Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERATURAN PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN


PRAKTIK KEBIDANAN DAN PROFESI KESEHATAN LAIN.

DOSEN : INDAH DEWI SARI, M.Kes

DI SUSUN OLEH :
INTAN SURANTA PJ
SAFRINA
DEMI TARIGAN
NURJANNAH
IIN
SUGIANI
HEPPY
NINA KHAIRANI
MUSALAMAH
JENI HARTATI GINTING
KURNIA INTAN HASIBUAN
GUSTI

STIKES HELVETIA
MEDAN
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Peraturan Pemerintah Yang Berkaitan
Dengan
Praktik
Kebidanan
Dan
Profesi
Kesehatan
Lain.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.

Medan, 31 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang........................................................................................................

B.

Rumusan Masalah..................................................................................................

C.

Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN STANDAR

B.

Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan

C.

Standar Praktik Bidan di Indonesia

D.

Hukum Perundangan di Indonesia

E.

Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia

BAB III PENUTUP


1.

Kesimpulan........................................................................................

20

2.

Saran..................................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

22

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal
ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi
memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang
muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau
kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.
Bidan sebagai tenaga perawat mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi

masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Praktek Bidan ditentukan
dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui
perundang undangan yang ada, dimanapun bidan itu bekerja.Kebidanan hubungannya
sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena berbagai
masalah kesehatan actual dan potensial. Kebidanan memandang manusia secara utuh dan
unik sehingga praktek kebidanan membutuhkan penerapan ilmu Pengetahuan dan
keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien.
Keunikan hubungan bidan dan klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan
kontuinitasnya
Penerimaan dan pengakuan organisasi profesi bidan sebagai pelayanan profesional
diberikan oleh bidan profesional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal
mudah di Indonesia. Disisi lain kebidanan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan
eksternal dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh sungguh dan
nyata
keterlibatan
berbagai
pihak
yang
terkait
dan
berkepentingan.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab utama dan komitmen tersebut di atas maka IBI
harus memberikan respon, sensitive serta peduli untuk mengembangkan standar praktek
kebidanan. Dalam menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasafrkan pada
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan, dan
kode etik profesi yang dimilikinya.

B.
Rumusan
Masalah
Bidan sebagai profesi telah memiliki standar praktik untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang telah diatur dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia. Oleh
karena itu dalam makalah ini kami membahas topic yang berhubungan dengan standar
praktik
profesi
bidan,
yang
meliputi
:
a.
Definisi
Standar
Praktik
dan
Hukum
Perundangan
b.
Standar
Praktik
Bidan
di
Indonesia
c.
Hukum
Perundangan
di
Indonesia.
d.
Hubungan
Standar
Profesi
dan
Hukum
Perundangan
di
Indonesia
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan
makalah
ini
adalah
:
1. Membantu pemerintah dalam peningkatan standar praktik pelayanan bidan terhadap
masyarakat.
2. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak sesuai dengan standar praktik bidan.
3. Memberikan motivasi kepada setiap bidan agar dapat mempertahankan standar pelayanan
yang
sesuai
dengan
standar
praktik
bidan.
4. Memberi dukungan perlindungan hukum pada bidan yang telah melaksanakan pelayanan
sesui standar praktik bidan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
5. Agar mahasiswa dapat memahami masalah Peraturan dan Perundang-Undangan yang
Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan sehingga mahasiswa dapat mengatasi masalah
dengan tanggung jawab tenaga kesehatan.

II. PEMBAHASAN
PENGERTIAN STANDAR

Pengertian standar Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline ,
1990) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980) Standar adalah spesifikasi

dari fungsi tau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa
pelayanan dapat memperoleh keuntungan maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan
( Rowland and Rowland, 1983)

Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,

berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

Standar menunjukan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, namun ukuran tingkat

ideal tercapai tsb tidaklah disusun terlalu kaku, melainkan dalam bentuk minimla dan maksimal
( range ) Penyimpangan yang terjadi, tetapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut
dengan nama toleransi ( tolerance )

Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap berpedoman pada

standar yang telah ditetapkan, disusunlah protokol (pedoman, petunjuk pelaksana) Protokol
adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatisdan dipakai sebagai pedoman oleh
para pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kes. Makin
dipatuhi protokol, makin tercapai standar yang telah ditetapkan

Syarat Standar Bersifat jelas , artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur

berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Masuk akal , suatu standar yang tidak masuk akal,
misalnya ditetapkan terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai,bukan saja sulit dimanfaatkan
tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana Mudah dimengerti , suatu standar yang
tidak mudah dimengerti, atau rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan tenaga pelaksana shg
standar tsb tidakakan dapat digunakan

Dapat dicapa i, merumuskan standar harus sesuai dengan kemampuan, siatuasi sertakondisi

organisasi Absah , ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan Meyakinkan ,
persyaratan yang ditetapkan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi Mantap, Spesifik dan
Eksplist, tidak terpengaruh oleh perubahan waktu untuk jangka waktu tertentu, bersifat khas dan
gambling

Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma

tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Melindungi masyarakat
Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan Untuk menentukan
kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari. Sebagai dasar untuk
menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes RI,
2001:2)

Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam Membahas Tiap Standar Pelayanan Kebidanan
Digunakan Format Bahasan Sebagai Berikut : Tujuan merupakan tujuan standar Pernyataan
standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat
kompetensi yang diharapkan. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan
dinyatakan dalam bentuk yang dapat diatur. Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat,

ketrampilan) agar pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar. Proses yang berisi langkahlangkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar (Depkes RI, 2001:2).

Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga

kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Hak tenaga kesehatan
adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga
kesehatan serta mendapat penghargaan.

Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia tenggara

tahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang
diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar
tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan Standar
Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia,
khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar
ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan .

Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan


Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan /
asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan managemen kebidanan.
Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang diinginkan,
sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan kebidanan berarti
pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan
terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling
terkait erat, karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat
dan
memburuk.
Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur
tata tertib didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Hukum perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa yang diperbolehkan.
Standar
Praktik
Bidan
di
Indonesia
Standar
I
:
Metode
Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah:

pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan
dokumentasi.
Difinisi
Operasional:
1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana format
pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi
Standar
II:
Pengkajian
Data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data
yang
diperoleh
dicatat
dan
dianalisis.
Difinisi
Operasional:
1)
Ada
format
pengumpulan
data
2) Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi data:

Demografi
identitas
klien.

Riwayat
penyakit
terdahulu.

Riwayat
kesehatan
reproduksi.

Keadaan
kesehatan
saat
ini
termasuk
kesehatan
reproduksi.

Analisis
data.
3)
Data
dikumpulkan
dari:

Klien/pasien,
keluarga
dan
sumber
lain.

Tenaga
kesehatan.

Individu
dalam
lingkungan
terdekat.
4)
Data
diperoleh
dengan
cara:

Wawancara

Observasi.

Pemeriksaan
fisik.

Pemeriksaan
penunjang.
Standar
III
:
Diagnosa
Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
Difinisi
Operasional
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu
keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan
klien.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan
kebidanan
yang
diperlukan
oleh
klien.
Standar
IV
:Rencana
Asuhan
Rencana
asuhan
kebidanan
dibuat
berdasarkan
diagnosa
kebidanan.
Difinisi
Operasional
:
1)
Ada
format
rencana
asuhan
kebidanan
2) Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi.
Standar
V:
Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien:


tindakan
kebidanan
dilanjutkan
dengan
evaluasi
keadaan
klien.
Difinisi
Operasional
1.
Ada
format
tindakan
kebidanan
dan
evaluasi.
2.
Format
tindakan
kebidanan
terdiri
dari
tindakan
dan
evaluasi.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
tugas
kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan etika
kebidanan
serta
mempertimbangkan
hak
klien
aman
dan
nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
Standar
VI
:
Partisipasi
Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan
pemeliharaan
dan
pemulihan
kesehatan.
Difinisi
Operasional
1)
Klien/keluarga
mendapatkan
informasi
tentang:

Status
kesehatan
saat
ini

Rencana
tindakan
yang
akan
dilaksanakan.

Peranan
klien/keluarga
dalam
tindakan
kebidanan.

Peranan
petugas
kesehatandalam
tindakan
kebidanan.

Sumber-sumber
yang
dapat
dimanfaatkan.
2) Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindal kegiatan.
Standar
VII
:Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus den, tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien.
Difinisi
Operasional
1.
Adanya
format
pengawasan
klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis unmengetahui keadaan
perkembangan
klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.

Standar
VIII
:Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi
Operasional
Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan. Men sesuai dengan standar
ukuran
yang
telah
ditetapkan.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan


Hasil
evaluasi
dicatat
pada
format
yang
telah
disediakan.
Standar
IX
:
Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan
yang
diberikan.
Definisi
oprasional
:
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang bertanggung jawab.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal 50 penjelasan
menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan kemampuan
( knowledge, skill and professional attitude ) minimal yang harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri
yang
dibuat
oleh
organisasi
profesi.
Dalam melaksanakan profesinya, Bidan memiliki 9 (sembilan) kompetensi yaitu :
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat
selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap
budaya
setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat
sampai
dengan
1
bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat
(1
bulan

5
tahun).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga,
kelompok
dan
masyarakat
sesuai
dengan
budaya
setempat.
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
Setiap Kompetensi dilengkapi dengan Pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan
keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan
asuhan
kebidanan
Setiap Bidan harus bekerja Secara profesional dalam melaksanakan profesi asuhan kebidanan

, dan dalam melaksanakan profesi tersebut Bidan harus bekerja sesuai standar yang meliputi
meliputi : standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar sumber daya
pendidikan, standar pola pendidikan kebidanan, standar kurikulum, standar tujuan
pendidikan, standar evaluasi pendidikan, standar lulusan, standar Pendidikan Berkelanjutan
Bidan, standar organisasi, standar falsafah, standar sumber daya pendidikan, standar program
pendidikan dan pelatihan, standar fasilitas, standar dokumen penyelenggaraan pendidikan
berkelanjutan,
standar
pengendalian
mutu
Standar Pelayanan Kebidanan, standar falsafah, Standar Administrasi Dan Pengelolaan,
Standar Staf Dan Pimpinan, Standar Fasilitas Dan Peralatan, Standar Kebijakan Dan
Prosedur, Standar Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan, Standar Asuhan, Standar
Evaluasi Dan Pengendalian Mutu, standar praktik kebidanan, Standar metode asuhan, Standar
pengkajian, Standar Diagnosa kebidanan, standar rencana asuhan, standar tindakan, standar
partisipasi klien, standar pengawasan, standar evaluasi, standar dokumentasi.
C. Hukum
Perundangan
di
Indonesia
Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik kebidanan:
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10
antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan
kesanggupan
hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU
No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga
sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga
bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten
farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan
apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan
kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini
boleh dikatakan sudah usang karena hanya mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara
dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum
bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum
berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada
posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung
pada
tenaga
kesehatan
lainnya.
3. UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3)
dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan
wajib
kerja
pada
pemerintah
selama
3
tahun.
Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang
dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga peraturanperaturan
pegawai
negeri
juga
diberlakukan
terhadapnya
UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat
pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai

contoh bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang
tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini,
lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan
akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih
jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis menjadi dua
golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.
Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah
tetapi
juga
termasuk
katagori
tenaga
keperawatan.
5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat suatu
pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya
dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan
bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang
relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan
membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggatikan atau
mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan penyakit dan mengobati terutama
dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi
perawat yang memperpanjang pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui,
maka seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk
benar-benar
melakukan
nursing
care.
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4
November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan
II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya
dan
tidak
tergantung
kepada
pangkat/golongan
atasannya
7.
UU
Kesehatan
No.
23
Tahun
1992
Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.

I.
BAB
I
Ketentuan
Umum,
Pasal
1
Ayat
3
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
II.
Pasal
1
Ayat
4
Sarana Kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
III.
Keputusan
Menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK
No.
647/MENKES/SK/IV/2000)
IV.
BAB
I
Ketentuan
Umum
Pasal
1
:
Dalam
Keputusan
Menteri
ini
yang
dimaksud
dengan
:
1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh Indonesia (garis bawah saya).
3. Surat Ijin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan
di
seluruh
wilayah
Indonesia
(garis
bawah
saya).
ketentuan Pidana yang diatur dalam Pasal 359, 360, 351, 338 bahkan bisa juga dikenakan
pasal 340 KUHP. Salah satu contohnya adalah pelanggaran yang menyangkut Pasal 32 Ayat
(4) Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam ketentuan tersebut diatur
mengenai pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu. Pelanggaran atas pasal tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat (1a) Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan :barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenagan dengan sengaja : melakukan
pengobatan dan atau peraywatan sebagaimana dimaksud pasal 32 ayat (4), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
100.000.000,00
(seratus
juta
rupiah).
perorangan/berkelompok
(garis
bawah
saya).
Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan
profesi
secara
baik
II.1.2.
BAB
III
Perizinan,
Pasal
8
:
1. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan,
praktek
perorangan/atau
berkelompok.
2. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus
memiliki
SIK
(garis
bawah
saya).
3. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP (garis
bawah
saya).
Pasal 9 Ayat 1 SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Pasal 10 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 12 (1).SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
D. Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia
Hubungan hokum perundang-undangan dan hokum yang berlaku dengan tenaga kesehatan
adalah:
Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbale balik ini mempunyai
dasar hokum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan
dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban
Hak
dan
kewajiban
tersebut
adalah:
Hak
dan
kewajiban
bidan
a.Hak
bidan
Bidan berhak mendapat perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap timgkat jenjang
pelayanan
kesehatan
Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan
perundangan,
dank
ode
etik
profesi.
Bidan berhak atas privasi/kerahasiaan dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh
pasien,
keluarga
maupun
profesi
lain.
Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai

Bidan
berhak
mendapat
kompensasi
dan
kesejahteraan
yng
sesuai.
b.Kewajiban
bidan
Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hokum antara bidan
tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan
menghormati
hak-hak
pasien.
Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan
dan
keahlian
sesuai
dengan
kebutuhan
pasien.
Bidan wajib member kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan
keyakinannya.
Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta
resiko
yang
mungkin
dapat
timbul.
Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan dilakukan

Bidan
wajib
mendokumentasikan
asuhan
kebidanan
yang
diberikan

Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan
formal
dan
non
formal.
Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik
dalam
memberikan
asuhan
kebidanan.
Hak
dan
kewajiban
pasien
a.Hak
pasien
1. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan
keperawatan/keperawatan
yang
akan
diterimanya.
2. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya berkaitan
dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah
yang dihadapinya.
3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan
tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan
dialaminya,
kecuali
dalam
situasi
darurat.
4. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan
tentang
konsekuensi
tindakan
yang
akan
diterimanya.
5. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program
asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan
6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan
kesehatan
yang
diberikan
kepadanya.
7. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih lengkap
dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan RS yang
ditunjuk
dapat
menerimanya.
8. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi lain,
seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang
diterimanya.
9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu
eksperimen
yang
berhubungan
dengan
asuhan
atau
pengobatannya.
10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari dokternya ke
dokter
lainnya,
bila
dibutuhkan
dalam
rangka
asuhannya.
11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan
untuk
asuhan
keehatannya.
12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya
sebagai
pasien
dirawat.
b.Kewajiban
pasien
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada diinstitusi
kesehatan
dan
keperawatan
yang
memberikan
pelayanan
kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter ataupun perawat yang
memberikan
asuhan.

3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.
4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk
menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama
perawatan.
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan
perjanjian
atau
kesepakatan
yang
telah
disetujuinya.
Di dalam praktek apabila terjadi pelanggaraan praktek kebidanan, aparat penegak hukum
lebih cenderung mempergunakan Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Sehingga masyarakat sangat berharap adanya pemahaman yang baik dan benar tentang
beberapa piranti hukum yang mengatur pelayanan kesehatan untuk menunjang pelaksanaan
tugas di bidang kebidanan dengan baik dan benar

III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang
diinginkan,
sehingga
kualitas
struktur,
proses
dan
hasil
dapat
dinilai.
Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata
tertib didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Dalam melaksanakan praktiknya terdapat sembilan standar praktik kebidanan yaitu metode
asuhan, pengkajian, diagnosa kebidanan, rencana asuhan, tindakan, partisipasi klien,
pengawasan,
evaluasi,dan
dokumentasi.
Dalam pelaksanaan praktiknya bidan berpegang pada beberapa peraturan perundangan,
yaitu
:

1.
UU
no
23
tahun
1992
tentang
kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan
Propinsi
Sebagai
Daerah
Otonom.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan
Praktik
Bidan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan
di
Kabupaten/Kota.
9. keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan.
Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbale balik ini mempunyai
dasar hokum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan
dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban
B.
Saran
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat dan
berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan bayi dan
anak
balita,
serta
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat.
Standar Profesi ini terdiri dari Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan,
Standar
Pelayanan
Kebidanan,
dan
Kode
Etik
Profesi.
Standar praktik bidan yang berhubungan dengan profesi, wajib dipatuhi dan dilaksanakan
oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi kebidanan.

Daftar Pustaka
http://niningwarningsih9.blogspot.com/2013/05/standar-profesi-kebidanan.html
http://etikaindahdianhusada.blogspot.com/p/standar-praktek-bidan.htm
http://rahmadewihadhisty.blogspot.com/2013/04/undang-undang-yang-melandasipraktik_8.html

Anda mungkin juga menyukai