Anda di halaman 1dari 6

Apa Itu Sampah?

Pengertian Sampah Menurut Para Ahli


Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.
Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi
bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.
Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang,
yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian
sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
1.

Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2.

Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia

3.

Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).

ENERGI YANG DAPAT DIHASILKAN OLEH SAMPAH


Bagi semua orang, sampah merupakan suaru barang yang di anggap tidak penting bagi sebagian orang padahal sampah
dapat dijadikan sumber energi alternaif, dimana komposisi sampah kaya dengan bahan organik sekitar 70,69%.
Berdasarkan perhitungan dalam buku infrastrukur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbunan sampah di Indonesia
sebesar 22.5 juta ton dan akan terus meningkat sampai tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton, sementara itu di kota besar
produk sampah perkapita berkisar antara 600 830 gram per hari.

Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih
kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti
daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat
oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif
seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik.
Prinsip Pengolahan Sampah

prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:

1.

Mengurangi (bahasa Inggris: reduce).Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2.

Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse).Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).

3.

Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle). Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna
didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi
(bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4.

Mengganti (bahasa Inggris: replace).Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang
yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Saat ini, banyak dilakukan penelitian untuk menemukan sumber alternatif mengingat sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak bumi, gas, dan batu bara kian menipis. Sumber energi altrnatif yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif yaitu biogas dan biomas. Pembuatan biogas dapat menggunakan limbah organik seperti
sampah, kotoran hewan yang diproses secara anaerob diggestion, sedangkan pembuatan biomas dibuat dengan
menggunakan sampah organik seperti limbah kayu, daun, ranting, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit dan
sampah kota.
Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya kotoran sapi berpotensi sebagai sumber alternatif yang ramah
lingkungan karena selain limbah yang dimanfaatkan, sisa pembuatan biogas yang berupa slurry tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dimana dalam kotoran sapi tersebut terdapat kandungan selullosa, walaupun
kandungan selullosa hanya sedikit, kotoran sapi yang dicampur dengan air akan tetap menghasilkan gas metana yang
cukup banyak sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Sedangkan pembuatan biomas dari sampah tumbuhan apabila diolah dengan zat pengikat polutan akan menjadi suatu
bahan bakar padat buatan sebagai bahan bakar alternatif yang disebut briket. Dengan adanya briket dari sampah dan
membun dan ranting dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Saat ini briket yang
ada masih menggunakan bahan baku seperti jagung, sekam padi, dan sabut kelapa.Penangganan masalah sampah dengan
tehnik di atas cenderung tidak ramah lingkungan dan kurang bernilai ekonomis. Pengelolaan dengan sistem open dumping
sering menimbulkan masalah baru yaitu menghasilkan gas polutan seperti gas H2S dan NH3. Pengelolaan sampah menjadi
kompos cenderung kurang bernilai ekonomis dan penangganan dengan cara di bakar akan menimbulkan pencemaran
lingkungan dan ganguan pernafasan bagi manusia. Sedangkan penangganan sampah dengan cara di buang ke sungai

akaerikan dampak langsung berupa sumber penyakit bagi manusia seperti penyakit kulit dan penyakit menular sedang
dampak tidak langsungnya adalah sebagai penyebab terjadinya banjir.
Melihat pada berbagai kelemahan tehnik diatas, maka diperlukan suatu tehnik pengelolaan baru yang lebih ramah
lingkungan dan mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk tujuan ini, pengelolaan sampah pasar
tradisional sebagai sumber energi alternatif patut diterapkan. Cara yang potensial adalah dengan menerapkan teknologi
anaerobik untuk menghasilkan biogas.

Teknologi Anaerobik
Pada prinsipnya teknologi anaerobik adalah proses dekomposisi (penguraian) biomassa (residu/sampah) secara
mikrobiologis dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). Secara garis besar bahan baku yang diperlukan untuk teknologi
anaerobik adalah berupa sampah pasar tradisional (berjenis sampah basah), mikroorganisme, dan air. Sedangkan
perangkat yang diperlukan dalam teknologi anaerobik ini terdiri dari digester sebagai tempat berlangsungnya proses
anaerobik, penampung biogas, dan perangkat pemanfaatan biogas yang dihasilkan, serta beberapa komponen pendukung
seperti stop kran, pipa, dan perangkat pengaman. Hal ini dengan jelas mencerminkan bahwa teknologi anaerobik adalah
teknologi yang murah, karena semua bahan baku tersebut dapat diperoleh dengan cara mudah dan dalam jumlah yang
besar. Sedangkan untuk digester dan penampung gas dapat dibuat dari bahan-bahan bangunan seperti semen dan pasir,
sehingga biaya pembuatannya relatif murah.

Gambar Desain Sederhana Perangkat Teknologi Anaerobik


Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari reaktor sampah pasar tradisional ini adalah gas yang bersifat mudah terbakar
(flammable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi tanpa udara) seperti Pseudomonas, Flavobacterium, dan Methanobacterium. Bila sampah-sampah basah
tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4).
Gas metana terkenal luas sebagai bahan bakar ramah lingkungan, karena dapat terbakar dengan sempurna sehingga tidak
menghasilkan asap yang berpengaruh buruk terhadap kualitas udara. Karena sifatnya tersebut, gas metana merupakan
gas bernilai ekonomis tinggi. Dari 5 ton bahan baku sampah pasar tradisional yang diolah melalui teknologi anaerobik akan
menghasilkan 0,9 sampai dengan 1,8 meter kubik biogas per hari. Dengan jumlah biogas yang sedemikian maka akan
cukup digunakan untuk memasak bagi 20 warung di sekitar pasar. Apabila jumlah bahan baku yang digunakan lebih
banyak lagi, maka biogas tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan bakar genset ataupun penggerak turbin
pembangkit listrik tenaga uap.

Selain gas metana, produk bermutu lainnya dari teknologi anaerobik adalah pupuk organik yang siap pakai dengan
kandungan unsur hara yang jauh lebih tinggi dibanding bahan baku awalnya. Hal ini dikarenakan telah terjadi pemekatan
berbagai unsur hara dalam residu proses anaerobik karena lepasnya senyawa kimia karbon dan hidrogen dalam proses
pembentukan gas metana. Disamping dua produk diatas, teknologi anaerobik juga mempunyai nilai tambah yaitu :

1.

Biogas diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan minyak yang
jumlahnya terbatas dan harganya yang cukup mahal.

2.

Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menciptakan kondisi pasar tradisional yang
bersih, sehat, dan nyaman.

3.

Mengatasi kelangkaan pupuk.

Jadi, dengan adanya sumber energi alternatif seperti biogas dan biomas memiliki banyak keuntungan diantaranya dapat
mengurangi timbunan sampah yang semakin bertambah, dapat menghemat pemakaian sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak bumi, gas, dan batu bara, dan dapat mengurangi efek rumah kaca.

Proses Kerja PLTsa terdapat dua macam yaitu: Proses pembakaran dan proses
teknologi fermentasi metana
1. Proses pembakaran
PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan proses konversi Thermal dalam
mengolah sampah menjadi energi. Proses kerja tersebut dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu:
a. Pemilahan dan Penyimpanan Sampah
1) Limbah sampah kota yang berjumlah 500-700 ton akan dikumpulkan pada suatu tempat
yang dinamakan Tempat Pengolahan Akhir (TPA).
2) Pemilahan sampah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan PLTSa.
3) Sampah ini kemudian disimpan didalam bunker yang menggunakan teknologi RDF
(Refused Derived Fuel).Teknologi RDF ini berguna dalam mengubah limbah sampah
kota menjadi limbah padatan sehingga mempunyai nilai kalor yang tinggi.
4) Penyimpanan dilakukan selama lima hari hingga kadar air tinggal 45 % yang kemudian
dilanjutkan dengan pembakaran.
b. Pembakaran Sampah
1) Tungku PLTSa pada awal pengoperasiannya akan digunakan bahan bakar minyak.
2) Setelah suhu mencapai 850oC 900oC, sampah akan dimasukkan dalam tungku
pembakaran (insenerator) yang berjalan 7800 jam.
3) Hasil pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas buangan yang mengandung
CO, CO2, O2, NOx, dan Sox. Hanya saja, dalam proses tersebut juga terjadi penurunan
kadar O2. Penurunan kadar O2 pada keluaran tungku bakar menyebabkan panas yang
terbawa keluar menjadi berkurang dan hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi
pembangkit listrik.
c. Pemanasan Boiler
Panas yang dipakai dalam memanaskan boiler berasal dari pembakaran sampah. Panas ini
akan memanaskan boiler dan mengubah air didalam boiler menjadi uap.
d. Penggerakan Turbin dan Generator Serta Hasil.
Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan berputar. Karena
turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar generator juga akan
berputar. Generator yang berputar akan mengahsilkan tenaga listrik yang kan disalurkan
ke jaringan listrik milik PLN. Dari proses diatas dengan jumlah sampah yang berkisar
500-700 ton tiap harinya dapat diolah menjadi sumber energi berupa listrik sebesar 7
Megawatt
2. Teknologi Fermentasi Metana
Pada tauhn 2002, di Jepang, telah dicanangkan biomass- strategi totalJepang
sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi pemanfaatanbiomass sumber
daya alam dapat diperbaharui yang dikembangkan di bawahmoto bendera ini, dikenal
teknologi fermentasi gas metana. Sampah dapurserta air seni, serta isi septic tank diol
ah dengan fermentasi gas metana dandiambil biomassnya untuk menghasilkan listrik, l

ebih lanjut panas yangditimbulkan juga turut dimanfaatkan.


Sedangkan
residunya dapat digunakan untuk pembuatan kompos.
Karena sampah dapur mengandung air 7080%,
sebelum dibakar,
kandungan air tersebut perlu diuapkan. Di sini, dengan pembagianberdasarkan sumber
penghasil sampah dapur serta fermentasi gas metana,dapat dihasilkan sumber energi ba
ru dan ditingkatkan efisiensi termal secaratotal.
Pemanfaatan Gas dari Sampah untuk Pembangkit Listrik dengan teknologi
fermentasi metana dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill y a i t u ,
memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah (gas sanitary landfill/LFG).
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari
timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metan (CH 4), 50% karbon dioksida (CO2)
dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus dikontrol dan dikelola
dengan baik karena lanjut Beliau, jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menimbulka
smog (kabut gas beracun), pemanasan global dan kemungkinan terjadi ledakan gas,
sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara memasukkan sampah kedalam lubang
selanjutnya diratakan dan dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah yang gembur
demikian seterusnya hingga menbentuk lapisan-lapisan.
Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah memasang
pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya dialirkan menuju tabung
pemurnian sebelum pada akhirnya dialirkan ke generator untuk memutar turbin. Dalam
penerapan sistem sanitary landfill yang perlu diperhatikan adalah, luas area harus
mencukupi, tanah untuk penutup harus gembur, permukaan tanah harus dalam dan agar
ekonomis lokasi harus dekat dengan sampah sehingga biaya transportasi untuk
mengangkut tanah tidak terlalu tinggi

Anda mungkin juga menyukai