Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

D DENGAN VITILIGO DI POLI


KULIT RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

LAPORAN KASUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Medikal Bedah

Rika Riyanti T
220112160082

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2016

Tinjauan Teoritis
A. Definisi
Vitiligo adalah kelainan kulit akibat gangguan pigmentasi dengan
gambaran berupa bercak-bercak putih yang berbatas tegas.

Kelainan ini

berupa macula berwarna putih(hipopigmentasi).


B. Etiologi
Penyebab vitiligo yang pasti belum diketahui, diduga suatu penyakit herediter
yang diturunkan secara autosomal dominan. Dari penyelidikannya, Lerner
(1959) melaporkan 38% penderita vitiligo mempunyai keluarga yang
menderita vitiligo, sedangkan Eli -Mofty (1968) menyebut angka 35%.
Beberapa faktor pencetus terjadinya vitiligo antara lain:
A. Faktor Mekanis
Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya
setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi.
B. Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet
Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari
atau UV A dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit
yang terpajan.
C. Faktor emosi/psikis
Dikatakan bahwa kira-kira 20% penderita vitiligo berkembang setelah
mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat.
D. Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan
kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.
C. Klasifikasi
Ada dua bentuk vitiligo :
1. Lokalisata yang dapat dibagi lagi :
a. fokal : satu atau lebih macula pada satu area, tetapi tidak segmental.
b. segmental : satu atau lebih macula pada satu area, dengan distribusi
menurut dermatom, misalnya satu tungkai.
c. mukosal: hanya terdapat pada membrane mukosa
2. Generalisata

Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris. Vitiligo


generalisata dapat dibagi lagi menjadi :
a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas dan
muka, merupakan stadium mula vitiligo yang generalisata.
b. Vulgaris : macula tanpa pola tertentu di banyak tempat
c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh
merupakan vitiligo total.

D. Manifestasi Klinik
Makula hipopigmentasi yang khas pada vitiligo berupa bercak putih
seperti susu, berdiameter beberapa milimeter sampai sentimeter, berbentuk
bulat,

lonjong,

ataupun

tak

beraturan,

dan

berbatas

tegas.

Selain

hipopigmentasi tidak dijumpai kelainan lain pada kulit. Kadang-kadang


rambut pada kulit yang terkena ikut menjadi putih. Pada lesi awal kehilangan
pigmen tersebut hanya sebagian, tetapi makin lama seluruh pigmen melanin

hilang. Lesi vitiligo umumnya mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama
terdapat pada daerah terpajan (muka, dada, bagian atas, punggung tangan),
daerah intertriginosa (aksila, lipat paha), daerah sekitar orifisium (sekitan
mulut, hidung, mata dan anus), pada bagian ekstensor permukaan tulang yang
menonjol (jari-jari, lutut, siku), daerah tibia anterior, daerah sekitar puting
susu dan umbiliku. Daerah mukosa yang sering terkena terutama genital, bibir,
dan gusi. Di samping itu dapatpula ditemukan bentuk-bentuk lain dari lesi
vitiligo, antara lain:
1. Trichome vitiligo : vitiligo yang terdiri atas lesi berwarna coklat, coklat
muda dan putih.
2. Vitiligo inflamatoar: lesi dengan tepi yang meninggi eritematosa dan gatal.
3. Lesi linear.
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik
Perlu dilakukan pemeriksaan umum, adanya depigmentasi yang
asimptomatik, tanpa gejala inflamasi, ada tidaknya batas inflamasi sekitar
lesi, tempat lesi pertama kali muncul (tangan, lengan, kaki, muka dan
bibir), pola vitiligo (fokal, segmental, universal atau akral/akrofasial).

Tes Diagnostik
Dilakukan untuk membedakan dengan penyakit yang menyerupai,
misalnya limfoma kutan sel-T, LED/LES, lepra, pinta, nevus anemikus,
depigmentosus, skleroderma, tinea versikolor dan lain lain.

Tes Laboratorium
Dilakukan untuk mendeteksi penyakit penyakit sistemik yang
menyertai seperti insufisiensi adrenal, diabetes mellitus. Tes tes yang
mungkin membantu antara lain biopsi.

Pemeriksaan Histopatologi
Dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) tampaknya normal
kecuali tidak ditemukan melanosit, kadang kadang ditemukan limfosit
pada tepi makula.

F. Penatalaksanaan

a. Psoralen photochemotherapy
Fototerapi dengan psoralen baik topical maupun sistemik, ataupun
keduanya dikatakan merupakan cara yang cukup efektif.
b. Fototerapi psoralen topical
Fototerapi psoralen topical dilakukan apabila lesi terbatas (kurang dari
20% permukaan tubuh) atau pada anak lebih dari 5 tahun dengan vitiligo
fokal. Preparat dioleskan pada daerah vitiligo 15-30 menit sebelum
penyinaran UVA. Dosis permulaan biasanya 0,12-0,25 J/cm kemudian
ditambah sampai muncul eritema ringan (tergantung dari tipe kulit pasien)
c. Psoralen
Bentuk aktif yang sering digunakan adalah trimetoksi psoralen (TPM) dan
8-metoksi psoralen. Bahan ini bersifat photosensitizer. Cara pemberian :
obat psoralen 20-30 mg (0,6 mg/kg BB) dimakan 2 jam sebelum
penyinaran. Lama penyinaran : mula-mula sebentar, kemudian setiap hari
dinaikkan perlahan-lahan (antara sampai 4 menit).
d. Helioterapi
Helioterapi merupakan salah satu bentuk fotokemoterapi yang merupakan
gabungan antara trisoralen dan sinar matahari.
e. Kortikosteroid
Beberapa kasus menunjukkan respons
kortikosteroid.

Dalam

hal

ini,

terhadap

kortikosteroid

dapat

pengobatan
memperkuat

mekanisme pertahanan tubuh pada auto-destruksi melanosit atau menekan


perubahan imunologik. Penggunaan kortikosteroid topical dapat dilakukan
dengna prosedur:
1. Krim kortikosteroid dioleskan pada lesi sekali sehari selama 3-4 bulan.
2. Setiap minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu
Wood
3. Pengobatan diteruskan apabila ada repigmentasi, namun harus segera
dihentikan apabila tidak ada respon dalam waktu 3 bulan.
4. Fotografi dapat membantu mengevaluasi kemajuan
5. Kemungkinan adanya efek samping, antara lain : teleangiektasi, atrofi,
striae dll
f. Depigmentasi
Jika lesi vitiligo sangat luas, jauh lebih luas dari kulit normalnya (lebih
dari 50%), ada yang menganjurkan untuk memberikan monobenzil
hidrokuinon 20% 2x sehari pada kulit normal, sehingga terjadi bleaching

dan diharapkan warna kulit menjadi sama. Percobaan pada area yang kecil
perlu dilakukan, sebelum terapi dilakukan pada area yang lebih luas.
g. Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah autologous skin graft,
yakni memindahkan kulit normal (2-4mm) ke ruam vitiligo. Efek samping
yang mungkin timbul antara lain jaringan parut, repigmentasi yang tidak
teratur, koebnerisasi, dan infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN VITILIGO DI POLI
KULIT RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG
I.

PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. D

Tempat Tanggal Lahir

: 14 Januari 1992

Umur

: 24 tahun

Agama

: Islam

Status Perkawinan

:Kawin

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pegawai Pabrik

Alamat

: Kp. Pasir Malang

Tanggal Masuk

: 17 Oktober 2016

Tanggal Pengkajian

: 13 Oktober 2016

No. RM

: 0001567715

Diagnosa Medis

: Vitiligo

B. Status Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan terdapat bercak putih di sekitar lehernya.
b. Riwayat Masalah Kesehatan
P: Pasien mengatakan datang ke RS untuk melanjutkan terapi foto terapi yang
ke 3 kali. Pasien tidak mengalami keluhan, akan tetapi pasien mengatakan
setelah dilakukan terapi pasien selalu merasa gatal.
Q: Pasien mengatakan gatal yang dirasakan tidak terlalu mengganggu.
R: Rasa gatal dirasakan pada belakang leher sampai ke pundak.

S: Saat dikaji skor nyeri menggunakan numeric rating scale didapatkan skor 0.
T: Rasa gatal dirasakan hilang timbul dan terasa bertambah gatal setelah
dilakukan fototerapi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan gejala sudah timbul sejak 2 tahun yang lalu dan awalnya kecil,
pasien kemudian berobat ke RS terdekat dan diberikan salep, akan tetapi kulitnya
melepuh setelah menggunakan salep tersebut dan tidak ada perubahan kemudian
pasien berhenti berobat, keluhan dirasakan kembali ketika pasien menyadari
bercaknya semakin besar dan bertambah. Kemudian pasien ke RSHS untuk
melakukan pengobatan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit yang sama.
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari masalah yang
dihadapi pasien hanya rasa gatal yang hilang timbul.
C. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umun
- Penampilan Umum
: Pasien tampak tenang
- Kesadaran
: Compos mentis (GCS 15 E: 4, V: 5, M: 6)
b) Tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 18 x/menit
- HR : 80 x/menit
- Suhu : 36.5C
c) Pemeriksaan Pernafasan
Bentuk hidung simetris, kemerahan atau lesi area sekitar hidung (-), mukosa
hidung lembab, dan berwarna merah muda, saddle nose (-).
d) Pemeriksaan Gastrointestinal
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdapat iritasi atau lesi pada
rongga mulut, susunan gigi lengkap, tidak terdapat caries, bentuk lidah simetris,
uvula normal, pasien tidak ada keluhan dalam mengunyah dan menelan.
e) Sistem Integumen
Terdapat bercak putih (hipopigmentasi) di sekitar leher belakang sampai ke bahu
tekstur kering dan mengkilap, tidak terdapat luka terbuka.
f) Sistem Muskuloskeletal
Deformitas dan keterbatasan gerak pada seluruh ekstremitas (-), nyeri dan
kaku sendi (-), claw hand/claw toe (-). Kekuatan otot di seluruh
ekstremitas

D. Data Penunjang
E. Terapi
Fototerapi dengan dosis 121mj/cm
F.Analisa Data
Data
DS:
Klien mengatakan terdapat
bercak putih di sekitar
lehernya

sampai

pundak.
DO:
Terdapat

bercak-bercak

putih

ke

disekitar

menutup lehernya karena


dengan

percaya
adanya

Masalah Keperawatan
Kerusakan integritas

Vitiligo

Terdapat lesi berupa makula

Kerusakan integritas kulit

kulit

Vitiligo

Terdapat lesi berupa makula

Perubahan pada konsep diri

Gangguan body image

Gangguan body image

leher

sampai pundak.
DS:
Klien mengatakan selalu
kurang

Etiologi
Kerusakan melanosit

diri
bercak

putih.
DO:
Pada saat awal pengkajian
klien tidak terbuka dan
menghindar ketika ditanya
seputar penyakitnya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan melanosit ditandai
dengan bercak-bercak putih pada leher.
2. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan fisik ditandai dengan secara
sengaja menyembunyikan bagian tubuh.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. D
No. RM
No.

Ruangan

: Poli Kulit

: 0001567715

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi & Rasional

1.

Kerusakan

integritas

kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan kulit leher klien


R : untuk mengetahui keadaan kulit
keperawatan selama 1x1
leher klien
jam
diharapkan
tidak
2. Menjelaskan tentang konsep penyakit
terjadi kerusakan integritas
vitiligo dan pengobatannya.
kulit dengan kriteria:
R : memberikan pemahaman tentang
- Tidak terjadi iritasi
penyakitnya.
pada kulit klien.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
- Menunjukan
memberikan fototerapi.
pemahaman
dalam
R :membantu proses penyembuhan

berhubungan dengan

2.

Gangguan

body

berhubungan

proses perbaikan kulit.


penyakit.
image Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan kesempatan pada klien untuk
dengan perawatan selama 1 x 1

perubahan fisik.

jam,

diharapkan

tidak

terjadi

gangguan

body

image

dengan

kriteria

mengungkapkan

perasaan

tentang

perubahan citra tubuh.


R:klien butuh didengarkan

dan

dipahami dalam proses peningkatan


kepercayaan diri.
2. Bantu klien dalam mengembangkan

hasil:
-

Klien

situasi dirinya
Klien dapat percaya
diri

menerima

dan

tidak

menutupi
penyakitnya

kemampuan

menilai

mengenali

serta

diri

dan

mengatasi

masalahnya.
R :kesan seseorang terhadap dirinya
sangat

berpengaruh

dalam

pengembalian kepercayaan diri.


3. Mendukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri.
R: Pendekatan dan saran yang positif
dapat membantu menguatkan usaha
dan kepercayaan diri.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama pasien: Ny. D
No. RM
HARI/TG

Ruangan

: Poli Kulit

: 0001567715

JAM

TINDAKAN

L
Senin,

10.1

T: mengkaji keadaan kulit leher klien.

17-10-2016

Terlihat bercak putih pada lehernya, dan

pasien mengatakan bercak putih pada

DIAGNOSA

PARAF

KEPERAWATAN
1

PERAWAT

HARI/TG
L

JAM

TINDAKAN

DIAGNOSA

PARAF

KEPERAWATAN

PERAWAT

lehernya bertambah.
10.2

Menjelaskan tentang konsep penyakit

vitiligo dan pengobatannya.

Pasien memahami tentang penyakitnya


E
10.4

dan kooperatif.

:
T: Kolaborasi

dokter

untuk

memberikan fototerapi.
E

10.5

dengan

Pasien tampak tenang dan kooperatif

:
saat dilakukan fototerapi
T: memberikan kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan perasaan tentang


perubahan citra tubuh.
E

Pasien mengatakan kurang percaya diri

dan malu ketika bertemu dengan orang


baru jika melihat keadaan fisiknya

berbeda.
11.10 T: membantu klien dalam mengembangkan
kemampuan menilai diri dan mengenali
serta
mengatasi
masalahnya.
Mendukung
upaya
klien
untuk
memperbaiki citra diri
E pasien kooperatif terlihat sedikit
percaya diri ketika diberikan saran
:
positif. Dan mengerti bagaimana agar
tetap percaya diri jika bertemu orang
baru yang melihat keadaan fisiknya
yang berbeda.

E. EVALUASI
Nama pasien: Ny. D
No. RM
Hari/ Tgl
Senin,
17-10-2016

Ruangan

: Poli Kulit

: 0001567715
Diagnosa
Keperawatan
1
S:

Paraf
Perawat
rt

Evaluasi
-

Pasien

mengeluh

bercak

pada

Hari/ Tgl

Diagnosa
Keperawatan

Evaluasi
-

lehernya belum berkurang.


Pasien mengatakan mengerti konsep
penyakitnya
setelah
diberikan
penjelasan.

0:
-

Terdapat
bercak
putih
(hipopigmentasi) di leher bagian
belakang, tidak terdapat luka terbuka.
Klien terlihat menghindar saat ditanya
soal penyakitnya

A:
-

Kerusakan integritas kulit


Gangguan body image

Kaji keadaan kulit leher klien


Menganjurkan klien untuk memotong
kuku dan tidak menggaruk kulitnya
dengan kencang
Menganjurkan klien menggunakan
terapi topikal
Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan tentang
perubahan citra tubuh
Bantu klien dalam mengembangkan
kemampuan
menilai
diri
dan
mengenali
serta
mengatasi
masalahnya
Mendukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri

P:

I:
-

10.10: mengkaji keadaan kulit leher


klien
10.25: Menjelaskan tentang konsep
penyakit vitiligo dan pengobatannya.
10.40:Kolaborasi dengan
dokter
untuk memberikan fototerapi.
10.55: memberikan kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang perubahan citra tubuh
11.10: membantu klien dalam
mengembangkan kemampuan menilai
diri dan mengenali serta mengatasi
masalahnya. Mendukung upaya klien
untuk memperbaiki citra diri

Paraf
Perawat

Hari/ Tgl

Diagnosa
Keperawatan

Evaluasi

Paraf
Perawat

E:
-

Pasien
tampak
tenang
dan
kooaperatif.
Pasien mengatakan senang karena
menjadi tahu mengenai perawatan
yang harus ia lakukan dan apa yang
harus ia hindari. Pasien mengatakan
lebih tenang setelah mendengarkan
saran yang positif

R:
-

Masalah teratasi sebagian lanjutkan


intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkonson. 2016. Diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA-I, intervensi
NIC, hasil NOC Ed.10. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai