Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MUTU PELAYANAN

Pembimbing : Budi Hartoni,


Disusun oleh : kelompok 6

1. Pemi hartami
2. Novita fitria
3. Luvian
4. Fitria suci

5. Dwi susilowati
6. Reka utari
7. Tri rahmadani
8. Citra levesi

KEBIDANAN DEHASEN BENGKULU


JL.MERAPI RAYA NO.43 KELURAHAN KEBUN TEBENG
KOTA BENGKULU

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peulis dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini tentang MUTU
PELAYANAN . dengan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.

Bengkulu, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4
A. Latar Belakang Masalah .............................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Manfaat .......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Standar Pelayanan Kebidanan ....................................................5


Undang-undang kesehatan..........................................................6
Standar outcome dan kepuasan pelanggan..................................8
Efisiensi pelayanan kesehatan.....................................................12
Efektivitas program.....................................................................12
Meningkatkan kinerja bidan........................................................14
Pengertian indikator....................................................................16
Meningkatkan indikator kinerja bidan melalui reward...............19
Contoh penghargaan bidan..........................................................21

BAB III PENUTUP.................................................................................22


A. Kesimpulan..................................................................................22
B. SARAN.......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang


penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan SPK?
2. Apa saja efesiensi pelayanan kesehatan?
C. Manfaat
Memberikan pengetahuan khususnya mahasiswa kebidanan tentang
mutu pelayanan dalam kebidanan

BAB II
PEMBAHASAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN (SPK)


A. Definisi

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang


penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan :
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
Melindungi masyarakat
Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan
praktek sehari-hari.
Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

Format Standar Pelayanan Kebidanan :


Tujuan merupakan tujuan standar
Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang
dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan
dalam bentuk yang dapat diatur.
Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana
pelayanan dapat menerapkan standar.
Dasar hukum penerapan SPK adalah:
Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992


kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan
kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan
(Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus
dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum
melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat
penghargaan.

Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah


SEARO/Asia tenggara tahun 1995 tentang SPK. Pada pertemuan ini
disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar
tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian
diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat
pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar ini
diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.Pertemuan Program tingkat
propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999
Bidan sebagai tenaga profesional merupakan ujung tombak dalam
pemeriksaan kehamilan seharusnya sesuai dengan prosedur standar

pelayanan kebidanan yang telah ada yang telah tertulis dan ditetapkan sesuai
dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY,
1999).
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang
KETENTUAN UMUM pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar profesi adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan
profesi secara baik.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta
penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar pelayanan pofesi yang
telah ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya merupakan kesepakatan
antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi pedoman
dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi (Heni dan Asmar, 2005:29)

B. Standar outcome
1. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadap klien
2. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif.
3. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu
atau prosedur tertentu.
4. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan
fungsional klien

1. KEPUASAN PELANGGAN
Pembelian atau penggunaan jasa memutuskan memberikan suatu
penilaian terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar itu. Apakah
pembeli puas setelah membelanjakan tergantung kepada penampilan yang
ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli.
Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management , memberikan
definisi tentang kepuasan pelanggan (customer satisfaction): Kepuasan
adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan pemampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam
hubungannya denagn harapan seseorang.
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara
penampilan yang dirasakan dan harapan.
Ada 3 tingkat kepuasan:
1. Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan.
2. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, apabila
penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
3. Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/ klien)
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan
diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.
Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh para petugas kesehatan,
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan para pelanggan. Sikapa ini akan menyentuh emosi
pasien. Faktor inin akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien
(compliance).

Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai


sumber moral hazard pasien dan keluarganya, yang penting sembuh
sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan
teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan
menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien dan keluarganya
tentang perawatan yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien.
Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
Bukti langsung penampilan fisik (tangibility); meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.
Jaminan keamamnan yang ditunjukkan petugas kesehatan (assurance);
kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf;
bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan, ketepatan jadwal pemeriksaan
dan kunjungan dokter dsb.
Kehandalan

(reliability);

merupakan

kemampuan

memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan


Daya tanggap/ kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap
keluhan pasien (responsiveness); keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
2. EFISIENSI PELAYANAN KESEHATAN
1. Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari
mutu karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan,
apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas.
2. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat

3. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya


yang dimiliki
4. Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau
pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini
kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya.
5. Pelayanan yang kurang baik, disamping menyebabkan risiko yang tidak
perlu terjadi dan kurang nyamannya pasien, seringkali mahal dan memakan
waktu yang lama untuk memperbaiki
6. Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi dengan
menganilis efisiensi, manajer program kesehatan dapat memilih intervensi
yang paling cost effective.
Adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian
hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar
telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif,
membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai
contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1
jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien
dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara
dengan benar atau efisiensi.
3. EFEKTIFITAS PROGRAM
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuantujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga

10

diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan


yang telah ditentukan.
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan caracara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b. Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi
adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum
tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan
sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan
waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa
mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

C. Sistem Untuk peningkatan kineja bidan


Kinerja bidan : proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh
suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan
Sekumpulan prinsip-prinsip pedoman untuk kegiatan di mana
pekerjaan setiap individu memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.
PRINSIP PERBAIKAN MUTU
a. Keinginan untuk Berubah
Tidak hanya menemukan praktek yang tidak benar.

11

b. Nyatakan secara terbuka keinginan untuk bekerja dalam kemitraan


untuk meningkatkan pelayanan.
c. Mendefinisikan Kualitas.
d. Kemampuan pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
1. Mengukur Kualitas
Menggunakan metode statistik yang tepat untuk menafsirkan hasil
pengukuran.Perlu informasi atas proses, kebutuhan pelanggan, dan kualitas
penyedia
2. Memahami Saling Ketergantungan
Fragmentasi tanggung jawab akan menimbulkan suboptimaze saya bekerja
dengan baik yang lain tidak
3. Memahami Sistem
Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh sistem (85%) dan manusia (15%).
4. Investasi Dalam Belajar
Seluruh pakar menekankan pentingnya pelatihan/ pembelajaran. Mencari
penyebab lalu mendapatkan pengalaman utk perbaikan.
5. Mengurangi Biaya
Mengurangi kerja sia-sia, duplikasi, kompleksitas yang tak perlu
6. Komitmen Pemimpin
Menunjukkan segala sesuatu baik itu dengan kata-kata maupun perbuatan
atas komitmen yang telah ditetapkan terutama untuk mutu

12

C. Meningktaan Kinerja Bidan


Definisi Kinerja
Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja
:
1. Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu
(Bernardin dan Russel, 1993).
2. Kinerja: Keberhasilan seseorang

dalam melaksanakan suatu

pekerjaan (As'ad, 1991).


3. Kinerja adalah pekerjaan

merupakan

yang

gabungan

dari

karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986).


4. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan
fungsinya (Gilbert, 1977).
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :
Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.
Produktifitas: kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan
kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai
hasil kinerja (outcome).
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja seseorang antara lain:
a. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang.
b. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja.
c. Faktor organisasi

struktur

organisasi,

desain

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).


Tujuan :

13

pekerjaan,

Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun


dalam kelompok setinggi tingginya. Peningkatan prestasi kerja
perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja staf.
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi
meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
Memberikan kesempatan kepada staf untuk

dengan

menyampaikan

perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi


dua arah antara pimpinan dan staf.
Secara garis besar ada lima kegiatan utama yaitu:
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh
seorang perawat/bidan dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini
mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan kontribusi
berupa hasil kerja (outcome).
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai
dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar prestasi dan
tolak ukurnya.
3. Melakukan "monitoring", koreksi, memfasilitasi serta memberi
kesempatan untuk perbaikan.
4. Menilai
prestasi
perawat/bidan

tersebut

dengan

cara

membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah


ditetapkan.
5. Memberikan umpan balik kepada perawat/bidan yang dinilai
berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada kesempatan
tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara
perbaikannya untuk meningkatkan prestasi berikutnya.

Pengertian Indikator
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara
lain :

14

a. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau


kondisi. Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator
status nutrisi dari bayi tersebut ( Wilson & Sapanuchart, 1993).
b. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan
satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk
mengukur perubahan (Green, 1992).
c. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik
langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981).

Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut :


1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk
mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama
pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang
akan datang.
3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya
tidak perlu banyak.
4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang
jelas dan tidak tumpang tindih.
5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal
contoh: pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan
pre-operasi dan post-operasi.

Klasifikasi Indikator
Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas al: personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan / kebijakan.
Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang
dilaksanakan.

15

Indikator output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk


pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga disebut indicator effect.
Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau
dampak (impact) suatu program, perkembangan jangka panjang
termasuk perubahan status kesehatan masyarakat/penduduk.

Indikator Kinerja Klinis


Mengidentifikasi indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinis yang
memerlukan pertimbangan yang selektif dan membangun konsesus diantara
manager lini pertama (First Line Manager) dan staf, sehingga apa yang akan
dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah pihak.

Pengukuran Indikator Kinerja Klinis


Untuk

menilai

keberhasilan

suatu

kegiatan

pelayanan

keperawatan/kebidanan dipergunakan indikator kinerja klinis. Indikator


adalah pengukuran kuantitatif, umumnya pengukuran kuantitatif meliputi
numerator dan denominator. Numerator adalah suatu data pembilang dari
suatu peristiwa (events) yang yang sudah diukur.Contoh data denominator
di puskesmas: populasi sasaran dalam satu wilayah seperti: jumlah balita,
bumil, bayi baru lahir. Indikator yang meliputi denominator sangat berguna
untuk memonitor perubahan dan membandingkan tingkat keberhasilan suatu
area dengan area lain pada suatu wilayah.

Pengumpulan data indikator kinerja

16

Pengumpulan data indikator merupakan tulang punggung dari


program pengukuran kinerja.
Ada enam sasaran kunci pengumpulan data kinerja:
1) Menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan
mendatang.
2) Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan
hasil data yang dikumpulkan.
3) Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang
untuk melakukan tindakan.
4) Menumbuhkan motivasi staf dan merencanakan peningkatan kinerja
itu sendiri
5) Mengumpukan data interval secara reguler terhadap proses-proses
kritis, dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah meningkat.
6) Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Meningkatkan kinerja bidan melalui Reward
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Reward adalah penghargaan,
penghormatan. Menurut PP 32/1996,pasal 25 Reward diberikan pada Tenaga
kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi
kerja,pengabdian,kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal pada saat
melaksanakan tugas.
Penghargaan tersebut dapat diberikan oleh pemerintah atau oleh
masyarakat.Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat,tanda
jasa,uang atau bentuk lain.IBI memberikan penghargaan kepada para bidan.
Jenis penghargaan yang sering diberikan antara lain:

Bidan Bersih Berprestasi


Bidan Bintang
Bidan Sahabat
Bidan Delima

Kriteria dikatakan berhasil jika memenuhi stndar pelayanan yaitu :


1) Falsafah dan tujuan

17

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, filosofi dan tujuan


pelayanan kebidanan yang efektif dan efisien.
2). Administrasi dan pengelolaan
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan stndar
pelayanan prosedur tetap dan pelaksanaankegiatan pengelolaan yang
kondusif yang memungkinkan terjadinya praktik pelayanan kebidanan
akurat.
3). Staf dan pimpinan
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan sumber
daya manusia agar pelayanan berjalan efektif dan efisien.
4). Fasilitas dan peralatan
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan
pelayanan.
5). Kebijakan dan prosedur
Pengelola pelayanan kebidanan

memiliki

kebijakan

dalam

penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personal menuju pelayanan dan


pembinaan personal menuju pelayanan .
6). Pengembangan staf Dan program pendidikan
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staff dan
perencanaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
7). Stndar Asuhan
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki stndar asuhan /manajemen
kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
8). Evaluasi dan pengendalian Mutu
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan
kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

CONTOH PENGHARGAAN PADA BIDAN

18

Bidan Delima : BPS yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas


dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi melaksanakan pelayanannya
sesuai dengan standar profesi yang diadaptasi oleh profesi.
Tujuan program bidan delima :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencari pelayanan yang
telah terstandar.
3. Meningkatkan kebanggaan professional bidan.
4. Mengembangkan kepemimpinan bidan dimasyarakat.
5. Meningkatkan cakupan pelayanan keluarga berancana dan kesehatan
reproduksi.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh bidan Delima:
Pengetahuan
Keterampilan
Prilaku
Manfaat bidan delima untuk BPS

adalah memberikan pembinaan dan

penghargaan untuk meningkatkan kualitas.


Manfaat bidan delima untuk masyarakat :
Mengetahui tempat pelayanan berkualitas
Mendapatkan pelayanan berkualitas
Harga terjangkau
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang

19

bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka


mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
B. SARAN
Makalah ini masih sangat sederhana untuk itu kami berharap sumbang
saran dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini.
Penyusun menyarankan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

M.Fais Satrianegara Siti Saleha Buku ajar Organisasi dan Manajement


Pelayanan kesehatan serta kebidanan.Jakarta : Salamba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai