Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS PENGARUH SEDIMEN TERHADAP KERUSAKAN

MATERIAL PADA TURBIN AIR

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Diploma 4
pada Politeknik Negeri Ujung Pandang

ANDI SUCI PRATIWI

442 12 011

FARID MANSUR

442 12 016

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK PEMBANGKIT


ENERGI
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR

2016
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Sedimen Terhadap Kerusakan
Material Pada Runner Turbin Air oleh Andi Suci Pratiwi (442 12 011) dan Farid
Mansur (442 12 016) telah layak dan siap untuk diseminarkan.
Makassar,

2016

Menyetujui,
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Firman, M.T.


NIP. 19641231 199103 1 028

Sri Suwasti, S.ST., M.T.


NIP. 19741123 200112 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Ujung Pandang,

Dr. Jamal, S.T., M.T.


NIP. 19730228 200012 1 002

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING


Skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Sedimen Terhadap Kerusakan
Material Pada Runner Turbin Air oleh Andi Suci Pratiwi (442 12 011) dan Farid
Mansur (442 12 016) telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar diploma 4 pada program studi Teknik Pembangkit Energi jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Makassar,

2016

Menyetujui,
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Firman, M.T.


NIP. 19641231 199103 1 028

Sri Suwasti, S.ST., M.T


NIP. 19741123 200112 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Ujung Pandang,

Dr. Jamal, S.T., M.T.


NIP. 19730228 200012 1 002

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah yang diberikan selama ini kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
satu tugas dalam rangka penyelesaian studi di Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Sebagai manusia biasa, kami sangat manyadari bahwa Skripsi yang sederhana
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan masih memerlukan perbaikan secara
menyeluruh., hal ini tidak lain disebabkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan
yang dimiliki oleh kami dalam menyelesaikan tugas yang bagi kami rasakan cukup
berat, karenanya berbagai masukan dan saran yang sifatnya membangun sangatlah
diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses awal hingga selesainya Skripsi ini,
banyak sekali pihak yang telah terlibat dan berperan serta untuk mewujudkan
selesainya Skripsi ini, karena itu pada tempatnyalah kami ingin menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka yang secara
motil maupun materil telah banyak membantu kami untuk merampungkan Skripsi ini
hingga selesai.

Pertama-tama ucapan terima kasih kami hanturkan secara khusus kepada


orang tua yang kami hormati dan cintai yang telah membesarkan kami dengan penuh
kesabaran hingga kami dapat berhasil menyelesaikan studi pada jenjang yang lebih
tinggi juga kepada seluruh saudara kami, yang dengan semangat serta dorongannya
selama ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami hanturkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Hamzah Yusuf, S.T., M.T. selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang dan
Bapak Ir. La Ode Musa, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Pembangkit Energi
serta Dosen-dosen Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Pembangkit Energi
yang selama ini telah membantu kami hingga dapat menyelesaikan studi di Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami hanturkan kepada kedua pembimbing
kami Bapak Dr. Ir. Firman, M.T. selaku Pembimbing I dan Ibu Sri Suwasti, S.ST,.
M.T. selaku pembimbing II yang mana beliau dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Juga kepada sahabat-sahabat kami yang banyak memberikan dorongan agar
cepat selesai dan ikut membantu kami mencari data selama penelitian ini dilakukan,
dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu pada
kesempatan ini, harapan kami semoga apa yang telah dibantukan selama ini secara

moril maupun materil mendapatkan imbalan amal dari Allah SWT dan semoga
Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhirnya, semoga Allah SWT, memberikan perlindungan kepada kita semua,


Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 29 Agustus

2016

Andi Suci Pratiwi & Farid Mansur

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................iiii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................vvii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... ix
DAFTAR TABELxi
ABSTRAK............................................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Perumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................5
E. Batasan Masalah.................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
A. Gambaran Umum PLTA Bakaru.........................................................................6
B. Sedimentasi pada PLTA..................................................................................113
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................223
A. Tempat Dan Waktu Penelitian........................................................................223
B. Alat Dan Bahan Penelitian.............................................................................223
C. Prosedur Penelitian...........................................................................................25
D. Pengujian Morfologi Mikro Erosi....................................................................27
E. Teknik Pengolahan/Analisis Data.....................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................29
A. Hasil Pengujian.................................................................................................29
B. Pembahasan......................................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................47
A. Kesimpulan........................................................................................................47
B. Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49
LAMPIRAN................................................................................................................51

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta lokasi PLTA Bakaru ................................................
Gambar 2.2 Bendungan PLTA Bakaru
Gambar 2.3 Turbin ..
Gambar 2.4 Skema asal sedimentasi....................................................................................

7
8
11
14

Gambar 2.5 Deskripsi berkurangnya kapasitas waduk karena sedimentasi

15

Gambar 2.6 Hubungan antara umur pelayanan dan volume tampungan aktif

16

Gambar 2.7 Zona kavitasi pada sudu gerak turbin francis ..

18

Gambar 2.8 Kerusakan sudu pada empat zona yang berbeda .

19

Gambar 2.9 Kerusakan turbin pada sisi pusaran gelembung uap pada PLTA Bakaru yang
diakibatkan oleh kavitasi

20

Gambar 2.10 Kerusakan turbin akibat erosi pada sisi leading edge pada PLTA Bakaru

21

Gambar 2.11 Kerusakan pada guide vane akibat erosi pada turbin PLTA Bakaru .

21

Gambar 3.1 Benda uji material carbon steel

22

Gambar 3.2 Skema pengujian dengan sedimen ...

23

Gambar 3.3 Alat pengujian dengan sedimen ...

23

Gambar 3.4 Alat pengujian microscopy digital

25

Gambar 3.5 Diagram alir analisis data .

26

Gambar 4.1 Hasil sebelum pengujian pada material (a) carbon steel (b) stainless steel...

27

Gambar 4.2 Hasil setelah pengujian material carbon steel dengan konsentrasi 5%
dengan variasi waktu yang berbeda (a) 10jam, (b) 20jam dan (c) 30jam

28

Gambar 4.3 Hasil setelah pengujian material carbon steel dengan konsentrasi 12%
Dengan variasi waktu yang berbeda (a) 10jam, (b) 20jam dan (c) 30jam.... 29
Gambar 4.4 Hasil setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi 5%
dengan variasi waktu yang berbeda (a) 10jam, (b) 20jam dan (c) 40jam..... 30
Gambar 4.5 Hasil setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi 8%
dengan variasi waktu yang berbeda (a) 20jam, (b) 30jam dan (c) 40jam. 31
Gambar 4.6 Hasil setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi 10%
dengan variasi waktu yang berbeda (a) 10jam, (b) 20jam, (c) 40jam
dan (d) 50jam. ....

32

Gambar 4.7 Hasil setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi 12%
dengan variasi waktu yang berbeda (a) 20jam ,(b) 30jam, (c) 40jam
dan (d) 50jam..
10

33

Gambar 4.8 Komposisi unsur carbon steel berdasarkan persentasi kandungan.

34

Gambar 4.9 Morfologi material carbon steel setelah pengujian SEM (Scanning Electron
Microscopy)........................................................................................................
Gambar 4.10 Komposisi unsur stainless steel berdasarkan persentasi kandungan...

36
37

Gambar 4.11 Morfologi material stainless steel setelah pengujian SEM (Scannning Electron
Microscopy) ....................................................................................................

39

Gambar 4.12 Komposisi unsur pasir sedimen berdasarkan persentasi kandungan ...............

40

Gambar 4.13 Penampilan material sedimen setelah pengujian SEM (Scanning


Electron Microscopy) ........................................................................................

42

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi unsur carbon steel berdasarkan persentasi kandungan .......... 35
Tabel 4.2 Komposisi unsur stainless steel berdasarkan persentasi kandungan ........ 38
Tabel 4.3 Komposisi unsur sedimen berdasarkan persentasi kandungan ......... 41

11

ABSTRAK
Andi Suci Pratiwi (442 12 011) dan Farid Mansur (442 12 016) Analisis
Pengaruh Sedimen Terhadap Kerusakan Material Pada Runner Turbin Air.
Dampak yang ditimbulkan oleh sedimen tidak hanya abrasi dan erosi terhadap
lingkungan, melainkan juga terjadi abrasi dan erosi pada sudu turbin. Konsentrasi
sedimen yang tinggi dapat mengakibatkan abrasi dan erosi pada sudu turbin. Selain
konsentrasi, ukuran sedimen juga dapat menimbulkan mikroerosi pada sudu turbin.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyebab dan pengaruhnya terhadap
kerusakan sudu turbin. Di samping itu, juga bertujuan menentukan pengaruh
konsentrasi sedimen terhadap kerusakan sudu turbin. Pengujian dilakukan dengan
empat variasi konsentrasi sedimen (5%, 8%, 10% dan 12%) dilakukan di
Laboratorium Sistem Pembangkit Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Ujung Pandang. Pengujian morfologi mikroerosi dengan menggunakan Microscopy
Digital Sistem Akuisisi Data di Laboratorium Sistem Pembangkit Energi Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang. Pada pengujian Morfologi Mikro
Erosi dengan menggunakan Microscopy Digital Sistem Akuisisi Data di dapatkan
hasil bahwa konsentrasi sedimen mempengaruhi kerusakan sudu gerak pada turbin
francis, karena semakin besar konsentrasi yang di berikan semakin cepat pula terjadi
kerusakan pada material. Kerusakan yang terjadi pada material carbon steel akibat
adanya tumbrukan air yang mengandung sedimen ialah abrasi dan erosi dengan
variasi konsentrasi sedimen dan waktu yang sama, dan material yang lebih cepat
mengalami kerusakan terjadi pada material carbon steel diakibatkan karena
kandungan pada material carbon steel lebih kurang ketahanannya dibandingkan
dengan kandungan pada material stainless steel.
12

Kata kunci: sudu turbin, sedimen, abrasi, erosi, kavitasi.

13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan makin meningkatnya aktifitas perekonomian masyarakat di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, maka kebutuhan terhadap energi listrik juga
semakin meningkat pula. Menurut PT. PLN (2015) di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara mencapai rasio elektrifikasi tahun 2003 adalah 53,7%,
tahun 2008 adalah 55,7% dan tahun 2013 adalah 58,1%. Namun demikian,
peningkatan kebutuhan tersebut tidak diiringi dengan penyediaan daya yang
memadai. Kenyataan saat ini hampir

seluruh wilayah di Sulawesi Selatan

mengalami krisis energi listrik. Adapun kebutuhan energi listrik di Sulawesi


Selatan dipenuhi dari beberapa sistem dan sub sistem pembangkit listrik dengan
berbagai sumber. Salah satu penyuplai energi listrik di wilayah tersebut ialah
Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakaru (Wahid, 2007).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru merupakan pembangkit listrik
dengan tipe Run Off River. Pada tipe ini, air yang digunakan untuk
membangkitkan energi listrik diperoleh dengan cara membendung aliran sungai.
Pada PLTA Bakaru, sungai yang dibendung ialah Sungai Mamasa yang berhulu di
Kabupaten Mamasa (Sulawesi Barat). PLTA Bakaru mempunyai kapasitas 2 x 63

MW untuk penyediaan energi listrik di sebagian Sulawesi Selatan & Sulawesi


Barat.
PLTA Bakaru

telah

berhasil

mendorong

kegiatan

berbagai

sektor

pembangunan di Sulawesi Selatan. Berbagai kegiatan industri, termasuk industri


kecil/rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan kegiatan ekonomi lainnya mulai
tumbuh dan berkembang di daerah ini. Kondisi seperti ini seharusnya tetap
dipelihara sehingga manfaat keberadaan PLTA Bakaru dapat benar-benar
dinikmati oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Selain dampak terhadap perkembangan ekonomi, di sisi lain pembangunan
PLTA Bakaru

juga

menimbulkan

dampak

terhadap

lingkungan

yaitu

meningkatnya sedimentasi di Waduk PLTA Bakaru. Penelitian yang dilakukan


oleh PT.PLN (Persero) Wilayah Sulsel dan Sultra Sektor Bakaru periode Juni
2005, menunjukkan bahwa volume sedimen mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu 0 m3 pada tahun 1990 menjadi 6.331.400 m3 pada tahun 2005.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sedimen di Dam PLTA Bakaru terdiri atas
47% pasir kuarsa dan 53% pasir halus (Pratiwi, 2015). Menurut Prayogo (2009)
pasir kuarsa mengandung SiO2 55,30 99,87% dan sisanya Fe2O3, Al2O3, TiO2,
dll. Peningkatan volume sedimen yang sangat cepat, mengakibatkan kerusakan
terhadap komponen turbin. Komponen turbin yang mengalami kerusakan karena
sedimen ialah sudu gerak dan guide vane. Akibatnya, interval waktu
pemeliharaan semakin singkat (4 tahun). Sementara menurut Buku Manual
pengoperasian PLTA, interval pemeliharaan ialah 8 sampai 10 tahun. Dengan
demikian, biaya pemeliharaan akan semakin meningkat pula. Di samping itu,
2

dapat mengakibatkan penghentian pengoperasin PLTA jika terjadi kerusakan yang


sangat parah.
Dampak yang ditimbulkan oleh sedimen tidak hanya abrasi dan erosi terhadap
lingkungan, melainkan juga terjadi abrasi dan erosi pada sudu turbin dan guide
vane. Menurut Gogstad (2012) menyatakan bahwa konsentrasi sedimen yang
tinggi dapat mengakibatkan abrasi dan erosi, pada sudu gerak turbin. Selain
konsentrasi, ukuran sedimen juga dapat menimbulkan mikro erosi pada sudu
gerak turbin (Karelin, 2004). Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa
baik konsentrasi maupun ukuran sedimen sangat berpengaruh terhadap kerusakan
sudu gerak turbin dan guide vane. Adapun kerusakan karena kavitasi disebabkan
oleh gelembung uap akibat rendahnya tekanan pada sudu gerak. Menurut Avellan
(2004) dan Gogstad (2012) pada umumnya, terdapat empat zona terjadinya
kavitasi yaitu pada titik pusaran gelembung uap, sisi antar sudu, dan dua zona
pada leading edge. Gambar 2.1 menunjukkan secara detail keempat zona tersebut.
Tetapi, menurut Thakkar (2015) erosi yang terjadi pada sudu turbin tidak hanya
disebabkan oleh kavitasi, melainkan juga disebabkan oleh energi tumbukan
partikel pada permukaan sudu turbin. Dari beberapa pernyataan sebelumnya,
menjelaskan bahwa kerusakan sudu gerak pada turbin air disebabkan oleh abrasi,
erosi, dan kavitasi. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
konsentrasi, ukuran dan energi partikel yang menumbuk sudu turbin. Ketiga
faktor tersebut juga berpengaruh terhadap profil aliran sedimen yang masuk ke
turbin. Profil aliran laminar jika bilangan Reynolds, Re < 500 dan turbulen jika

Re > 2000 (Gary, 2009). Dengan demikian, kerusakan pada sudu turbin berkaitan
dengan profil aliran sedimen. Fenomena tersebut menunjukkan kompleksnya
penyebab terjadinya kerusakan pada sudu turbin. Oleh karena itu, diperlukan
kajian khusus dan alat tertentu untuk menidentifikasi penyebab serta pengaruhnya
terhadap kerusakan sudu turbin. Penelitian ini sangat penting dilakukan karena
berkaitan dengan penyediaan energi listrik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat khususnya dan Indonesia secara umum.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
penelitian dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana pengaruh konsentrasi sedimen
terhadap kerusakan material pada turbin air ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah Menentukan pengaruh konsentrasi sedimen
terhadap kerusakan material pada turbin air.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:

1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemeliharaan PLTA Bakaru secara


umum, dan secara khusus mencegah kerusakan material pada turbin air
yang disebabkan oleh sedimen.
2. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu dan teknologi di bidang
desain dan pemeliharaan sistem PLTA.
3. Sebagai referensi bagi mahasiswa dan peneliti untuk penelititan yang
berkaitan dengan topik penelitian tersebut.

E. Batasan Masalah
Pada penelitian ini ada beberapa parameter yang tidak divariasikan, yaitu :
1. Geometri sudu turbin
2. Putaran runner
3. Laju aliran fluida
4. Tekanan fluida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum PLTA Bakaru

PLTA Bakaru adalah salah satu proyek di lingkungan PT. PLN (Persero).
Proyek ini adalah proyek induk pembangkit hidro (HPP) dan transmisi
Sulselrabar yang berjarak 246 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. Proyek
ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan listrik di kota Makassar serta
industri yang berkembang seperti Semen Tonasa dan perusahaan besar lainnya
yang terletak di pantai barat Sulawesi Selatan. Proyek PLTA Bakaru dibangun
untuk meningkatkan penyediaan produksi tenaga non-BBM di Sulawesi Selatan
yaitu dengan memanfaatkan energi potensial air dari aliran sungai Mamasa yang
merupakan anak sungai Saddang.
PLTA Bakaru terdiri dari dua unit pembangkit dengan kapasitas 2 x 63 MW.
Tenaga listrik yang dibangkitkan akan disalurkan melalui jaringan transmisi 150
KV, sepanjang 350 km ke gardu induk Pinrang, Pare-Pare, Barru, Sidrap dan
Soppeng.

Gambar 2.1 Peta Lokasi PLTA Bakaru

1.

Bendungan (DAM)
Bendungan PLTA Bakaru berfungsi membendung aliran sungai

Mamasa yang selanjutnya ditampung pada waduk. Dam PLTA Bakaru berada
pada ketinggian 615,53 Meter dpl dengan area seluas 209,98 Ha. Kapasitas
penampungan Dam mencapai 6.920.000 m3 dan kapasitas efektifnya mencapai
5.860.000 m3, kedalaman efektifnya waduk sekitar 3,5 meter. Permasalahan
pada Dam PLTA Bakaru adalah sedimentasi atau pendangkalan waduk yang
terjadi dengan sangat cepat, jauh lebih cepat dari yang diperkirakan ketika
merencanakan proyek PLTA Bakaru Tipe dari dam PLTA Bakaru adalah run
of river.

Gambar 2.2 Bendungan PLTA Bakaru

2. Turbin dan Alat Bantunya

Turbin air adalah mesin konversi energi yang berfungsi untuk merubah
mengkonversi energi potensial (head) yang dimiliki oleh air ke bentuk energi
mekanik pada poros turbin. Energi potensial yang tersimpan pada air yang
diam pada ketinggian tertentu, energi tersebut dapat energi kinetik secara
perlahan-lahan dengan mengalirkan ke tempat yang lebih rendah. Turbin air
dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara namun yang paling umum adalah
berdasarkan perubahan momentum fluida kerjanya, berdasarkan klasifikasi ini
turbin air dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu turbin impuls dan turbin
reaksi, yang temasuk turbin impuls adalah turbin Pelton, turbin Cross flow
dan kincir air dan yang termasuk turbin reaksi adalah turbin Francis, turbin
Kaplan dan turbin Propeler.
Spesifikasi Turbin pada PLTA Bakaru :
Type

: Turbin francis dengan poros tegak

Bahan

: Material stainless steel casting 13% Cr 3,8% Ni

Kode

: Standard JIS G5121 SCS 5

Berat

: 5,1 tons

Putaran

: 500 rpm

Kapasitas aliran air

: 22,5 m3/s

Jumlah

: 2 unit

Arah putaran

: searah jarum jam dilihat dari atas

Pabrik pembuat

: TOSHIBA Tahun 1989

Bagianbagian turbin meliputi :


a. Runner, adalah roda turbin yang di dalamnya terdapat sudu-sudu jalan
yang berfungsi merubah energi kinetik menjadi energi mekanik berupa
putaran pada poros turbin.
b. Poros, berfungsi meneruskan putaran turbin ke generator
c. Turbin Bearing (bantalan), jenis bearing pada turbin adalah turbin
bearing yang berfungsi menahan vibrasi dan sebagai penahan poros
d. Guide vane (sudu atur), berfungsi mengatur banyak sedikitnya debit air
yang masuk ke runner yang digerakkan oleh servomotor
e. Spiral case (rumah siput), berfungsi untuk menyalurkan air secara
merata di sekitar runner. Spiral case terbuat dari baja pengelasan
tekanan tinggi (Higt Tension stell HT 60)
f. Stay ring, berfungsi sebagai pembagi aliran air penumpu bagianbagian turbin yang berada di atas
g. Draft tube (pipa lepas), dipasang di sisi keluar runner sampai ke
saluran buang. Fungsi utamanya adalah menghantar air yang keluar
dari runner sehingga dapat memperhalus laju aliran air yang keluar
dari runner pada beban-beban tertentu.
h. Tail race (saluran lepas), berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi
tekanan air dari draft tube. Tail race dilengkapi dengan pintu

10

dimaksudkan untuk menutup aliran air dari tail race ke draft tube pada
waktu diadakan perbaikan dan pemeriksaan turbin.

Gambar 2.3 Turbin


Ilmu logam adalah ilmu yang mempelajari tentang benda yang
mengandung besi (ferro) dan bukan besi (non ferro). Logam terbuat
bukan dalam bentuk murni, melainkan dalam bentuk batuan yang
mengandung bijih besi yang juga merupakan persenyawaan antara besi
dan oksigen tapi dalam bentuk silivat. Bijih besi di hasilkan dari
pertambangan (sumber : agung sandi prakasa 2012).
Contoh dari logam yang sudah memiliki sifat-sifat penggunaan
teknis tertentu dan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup adalah
besi, tembaga, seng, timah, timbel nikel, aluminium, magnesium.
Kemudian tampil logam-logam lain bagi penggunaan khusus dan
11

paduan, seperti emas, perak, platina, iridium, wolfram, tantal,


molybdenum, titanium, vokalt, anti monium (metaloid), khrom,nikel,
vanadium, beryllium, dan lain-lain (sumber : agung sandi prakasa
2012).
Bahan logam yang digunakan dalam pembuatan turbin ialah jenis
stainless steel yang dimana memiliki kandungan sebagian besar yaitu
khrom dan nikel. Sifat-sifat nikel yaitu cukup keras, BD 8,7 dan titik
lebur 1,455 C dengan kelihatan tinggi dan mudah dibentuk dalam
keadaan dingin atau panas dan tahan korosi. Sedangkan Khrom adalah
logam yang berwarna putih kebiruan lebih keras daripada kaca tapi
rapuh. Sifat-sifat fisika dari khrom adalah titik lebur 1550C dengan
titik didih 2477C dan kerapatan 7,138 gr/cm3, mudah larut dalam
asam-asam seperti asam klorida, asam sulfat dan asam nitrat, untuk
unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, memperbaiki
kekuatan tarik dan ketahanan korosi dan unsur paduan dalam baja
perkakas, memperbaiki ketahanan ukuran. Kegunaan khrom sebagai
unsur pemadu untuk bahan penghantar panas, bahan tahanan (sumber :
agung sandi prakasa 2012).
B.

Sedimentasi pada PLTA


Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan

pelapukan oleh air, angin atau glester ke suatu wilayah yang kemudian
12

diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan


lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di
suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang
lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
1. Pengendapan oleh air sungai, Batuan hasil pengendapan oleh air disebut
sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain
meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.
2. Pengendapan oleh air laut, Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut
sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya
gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain
pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
3. Pengendapan oleh angin, Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut
sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa
gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang
cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan
mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk
timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Adapun dampak yang di timbulkan oleh sedimentasi yaitu :
1.

Dampak Terhadap Bendungan PLTA


Definisi
suatu

lokasi

sedimentasi

adalah menumpuknya

akibat terjadinya

bahan sedimen

erosi baik erosi permukaan

di

maupun
13

erosi tebing

yang terjadi

di daerah tangkapan air dan terbawa oleh

aliran air sampai ke lokasi tersebut


lahan secara besar-besaran
dan mengabaikan
terjadinya

(Loebis

et al.,1993). Eksploitasi

yang dilakukan di daerah tangkapan air

aspek konservasi

lahan dapat merupakan penyebab

erosi tanah yang menjadi

sumber bahan sedimen

yang

akhirnya akan terbawa oleh aliran air sampai di suatu lokasi dimana
terjadi

sedimentasi.

Berbagai

faktor

yang

menjadi

penyebab

terjadinya sedimentasi menurut Suripin (2000) diantaranya adalah :


a. kondisi curah hujan
b. kondisi geologi
c. kondisi penutup lahan
d. kondisi tata guna lahan
e. kondisi topografi
f. kondisi jaringan pematusan

14

Sedimen yang terbawa oleh aliran air secara umum tercliri clari dua
model "wash load" yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) clan
"bed load" yang berasal dari alur dasar sungai. Wash load dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu yang berasal dari erosi permukaan

(sheet

erosion) dan yang berasal dari erosi pada dinding alur sungai (bank
erosion).
Sheet Erosion
Wash Load
Bank erosion

Sedimentation
Bed Load

Gambar 2.4 Skema Asal Sedimentasi


(Sumber : Jansen et al., 1979)

Kapasitas total waduk saat direncanakan berdasarkan perhitungan


volume tampungan air tanpa adanya sedimentasi. Seiring berjalannya waktu
pengoperasian waduk, terjadi sedimentasi di area genangan sehingga
menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan. Deskripsi berkurangnya
kapasitas waduk di tunjukkan dalam gambar 2.5 di bawah ini.

15

Gambar 2.5 Deskripsi Berkurangnya Kapasitas Waduk karena Sedimentasi


(Sumber : Mays et al.,1992)

Menurut

Kasiro et al., 1997, kapasitas waduk secara umum

dibedakan menjadi tiga yaitu:


a. Kapasitas Mati (Dead Storage)
b. Kapasitas pelayanan (Active Storage)
c.

Kapasitas total
Umur

tampungan
tampungan
waduk.

pelayanan

waduk

merupakan

fungsi

aktif (Ilyas et al., 1991 ). Semakin


aktif

menandakan

Penyusutan

volume

disebabkan karena bertambahnya


dalam waduk. Hubungan

semakin
tampungan

dari volume

menyusut

pendek umur
aktif

lebih

volume
pelayanan
banyak

volume sedimen yang masuk ke

antara umur pelayanan

dengan

volume

16

tampungan aktif dalam m3


Pada awal umur pelayanan

dapat digambarkan sebagai Gambar 2.6


diperoleh

volume

tampungan

aktif

rencana, saat tampungan aktif 0 didapat umur rencana waduk.

Gambar 2.6 Hubungan antara Umur Pelayanan dan Volume Tampungan Aktif
2.

Dampak Terhadap Material Turbin PLTA


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru merupakan pembangkit
listrik dengan type Run Off River. Air yang digunakan untuk membangkitkan
energi listrik diperoleh dengan cara membendung aliran Sungai Mamasa yang
berhulu di Kabupaten Mamasa (Sulawesi Barat). PLTA Bakaru diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada 13 Mei 1991 dengan kapasitas 2 x 63 MW untuk
penyediaan energi listrik di sebagian Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat
(Wahid, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sulsel dan
Sultra Sektor Bakaru menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume
sedimentasi yang signifikan yaitu dari 0 m 3 pada tahun 1990 menjadi

17

6.331.400 m3 pada tahun 2005. Peningkatan volume sedimentasi yang begitu


cepat, mengakibatkan kerusakan terhadap sudu gerak turbin. Akibatnya,
interval waktu pemeliharaan semakin singkat (4 tahun). Sementara menurut
Buku Manual pengoperasian PLTA, interval pemeliharaan ialah 8 sampai 10
tahun.
Dampak yang ditimbulkan oleh sedimen tidak hanya abrasi dan erosi
terhadap lingkungan, melainkan juga terjadi abrasi dan erosi pada sudu turbin.
Menurut Gogstad (2012) menyatakan bahwa konsentrasi sedimen yang tinggi
dapat mengakibatkan abrasi dan erosi pada sudu turbin. Selain konsentrasi,
ukuran sedimen juga dapat menimbulkan mikroerosi pada sudu turbin
(Karelin, 2004). Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa baik
konsentrasi maupun ukuran sedimen sangat berpengaruh terhadap kerusakan
sudu turbin. Adapun kerusakan karena kavitasi disebabkan oleh gelembung
uap akibat rendahnya tekanan pada sudu turbin. Menurut Gogstad (2012) pada
umumnya, terdapat empat zona terjadinya kavitasi pada sudu gerak turbin
Francis. Pernyataan ini didukung oleh Avellan (2004) bahwa kavitasi terjadi
pada keempat zona tersebut serta berpengaruh terhadap efisiensi turbin.
Keempat zona tersebut ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut ini.

18

Gambar 2.7 Zona Kavitasi pada Sudu Gerak Turbin Francis


Pada gambar 2.7 menunjukkan bahwa zona kavitasi terdapat pada sisi
leading edge (A) dan (B), pusaran gelembung uap (C) dan sisi antar sudu (D).
Pada zona tersebut terjadi penurunan tekanan karena terbentuknya aliran
vortex di sekitar sudu turbin. Terjadinya kavitasi tidak hanya disebabkan
turunnya tekanan aliran air pada keempat zona tersebut, melainkan juga
disebabkan oleh konsentrasi partikel. Semakin tinggi intensitas partikel
semakin tinggi pula kavitasi (Gregore, 2011). Di samping kerusakan karena
kavitasi, kerusakan pada keempat zona juga dapat disebabkan oleh erosi
akibat tumbukan partikel pada permukaan sudu turbin. Pada turbin, letak
turbin harus diperhatikan agar tidak terjadi bahaya kavitasi yang terjadi akibat
adanya tekanan absolut yang lebih kecil dari tekanan uap air. Kavitasi dapat
menyebabkan sudu-sudu turbin menjadi berlubang-lubang kecil. Sehingga
mengurangi efisiensi turbin yang akhirnya dapat pula merusak sudu turbin.

19

Gambar 2.8 Kerusakan sudu pada empat zona yang berbeda.


Pada gambar 2.8 menunjukkan kerusakan sudu pada empat zona yang
berbeda akibat erosi. Menurut Thapa dkk. (2007) melaporakan bahwa
terjadinya erosi pada sudu turbin mengakibatkan efisiensi sistem menurun.
Dari beberapa pernyataan sebelumnya, menjelaskan bahwa kerusakan sudu
gerak pada turbin air disebabkan oleh abrasi, erosi, dan kavitasi. Di samping
itu, juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan ukuran partikel sedimen. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menidentifikasi penyebab serta pengaruhnya
terjadinya kerusakan sudu gerak pada turbin air. Menurut Muhammad

20

Mangatas (2013)

Kavitasi adalah peristiwa terjadinya letusan kecil dari

gelembung uap air yang sebelumnya terbentuk didaerah aliran yang


tekanannya lebih rendah dari pada tekanan uap air,kemudian gelembung uap
air ini akan menciut secara cepat atau meletus ketika uap air ini melewati
daerah aliran yang tekanannya lebih besar dari pada tekanan uap air tersebut.

Gambar 2.9 Kerusakan Turbin pada Sisi Pusaran Gelembung Uap pada
PLTA Bakaru yang diakibatkan oleh Kavitasi

Pada gambar 2.9 kerusakan sudu pada zona sisi pusaran gelembung
uap yang diakibatkan oleh adanya kavitasi pada turbin di PLTA Bakaru. Selain
kavitasi abrasi juga menjadi salah satu faktor kerusakan pada turbin air.

21

Gambar 2.10 Kerusakan Turbin akibat Erosi pada Sisi Leading Edge pada PLTA
Bakaru.

Pada gambar 2.10 kerusakan sudu pada zona leading edge

yang

diakibatkan oleh adanya erosi dan abrasi akibat konsentrasi sedimentasi yang
tinggi pada turbin di PLTA Bakaru
.

Gambar 2.11 Kerusakan pada Guide Vane akibat Erosi pada Turbin PLTA Bakaru

22

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian Analisis Pengaruh Sedimen terhadap Kerusakan Material pada
Turbin Air akan dilaksanakan di Laboratorium Sistem Pembangkit Energi
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang selama 6 bulan, yaitu
bulan Februari sampai Juli 2016.
B. Alat Dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan :
1. 4 buah benda uji runner yang menggunakan bahan carbon steel
2. 4 buah benda uji runner yang menggunakan bahan stainless steel

(a)

(b)

Gambar 3.1 Benda uji material (a) carbon steel dan (b) stainless steel
Alat yang digunakan :

23

Posisi Benda
Uji

Gambar 3.2 Skema Pengujian dengan Sedimen

Gambar 3.3 Alat Pengujian dengan Sedimen

Spesifikasi bagian-bagian alat pengujian dengan sedimen, yaitu :


Type pompa
: Kyushu KS 125A
Head Pompa (H)
: 33 meter
Head suct (H)
: 9 meter
Putaran Pompa (N)
: 2850 Rpm
Maksimal kapasitas pompa (Q)
: 35 liter/min = 5,83 x 10-4 m3 /s
Tekanan (Pa)
: 330.000 Pa = 3,3 Bar
Debit Aliran (Q)
: 0,67 liter/s
Diameter selang (d)
: 1,812 cm
Luas penampang (A)
: 2,57 m2

24

Kecepatan aliran ke benda uji (v)

Q
A

5,83 104

m3
s

2,57 m2
2,268 10-4 m/s

C. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan sampel sedimen di Dam PLTA Bakaru
2. Sampel sedimen dikeringkan dengan menggunakan oven.
3. Sampel sedimen disaring dengan diameter partikel (dp) 0,125mm,
0,25mm dan 0,5mm.
4. Mengisi reservoir/tangki pada alat pengujian sedimen dengan air
sedimen sebanyak 40 liter dengan konsentrasi sedimen 5% setara
dengan 2 kg sedimen.
(NB : konsentrasi sedimen =

massa sedimen
massa air+massa sedimen

2000 gr
38000 gr +2000 gr

2000 gr
40000 gr

x 100% = 5% )

5. Memasang benda uji pada titik pengujian pada saluran terbuka.


6. Menjalankan pompa dengan putaran 2850 rpm dengan bukaan katup
penuh untuk mengalirkan air dari reservoir ke saluran terbuka.
7. Mengatur bukaan katup air yang masuk ke saluran terbuka.
8. Mengukur laju aliran air pada saluran terbuka (m3/s).

25

9. Prosedur (1) sampai (8) diulangi untuk konsentrasi sedimen 8%, 10%
dan 12%
10. Setiap perubahan parameter konsentrasi sedimen menggunakan satu
benda uji.
11. Menyiapkan benda uji material carbon steel dan stainless steel (model
sudu turbin) sebanyak 4 buah.
Catatan :
konsentrasi sedimen =

massa sedimen
massa air+massa sedimen

massa sedimen
massa air+massa sedimen
=

konsentrasi sedimen =

2000 gr
38000 gr +2000 gr

2000 gr
40000 gr

=
konsentrasi sedimen =

3200 gr
36800 gr +3200 gr

3200 gr
40000 gr

massa sedimen
massa air+massa sedimen

=
=

x 100% = 5%

x 100% = 8%

4000 gr
36000 gr +4000 gr
4000 gr
40000 gr

x 100% =

10%
konsentrasi sedimen =

massa sedimen
massa air+massa sedimen

4800 gr
35200 gr +4800 gr

26

4800 gr
40000 gr

x 100% =

12%
D. Pengujian Morfologi Mikro Erosi
Dari percobaan pengujian morfologi mikro erosi dengan menggunakan
microscopy digital sistem akuisisi data dengan spesifikasi USB Digital
Microscope "Scorpio" 500 pembesaran maksimal, dengan 16001200 resolusi
dan dilengkapi 8 LED untuk pencahayaan rekaman, dengan mencari titik fokus
pada pembesaran 500 diarea objek, penelitian ini dilakukan pada Laboratorium
sistem pembangkit energi jurusan teknik mesin politeknik negeri ujung pandang.

Gambar 3.4 Alat pengujian microscopy digital

E. Teknik Pengolahan/Analisis Data

27

Analisis data dilakukan untuk menentukan profil aliran dengan parameter


konsentrasi sedimen.

Mulai

Input Data
Konsentrasi sedimen , C (%)

N=1
Hitung :
Konsentrasi sedimen

N = N+1
N=4
Analisis kerusakan :
Dengan pengujian morfologi mikro erosi

Selesai
Gambar 3.5 Diagram Alir Analisis Data

28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian
1. Hasil pengujian morfologi mikro erosi dengan menggunakan
microscopy digital sistem akuisisi data
Dari percobaan pengujian morfologi mikro erosi dengan menggunakan
microscopy digital sistem akuisisi data dengan spesifikasi USB Digital
Microscope "Scorpio" 500 perbesaran, dengan 16001200 Resolusi dan
dilengkapi 8 LED untuk pencahayaan rekaman. Yang dilakukan pada
Laboratorium

sistem pembangkit energi jurusan teknik mesin politeknik

negeri ujung pandang, didapatkan data ilustrasi sebagai berikut :

(a)

(b)

Gambar 4.1 Sebelum pengujian pada material (a) carbon steel


(b) stainless steel

29

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.2 (a) Setelah pengujian material carbon steel dengan konsentrasi
5% dengan variasi waktu yang berbeda10 jam ,(b) 20 jam dan
(c) 30 jam

30

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.3 (a) Setelah pengujian material carbon steel dengan konsentrasi
12% dengan variasi waktu yang berbeda 10 jam ,(b) 20 jam
dan (c) 30 jam

31

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.4 (a) Setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi
5% dengan variasi waktu yang berbeda 10 jam ,(b) 20 jam
dan (c) 30 jam.

32

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.5 (a) Setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi
8% dengan variasi waktu yang berbeda 10 jam ,(b) 20 jam
dan (c) 30 jam

33

(a)
(b)

(c)

(d)

Gambar 4.6 (a) Setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi
10% dengan variasi waktu yang berbeda 10 jam ,(b) 20 jam,
(c) 30 jam dan (d) 40 jam

34

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 4.7 (a) Setelah pengujian material stainless steel dengan konsentrasi
12% dengan variasi waktu yang berbeda 10 jam ,(b) 20 jam,
(c) 30 jam dan (d) 40 jam

35

2. Hasil Pengujian Morfologi Mikro Erosi Dengan Menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy)
Dari percobaan pengujian Morfologi Mikro Erosi dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy)
yang dilakukan pada Laboratorium Fisika Universitas Negeri Makassar, didapatkan data ilustrasi sebagai berikut
A. Carbon Steel
cps/eV
20
18
16
14
12
10

O
Fe

Al
Si

Fe

8
6
4
2
0
2

10

12

14

16

18

Gambar 4.8 Komposisi unsur keV


carbon steel berdasarkan persentasi kandungan.

20

36

Spectrum: test
Element

unn. C norm. C Atom. C Compound norm. Comp. C Error (3 Sigma)


[wt.%] [wt.%] [at.%]
[wt.%]
[wt.%]
----------------------------------------------------------------------Iron
90.84
76.37
48.47
FeO
98.24
7.37
Oxygen
27.03
22.73
50.35
0.00
13.27
Silicon
0.20
0.17
0.21
SiO2
0.36
0.12
Aluminium
0.88
0.74
0.97
Al2O3
1.40
0.24
----------------------------------------------------------------------Total: 118.95 100.00 100.00

Tabel 4.1 Komposisi unsur carbon steel berdasarkan persentasi

37

Gambar 4.9 Morfologi carbon steel setelah pengujian SEM (Scanning


Electron Microscopy).

38

cps/eV

B. Stainless Steel

Cu
Na

Ni
Cr Mg
Mn
Al
Fe
Si

Cr

Mn

Fe

Ni

Cu

0
2

10
keV

12

14

16

18

20

Gambar 4.10 Komposisi unsur stainless steel berdasarkan persentasi kandungan.

39

Spectrum: test
Element
unn. C norm. C Atom. C Compound norm. Comp. C Error (3 Sigma)
[wt.%] [wt.%] [at.%]
[wt.%]
[wt.%]
----------------------------------------------------------------------Iron
60.07
51.46
31.66
FeO
66.20
5.07
Manganese
1.68
1.44
0.90
MnO
1.85
0.33
Chromium
18.47
15.82
10.46
Cr2O3
23.12
1.70
Nickel
5.61
4.80
2.81
NiO
6.11
0.77
Silicon
0.13
0.11
0.14
SiO2
0.24
0.12
Aluminium
0.09
0.08
0.10
Al2O3
0.14
0.12
Oxygen
28.36
24.29
52.18
0.00
34.56
Sodium
0.56
0.48
0.72
Na2O
0.65
0.31
Magnesium
0.28
0.24
0.34
MgO
0.40
0.19
Copper
1.49
1.28
0.69
1.28
0.40
----------------------------------------------------------------------Total: 116.74 100.00 100.00

Tabel 4.2 Komposisi unsur stainless steel berdasarkan persentasi

40

Gambar 4.11 Morfologi material stainless steel setelah pengujian SEM (Scannning
Electron Microscopy)

41

C. Pasir Kuarsa (Sedimen)


14

cps/eV

12

10

Mn
Fe
Ti
Mg
K
Na Si
O
Al P
Ca

Ca

Ti

Mn

Fe

0
2

10
keV

12

14

16

18

20

Gambar 4.12 Komposisi unsur sedimen berdasarkan persentasi kandungan.

42

Spectrum: test
Element
unn. C norm. C Atom. C Compound norm. Comp. C Error (3 Sigma)
[wt.%] [wt.%] [at.%]
[wt.%]
[wt.%]
-----------------------------------------------------------------------Oxygen
24.01
46.08
61.81
0.00
9.24
Aluminium
7.62
14.62
11.63
Al2O3
27.63
1.21
Silicon
12.42
23.84
18.22
SiO2
51.01
1.70
Phosphorus
0.11
0.22
0.15
P2O5
0.50
0.11
Sodium
0.45
0.85
0.80
Na2O
1.15
0.21
Magnesium
1.35
2.60
2.29
MgO
4.31
0.34
Potassium
1.29
2.47
1.36
K2O
2.98
0.24
Calcium
0.36
0.69
0.37
CaO
0.97
0.14
Iron
3.90
7.49
2.88
FeO
9.64
0.50
Titanium
0.49
0.95
0.43
TiO2
1.58
0.16
Manganese
0.09
0.18
0.07
MnO
0.23
0.11
-----------------------------------------------------------------------Total: 52.11 100.00 100.00

Tabel 4.3 Komposisi unsur sedimen berdasarkan persentasi

43

Gambar 4.13 Penampilan material sedimen setelah pengujian SEM (Scanning


Electron Microscopy).

44

B.

Pembahasan
Berdasarkan analisa ilustrasi di atas maka dapat diketahui bahwa hasil

pengujian morfologi mikro erosi dengan menggunakan microscopy digital


system akuisisi data pada material carbon steel dan stainless steel dengan
masing-masing konsentrasi sedimen 5%, 8%, 10% dan 12% menggambarkan
terjadinya kerusakan pada material tersebut. Kerusakan yang terjadi pada
material carbon steel dan stainless steel ialah abrasi dan erosi akibat adanya
tumbukan oleh air yang mengandung sedimen. Berdasarkan hasil pengujian
dengan menggunakan alat pengujian sedimen bahwa kerusakan telah terjadi
sejak 10 jam awal pengujian hingga 30 jam pada material carbon steel dan
stainless steel.
Kerusakan abrasi dan erosi ialah kerusakan yang digambarkan dengan
terjadinya

pengikisan

material

akibat

adanya

air

sedimen

ataupun

mengandung butiran-butiran pasir.


Pada pengujian Morfologi Mikro Erosi dengan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscopy) yang dilakukan di Laboratorium Fisika
Universitas Negeri Makassar didapatkan hasil bahwa persentase kandungan
pada material carbon steel ialah Fe 97% dan F 3%. Persentase kandungan
pada material stainless steel ialah Fe 70.7 %, Cr 19.5%, Ni 6.9%, Cu 2% dan
O 0.9 %. Persentase kandungan pada bahan sedimentasi ialah O 46.08 %, Al
14.62% dan Si 23.84%.
Berdasarkan jurnal tentang penentuan kadar silika dari pasir limbah
pertambangan dan pemanfaatan pasir limbah sebagai bahan pengisi bata beton
didapatkan hasil uji sedimen/pasir silika dengan menggunakan Scanning
45

Electron Microscopy (SEM) bahwa sedimen/pasir silika mengandung C


8,36%, Na2O 4,25%, Al2O3 0,34%, SiO2 86,93% dan CaO 0,12% ( Nici
Trisko , 2013). Hasil uji Scanning Electron Microscopy (SEM) pada material
stainless steel berdasarkan jurnal tentang studi laju korosi pada plat stainless
steel (SS) 304 dan 316 dengan variasi media korosi ialah C 0,08%, Mn 2%, Si
0,75%, P 0,04%, S 0,03%, Cr 20%, Ni 10% dan N 0,1 % (syohan demega
perdana,2012).
Terjadinya kerusakan abrasi dan erosi pada material carbon steel dan
stainless steel akibat sedimentasi, karena pada material carbon steel memiliki
paduan antara Fe dan C dengan kadar C sampai 2,14%. Sifat-sifat mekanik
baja karbon tergantung dari kadar C yang dikandungnya. Setiap baja termasuk
baja karbon sebenarnya adalah paduan multi komponen yang disamping Fe
selalu mengandung unsur-unsur lain seperti Mn, Si, S, P, N, H, yang dapat
mempengaruhi sifat-sifatnya. Sedangkan pada material stainless steel
mengandung minimal 10,5% Cr. Karakteristik khusus pada stainless steel
adalah pembentukan lapisan film kromium oksida (Cr2O3). Karakteristik ini
yang membuat ketahanan bahan menjadi kuat, tidak mudah pecah dan tidak
terlihat secara kasat mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali
jika lapisan rusak dengan adanya oksigen.

46

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis pengaruh
sedimen terhadap kerusakan material pada turbin air maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengujian Morfologi Mikro Erosi dengan menggunakan Microscopy
Digital Sistem Akuisisi Data di dapatkan hasil bahwa konsentrasi sedimen
mempengaruhi kerusakan sudu gerak pada turbin francis, karena semakin
besar konsentrasi yang di berikan semakin cepat pula terjadi kerusakan pada
material.
2. Kerusakan yang terjadi pada material carbon steel akibat adanya tumbrukan
air yang mengandung sedimen ialah abrasi dan erosi dengan variasi
konsentrasi sedimen dan waktu yang sama, dan material yang lebih cepat
mengalami kerusakan terjadi pada material carbon steel diakibatkan karena
kandungan pada material carbon steel lebih kurang ketahanannya
dibandingkan dengan kandungan pada material stainless steel.

47

B. Saran
1. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat lebih difokuskan pada
kegiatan penelitian di industri khususnya di PLTA agar dapat memahami
masalah pada unit atau bagian yang mengalami kerusakan.
2. Agar kiranya kebersihan dan keselamatan kerja diperhatikan agar
tercipta suasana kerja yang aman dan sehat.
3. Diharapkan bagi industri atau perusahaan agar mendata, mencatat
kerusakan atau masalah secara lengkap dan berkala yang terjadi pada
unit yang member konstribusi penyebab terjadinya mesin tidak
berproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

48

Avellan, F. 2004. Introduction to Cavitation in Hydraulic Machinery. The 6 th


.International Conference on Hydraulic Machinery and Hydrodynamics,
Timisoara, Romania, October 21 22, 2004.
Gary, N. 2009. Sedimentilogy and Stratgraphy. Second edition. Wiley-Blackwell
ISBN (Print) 978 1450 135924.
Gogstad, P.J. 2012. Hydraulic design of Francis turbine exposed to sediment erosion,
Department of Energy and Process Engineering, Norwegian University of
Science and Technology.
Gregore, B., A. Predin, D. Fabijan, R. Klasine. 2011. Experimental Analysis of The
Impact of Particles on the Cavitation Flow. Journal of Mechanical
Engineering 58 (2012) 4, 238-244.
Ilyas, Mohamad Arief - Mashudi, 1991, Salah Satu Cara Teknik
Simulasi Pengoperasian Reservoir, Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan VIII, Himpunan Ahli Teknik Hidraulik
Indonesia, Jakarta, 9 - 11 Oktober 1991.
Jansen, et.al., 1979, River Engineering, Prentince Hall, London.
Karelin, V.Y. and C.G. Duan. 2002. Design of hydraulic machinery working in sand
laden water. Vol. 2 Imperial College Press, London, 1 edition, 2002.
Kasiro, Ibnu - Adidharma, Wanny - Rusli, Bhre Susantini - Nugroho, CL Sunarto,1997, Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil untuk
Daerah Semi Kering di Indonesia, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta..
Loebis,

Joesron, Soewarno, dan Suprihadi, 1993, Hidrologi Sungai,


Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Mays, Larry, W, editor in chief, 1996, Water Resources Handbook, Mc


Graw Hill, Singapore.
Pratiwi,A.S.2015. Laporan Kerja Praktek Lapangan di PLTA Bakaru Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Prayogo, T., B. Budiman. 2009. Survei Potensi Pasir Kuarsa di Daerah Ketapang
Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
Vol. II (126-132).
Prakasa,A.S.2012. Makalah Ilmu Logam, (online) (http://MAKALAH LOGAM_
Makalah LOGAM.html diakses 22 september 2016).

49

;Suripin, 2000. Konservasi Tanah dan Air. Universitas Diponegoro. Semarang.


Thakkar, N., S. Chaudari, C. Sonvane, S.V. Jai n, R.N. Patel, M. Bhojawala. 2015.
Cavitation Detection in Hydraulic Machines. International Journal on
Theoretical and Applied: A Review Research in Mechanical Engineering.
ISSN (Print): 2319-3182, Volumse -4, Issue -1, 2015.
Thapa B., P. Chaudary, O.G. Dahlhaug, P. Upadhyay. 2007. Study of Combined
Effect of Sand Erosion and Cavitation in Hydraulic Turbines. International
Conference on Small Hydropower- Hydro Sri Lanka, 22-24 Oktober, 2007.
Trisko, Nici., Hastiawan, Iwan., Eddy,D.R.2013.Penentuan Kadar Silika dari Pasir
Limbah Pertambangan dan Pemanfaatan Pasir Limbah sebagai Bahan
Pengisi Bata Beton.Universitas Padjadjaran Bandung.
Wahid, A. (2007). Identifikasi Kondisi Sedimentasi di Waduk PLTA Bakaru Dalam
Upaya Menanggulangi Krisis Energi Listrik di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat. Jurnal Rutan dan Masyarakat, 2 (2 : 229-236).
Waluya, Bagja. (2009). Memahami Geografi SMA untuk Kelas X Semester 1 dan 2.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

LAMPIRAN
Pengambilan sedimen di Dam PLTA Bakaru
50

Pengeringan Sedimen

Pengukuran berat sedimen

51

Alat pengujian X-Ray Diffraction (XRD)

Alat pengujian morfologi mikro erosi

52

Saluran terbuka

53

Alat pengujian scanning electron microscopy (SEM)

54

Alat pengujian microscopy digital system akuisisi data

55

Anda mungkin juga menyukai