Anda di halaman 1dari 17

Nama Peserta

: dr. Andhika Aryandhie Dwiputra

Nama Wahana

: RSUD. Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

Topik

: Lower Gastrointestinal Disease

Tanggal (kasus)

: 26 Juli 2016

Nama Pasien

: Ny. Tarsem

No. RM

: 130.193

Tempat Presentasi : RSUD. Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu


Obyektif Presentasi:
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Neonatus

Bayi

Tinjauan Pustaka
Istimewa

Anak

Remaja

Deskripsi

: Perempuan, 51 tahun, BAB berwarna hitam

Tujuan

: Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien melena

Bahan bahasan:
Cara membahas:

Tinjauan Pustaka
Diskusi

Riset
Presentasi dan diskusi

Dewasa

Kasus
Email

Lansia

Bumil

Audit
Pos

Data pasien:

Nama
Usia

: Ny. Tarsem
: 51 tahun

Nama klinik : RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

Nomor Registrasi : 130.193

Telp : -

Terdaftar sejak

: 20 Juni 2016

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis
:
Seorang pasien perempuan usia 51 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarga dan puskesmas dengan keluhan buang air besar berwarna
hitam sejak 2 hari SMRS. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut pasien, BAB berwarna hitam 2 kali sehari disertai perasaan
mual yang hebat, lemas, nyeri perut melilit dan nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan dalam kualitas dan kuantitas. Tidak ada demam,
muntah darah disangkal.
Pasien mengaku jika BAB dengan konsistensi keras, riwayat diurut disangkal, BAB berlendir disangkal, BAB berlemak (steatore) disangkal,
demam disangkal. Pasien mengaku suka meminum obat yang dibelinya di apotek secara bebas perutnya terasa sakit. Pasien meminum obat
tersebut selama 5 tahun. Pasien juga sering minum jamu yang dijual di lingkungan rumah pasien.

2. Riwayat Pengobatan

: Obat penghilang maag yang dibeli di apotik.

3. Riwayat kesehatan/Penyakit
:
Pasien memiliki riwayat penyakit maag dan sering minum obat penghilang nyeri perut yang dibeli di apotik secara bebas. Pasien sering beli
jamu untuk penambah stamina. Riwayat Hipertensi disangkal, Riwayat Diabetes mellitus disangkal.
4. Riwayat keluarga

Riwayat penyakit yang serupa disangkal, Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-)

5. Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai buruh tani dan rumah tangga.


6. Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien adalah seorang buruh tani dan mengurus rumah tangga. Pasien sering mengkonsumsi jamu yang dijual di lingkungan rumah
pasien.
7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : -

8. Lain-lain
A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran E4M6V5 = 15 (composmentis)
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frek. Nadi
: 88 x/menit
Reguler
Isi cukup
Frek. Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,2 0C
STATUS GENERALIS
Kulit
: warna kulit sawo matang
Kepala
: Mesosefal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut benjolan (-), warna rambut hitam, Nyeri tekan (-)
Mata
: Simetris, CA +/+ , SI -/- , pupil isokor 3 mm
Hidung
: Deviasi (-); mukosa hiperemis (-)
Telinga
: Bentuk simetris, serumen dan secret -/- , membrane timpani intak, reflek cahaya +/+
Mulut
: bibir sianosis (-), lidah kotor (-), defiasi (-)
Tenggorokan
: uvula ditengah, T1-T1, tonsil hiperemis (-)

Leher
:
Pembesaran tiroid (-), KGB (-), tidak tampak bengkak daerah sub mandibularis, trakea deviasi (-), tidak tampak pelebaran vena, leher kaku,
JVP meningkat (-)
Thorak
Anterior
Inspeksi
Palpasi

: Bentuk normothorak, pernafasan simetris


: Nyeri tekan (-), Ekspansi pernafasan simetris, fremitus taktil simetris, iktus kordis teraba di Intercosta VI linea

midklavikularis sinistra, kuat angkat normal, irama regular, frekuensi normal.


Perkusi
: Semua lapang paru sonor
Batas paru hepar intercosta V linea midklavikularis dekstra
Batas kanan jantung Intercosta IV linea parasternalis dekstra
Apeks jantung Intercosta VI 2 jari ke arah medial linea midklavikularis sinistra
Pinggang jantung ICS III linea parasternalis dekstra.
Auskultasi
:
Suara paru vesikuler simetris, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, suara jantung I dan II reguler tidak ada suara tambahan (gallop, murmur),
vermitus vokal simetris
Katup pulmo
: ICS II parasternalis sinistra, BJ II > BJ I
Katup aorta
: ICS II parasternalis dextra, BJ II > BJ I
Katup trikuspid :ICS IV parasternalis sinistra, BJ I > BJ II
Katup Mitral
: Intercosta VI 2 jari ke arah medial linea midklavikularis sinistra, BJ I > BJ II.

Posterior
Inspeksi

: Bentuk dada normal, simetris, tidak tampak kelainan kulit, Os. Scapula dan vertebra tidak ada deviasi,

pernafasan reguler, tidak tampak retraksi otot pernafasan


Palpasi
: Ekspansi pernafasan simetris, nyeri tekan (-) fremitus taktil simetris
Perkusi
: Semua lapang paru Sonor
Auskultasi : Suara paru vesikuler simetris, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, vermitus vokal simetris
Abdomen
Inspeksi
:
Bentuk normal, tidak tampak pelebaran vena, tidak tampak kelainan kulit, tidak tampak peristaltik usus.
Auskultasi
:
Bising usus (+), bising aorta tidak terdengar
Perkusi
Anterior :
Timpani pada 4 kuadran abdomen.
Posterior :
Tidak ada nyeri ketok ginjal
Palpasi
:
Nyeri tekan (-), Blast tidak penuh, Hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas Superior
:
Bentuk simetris, tidak tampak kelainan kulit, tampak oedem capilar reffil time < 2, Normo tonus, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas Inferior
:
Bentuk simetris, tidak tampak kelainan kulit, tampak oedem, capilar reffil time < 2, Normo tonus, tidak nyeri tekan.

irama

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hematologi
Hb
: 9 g/dl
Leukosit
: 8.300 /mm3
Hematokrit
: 27 %
Trombosit
: 342.000 /mm3
GDS
: 92 mg/dl

Daftar Pustaka:
1. Astera, I W.M. & I D.N. Wibawa.Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan Bagian Bawah : dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta :EGC. 1999 : 5362.
2. Davey, P. Melena : dalam At a Glance Medicine. Jakarta :Erlangga. 2006 : 367.
3. Purwadianto, A. & Budi S. Melena : dalam Kedaruratan Medik. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000 : 10510
4. Richter, J.M. & K.J. Isselbacher.Perdarahan Saluran Makanan : dalam Harrison (Prinsip Ilmu Penyakit Dalam) Jilid I. Jakarta : EGC. 1999: 259
62.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Lower Gastrointestinal Disease
2. Etiologi Lower Gastrointestinal Disease
3. Penatalaksanaan Lower Gastrointestinal Disease
4. Edukasi mengenai penatalaksanaan operatif Lower Gastrointestinal Disease

Rangkuman Hasil Pembelajaran portofolio


1. Subjektif:
Seorang pasien perempuan usia 51 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarga dan puskesmas dengan keluhan buang air besar berwarna

hitam sejak 2 hari SMRS. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut pasien, BAB berwarna hitam 2 kali sehari disertai
perasaan mual yang hebat, lemas, nyeri perut melilit dan nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan dalam kualitas dan kuantitas. Tidak
ada demam, muntah darah disangkal.
Pasien mengaku jika BAB dengan konsistensi keras, riwayat diurut disangkal, BAB berlendir disangkal, BAB berlemak (steatore)
disangkal, demam disangkal. Pasien mengaku suka meminum obat yang dibelinya di apotek secara bebas perutnya terasa sakit. Pasien
meminum obat tersebut selama 5 tahun. Pasien juga sering minum jamu yang dijual di lingkungan rumah pasien.
Riwayat kesehatan/Penyakit :
Pasien memiliki riwayat penyakit maag dan sering minum obat penghilang nyeri perut yang dibeli di apotik secara bebas. Pasien sering
beli jamu untuk penambah stamina. Riwayat Hipertensi disangkal, Riwayat Diabetes mellitus disangkal.
Riwayat pekerjaan
:
Pasien bekerja sebagai buruh tani dan rumah tangga.
Dari keluhan pasien, dapat dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosa seperti pendarahan saluran cerna bagian atas, melena, hemoroid grade
1, kanker sigmoid.
2. Objektif:
Hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium sangat menunjang diagnosis kearah melena. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasakan :
1) Gejala klinis
Seorang pasien perempuan usia 51 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarga dan puskesmas dengan keluhan buang air besar berwarna
hitam sejak 2 hari SMRS. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut pasien, BAB berwarna hitam 2 kali sehari disertai
perasaan mual yang hebat, lemas, nyeri perut melilit dan nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan dalam kualitas dan kuantitas. Tidak
ada demam, muntah darah disangkal.
Pasien mengaku jika BAB dengan konsistensi keras, riwayat diurut disangkal, BAB berlendir disangkal, BAB berlemak (steatore)
disangkal, demam disangkal. Pasien mengaku suka meminum obat yang dibelinya di apotek secara bebas perutnya terasa sakit. Pasien
meminum obat tersebut selama 5 tahun. Pasien juga sering minum jamu yang dijual di lingkungan rumah pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran E4M6V5 = 15 (composmentis)
Tekanan darah
: 140/80 mmHg

Frek. Nadi
Frek. Pernafasan

: 88 x/menit
Reguler
Isi cukup
: 20 x/menit

Suhu

: 36,2 0C

3) Laboratorium
Hematologi
Hb
: 9 g/dl
Leukosit : 8.300 /mm3
Hematokrit : 27 %
Trombosit : 342.000 /mm3
GDS
: 92 mg/dl
3. Assessment
Dari anamnesis dengan pasien didapatkan bahwa pasien dengan keluhan buang air besar berwarna hitam sejak 2 hari SMRS. Hal ini
baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut pasien, BAB berwarna hitam 2 kali sehari disertai perasaan mual yang hebat, lemas, nyeri
perut melilit dan nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan dalam kualitas dan kuantitas. Tidak ada demam, muntah darah disangkal.
Pasien mengaku jika BAB dengan konsistensi keras, riwayat diurut disangkal, BAB berlendir disangkal, BAB berlemak (steatore)
disangkal, demam disangkal. Pasien mengaku suka meminum obat yang dibelinya di apotek secara bebas perutnya terasa sakit. Pasien
meminum obat tersebut selama 5 tahun. Pasien juga sering minum jamu yang dijual di lingkungan rumah pasien.
Diagnosis melena ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil laboratorium. Pada pasien ini keluhan buang air besar berwarna hitam
sejak 2 hari SMRS. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut pasien, BAB berwarna hitam 2 kali sehari disertai perasaan
mual yang hebat, lemas, nyeri perut melilit dan nafsu makan menurun.
Pendarahan saluran cerna bawah atau Lower Gastrointestinal Bleeding (LGIB) didefinisikan sebagai pendarahan yang berasal dari
organ traktus gastrointestinal yang terletak distal Ligamentum Treitz yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia
simptomatis.
Lebih dari 95% sampai 97% kasus, sumber perdarahan berasal dari kolon, sedangkan 3 sampai 5% sisanya berasal dari usus halus,
LGIB memegang 15% dari episode perdarahan gastrointestinal. Insidensi LGIB meningkat dengan bertambahnya usia, yang berhubungan
dengan lesi yang didapat pada colon sehingga terjadi perdarahan yang berasal dari kolon yaitu pada diverticulosis dan angiodisplasia.

Lower Gastrointestinal Bleeding in


Adults
Diverticular disease
Diverticulosis/diverticulitis of
small intestine
Diverticulosis/diverticulitis of
colon
Inflammatory bowel disease
Crohn disease of small bowel,
colon, or both
Ulcerative colitis
Noninfectious gastroenteritis and
colitis
Benign anorectal diseases
Hemorrhoids
Anal fissure
Fistula-in-ano
Neoplasia
Malignant neoplasia of small
intestine
Malignant neoplasia of colon,
rectum, and anus

Percentage of Patients
60%

13%

11%

9%

Coagulopathy
4%
Arteriovenous malformations (AVMs)
3%
TOTAL
100%
Source: Vernava AM, Longo WE, Virgo KS. A nationwide study of the incidence and
etiology of lower gastrointestinal bleeding. Surg Res Commun. 1996;18:113-20

Lower Gastrointestinal Bleeding in Children and


Adolescents
Intussusception
Polyps and polyposis syndromes
Juvenile polyps and polyposis
Peutz-Jeghers syndrome
Familial adenomatous polyposis (FAP)
Inflammatory
Crohn disease
Ulcerative colitis
Indeterminate colitis
Meckel diverticulum

Penyebab lain, yang jarang, juga telah ditemukan, diantaranya adalah perdarahan dari diverticulosis usus halus, Dieulafoy lesions pada
colon dan usus halus, portal colopathy dengan varices colon dan rectal, endometriosis, solitary rectal ulcer syndrome, dan vasculitides dengan
ulserasi usus halus dan kolon, radiation-induced disorders, nonsteroidal anti-inflammatory drugassociated disorder, Osler-Weber-Rendu
syndrome, aortoenteric fistula, vasculitis, dan mesenteric ischemia.
1. Divertikulitis
Diverticulosis colon merupakan penyebab yang paling umum dari perdarahan saluran cerna bagian bawah, yang bertanggung jawab
untuk 40% sampai 55% dari kasus perdarahan dari semua kasus. Divertikula kolon merupakan lesi yang diperoleh secara umum dari usus
besar pada perut. Dasar anatomi penyebab dari perdarahan ialah pecahnya secara asimetris cabang intramural (di vasa recta) dari arteri
marginal pada kubah divertikulum atau pada margin antimesenterikus. Divertikula paling sering terletak pada kolon sigmoid dan kolon
descendens. Kemungkinannya disebabkan oleh faktor traumatis lumen, termasuk fecalith yang menyebabkan abrasi dari pembuluh darah.
Perdarahan jarang diakibatkan oleh peradangan diverlikulitis klinis. Perdarahan divertikular berhenti secara spontan pada 90% pasien.
Jarang terjadi dilakukannya transfusi lebih dari 4 unit sel darah merah (Packed Red Cells= PRC). Meskipun divertikula colon sebelah kiri

lebih umum terjadi, namun perdarahan cenderung lebih umum terjadi pada divertikular kolon kanan. Perdarahan dari lesi kolon kanan dapat
lebih banyak dan menghasilkan volume yang lebih besar daripada divertikula sisi sebelah kiri. Setelah terjadinya episode awal pendarahan,
perdarahan ulang (rebleeding) mungkin terjadi kembali pada 10% pasien pada tahun pertama, setelah itu, risiko untuk perdarahan ulang
(rebleeding) meningkat menjadi 25% setelah 4 tahun. Dengan prevalensi diverticulosis kolon, dan fakta bahwa sebagian besar episode
perdarahan cenderung berhenti secara spontan, banyak episode dari perdarahan saluran cerna bagian bawah yang disebabkan diverticulosis
kolon.
2. Arteriovenous Malformation (Angiodysplasia)
Angiodisplasia bertanggung jawab atas 3% sampai 20% dari kasus perdarahan saluran cerna bagian bawah. Angiodisplasia, yang juga
disebut sebagai malformasi arteriovenosa, adalah distensi atau dilatasi dari pembuluh darah kecil pada submukosa saluran pencernaan. Pada
pemeriksaan histologis spesimen pembedahan atau otopsi dari angiodisplasia diketahui bahwa mukosa diatasnya sering tipis, dan terjadi erosi
dangkal. Angiodisplasia dapat terjadi sepanjang saluran pencernaan dan merupakan penyebab paling umum dari perdarahan dari usus kecil
pada pasien berusia di atas 50 tahun.
Angiodisplasia usus merupakan malformasi arteri yang terletak di sekum dan kolon ascenden. Angiodisplasia usus merupakan lesi yang
diperoleh dan mempengaruhi orang tua berusia lebih dari 60 tahun. Lesi ini terdiri dari kelompok-kelompok pembuluh darah yang berdilatasi,
terutama pembuluh darah vena, pada mukosa dan submukosa kolon. Angiodisplasia colon yang diduga terjadi sebagai akibat dari proses yang
kronis, intermiten, obstruksi bagian rendah dari submukosa vena sambil mereka menembus lapisan otot dari colon. Temuan karakteristik
angiographik meliputi adanya kelompok-kelompok kecil arteri arteri selama tahap penelitian, akumulasi media kontras dalam lempeng
vaskular, opacification awal, dan opacification persisten karena keterlambatan pengosongan vena. Jika angiografi mesenterika dilakukan pada
saat pendarahan aktif, ekstravasasi media kontras dapat dilihat.
Tidak seperti pendarahan divertikular, angiodisplasia cenderung menyebabkan pendarahan dengan episode lambat tetapi berulang. Oleh
karena itu, pasien dengan angiodisplasia muncul dengan anemia dan episode pingsan. Angiodisplasia yang menyebabkan hilangnya darah
dalam jumlah besar jarang didapat. Angiodisplasia dapat dengan mudah diketahui oleh kolonoskopi dengan gambaran potongan kecil
berwarna merah dengan ukuran 1.5-2-mm pada mukosa. Pendarahan lesi aktif dapat diobati dengan elektrokoagulasi colonoskopi.
3.

Inflammatory Bowel Disease (IBD)

Macam-macam kondisi peradangan dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut. Perdarahan jarang muncul
menjadi tanda, melainkan berkembang dalam perjalanan penyakitnya, dan penyebabnya diduga berdasarkan riwayat pasien. Sampai dengan
20% kasus perdarahan saluran cerna bagian bawah akut disebabkan oleh salah satu kondisi peradangan. Kebanyakan pendarahan berhenti
secara spontan atau dengan terapi spesifik pada penyebabnya.
Perdarahan merumitkan jalannya kolitis ulserativa hingga 15% kasus. Kolektomi darurat pada kasus pendarahan terus-menerus terjadi
sebanyak 6% sampai 10% dari kolektomi darurat bedah pada pasien dengan penyakit ini. Penyakit Crohn, cenderung kurang menyebabkan
perdarahan colon dan terjadi pada sekitar 1% dari pasien dengan kondisi ini. Penyebab infeksi meliputi Escherichia coli, tifus,
sitomegalovirus, dan Clostridium difficile.
4. Benign Anorectal Disease
Penyakit anorektal jinak (misalnya, hemorrhoid, fissure ani, fistula anorektal) dapat menyebabkan perdarahan rektum intermiten.
Pendarahan anus yang masif disebabkan penyakit anorektal jinak juga telah dilaporkan. Tinjauan database VA menunjukkan bahwa 11% dari
pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah terjadi dari penyakit anorektal. Pasien yang memiliki varises rektum dengan hipertensi
portal dapat membuat pendarahan masif saluran cerna bagian bawah tanpa rasa sakit, sehingga pemeriksaan awal anorectum menjadi penting.
Jika diketahui terjadi pendarahan aktif, mengobatinya harus agresif. Perhatikan bahwa penemuan penyakit anorektal jinak tidak
mengenyampingkan kemungkinan pendarahan yang lebih proksimal dari saluran cerna bagian bawah.
Hemorrhoid biasanya dicatat pada pemeriksaan fisik lebih dari separuh pasien dengan perdarahan saluran cerna bawah. Kurang dari 2%
perdarahan disebabkan oleh lesi ini. Kecuali tanda tegas perdarahan yang jelas pada anoscopi, dan pemeriksaan pasien untuk pendarahan
saluran cerna bagian bawah yang disebabkan oleh sumber lain harus dihilangkan. Pasien dengan hipertensi portal dapat membuat perdarahan
yang masif dari hemorrhoid, seperti juga pada pasien trombositopenia terkait HIV dengan hemorrhoid.
5. Neoplasma
Neoplasma kolon, termasuk polip adenomatosa, polip juvenile, dan karsinoma, muncul dalam bentuk dan sifat yang bermacammacam. Biasanya, perdarahan dari lesi ini lambat, ditandai dengan pendarahan samar dan anemia sekunder. Neoplasma ini juga dapat
berdarah dengan cepat, namun, dan pada beberapa bentuk, sampai dengan 20% dari kasus perdarahan akut pada akhirnya ditemukan muncul

karena polip kolon atau kanker. Sedangkan, Polip juvenile merupakan penyebab perdarahan kedua paling umum pada pasien lebih muda dari
usia 20 tahun.
6. Penyakit vascular
Penyebab vaskuler dari pendarahan saluran cerna bagian bawah akut meliputi vasculitides (polyarteritis nodosa, granulomatosis
Wegeners, rheumatoid arthritis, dan lain-lain), yang disebabkan oleh ulserasi punktata dari usus besar dan usus kecil. Iskemia kolon dengan
ulserasi dan kerapuhan mukosa dapat juga menyebabkan perdarahan akut, yang sering kali muncul pada sakit perut akut dan sepsis. Iskemia
mesenterika akut dapat didahului dengan sebuah episode hematochezia yang muncul dengan sakit perut yang parah, penyakit pembuluh darah
yang sudah ada sebelumnya, risiko emboli arteri, atau hiperkoagulabilitas. Meskipun pendarahan merupakan unsur dalam pengelolaan klinis
pasien ini, namun jarang kontrol perdarahan menjadi fokus utama dari terapinya. Sebaliknya pemulihan perfusi visceral adalah tujuan terapi
utama.
DIAGNOSIS
Intervensi bedah darurat untuk perdarahan masif yang sedang berlangsung jarang diperlukan sebelum upaya untuk menentukan lokasi
sumber perdarahan yang pasti, dimana penentuan lokasi sumber perdarahan adalah penting untuk memilih jenis terapi mana yang akan
dilakukan. Setelah keadaan pasien stabil baru akan dilakukan uji diagnostic yaitu colonoscopy, Selective Visceral Angiography, dan
Technetium 99m-Red Blood Cell Scintigraphy.

TERAPI
1. Endoskopi
Thermal heater probe, elektrokoagulasi, dan sclerotherapy telah banyak digunakan. terdapat laporan yang menunjukkan bahwa
elektrokoagulasi bdapat berhasil diterapkan untuk pendarahan divertikula kolon, meskipun terapi ini belum banyak dianut. Terapi dengan
endoscopy ini juga dapat memicu perdarahan berulang yang lebih signifikan. Sebaliknya, angiodysplasias dapat segera diobati dengan
tindakan endoskopik. Perdarahan akut dapat dikontrol dalam hingga 80% dari pasien dengan perdarahan angiodysplasias, meskipun
perdarahan berulang juga dapat terjadi hingga 15%. Terapi endoskopi ini juga sesuai untuk pasien dengan perdarahan dari daerah yang telah
dilakukan polypectomy. Pendarahan dapat terjadi pada 1% sampai 2% pasien setelah polypectomy dan mungkin terjadi hingga 2 minggu

setelah polypectomy dimana terapi endoskopik dianjurkan.


2. Angiographic
Angiography dipakai sebagai metode perioperatif, terutama pada pasien-pasien dengan risiko gangguan vascular, sementara menunggu
terapi bedah definitive. Pada metode ini dilakukan katerisasi selektif dari pembuluh darah mesentrika yang langsung menuju ke lokasi sumber
perdarahan yang akan dilanjutkan dengan pemberian vasokontriktor intra-arteridengan vasopressin yang dapat menghentikan perdarahan
sekitar 80 % kasus. Perdarahan berulang mungkin terjadi jika terapi tidak dilanjutkan. Komplikasi yang sering dan serius pada metode ini
adalah iskemi miokard, edema paru, thrombosis mesenterika, dan hiponatremia. Transarterial vasopressin tidak boleh digunakan pada pasien
dengan penyakit arteri koroner atau penyakit vaskular lainnya. Peran utama dari terapi ini adalah untuk mengehentikan perdarahan sebagai
terapi darurat sebelum bedah definitif. Embolisasi transkateter pendarahan massive dapat juga dilakukan pada pasien yang tidak mempunyai
cukup biaya untuk menjalani operasi. Embolisasi dari gelatin spons atau microcoils dapat menghentikan pendarahan sementra yang
disebabkan angiodysplasias dan divertikula. Metode ini juga dapat menyebabkan demam dan dan sepsis yang disebabkan oleh kurangnya
pasokan darah ke kolon sehingga terjadi infark kolon.

3. Pembedahan
Indikasi dilakukannya tindakan bedah diantarnya pasien dengan perdarahan yang terus menerus berlangsung dan berulang, tidak sembuh
dengan tindakan non operatif. Transfusi lebih dari 6 unit labu transfusi PRC, perlu transfusi, ketidakseimbangan hemodinamik yang persisten
merupakan indikasi colectomy pada perdarahan akut.
4. Plan
Diagnosis : Lower Gastrointestinal Disease
Medikamentosa :
1) IVFD RL / 12 jam
2) Cefixime
3 x 1 tab
3) Pantoprazole inj
1 x 1 amp
4) Asam Traneksamat 500mg inj 3 x 1 amp
5) Vit K
3 x 1 amp
6) Lactulac syr
3x1C
7) Observasi keadaan umum dan TTV

Non Medikamentosa:
1) Makan makanan lunak
2) Asupan makanan guna perbaikan gizi
Prosedur Diagnostik :
1) Endoskopi
2) Angigrafi Viseral
3) Nuclear imaging
Pendidikan :
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab terjadinya penyakit, perjalanan penyakit, penanganan dan pencegahan
terjadinya melena pada pasien ini. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
penyebab penyakit ini.
Konsultasi
:
Dijelaskan secara rasional tentang perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang segera pada pasien ini. Observasi keadaan umum, tanda vital
pasien.
Indramayu, 06 Agustus 2016
Peserta,
Dokter Interensip

(dr.Andhika Aryandhie Dwiputra)

Pendamping

(dr.Bariani Anwar)

Anda mungkin juga menyukai