A. Pendahuluan
Al-Quran adalah referensi utama bagi umat Islam dalam kehidupan mereka.
Di dalam Al-Quran terkandung informasi masa lalu, masa kini dan masa nanti.
Dengan bahasa yang berseni sangat tinggi, Allah SWT memberikan kabar baik
dan buruk, perintah. tuntunan, janji-janji yang pasti terjadi dan menceritakan
fenomena ketauhidan, alam semesta dan isi-isi yang terkandung didalamnya.
Cerita-cerita tentang kisah baik baik kemanusiaan yang ada dalam al-Quran
tidak hanya untuk hiburan dan tujuan menyenangkan telinga. Ini adalah sebuah
sejarah penuh dengan ajaran dan pelajaran untuk kesadaran manusia.
Sesungguhnya, manusia hanya aktor yang membuat panggung dunia hidup dan
mereka selalu diganti sesuai dengan waktu berganti. Tapi cerita tetap sama,
orang-orang yang baik, yang menyadari tanggung jawab mereka, yang
berdamai dengan dunia dengan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh Sang
Pemilik, akan mendapatkan kebahagiaan, sementara mereka yang tidak taat,
yang sombong, yang selalu melakukan penyimpangan dan kerusakan (dalam
berbagai bentuk) sampai Allah membawa mereka berbagai jenis peringatan
dan perusakan.
Al-Quran diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam berbagai
aspek kehidupan dari hal-hal ibadah ke manusia, hubungan antar bangsa,
berdasarkan pedoman yang diturunkan oleh Allah. Hal ini juga berfungsi
sebagai panduan untuk semua manusia menuju jalan yang benar dan untuk
menghindari mereka dari kegelapan (atau ketiadaan cahaya). Al-Quran
mengandung penjelasan tentang iman, pengetahuan, ibadah kepada Allah,
prinsip-prinsip ekonomi, hubungan antara negara-negara, hubungan sosial,
perang dan perdamaian dan peraturan negara serta cerita manusia sebelumnya
dan peradaban mereka dibangun di dunia ini. Dalam menjelaskan tentang
peraturan hidup berkembang, Al-Quran menyajikan faktor yang berkontribusi
terhadap naik dan turun atau runtuhnya peradaban suatu bangsa tertentu di
dunia. Ini faktor yang penting untuk dipelajari dan merenungkan oleh seluruh
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=401716&val=6795&titl
e=USHUL%20FIQIH%20DAN%20TIPOLOGI%20PENELITIAN%20HUKUM%20ISL
AM didownload 5 oktober 2016 jam 19.00 wib mengenai Ushul Fiqih Dan
Tipologi Penelitian Hukum Islam oleh Nurul Marifah (IAIN Cirebon)
4
Al-Tahtawai dalam Syamsul Anwar, Epistemologi Hukum Islam dalam alMustashfa min alUshul Karya al-Ghazali, Desertasi di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, (Yogyakarta: 2000), h. 120.
sendiri. Tetapi anehnya sedikit sekali usaha yang dilakukan untuk memikirkan
dan merumuskan kembali batang tubuh fiqh yang utuh, sebagaimana dulu
pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh keempat aliran hukum. Alasan utama untuk
ini tampaknya adalah bahwa hukum ini dipandang sebagai sesuatu yang
semestinya muncul dari prinsip-prinsip Quran dan Sunnah dan selanjutnya
disucikan oleh ijma. Padahal ijma, seperti telah kami nyatakan telah dianggap
final, pintu ijtihad (pemikiran orisinal) telah ditutup, dan akibatnya tak seorang
pemikirpun, sehebat apapun dia, yang berani mencoba-coba untuk
membukanya5. Hukum Islam mencakup berbagai dimensi. Dimensi abstrak,
dalam wujud segala perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya; dan dimensi
konkret, dalam wujud perilaku mempola yang bersifat ajeg di kalangan orang
Islam sebagai upaya untuk melaksanakan titah Allah dan Rasul-Nya itu. Lebih
konkret lagi, dalam wujud perilaku manusia (amaliah), baik individual maupun
kolektif. Hukum Islam juga mencakup substansi yang terinternalisasi ke dalam
berbagai pranata social. Manakala membicarakan hukum Islam, apakah yang
dimaksud syariat Islam atau fiqh Islam? Sebagaimana disinggung dai atas,
bahwa syariat Islam adalah hukum Islam yang berlaku abadi sepanjang masa.
Sedangkan fiqh adalah perumusan konkret syariat Islam untuk diterapkan
pada suatu kasus tertentu di suatu tempat dan di suatu masa. Keduanya dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Fiqh juga diidentifikasi sebagai salah
satu dimensi hukum Islam, yakni produk penalaran fuqaha terhadap syariah,
yang secara empiris dijadikan hukum terapan oleh Muslim di berbagai
kawasan. Hukum Islam mempunyai fungsi yang ganda, yaitu fungsi syariah
dan fungsi fiqh. Syariah merupakan fungsi kelembagaan yang diperintahkan
Allah untuk dipatuhi sepenuhnya, atau saripati petunjuk Allah untuk
perseorangan dalam mengatur hubungannya dengan Allah, sesame Muslim,
sesame manusia, dan dengan semua makhluk di dunia ini. Sedangkan fiqh
merupakan produk daya pikir manusia. Fiqh merupakan usaha manusia yang
dengan daya intelektualnya mencoba menafsirkan penerapan prinsip prinsip
syariah secara sistematis.
Manakala membicarakan hukum Islam, apakah yang dimaksud syariat Islam
atau fiqh Islam? Syariat Islam adalah hukum Islam yang berlaku abadi
sepanjang masa. Sedangkan fiqh adalah perumusan konkret syariat Islam
5
untuk diterapkan pada suatu kasus tertentu di suatu tempat dan di suatu masa.
Keduanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Fiqh juga diidentifikasi sebagai salah satu dimensi hukum Islam, yakni produk
penalaran fuqaha terhadap syariah, yang secara empiris dijadikan hukum
terapan oleh Muslim di berbagai kawasan. Hukum Islam mempunyai fungsi
yang ganda, yaitu fungsi syariah dan funngsi fiqh. Syariah merupakan fungsi
kelembagaan yang diperintahkan Allah untuk dipatuhi sepenuhnya, atau
saripati petunjuk Allah untuk perseorangan dalam mengatur hubungannya
dengan Allah, sesame Muslim, sesame manusia, dan dengan semua makhluk di
dunia ini. Sedangkan fiqh merupakan produk daya pikir manusia. Fiqh
merupakan usaha manusia yang dengan daya intelektualnya mencoba
menafsirkan penerapan prinsipprinsip syariah secara sistematis. Apakah
obyek kajian ilmu syariah? Al-Gazzali (w. 505/1111) dalam pendahuluan IalMustasfa menjelaskan sisi yang menjadi perhatian ahli hukum Islam untuk
dikaji dari keseluruhan obyek kajian ilmu-ilmu keagamaan Islam dengan
mengatakan Ahli hukum mengambil satu sisi tertentu, yaitu tingkah laku
subyek hukum, yang diselidikinya dalam kaitan dengan dictum hukum.
Menurut pernyataan al Gazzali ini obyek kajian ilmu syariah (ilmu hukum
Islam) adalah tingkah laku dalam kaitannya dengan norma hukum. Konsepsi
ini berbeda dengan pengertian yang lazim dalam hukum Islam, yaitu bahwa
ilmu hukum Islam (ilmu syariah) mengkaji hukum-hukum (norma-norma)
syariah yang disimpulkan dari dalil-dalilnya berupa teks-teks al-Quran dan
hadis serta dalil-dalil subsider lainnya. Pertanyaannya di sini: apakah
sesungguhnya ilmu syariah mengkaji norma-norma atau mengkaji tingkah
laku? Dengan kata lain apakah ilmu syariah adalah suatu ilmu normatif murni
atau suatu ilmu perilaku? Dalam kenyataan perkembangan ilmu syariah
sendiri pendefinisian ilmu hukum Islam sebagai ilmu yang menyelidiki normanorma, dan ditunjang oleh suatu postulat yang berasal dari system teologi
tertentu bahwa hukum tidak dapat ditemukan di luar teks-teks, telah membawa
hukum Islam menjadi suatu ilmu teks, ilmu kalam yaitu ilmu yang mengkaji
kalam ilahi yang merupakan khitab asysyar. Analisis hukum karena itu berarti
analisis teks. Bagi pengkaji modern, pernyataan al-Gazzali mungkin lebih
menarik karena memberi peluang kepada pendekatan empiris dalam kajian
hukum bukan semata analisis teks (khitab asy-syari) tetapi juga berarti analisis
tingkah laku.
Kitab (Al-Quran) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.
Menurut Amir Syarifuddin, definisi Al-Quran yakni Lafaz berbahasa Arab
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinukilkan secara
mutawatir. Pengertian ini mengandung beberapa unsur yang menjelaskan
hakikat Al-Quran, yaitu:
1. Al-Quran itu berbentuk lafaz.
Ini mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk makna dan dilafazkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Jika Lafaz yang tidak berasal dari Jibril
atas perintah Allah SWT maka tidak disebut Al-Quran.
6
2. Keotentikan Al-Quran7
7
Huruf-huruf kaf, ha', ya', 'ayn, shad, dalam surah Maryam, ditemukan
sebanyak 798 kali atau 42 X 19.
Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133
atau 7 X 19. Kedua, huruf (ya') dan (sin) pada surah Yasin masingmasing ditemukan sebanyak 285 atau 15 X 19. Kedua huruf (tha') dan
(ha') pada surah Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali,
sama dengan 19 X 18.
Huruf-huruf (ha') dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah
yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha' mim, kesemuanya
merupakan perkalian dari 114 X 19, yakni masing-masing berjumlah
2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat AlQuran, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Quran.
Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata
dan kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalianperkalian tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang disebut
itu, diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat dalam surah
Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman terhadap seorang
yang meragukan kebenaran Al-Quran.
Demikianlah sebagian bukti keotentikan yang terdapat di celah-celah Kitab
Suci tersebut.
b. Keotentikan Al-Quran dengan Bukti-bukti Kesejarahan
Al-Quran Al-Karim turun dalam masa sekitar 22 tahun atau tepatnya, menurut
sementara ulama, dua puluh dua tahun, dua bulan dan dua puluh dua hari. Ada
beberapa faktor yang terlebih dahulu harus dikemukakan dalam rangka
pembicaraan kita ini, yang merupakan faktor-faktor pendukung bagi
pembuktian otentisitas Al-Quran.
1) Masyarakat Arab, yang hidup pada masa turunnya Al-Quran, adalah
masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu, satu-satunya
andalan mereka adalah hafalan. Dalam hal hafalan, orang Arab --bahkan
sampai kini-- dikenal sangat kuat.
2) Masyarakat Arab --khususnya pada masa turunnya Al-Quran-- dikenal
sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja: Kesederhanaan ini,
5.
6.
apa-apa yang harus dijauhi dan harus dilakukan/hukum amaliyah dalam ilmu
Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: jilid 1 Kencana, 2008)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=401716&val=6795&title=
USHUL%20FIQIH%20DAN%20TIPOLOGI%20PENELITIAN%20H
UKUM%20ISLAM didownload 5 oktober 2016 jam 19.00 wib
mengenai Ushul Fiqih Dan Tipologi Penelitian Hukum Islam oleh
Nurul Marifah (IAIN Cirebon)
Al-Tahtawai dalam Syamsul Anwar, Epistemologi Hukum Islam dalam alMustashfa min alUshul Karya al-Ghazali, Desertasi di IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: 2000), h. 120
Fazlur Rahman, Islam, Alih bahasa: Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka,
1994), h. 165
Zulkifli, Pengembangan Ushul Fiqh (Perspektif Dalil-Dalil Normatif AlQuran) , Jurnal Hukum Islam: Vol XIV No. 1: Juni 2014), hal 21-33
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Penerbit Mizan 1996, h. 90-105