Konsep Teoritis Kepuasan Dalam Islam
Konsep Teoritis Kepuasan Dalam Islam
(konsumen)
yang
bersangkutan.
Adapun
konsep
kepuasan
konsumen terdiri dari kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan
(marginal utility).
b.
Pendekatan indifference curve atau ordinal mengasumsikan bahwa
konsumen mampu meranking / membuat urutan-urutan kombinasi barang
yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa
harus menyebutkan secara absolut. Mengukur kepuasan
didasarkan pada 4 (empat) asumsi yakni:
From
Serviceabilit
Feature
fisik
Keistimewaan fungsi
y
Accessibility
kecepatan pelayanan
Letak dealer bengkel mobil
Performan
dasar produk
Kualitas dan
mudah dicapai
Communicat Kemampuan
ce quality
karakteristik dasar
Conforma
produk beroperasi
Kesesuaian
nce
spesifikasi produk
Durability
Reliability
yang diharapkan
Ukuran usia operasi
ion
berkomunikasi dengan
bahasa konsumen
Competence Tingkat keterampilan
menyelesaikan masalah
Courtesy
dalam kondisi
bersahabat dengan
normal
Ukuran produk tidak
konsumen
Kemampuan mewujudkan
Reliability
dalam periode
1 Adiwarman A Karim,Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : Rajawali Press,2010). Hal 55
2 Ali Hasan, SE,MM.(Marketing dan kasus-kasus pilihan,Jakarta,2010).hal 109
waktu tertentu-tok
cer
Repairabili Ukuran kemudahan
ty
Style
memperbaiki
Penampilan dan
Security
Keamanan,keterjaminan
Tangibles
dan legalitas
Wujud
perasaan produk
Design
fisik,gedung,peralatanperalatan
Pemahaman kebutuhan
Totalitas
Understandi
keistimewaan dari
produk
Sehingga mengukur kepuasan tidak hanya ditinjau dari semakin tinggi
konsumsi semakin tinggi kepuasan konsumen, melainkan barang yang
dikonsumsi bersifat halal atau haram. Hal ini sebagai mana perintah Allah :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya. (QS. Al-Maidah : 87-88).
C. Prinsip-Prinsip Dasar Konsumsi Islam
yang
halal,
meski
dalam
keadaan
tertentu
yang
dan
kualitas
ibadah
karena
ketika
menggunakan
tanpa
dicampuri dan dibebani salah sehingga akan diterima dan mendapat pahala
untuk bekal hari setelah kematian nanti.
Maka, halal dan haram suatu barang tidak hanya diukur dari satu
aspek saja (zat yang dilarang) melainkan beberapa aspek yang menjadi
prinsip dalam konsumsi diantaranya:
1.
a.
masayrakat sekitar.
Kaidah lingkungan, yaitu dengan memperhatikan kondisi alam lingkungan.
Tidak meniru budaya konsumsi yang bertentangan dengan etika, baik
agama maupun masyarakat.
IV.
Kesimpulan / Penutup
Manusia sebagai mahluk social dituntut untuk mampu memperhatikan
kebutuhan hidupnya tidak hanya dalam waktu sesaat dan tidak pula untuk
dirinya sendiri. Konsumsi manusia terhadap segala sesuatu kebutuhan harus
memperhatikan aturan-aturan lingkungan, serta jangka waktu yang panjang.
Kepuasan (utility) akan didapat dengan sendirinya jikalau sesuatu yang
dikonsumsinya membawa nilai manfaat, maslahah, dan barokah.