Pengendalian Vektor
Oleh:
IDA KATARINA
NIM. 110100059
Oleh:
IDA KATARINA
NIM. 110100059
Pengendalian Vektor
Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Oleh:
IDA KATARINA
NIM. 110100059
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Pengendalian Vektor
Nama
: IDA KATARINA
NIM
: 110100059
Medan,
Oktober 2016
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengendalian Vektor
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Ismiralda Siregar, M.Kes, selaku dosen pembimbing
makalah, atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Atas bantuan
dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual,
penulis mengucapkan terima kasih.
Medan,
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang............................................................................... 4
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................ 5
1.3. Manfaat Penulisan.......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1. Definisi Vektor..............................................................................
2.2. Jenis-Jenis Vektor..........................................................................
2.3. Cara Penularan Penyakit...............................................................
2.4. Pengendalian Vektor.....................................................................
6
6
6
10
11
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari satu triliun penduduk di dunia terinfeksi dan lebih dari
juta penduduk meninggal akibat penyakit transmisi vektor.1 Menurut WHO, penyakit
akibat transmisi vektor berupa 17% dari semua kasus penyakit infeksi. Penyakit
mematikan akibat transmisi vektor ialah malaria yang membunuh lebih dari 1,2 juta
jiwa per tahun, paling sering pada anak-anak Afrika usia dibawah lima tahun adalah
demam dengue, bersama DHF, adalah penyakit akibat transmisi faktor yang paling
progresif. Akibat dari desain irigasi dan sistem pengairan yang buruk, kependudukan
yang padat, pembuangan air yang buruk, serta penyimpanan air merupakan faktor
kontribusi terhadap penyakit akibat transmisi vektor seperti malaria, dengue, dan
leishmaniasis.2
Dalam dua dekade terakhir, banyak penyakit akibat transmisi vektor yang
muncul dan menyebar ke bagian baru dari dunia. Perubahan lingkungan
menyebabkan peningkatan jumlah dan penyebaran dari vektor. Seperti contohnya
dengue; pada tahun 2012, dengue menempati urutan pertama sebagai penyakit yang
potensial menjadi epidemik di dunia dimana penyakit ini telah terjadi peningkatan
insidens 30 kali lipat kasus dalam 50 tahun terakhir. Vektor utama dari dengue yaitu
Aedes aegypti telah ditemukan pada lebih dari 20 negara Eropa dan baru-baru ini
ditemukan telah membawa Chikungunya ke pulau Caribbean; dimana kasus tersebut
merupakan kasus pertama pada benua Amerika. Sedangkan di Indonesia pada tahun
2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah
kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 45,85 per 100.000 penduduk
dan CFR/angka kematian= 0,77%).12,13
Penyakit lain yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis
pada daerah tertentu antara lain seperti malaria, kaki gajah dan terakhir ini ditemukan
penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti,
disamping penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera, demam tifoid dan
paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.3
Oleh karena semakin tingginya penyakit yang diakibatkan oleh transmisi
vektor, perlu digalakkan pengendalian vektor. Pengendalian vektor penyakit menjadi
prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan
penyakit sangat besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control, pemusnahan
sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan. Keberadaan lalat dan serangga-serangga
pengganggu lain merupakan vektor mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari
sisi lain keberadaan serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagian orang.
Pengendalian dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor dilakukan dengan
berbagai cara termasuk menggunakan insektisida.5
1.2.
Tujuan Penelitian
Untuk lebih mengerti dan memahami mengenai Pengendalian Vektor, serta
Manfaat Penulisan
Untuk meningkatkan informasi di dunia ilmu pengetahuan terutama dalam hal
studi literatur, baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Vektor
Menurut Permenkes nomor 374 tahun 2010, Vektor adalah artropoda yang
Menurut
WHO,
vektor
adalah
organisme
hidup
yang
dapat
Jenis-Jenis Vektor
telah diketahui
vektor
adalah
Anthropoda
yang
dapat
Perilaku
nyamuk
tergantung
dari
spesies
dan
tempat
perindukan larva.
2) Vektor tripanosomiasis
Vektor tripanosomiasis (penyakit tidur Afrika) adalah lalat Tse
tse, sedangkan vektor Tripanosomiasis Amerika adalah
Triatoma rubrofasciata.
3) Vektor leismaniasis
Lalat pasir (sand fly) adalah vektor Leismaniasis yang
berukuran kecil sekitar 1,5-4 mm, berwarna kuning/kelabu dan
seluruh badan berbulu. Habitat lalat ini terutama pada lubang
yang terdapat di onggokan tanah.
b. Vektor penyakit cacing
1) Vektor filariasis limfatik
Nyamuk anophelini dan non anophelini dapat berperan sebagai
vektor filariasis limfatik pada manusia dan filariasis binatang.
Vektor utama filariasis di daerah perkotaan adalah Culex
quinguefasciatus, sedangkan di pedesaan filariasis ditularkan
oleh spesies Anopheles. Waktu yang diperlukan untuk
pertumbuhan dari telur sampai dewasa lebih pendek (1-2
minggu). Tempat perindukan nyamuk non-anophelini berbeda
dari tempat perindukan anophelini. Non-anophelini dapat
bertelur di tempat-tempat perindukan berair jernih, maupun
berair keruh. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan mengisap
darah hospes pada malam hari saja (Culex), ada yang mengisap
darah pada siang dan malam hari (Mansonia) dan ada yang
hanya pada siang hari (Aedes).
2) Vektor filariasis non-limfatik
Vektor filariasis ini adalah lalat genus Simulium (black fly) dan
Cysops (horse fly).
c. Vektor penyakit virus, riketsia dan bakteri
1) Vektor penyakit demam berdarah dengue
Vektor DBD adalah nyamuk Aedes aegypti yang mempunyai
warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada
dari
penyakit
ini
adalah
nyamuk
Culex
wabah
L.deliensis
Leptotrombidium
dan
L.
mendapatkan
Fletscheri.
infeksi
Sejak
Riketsia
larva
sampai
10
dystentry. Contoh dari penularan ini adalah telur cacing, kista protozoa dan
bakteri usu dapat dipindahkan dari tinja ke makanan melalui kaki atau badan
lalat rumah.
b. Transmisi secara biologik berlangsung bila agen penyakit mengalami
multiplikasi dan atau perkembangan. Ada tiga cara transmisi secara biologis,
yaitu:
1) Bila dilakukan setelah agen/parasit yang diisap mengalami proses
biologik dalam tubuh vektor, parasit(virus, bakteri, spiroket) hanya
membelah diri menjadi banyak, penularan disebut penularan
propagatif, misalnya Yersinia pestis dalam ginjal tikus.
2) Bila dalam tubuh vektor, parasit (Plasmodium,
Leishmania,
Pengendalian Vektor6
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
11
12
13
14
15
pembiakan
lalat
dan
melindungi
makanan
terhadap
16
17
BAB 3
KESIMPULAN
Menurut Permenkes nomor 374 tahun 2010, Vektor adalah artropoda yang
dapat menularkan, memindahkah dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap
manusia.
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak
lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit dapat
dicegah.4 Pengendalian vektor bertujuan: 1) mengurangi atau menekan populasi
vektor serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit, 2)
menghindarkan kontak antara vektor dan manusia.
Pengendalian vektor dapat digolongkan dalam pengendalian alami (natural
control) dan pengendalian buatan (artificial = applied control). Termasuk
pengendalian alami adalah faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan
manusia.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, 2014. A global brief on vector-borne disease. Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/111008/1/WHO_DCO_WHD_2014.1
_eng.pdf Accessed 24 October 2016
2. WHO,
2016.
Vector-borne
disease.
Available
from:
http://www.who.int/heli/risks/vectors/vector/en/ Accessed 24 October 2016
3. Chandra, B., 2005. Vektor Penyakit Menular Pada Manusia.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kurikulum & Modul:
Pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
6. Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., 2008. Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
7. Budiarty, T.I., 2012. Gambaran Manajemen Pengendalian Vektor di Bandara
Soekarno Hatta Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program
Studi Kesehatan Masyarakat
8. Komariah, Pratita, S., Malaka, T., 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal
Kesehatan Bina Husada Vol. 6 No.1, p 34-43
9. Nurmaini, 2003. Menitifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles
Aconitus Secara Sederhana. Medan: Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2015. Jenis-Jenis dan Gambar Nyamuk
yang
Sering
dijumpai.
Available
from:
19