh- sungguh di dalam dunia
pendidikan

tinggi

keperawatan

supaya

menghasilkan

tenaga

keperawatan

professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu


pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi
keperawatan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta.
Candy. (2 juli 2011). Issu dan trend keperawatan maternitas.
Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition.
St.Louis: Mosby. Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing.
W.B.Saunders Company.
Pdf : 978-979-756-968-6-979
Ali, zaidin.2002.Dasar dasar keperawatan professional.Jakarta;Widya Medika

20

Anda mungkin juga menyukai