Portofolio CKD Grade V
Portofolio CKD Grade V
Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
: 16 September 2016
Nama Pasien
: Tn.D
Tempat Presentasi
No. RM
: 134.137
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Bayi
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Anak
Remaja
Dewasa
Deskripsi
Tujuan
Bahan bahasan:
Cara membahas:
Tinjauan Pustaka
Diskusi
Riset
Presentasi dan diskusi
Kasus
Email
Lansia
Bumil
Audit
Pos
Data pasien:
Nama
Usia
: Tn.D
: 56 tahun
Terdaftar sejak
: 16 September 2016
3. Riwayat kesehatan/Penyakit
:
1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan lemas namun memberat 3 hari ini sehingga tidak dapat beraktivitas
seperti biasa. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Riwayat Hipertensi tidak terkontrol.
4. Riwayat pekerjaan
:-
6. Lain-lain
A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran E4M6V5 = 15 (composmentis)
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Frek. Nadi
: 86 x/menit
Reguler
Isi cukup
Frek. Pernafasan : 24 x/menit
Suhu
: 36,4 0C
STATUS GENERALIS
Kulit
: Warna kulit sawo matang
Kepala
: Mesosefal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut benjolan (-), warna rambut hitam, Nyeri tekan (-)
Mata
: Simetris, CA +/+ , SI -/- , pupil isokor 3 mm
Hidung
: Deviasi (-); mukosa hiperemis (-)
Telinga
: Bentuk simetris, serumen dan secret -/- , membrane timpani intak, reflek cahaya +/+
Mulut
: Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), defiasi (-)
Tenggorokan
: Uvula ditengah, T1-T1, tonsil hiperemis (-)
Leher
:
Pembesaran tiroid (-), KGB (-), tidak tampak bengkak daerah sub mandibularis, trakea deviasi (-), tidak tampak pelebaran vena, leher kaku,
JVP meningkat (-)
Thorak
Anterior
Inspeksi
Palpasi
Posterior
Inspeksi
: Bentuk dada normal, simetris, tidak tampak kelainan kulit, Os. Scapula dan vertebra tidak ada deviasi, irama
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hematologi
Hb
: 4,2 g/dl
Leukosit
: 39.000 /mm3
Hematokrit
: 11 %
Trombosit
: 43.000 /mm3
GDS
: 129 mg/dl
Daftar Pustaka:
1. Almatsier, Sunita. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
Jakarta. 2004.
2. Mardjono, Mahar, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta ; Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007.
3. Mansjuer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid Pertama. Jakarta ; Media Aesculapius FKUI. 2011.
4.
4. Prout, Brian & Cooper, Jhon. Pedoman Praktis Diagnosis Klinis Edisi Kedua. Norway. 1987.
5. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat. Jilid I. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI. 2006. P.729-733;766-771.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Chronic Kidney Disease
2. Klasifikasi Chronic Kidney Disease
3. Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease
1. Subjektif:
Seorang pasien laki-laki usia 56 tahun datang ke IGD RSUD Pantura M.A Sentot Patrol pukul 12.13 dengan keluhan lemas dan pucat
3 hari SMRS. Menurut pasien perut terasa membesar 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Pasien belum
pernah berobat dan periksa gula darah. 2 jam yang lalu pasien berobat di klinik dan langsung merujuk ke RSUD Pantura M.A Sentot Patrol.
Demam tidak dijumpai, keringat dingin tidak dijumpai, BAK seperti teh dan BAB dalam batas normal.
Riwayat kesehatan/Penyakit :
1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan lemas namun memberat 3 hari ini sehingga tidak dapat beraktivitas seperti
biasa. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Riwayat Hipertensi tidak terkontrol.
2. Objektif:
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil berupa:
Airway: Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas, pasien dapat berbicara bebas
Breathing: Respiration Rate (RR): 24x/menit, gerakan teratur
Circulating: Tekanan Darah (TD): 150/100 mmHg, Frekuensi Nadi (FN): 86 x/m regular
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
GCS
: E4M6V5
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Frekuensi nadi
: 86 kali / menit
Frekuensi napas
: 24 kali / menit
Suhu
: 36,40 celcius
Mata
: Conjungtiva Anemis +/+, Sklera Ikterik -/ Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa edem -/-, secret -/ Mulut : Mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), T1-T1
Leher : - KGB tidak teraba membesar
Auskultasi
Hasil Pemeriksaan
Iktus Cordis tidak terlihat
Ictus Cordis di SIC VI Linea Midclavicularis Sinistra
Batas atas jantung, SIC III linea parasternalis sinistra
Batas jantung bawah, SIC VI linea midclavicularis
sinistra
Suara Jantung S1S2 reguler, Suara Tambahan (-)
Pulmo :
Pemeriksaan
Inspeksi depan
Inspeksi belakang
Palpasi depan
Palpasi belakang
Perkusi
Perkusi belakang
Auskultasi depan
Auskultasi belakang
Abdomen
Inspeksi
Kanan
Kiri
Bentuk dada: pectus excavatum, simetris saat statis dan dinamis.
Simetris saat statis dan dinamis
Vokal fremitus sama kiri dan kanan
Vokal fremitus sama kiri dan kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Suara napas vesikuler
Suara napas vesikuler
Rhoncii kasar (-),
Rhoncii kasar (-)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Suara napas vesikuler
Suara napas vesikuler
Rhoncii (-)
Rhoncii (-)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Kulit berwarna kuning (-), Sikatrik (-), Dinding perut dan dinding dada sama rata, Ascites (+)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Extremitas Superior Dextra
Extremitas Superior Sinistra
Extremitas Inferior Dextra
Extremitas Inferior Sinistra
Pemeriksaan penunjang
Hasil lab GDS 129
3. Assessment
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan didapatkan kasus Chronic Kidney
Disease. Anamnesis didapatkan seorang pasien laki-laki usia 56 tahun datang ke IGD RSUD Pantura M.A Sentot Patrol pukul 12.13 dengan
keluhan lemas dan pucat 3 hari SMRS. Menurut pasien perut terasa membesar 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing
dan sulit tidur. Pasien belum pernah berobat dan periksa gula darah. 2 jam yang lalu pasien berobat di klinik dan langsung merujuk ke RSUD
Pantura M.A Sentot Patrol. Demam tidak dijumpai, keringat dingin tidak dijumpai, BAK seperti teh dan BAB dalam batas normal.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen pada ginjal. Ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya untuk membuang sampah sisa metabolisme dalam tubuh, mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa dalam
tubuh. PGK dapat berkembang cepat yaitu dalam kurun waktu 2-3 bulan dan dapat pula berkembang dalam waktu yang sangat lama yaitu
dalam kurun waktu 30-40 tahun (Levin et al., 2008; Levey et al., 2009).
Suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umunya
berakhir dengan gagal ginjal.
KLASIFIKASI
CKD
diperkenalkan oleh
NKF-K/DOQI, untuk
Stadium
1
2
3
4
5
GFR (ml/menit/1,73m2)
90
Deskripsi
Kerusakan ginjal dngan GFR normal/meningkat
60 89
30 59
15 29
< 15 atau dialysis
ETIOLOGI
Meskipun PGK dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit dari ginjal itu sendiri, namun klasifikasi penyakit ginjal kronik dapat dibagi
furosemid, beta blocker, vasodilator, kalsium antagonis dan alfa blocker. Golongan tiazid kurang bermanfaat. Spironolakton tidak dapat
digunakan karena meningkatkan kalium.
d. Obat-obat nefrotoksik
Obat-obat aminoglikosida, OAINS, kontras radiologi, dan obat-obat yang dapat menyebabkan nefritis interstitialis harus dihindari.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, hipertensi meningkatkan terjadinya eklamsia dan menyebabkan retardasi pertumbuhan
intrauterine.
3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien dengan PGK sering mengalami peningkatan jumlah cairan ekstrasel karenan retensi cairan dan natrium. Peningkatan cairan
intravaskular menyebabkan hipertensi, sementara ekspansi cairan ke interstitial menyebabkan edema. Hiponatremia sering juga dijumpai.
Penatalaksanaan yang tepat meliputi retriksi asupan cairan dan natrium, dan pemberian terapi diuretik. Asupan cairan dibatasi < 1
liter/hari, pada keadaan berat < 500ml/hari. Natrium diberikan <2-4 gr/hari, tergantung dari beratnya edema. Jenis diuretik yang menjadi
pilihan adalah furosemid karena efek furosemid tergantung dari sekresi aktifnya di tubulus proksimal. Pasien dengan PGK umumnya
membutuhkan dosis yang tinggi (300-500 mg), namun hati-hati terhadap efek sampinya. Apabila tindakan ini tidak membantu harus
dilakukan dialisis.
b. Asidosis metabolik
Penurunan kemampuan sekresi acid load pada PGK menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Hal ini umumnya bila GFR < 25 ml/mnt.
Diet rendah protein 0.6 gr/hr dapat membantu mengurangi asidosis. Bila bikarbonat turun sampai < 15-17 mEq/L harus diberikan subtitusi
alkali.
c. Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia kordis yang fatal. Untuk mengatasi ini, dapat diberikan: kalsium glukonas 10% 10 ml dalam 10
menit IV, bikarbonas natrikus 50-150 IV dalam 15-30 menit, insulin dan glukosa 6U, insulin dan glukosa 50g dalam waktu 1 jam,
kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal. Bila hiperkalemia tidak dapat diatasi, maka sudah merupakan indikasi untuk
dialisis
d. Diet rendah protein
Diet rendah protein dianggap akan mengurangi akumulasi hasil akhir metabolisme protein yaitu ureum dan toksik uremik lainya. Selain
itu, telah terbukti bahwa diet tinggi protein akan mempercepat timbulnya glomerulosklerosis sebagai akibat meningkatnya beban kerja
glomerulus dan fibrosis interstitial. Kebutuhan kalori harus dipenuhi supaya tidak terjadi pemecahan protein dan merangsang pengeluaran
insulin. Kalori yang diberikan adalah sekitar 35 kal/kgBB, protein 0,6gr/ kgBB/ hari dengan nilai biologis tinggi (40% asam amino
esensial).
e. Anemia
Penyebab utama anemia pada PGK adalah terjadinya defisiensi eritropoeitin. Penyebab lainya adalah perdarahan gastrointestinal, umur
eritrosit yang pendek, serta adanya faktor yang menghambat eritropoiesis (toksin uremia), malnutrisi dan defisiensi besi. Transfusi darah
hanya diberikan bila perlu dan apabila trasnfusi tersebut dapat memperbaiki keadaan klinis secara nyata.Terapi terbaik apabila Hb <8 g%
adalah pemberian eritropoietin, tetapi pengobatan ini masih terbatas karena mahal. Target pemberian eritropoietin adalah Hb > 11 g%.
Jika tidak diberikan eritropoietin maka bisa diberikan terapi iron.
pemberian fosfor seperti kalsium bikarbonat atau kalsium asetat yang diberikan pada saat makan. Pemberian vitamin D juga perlu
diberikan untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus. Diet rendah fosfat dilakukan untuk menjaga hiperfosfatemia. Jika diet rendah
fosfat gagal, dapat diberikan calcium-containing phosphate binders. Namun jika terdapat hiperkalemia maka dosis calcium-containing
phosphate binders atau vitamin D harus dikurangi. Hipokalsemia harus dikoreksi jika pasien menunjukkan gejala atau tanda peningkatan
level parat hormon.
g. Hiperurisemia
Alopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg, apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau apabila terdapat riwayat gout.
4. Inisiasi dialisis
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar
5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila:
a.
b.
c.
d.
e.
Efusi perikardial
f.
Sindrom uremia (mual,muntah, anoreksia, dan neuropati) yang memburuk (Levin et al., 2008).
ini lebih sering karena perkembangan PGK ke tahap 5 (Perazella dan khan, 2006).
Sementara terapi transplantasi ginjal dapat mempertahankan kondisi pasien dan memperpanjang kehidupan dan kualitas hidup. Transplantasi
ginjal dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan PGK stadium 5 secara signifikan bila dibandingkan dengan terapi pilihan lain.
Namun, hal ini dapat meningkatkan mortalitas jangka pendek. Hal ini lebih sering terjadi akibat komplikasi dari operasi transplantasi ginjal
tersebut (Giri, 2004). Pilihan terapi lain seperti home hemodialysis menunjukkan peningkatan kehidupan dan kualitas hidup dibandingkan
dengan hemodialisis secara konvensional (3 kali dalam seminggu) dan peritoneal dialysis (Pierratos et al., 2005).
4. Plan
Diagnosis : Chronic Kidney Disease grade V
Pengobatan :
1) IVFD NaCl / 12 jam
2) Captopril 25mg
2 x 1 tab
3) Dower Catheter
4) Observasi keadaan umum dan TTV
Rencana selanjutnya:
Haemodialisa
= 2,66 ml/menit/1,73 m2
Pendidikan :
Edukasi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit Chronic Kidney Disease dengan bahasa awam beserta penyebab dan
penanganannya.
Konsultasi :
Dijelaskan kepada pasien mengenai langkah langkah diagnosis serta anjuran haemodialisa serta komplikasi komplikasi yang mungkin
muncul. Penjelasan juga mencakup mengenai jenis obat-obatan dan tindakan. Pasien juga dijelaskan mengenai tanda-tanda syok haemoragic
Peserta,
Dokter Interensip
(dr.Bariani Anwar)