Anda di halaman 1dari 9

BAB I

1.1 Artikel 1
Menyingkap Ekosistem Karst Maros
Karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan merupakan salah satu kawasan
karst yang mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut
tower karst. Di kawasan itu, bukit-bukit kapur menjulang tinggi dengan tebing
yang menantang.
Berbagai macam kegiatan penelitian, dari speleologi, biologi, arkeologi,
hingga ekologi, telah banyak dilakukan di kawasan ini. Kendati begitu, dengan
luas sekitar 30 ribu hektare, karst Maros-Pangkep, yang masuk dalam wilayah
administratif Kabupaten Maros dan Pangkep ini, mempunyai berbagai macam
potensi yang belum banyak terungkap.
Potensi Speleologi
Gua-gua yang berkembang membentuk lorong dan sungai bawah tanah di
karst Maros-Pangkep menjadi salah satu potensi tersendiri. Gua dengan sungai
bawah tanah itu telah mengalami perkembangan pembentukan gua yang
menakjubkan.
Hingga kini, gua terpanjang dan terdalam di Indonesia pun ditemukan di karst
Maros. Gua terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 meter
ditemukan di Leang Leaputte. Adapun gua terpanjang diperkirakan ditemukan di
sistem gua Salukkan Kallang, yang panjangnya mencapai 2.700 meter.
Sistem gua ini merupakan sekumpulan sistem perguaan yang sambungmenyambung dan mempunyai beberapa mulut gua. Salah satu mulut gua itu

adalah gua vertikal yang terdapat di dalam kawasan konservasi Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung, di daerah Karaenta. Pada 2001, kembali ditemukan
gua terpanjang kedua di Maros, dengan panjang 12 kilometer di daerah Balocci,
Pangkep. Temuan ekspedisi tim Prancis ini semakin menambah daftar panjang
kekayaan gua di Maros.
Potensi Arkeologi
Berbagai peninggalan arkeologi di karst Maros-Pangkep telah banyak
ditemukan, misalnya peninggalan di Gua Sumpang Bita dan di Leang-leang. Tak
mengherankan jika berbagai macam gambar cadas, seperti gambar anoa dan
telapak tangan, mudah ditemukan di gua-gua di Maros-Pangkep. Temuan artefak
pada beberapa gua semakin menambah kekayaan arkeologi gua-gua Maros.
Temuan yang menarik adalah mata anak panah khas yang ditemukan di Maros.
Potensi Keanekaragaman Hayati
Hasil penelitian Pusat Penelitian Biologi LIPI dan peneliti Prancis pada 20012003 telah menambah jenis fauna baru di Maros. Jenis fauna baru yang
ditemukan itu adalah kumbang gua (Eustra saripaensis Deuve, 2002) dan
Collembola gua Pseudosinella maros (Deharveng and Suhardjono, 2004) yang
ditemukan di salah satu gua di daerah Samanggi.
Fauna akuatik juga ditemukan, yaitu Isopoda aquatic, jenis baru Cirolana
marosina (Botosaneanu, 2003) yang ditemukan di gua kecil di daerah Samanggi.
Sementara itu, jenis-jenis baru yang ditemukan di Maros sebelumnya adalah
kepiting gua (Cancrocaeca xenomorpha Ng, 1991), kalajengking gua (Chaerilus
sabinae Lourenco, 1995), dan kumbang gua (Mateuius troglobioticus Deuve,
1990).

Sayangnya, keberadaan populasi fauna jenis baru itu tak lagi diketahui.
Kondisi kritis itu disebabkan oleh populasi yang kecil di hampir semua populasi
fauna gua. Karena itulah, diperlukan upaya nyata untuk menjaga keutuhan
ekosistem karst Maros, berikut gua-guanya.
Kondisi Sekarang
Kawasan karst merupakan sebuah perbukitan kapur yang terpisah satu sama
lain. Status bukit kapur ini keberadaannya semakin memprihatinkan karena tidak
terdapat dalam kawasan konservasi. Padahal bukit-bukit ini ada kemungkinan
mempunyai kandungan keanekaragaman hayati yang menarik dan endemik
tinggi, karena sifatnya yang terisolasi.
Adapun kawasan di lahan konservasi kondisinya terancam oleh aktivitas
penebangan liar dan penambangan batu kapur. Status kawasan terbaru adalah
ditetapkannya kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang
merupakan penggabungan beberapa daerah cagar alam, seperti Bantimurung,
Karaenta, dan Bulusaraung.
Belum lagi keberadaan pabrik-pabrik semen di sekitar kawasan konservasi
yang perlu mendapat perhatian. Karena itulah, perlu dipertegas batas-batas
perlindungan dan pemanfaatan, sehingga keutuhan ekosistem karst terjaga. Hal
itu masih harus ditambah dengan strategi pengelolaan lain yang menjamin
kelestarian populasi jenis-jenis endemik dan sekaligus ekosistem secara
keseluruhan.

Gambar Kars Maros

1.2 Artikel 2
Sungai Amazon adalah sungai terbesar di dunia dengan total aliran sungainya
yang melebihi jumlah total aliran keenam sungai terbesar berikutnya (sampai 300
ribu meter kubik per detik). Bahkan seperlima dari total volume air tawar yang
masuk ke samudera berasal dari Sungai Amazon. Sungai Amazon juga termasuk
sungai terpanjang kedua setelah Sungai Nil di Afrika. Daerah tangkapan air
(drainage area) dari Sungai Amazon yang sering disebut Cekungan Amazon
(Amazon Basin) luasnya hampir dua kali luas India atau sekitar 40 persen luas
Amerika.
Pada saat musim hujan, lebar muara bisa mencapai 500 kilometer dan bentuk
muara dari Sungai Amazon ternyata berubah dalam 5 tahun terakhir ini. Ini
sangat mungkin terjadi karena aliran sungainya yang cukup besar yang bisa
mencapai 125 miles ke arah Samudera Atlantik. Peneliti-peneliti terdahulu
banyak yang menduga bahwa Sungai Amazon pernah mengalir ke arah barat
dimana aliran ini berlawanan arah dengan aliran Sungai Amazon sekarang.
Sebagian dari mereka ada yang menyangkut-pautkan Sungai Amazon adalah
bagian sistem sungai proto-Kongo (Zaire) yang terbentuk pada saat Afrika dan

Amerika Selatan bersatu dalam satu kontinen yang besar yang disebut
Gondwana. Tetapi bagaimana peneliti-peneliti sekarang menerangkan bahwa
aliran Sungai Amazon pernah mengalir ke arah barat.
Awal terlahirnya ide bagaimana dulunya Sungai Amazon mengalir ke arah
barat adalah didasarkan atas penemuan beberapa peneliti dari UNC (University
of North Carolina) yang awal mulanya meneliti bagian atas batuan sedimen yang
ada di Cekungan Amazon. Tetapi secara tidak sengaja mereka menemukan
butiran-butiran mineral purba yang ada di bagian tengah Amerika Selatan yang
dipercaya mineral-mineral tersebut berasal dari timur. Butiran mineral tersebut
adalah zircon. Zircon tersebut mempunyai kandungan uranium dan thorium
sehingga kita mampu menentukan umur dari mineral tersebut berdasarkan waktu
peluruhannya. Selain itu mineral tersebut juga mempunyai kemampuan untuk
dapat bertahan melewati proses-proses geologi seperti erosi, transportasi, bahkan
mampu juga bertahan terhadap proses metamorfosis.
Sekitar 50 juta tahun yang lalu, lempeng tektonik Amerika Selatan yang
terpisah dari lempeng tektonik Afrika bertumbukan dengan lempeng tektonik
Nazca dari Samudera pasifik sehingga membentuk Pegunungan Andes yang
terbentuk akibat proses pengangkatan oleh subduksi lempeng tektonik di sebelah
barat Amerika Selatan tersebut dan masih terus berlangsung hingga sekarang.
Terbentuknya Andes ini mampu menahan aliran Sungai Amazon dari timur ke
barat. Sungai Amazon kemudian berubah menjadi semacam lautan di tengah
benua yang dengan berjalannya waktu berubah menjadi rawa dan danau.
Sampai sekitar Miosen dimana Andes sudah terbentuk dan tetap terbentuk
mampu membalikkan aliran Sungai Amazon dari semula dari timur ke barat
menjadi dari barat ke timur ke arah Tinggian Purus. Tinggian Purus ini
termasuk paleo high atau tinggian purba yang terbentuk dari utara sampai selatan
di tengah-tengah Amerika Selatan. Tinggian Purus ini yang membagi aliran

sungai Amazon menjadi dua (satu ke arah barat ke Andes dan satu ke arah
Samudera Atlantik). Sekitar Miosen Akhir atau sekitar 10 juta tahun yang lalu,
akhirnya aliran air Sungai Amazon mampu melewati Tinggian Purus dan pada
saat itu pula Andes semakin tinggi terbentuk sehingga mampu membalikkan
aliran Sungai Amazon sepenuhnya ke Samudera Atlantik. Faktor lain yang
mendukung berbaliknya aliran Sungai Amazon adalah turunnya permukaan air
laut sehingga danau Amazon yang semula terbentuk mampu mengalir ke
Samudera Atlantik seperti yang kita lihat sekarang ini.
Inilah sejarah berbaliknya aliran Sungai Amazon yang disebabkan oleh
terbentuknya Pegunungan Andes di sebelah barat Amerika Selatan dan membuat
bagian timur Amerika Selatan menjadi daerah yang relatif stabil. Jadi sangatlah
memungkinkan aliran sungai berbalik arah dengan berjalannya waktu seperti
yang terjadi di Sungai Amazon. Ini membuktikan bahwa sungai yang kita lihat
sekarang tidaklah tetap pada posisi dan alirannya karena bumi yang kita pijak ini
juga tidaklah diam pada posisinya sekarang.

Gambar Sungai Amazon

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Artikel 1
Artikel 1 dapat diketahui bahwa bentuk lahan pada artikel 1 merupakan karst.
Karst merupakan jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan
dengan batuan asam karbonat dan asam lainnya. Topografi kars adalah suatu
topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah
larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran tidak teratur, aliran air secara
tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul
kembali di tempat lain sebagai mata air yang besar.
Pada daerah kars maros ini berupa bukit-bukit karang yang tersusun atas
batuan gamping atau kapur, sedangkan bukit kapur itu berbentuk meruncing.
Terbentuknya bukit-bukit tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dulunya tempat
ini adalah laut dangkal dimana terdapat banyak cangkang yang mengandung
karbonat. Karena proses endogen tempat tersebut terangkat ke atas membentuk
bukit.
Secara faktual, kawasan karst tidaklah "semiskin" yang dibayangkan. Ratusan
meter di bawah permukaan tanah terdapat sungai bawah tanah dengan debit air
melimpah. Pada kars ini juga terdapat gua-gua yang membentuk sistem gua yang
merupakan potensi unik di kars maros.
2.2 Artikel 2

Pada artikel kedua ini merupakan jenis bentang alam fluvial dan bentuk
lahannya sungai. Bentang alam ini merupakan bentang alam hasil dari proses
kimia maupun fisika yang menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena
pengaruh air permukaan.

Berdasarkan artikel di atas, dulunya sungai amazon ini adalah sungai yang
airnya mengalir biasa. Tetapi karena terbentuknya sebuah gunung yang berada di
jalur aliran sungai tersebut, air dari sungai itu sendiri menjadi terganggu dan
bahkan tersumbat. Akhirnya karena tidak bisa mengalir, air tersebut menggenang
dan membentuk suatu rawa. Karena terlalu lama, baik karena hujan yang
menerus, rawa tersebut tidak dapat menampung air sehingga mengalir
membentuk arah aliran baru yang disebut sungai amazon..
Sungai amazon ini termasuk sungai tua karena sungai ini memiliki
meander, memiliki anak sungai yang banyak, dan memiliki erosi
lateral yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA
http://kosong.blogsome.com/2005/09/08/artikel-kawasan-karst-maros-korantempo/ (Diakses pada tanggal 22 November
http://doddys.wordpress.com/2006/11/03/sungai-amazon-yangpernah-mengalir-ke-samudera-pacific/

Anda mungkin juga menyukai