Anda di halaman 1dari 6

Syarat Penyusunan Paragraf

Paragraf yang baik menuntut adanya prisip-prinsip (1) kesatuan, (2)


kepaduan, dan (3) pengembangan. Kesatuan menunjukkan pengertian bahwa
kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf mendukung satu tema/pikiran.
Kepaduan mengacu kepada hubungan yang harmonis antarkalimat dalam
paragraf, sedangkan pengembangan mengacu kepada teknik penyusunan
gagasan-gagasan dalam paragraf.
a. KESATUAN (kohesi)
Pembicaraan tentang kesatuan dalam paragraf menyangkut pembicaraan
tentang gagasan utama dan gagasan tambahan. Keduanya menampak pada
kalimat utama dan kalimat penjelas. Posisi kalimat utama dan dan kalimat
penjelas tidak selalu tetap. Kalimat utama dapat mengambil posisi di awal
paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir paragraf sekaligus, atau di seluruh
kalimat dalam paragraf.
1) Paragraf Deduktif (Umum Khusus)
Contoh:
Sebagai telah penulis katakan di depan, sebuah karangan
argumentasi dikembangkan dalam dua kemungkinan cara, yakni cara
induktif dan cara deduktif. Dalam cara induktif, pengarang memulai dari
suatu kenyataan ke kenyataan lainnya dan mengakhirnya dengan suatu
generalisasi. Sebaliknya, cara deduktif akan bermula dengan satu
generalisasi, yaitu satu anggapan umum, lalu mencari bukti-bukti dan
kenyataan-kenyataan untuk membenarkannya. Dalam penulisan dua cara
ini harus dilakukan dengan seimbang dan saling mengisi.
2) Paragraf Induktif (Khusus Umum)
Contoh:
Agar komunikasi terjadi dengan baik, kedua belah pihak memerlukan
bahasa yang bisa dipakai dan dipahami bersama. Wujud bahasa yang
utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi itu dapat disebut bunyi bahasa jika
dihasilkan oleh alat bicara manusia. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa bunyi bahasa itu sebagai alat pelaksana bahasa
3) Paragraf Repetitif
Contoh:
Fonemisasi merupakan prosedur atau cara menemukan fonem-fonem
yang ada dalam suatu bahasa. Karena bunyi bahasa banyak sekali
jumlahnya, fonemisasi tidak berusaha untuk mencatat semua bunyi yang
ditemukan. Tentunya, fonemisasi merupakan prosedur menemukan bunyibunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan arti.

Syarat Penyusunan Paragraf

4) Paragraf Deskriptif
Contoh:
Pintu cendela dan rumah tetap tertutup. Cahaya lampu tiada tampak.
Kesempatan beristirahat setelah sesiang tadi bekerja keras di sawah,
dipergunakan sebaik-baiknya oleh penghuninya
B. KEPADUAN (koherensi)
Kepaduan sebuah paragraf dapat didukung oleh beberapa cara: (1) pengulangan kata-kata kunci, (2) pemakaian kata ganti tertentu, dan (3) pemakaian
kata-kata transisi.
1) Pemakaian Kata Kunci
Contoh:
Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak
ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut
fonem. Fonem inilah yang dijadikan objek penelitian fonemik. Jadi, tidak
seluruh bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh
fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsionallah yang menjadi bagian
fonemik
2) Pemakaian Kata Ganti Tertentu
Contoh:
Dialog utara selatan tidak dapat dipisahkan dari krisis ekonomi dunia
dan juga tidak dapat ditunda untuk memberikan perhatian kepadanya
sampai krisis tersebut dipecahkan dan penyembuhan sudah berjalan. Di
dalam lampiran, kami membuat usulan untuk menyuntikkan tujuan baru di
dalam dialog itu. Inilah suatu urgenisasi yang baru diperoleh. Situasi
menyedihkan akan dihadapi negara-negara dan interpedensi yang dramatik
antara Utara dan Selatan di dalam bidang-bidang seperti perdagangan dan
keuangan membuatnya menjadi jelas. Akan tetapi, resensi ekonomi global
dan kemacetan dialog Utara-Selatan saling memperkuat satu sama lain,
dan dialog menjadi mati dan tidak produktif. Bagaimana lingkaran setan ini
bisa dipecahkan?
3) Pemakaian Kata-Kata Transisi
Agar perpindahan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya mengalir
dengan baik, tidak jarang digunakan kata sambung atau konjungsi. Secara
umum kata sambung dibedakan ke dalam beberapa kategori:(1) kata sambung
intrakalimat, (2) kata sambung antarkalimat, (3) kata sambung antarparagraf.
Yang termasuk kata sambung jenis interkalimat adalah dan, atau, yang,
tetapi, sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala,
sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai, jika,
kalau, asal(kan), bila, manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya,
agar, supaya, biar, biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun,
Syarat Penyusunan Paragraf

kendati(pun), seolah-olah, seakan-akan, sebagaimana, seperti, sebagai,


laksana, sebab, oleh karena, (se)hingga, sampai, maka, bahwa, dengan, baik ...
maupun ..., demikian ... sehingga, apakah ... atau ...., entah ..., jangankan ..., ....
pun ....
Kata sambung antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat
yang lainnya. Karena kata sambung ini selalu mengawali kalimat, penulisannya
selalu diawali dengan huruf kapital. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah
biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun, begitu, sungguhpun demikian,
meskipun begitu, meskipun demikian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya,
tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhpun, malah (an),
bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh
sebab itu, dan sebelum itu.
Kata sambung antarparagraf menghubungkan satu paragraf dengan
paragraf yang lain. Kata sambung ini mengawali sebuah paragraf. Hubungan
dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yan terkandung dalam
paragraf sebelumnya. Yang termasuk kata sambung jenis ini adalah dalam
hubungan ini, dalam pada itu, berbeda dengan itu, adapun,sebagai
perbandingan, dan sebagainya.
Contoh:
Dalam hubungan ini, jelaslah bahwa perencanaan sangat erat hubungannya dengan filsafat yang dianut oleh suatu negara, terutama
perencanaan di bidang sosial. Hal ini berlaku pula untuk perencanaan
komunikasi. Usaha utama dalam perencanaan komunikasi adalah
mengelola proses penyesuaian diri dan berusaha memenuhi kebutuhan
(komunikasi) dari sebanyak mungkin pihak, yang seringkali bertentangan
dalam sistem dan dalam bidang kepentingannya. Sebagai akibatnya kontrol
dan pengorganisasiannya akan meningkat. Hal ini akan memudahkan
peramalan tingkah laku sosial, tetapi merupakan bahaya untuk kebebasan
mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, perencanaan dalam bidang
komunikasi perlu diadakan secara terbatas pula.
C. PENGEMBANGAN PARAGRAF
a. Urutan Waktu
Contoh:
Pada suatu ketika Dewa Matahari terhina oleh perbuatan salah satu
saudaranya, lalu mengasingkan diri ke sebuah gua membiarkan bumi
dalam keadaan gelap gulita. Dewa itu mengirim cucunya, Niningi-NoMikoto, untuk menjalankan pemerintahan di bumi, mendarat di pulau. Ia
membawa serta permata, sebilah pedang dan sebuah cermin dari
neneknya. Niningi-No-Mikoto mempunyai cucu dan itulah Jimu Tenno,
Kaisar pertama yang memerintah Jepang

Syarat Penyusunan Paragraf

b. Urutan Ruang
Contoh:
Bulan bertengger di atas rumah ini. Sinarnya yang lembut menyentuh
dedaunan memahatkan bayang-bayang semacam ukiran di tanah yang
dingin. Penghuni rumah itu telah lelap. Begitu pula keadaan di rumah itu.
Semua pintu dan jendela terkunci rapat, serapat mata penghuni yang
terkatup karena nyenyaknya. Di luar pepohonan mandi cahaya, bunga kaca
piring lebih putih kelihatannya, sedang daun-daun Beringin Jepang yang
keperak-perakkan bergerak pelan. Rumah itu manis sekali kelihatannya,
semanis Sinta Sasanti serta adik-adiknya, anak-anak keluarga Rosena
c. Contoh-Contoh
Contoh:
Fonem vokal tunggal /i/, yang tergolong vokal depan, tinggi, dan terentang, memiliki distribusi lengkap. Dikatakan demikian karena fonem ini
dapat berada pada posisi awal kata (inisial), tengah kata (medial), dan akhir
kata (final). Pada inisial fonem /i/ terdapat pada ibu, insan, dan ikan,
misalnya. Contoh pada medial adalah sibuk, bisa, dan kilah, sedangkan
pada posisi final dapat diambil contoh-contoh sapi, kami, dan mati
d. Perbandingan
Contoh:
Dalam tatabahasa tradisional dikenal bentuk kalimat aktif dan pasif.
Pada kalimat aktif, subjek kalimat melakukan suatu tindakan/aktivitas.
Sebaliknya, pada kalimat pasif, subjek kalimatnya dikenai/menderita
sesuatu. Predikat pada kalimat aktif pada umumnya berawalan me- atau
ber-, sedangkan pada kalimat pasif berawalan di- atau tere. Analogi
Contoh:
Anak adalah bunga hidup. Anak adalah keharum-haruman rumah
tangga. Anak adalah pelerai demam. Kepada anak bergantung
pengharapan keluarga di kemudian hari. Dialah ujung cita-cita dalam
segenap kepayahan. Misalnya terjadi perselisihan dalam rumah, namun
perselisihan itu bisa didamaikan apabila suami istri sama-sama melihat
anaknya yang masih suci itu, yang tidak boleh turut menjadi korban karena
pertengkaran dan perselisihan ayah bundanya. Sebab itu, Nabi SAW
sangat besar pengasihnya kepada anak-anak. Sampai punggungnya
diperkuda-kuda oleh anak-anak sedang ia sembayang. Sampai anak-anak
dipangkunya sedang ia mengerjakan ibadah itu. Apabila hendak sujud
diletakkannya itu di sampingnya dan bila ia hendak tegak dipungutnya balik

Syarat Penyusunan Paragraf

f. Hubungan Sebab Akibat


Contoh:
Krisis Meksiko pada musim panas tahun1982 cukup memberikan bukti
besar tentang fakta adanya saling ketergantungan. Kesulitan yang
duhadapi ekonomi Meksiko menampilkan ancaman yang sungguh-sungguh
pada bank-bank komersial dan kepada investor swasta. Konsekuensi politik
dan ekonomi terutama bagi Amerika Serikat bisa mengerikan. Pada akhir
tahun 1981 bank-bank Amerika mengambil bagian pinjaman terbesar di
dalam bank ke Meksiko $21 milyar dari jumlah keseluruhan sebanyak $57
milyar yang menjadi hutang Meksiko kepada bank-bank asing. Konsekuensi
potensial, tunggakan dari Meksiko atau kegagalan sebuah bank besar
Amerika Serikat, benar-benar mengganggu untuk direnungkan.
Pemotongan impor di Meksiko memukul ekspor dari Amerika Serikat dan
banyak negara industri yang lain. Kegagalan ekonomi di Meksiko bisa
menyebabkan tekanan besar-besaran arus migrasi di Texas dan California.
Tidaklah mengherankan, Amerika Serikat memainkan peranan yang besar
dalam memelopori aksi segera yang diambil oleh Bank for Intenational
Settlements, International Monetary Fund dan bank-bank sentral negaranegara barat yang besar, dan mengambil langkah-langkah tambahannya
sendiri, termasuk membelikan minyak Meksiko dengan sistem ijon secara
besar-besaran buat cadangan strategis Amerika Serikat
g. Proses
Contoh:
Jika kita pakai simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk
objek, maka kaidah umum untuk membuat kalimat pasif dari kalimat aktif
adalah sebagai berikut.
1. Pertahankan urutan S P O, tetapi tukarkanlah pengisi S dan O.
2. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
3. Tambahkanlah kata oleh di muka O, terutama jika O terpisahkan
oleh kata lain dari P
h. Umum Khusus
Contoh:
Pertunjukkan teater yang mengasyikkan adalah pertunjukkan yang
memiliki ciri komunikatif antara pekerja teater dengan penontonnya.
Keakraban tersebut terjalin pada komunikasi rohani, yang menimbulkan
harmoni antara pelaku dan penontonnya. Pertunjukkan semacam ini sering
terjadi di lingkungan teater tradisional, yang selalu sejalan dengan
perkembangan masyrakatnya. Para penonton pun tidak terikat tempat dan
waktu. Di dalam pementasan teater tradisional, adegan-adegan yang lucu
dapat diulang-ulang oleh pelakunya sehingga penonton merasa puas
(terhibur). Demikian pula pengulangan adegan tari ataupun nyanyian yang
digemari oleh publiknya. Isi ceritanya dapat berangkat dari kehidupan
sehari-hari, dari legenda, cerita rakyat, roman sejarah, atau cerita asing
Syarat Penyusunan Paragraf

yang diadaptasikan dengan masyarakatnya. Dialog-dialog dalam teater


rakyat bersifat spontan didialogkan oleh para pelakunya
i. Definisi Luas
Contoh:
Masalah bahasa di Indonesia adalah masalah nasional yang memerlukan pengorbanan yang berencana, terarah, dan teliti. Masalah bahasa ini
adalah keseluruhan masalah yang ditimbulkan oleh kenyatan bahwa jumlah
bahasa yang terdapat dan dipakai di Indonesia besar, bahwa bahasabahasa ini merupakan bagian daripada dan didukung oleh kebudayaan
yang hidup, dan bahwa bahasa-bahasa ini memainkan peranan yang
berbeda di dalam hubungan dengan kepentingan nasional. Di samping
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi pemerintah,
terdapat bahasa-bahasa daerah yang jumlahnya belum diketahui dengan
pasti dan bahasa-bahasa asing yang dipakai sebagai bahasa perhubungan
intenasional.
Sebagai masalah nasional, keseluruhan masalah bahasa di Indonesia
merupakan satu jaringan masalah yang dijalin oleh (1) masalah bahasa
nasional, (2) masalah bahasa daerah, dan (3) masalah bahasa asing. Di
dalam jaringan ini sebagai akibat pemakaian bahasa-bahasa ini di dalam
masyarakat yang sama, yaitu masyarakat Indonesia, masalah bahasa
nasional, masalah bahasa-bahasa daerah, dan masalah bahasa asing itu
memiliki hubungan timbal balik. Pengolahan bahasa nasional tidak dapat
dipisahkan dari pengolongan bahasa-bahasa daerah, demikian pula
sebaliknya. Penggolongan masalah bahasa nasional dan bahasa-bahasa
daerah tidak pula dapat dilepaskan dari masalah pemakaian dan
pemanfaatan bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia. Oleh karena itu,
pengolahan keseluruhan masalah bahasa ini memerlukan adanya satu
kebijaksanaan nasional yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga
pengolahan masalah itu benar-benar berencana, terarah, dan teliti.
Kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan
ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan
keseluruhan masalah bahasa itu disebut politik bahasa nasional
Malang, Maret 2009

Syarat Penyusunan Paragraf

Anda mungkin juga menyukai