pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup yaitu meliputi tindakan pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
Kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai eksploitasi dan pemanfaatannya
mempunyai dampak terhadap lingkungan yang bersifat menguntungkan/positif yang ditimbulkan
antara lain tersedianya aneka ragam kebutuhan manusia yang berasal dari sumberdaya mineral,
meningkatnya pendapatan negara. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah yang sering
menjadi lokasi penambangan pasir. Sungai Bolango terletak di Kabupaten Bone Bolango
melewati tiga Kecamatan yaitu Tapa, Bulango, dan Tilong Kabila, disepanjang aliran Sungai
Bolango sangat banyak ditemukan pengerukan pasir baik secara tradisional maupun
menggunakan alat-alat yang moderen. Desa Ayula Tilango sebagai salah satu desa di bagian
Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, merupakan salah satu
daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam tambang jenis bahan galian golongan C dengan
tekstur tanah pertanian. Adanya aktivitas pertambangan di daerah tersebut mengakibatkan
perubahan kondisi struktur ekonomi yang pada awalnya bergerak disektor pertanian menjadi non
pertanian.
II. LANDASAN TEORI
Sungai dan Fungsinya
Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-masing.
Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik
transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai dapat
dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum. Dalam pasal 1 Peraturan pemerintah Nomor:
20 tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, bahwa yang dimaksud dengan
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pertambangan
Industri pertambangan adalah suatu industri di mana bahan galian mineral diproses dan
dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Industri pertambangan sebagai industri
hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri
hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia (Noor, 2006: 86). Berdasarkan jenis
pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam yaitu kegiatan penambangan
yang dilakukan oleh badan usaha yang di tunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa
Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat
secara manual. Di Indonesia, segala bentuk kegiatan
tenaga-tenaga mesin untuk melakukan pengerukan pasir hal ini sebagaimana yang diungkapkan
oleh Kepala Desa Ayula Tilango, mengatakan bahwa:
Penambangan pasir di desa Ayula sudah dimulai sekitar tahun 1990 dan pada saat itu
jumlah orang yang bekerja masih sangat sedikit nanti pada sekitar tahun 2000 ke atas
barulah ada penambangan pasir yang menggunakan mesin penyedot sehingga jumlah
tenaga kerjapun dipenambangan semakin banyak(30 mei 2013)
Aktivitas Penambangan Masyarakat Desa Ayula Tilango
Jenis penambangan yang ada di Desa Ayula Tilango cukup bervariasi ada yang
menambang pasir secara manual dan ada yang menambang dengan menggunakan mesin
penyedot maupun excavator. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Frans Rauf selaku ketua
BPD di Desa Ayula Tilango, beliau mengatakan:
Selama ini belum pernah ada keluhan masyarakat bagi para penambang manual tapi
untuk para penambang mesin penyedot dan excavator telah banyak laporan dari warga
agar segera dihentikan pengoprasiannya, karena para warga menganggap penyebab
runtuhnya tanah perkebunan mereka adalah akibat dari penambangan pasir jenis mesin
dan excavator(27 mei 2013).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha penambangan pasir yang ada
di Desa Ayula Tilango terdiri atas usaha dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan pertambangan untuk menetapkan lebih
teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian.
2. Usaha eksploitasi adalah usaha pengerukan/ pengambilan pasir di sungai
dengan cara
manual maupun mesin yang kemudian diangkat ke daratan dengan guna menghasilkan bahan
galian.
3. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pemisahan bahan galian batuan untuk jenis kerikil
dan pasir dengan menggunakan ayakan pasir guna mempertinggi mutu bahan galian serta
untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian.
4. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dari daerah eksplorasi
atau tempat pengolahan/pemurnian.
5. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan hasil
pengolahan/pemurnian bahan galian.
artinya semakin besar lubang galian maka material yang dibutuhkan untuk mengisi lubang
tersebut juga semakin banyak pula. Apalagi tingkat kedalaman galian excavator melebihi batas
ketebalan material yang hanya berkisar 3 (tiga) meter saja sehingga menyebabkan turunnya
permukaan dasar sungai yang menyebabkan stabilitas tebing semakin lemah. Selain daripada itu
keberadaan galian excavator telah ikut mempengaruhi kondisi sungai yang berada di bagian
bawah di mana jumlah material pasir yang terbawa oleh arus sungai sudah sangat sedikit karena
terhambat oleh galian tersebut, kecuali butiran sedimen yang berukuran lebih kecil yang
bergerak di atas dasar sungai secara melayang karena dipengaruhi turbulensi aliran. Akibatnya
dasar sungai yang berada di bagian bawah lebih banyak mengandung butiran-butiran pasir halus.
Hal ini telah menyebabkan air sungai menjadi keruh karena aliran sungai memiliki suatu
kapasitas angkut tertentu yang selalu harus dipenuhi oleh material berbutir berupa sedimen.
Sebelum adanya aktivitas pertambangan pasir, Sungai Bolango yang melewati Desa Ayula
Tilango dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi, mandi dan mencuci pakaian. Setelah adanya
aktivitas pertambangan membuat dasar sungai semakin dalam dan air sungai menjadi keruh.
Tabel 2 : Perbandingan Kondisi Fisik Sungai Bolango Sebelum Dan Sesudah
Adanya Aktivitas Pertambangan
Parameter/ Indikator
Kedalaman air
Kandungan pasir
Sesudah
Tinggi air berkisar antara 0,8 s/d 6
meter tempat terdalam
Tanah dan pasir halus paling banyak
dan sebahagian juga terdapat kerikil.
Parameter/ Indikator
Sebelum
Sesudah
Tingkat
kerataan Tidak terdapat kolam- Terdapat kolam-kolam air maupun
dasar sungai
kolam
air
maupun lubang-lubang baik di dasar maupun
lubang-lubang baik di dipinggiran sungai.
dasar
maupun
dipinggiran sungai.
Pola
aliran
sungai
Lebar sungai
Jenis tanah
tebing sungai
Ketinggian
sungai
Dari Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan kondisi sungai sebelum dan sesudah
adanya pertambangan. Perbedaan tersebut terlihat pada semua indikator yaitu: tingkat kedalaman
air, material dasar sungai, kandungan pasir, tingkat kerataan dasar sungai, pola aliran arus
sungai, lebar sungai, jenis tanah pada tebing sungai, serta ketinggian tebing sungai. Perubahan
dasar sungai ditunjukan pada indikator: tingkat kedalaman air, material dasar sungai, kandungan
pasir dan tingkat kerataan dasar sungai. Sedangkan erosi tebing ditunjukan pada indikator: pola
aliran arus sungai, lebar sungai, jenis tanah pada tebing sungai, serta ketinggian tebing sungai.
Tabel 3 : Perberdaan Pendapatan Dan Tenaga Kerja Pada Setiap Jenis Kegiatan
Pertambangan
Indikator
Jumlah
Manual
Mesin penyedot
Excavator
kerja
satu perahu
Pendapatan
tenaga kerja
produksi
galian
mesin
untuk
satu
unit
excavator
perminggu Upah harian berkisar antara
bahan berkisar
dengan 1.000.000
orang
1.500.000/orang.
Hal ini menunjukan bahwa penambangan secara tradisional lebih banyak menyerap
tenaga kerja dari pada model penambangan yang menggunakan mesin dan excavator. Selain dari
perbedaan jumlah tenaga kerja, juga terjadi pada perbedaan jumlah pendapatan yang didapatkan
setiap harinya. Perbedaan tersebut sangat jauh berbeda sehingga terjadi kesenjangan pendapatan
antara penambang tradisional dengan penambang mesin maupun excavator.
Dari 24 orang warga Desa Ayula Tilango ditemukan bekerja di lokasi pertambangan 4
orang bukan merupakan warga desa setempat. Ini artinya dengan adanya penambangan tersebut
memberikan kesempatan kerja yang lebih besar bagi para penduduk setempat dari pada
penduduk dari luar desa tersebut. Selain faktor adanya penyerapan tenaga kerja lokal yang
bekerja dipertambangan, peningkatan penghasilan per bulan yang diterima oleh masyarakat
disebabkan pula oleh adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada di sekitar aktivitas
pertambangan. Warung sembako, warung makan, pembuatan batako merupakan 3 peluang usaha
yang paling nampak. Kemunculan usaha-usaha ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan
penduduk yang berkorelasi positif dengan tingkat pengeluaran perbulan masyarakat setempat.
Hal ini seperti yang diungkapkan bapak Frans Rauf selaku ketua BPD, mengatakan bahwa:
Banyak usaha yang kemudian muncul setelah adanya penambangan yaitu warung
makan, sembako, usaha pembuatan batako dll, ini terjadi karena tingkat ekonomi
penduduk sudak semakin baik(27 mei 2013).
Dengan adanya penambangan bahan galin batuan di Desa Ayula Tilango bukan hanya
dapat meningkatkan ekonomi warga desa lingkar tambang tetapi juga merupakan sumber
pendapatan pajak daerah setempat. Pajak bahan galian batuan jenis pasir sebesar Rp 4.300 per
kubik sedangkan untuk jenis kerikil dan sirtu sebesar Rp 5.000 per kubik. Sebagaimana yang
10
diungkapkan Bapak Hairil selaku Kepala Bidang Pertambangan di Kabupaten Bone Bolango,
mengatakan bahwa.
Ada tiga jenis bahan galian batuan yaitu pasir, kerikil dan sirtu, untuk bahan galian
batuan jenis pasir dikenakan pajak sebesar Rp 4.300 sedangkan untuk jenis kerikil dan
sirtu yaitu Rp 5.000 (28 mei 2013).
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral disektor pertambangan dan penggalian
belum dapat dirasakan manfaatnya, karena yang melakukan kegiatan pertambangan yaitu
pertambangan tanpa izin (PETI). Sektor ini merupakan penyumbang terkecil kedua dalam
PDRB kabupaten Bone Bolango. Nilai PDRB sektor pertambangan dan barang galian hanya
sebesar 6.746 juta rupiah atau hanya sebesar 0,79 persen dari total jumlah nilai PDRB (atas
dasar harga berlaku). Walaupun Kabupaten Bone Bolango kaya akan hasil tambang dan sejak
dahulu telah ditambang secara tradisional oleh masyarakat, belum adanya Perda tentang setoran
pertambangan tradisional ke kas daerah menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya
perolehan dari sektor pertambangan.
V.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai simpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak negatif terhadap
perubahan dasar sungai yang menjadi lebih dalam dan berlubang karena hilangnya materialmaterial bahan galian yang ada di dasar sungai dan pada saat musim panas akan terbentuk
kolam-kolam air disepanjang sungai.
2. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak negatif terhadap
terjadinya erosi tebing sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian yang
dimiliki penduduk bahkan mengancam runtuhnya tanah perkuburan dan rumah-rumah
penduduk yang berada disekitar areal penambangan.
3. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak positif terhadap
perekonomian masyarakat
pendapatan
masyarakat,
memberikan peluang kerja dan peluang usaha serta sebagai salah satu sumber pendapatan
daerah disektor pertambangan.
11
Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan di atas mengenai dampak aktivitas
penambangan pasir di Desa Ayula Tilango maka rekomendasi yang diajukan dalam rangka
pengendalian kerusakan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Rekomendasi bagi pemerintah daerah
Mengingat pentingnya lingkungan bagi kehidupan umat manusia, diharapkan pemerintah
daerah lebih bijaksana dalam pemberian izin usaha penambangan serta memberikan
sangsi yang tegas pada kegiatan penambangan tanpa izin, sehingga tidak terjadi
eksploitasi secara berlebihan yang akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan
diperoleh pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya yang terbatas.
2. Rekomendasi bagi Dinas Pertambangan dan Kehutanan
Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan pasir di Desa Ayula
Tilango, diperlukan adanya upaya-upaya pembuatan faktor pembatas berupa tanggul serta
pemasangan bronjong. Dengan demikian maka ruang aktivitas penambangan pasir dapat
dibatasi dan kerusakan lingkungan berupa erosi tebing sungai dapat dinimalisir.
3. Rekomendasi bagi para penambang
Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan secara berlebihan atau kurang bijaksana
akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya alam harus
dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan azas-azas pelestarian lingkungan
hidup sehingga sumberdaya yang tersedia bisa dimanfaatkan dalam waktu yang lebih
lama dan berkelanjutan.
4. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya
Dari beberapa dampak aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango yang
dipaparkan di atas maka tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dengan adanya aktivitas
penambangan pasir seperti: dampak terhadap sosial masyarakat, kesehatan, kerusakan
jalan, penurunan kualitas dan kuantitas air, perubahan morfologi sungai, serta fenomena
aliran sungai yang sering berpindah-pindah, dari berbagai masalah tersebut dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan cara dan metode yang berbeda
dari penelitian sebelumnya.
12
Daftar Pustaka
Aristi swary, Mudjiatko, Rinaldi. 2012. Pengaruh Pola Aliran Terhadap Perubahan Morfologi
Sungai. Studi Kasus Sungai Kampar Segmen Rantau Berangin Kota Bangkinang. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Budimanta, A. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumberdaya Alam Studi Kasus
Penambangan Timah di Bangka. Jakarta: Indonesia center for sustainable
development.
Kiki, Reski. 2012. Dampak Pertambangan pasir Pada Lingkungan Sosial-Ekonomi
Masyarakat di Desa Pancanegara Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang. (Skripsi)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lihawa, Fitryane. 2011. Konservasi dan Reklamasi Lahan. Gorontalo: Reviva Cendekia
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulton, Ali. 2011. Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap
Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. (Skripsi) Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor
Totok, Suharto.2007.dampak-penambangan-pasir-dan-batu. internet
http:// blogspot.com/.../dampak-penambangan-pasir-dan-batu di akses pada hari selasa,05
maret 2013 pukul 18:00
https://google.com/search=dampak+penambangan+bahan+galian+golongan. hmlt diakses
pada selasa 05 maret 2013 pukul 18:00
13