Anda di halaman 1dari 11

SAP 1

MATERI POKOK

1.
2.
3.
4.

PENGERTIAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


MODEL AKUNTANSI PEMERINTAHAN/ AKUNTANSI DANA
AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA
AZAS UMUM DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN

NEGARA
5. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMBAHASAN
1

MATERI POKOK

1. PENGERTIAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Akuntansi pemerintahan (government accounting) banyak yang menyatakan
merupakan terminology lama. Pada perkembangannya bergeser ke istilah akuntansi
sector public. Istilah baru ini didasarkan pada pelebaran wilayah kajian dari akuntanis
nirlaba, dimana akuntansi pemerintahan merupakan mekanisme akuntansi yang
memproses transaksi keuangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara
baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Sementara akuntansoi sector public meluas
pada semua entitas yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, misalnya yayasan
social, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan proyek- proyek kerjasama sector
public.(Mursyidi, 2009)
Akuntansi pemerintahan (termasuk di dalamnya akuntansi untuk lembagalembaga yang tidak bertujuan untuk mencari laba lainnya), adalah bidang akuntansi
yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak
bertujuan mencari laba. Walaupun lembaga pemerintahan senantiasa berukuran besar,
namun sebagaimana perusahaan, ia tergolong sebagai lembaga mikro. Sehingga
akuntansi pemerintahan sebagaimana akuntansi perusahaan, digolongkan pula sebagai
akuntansi mikro (Baswir, 2000)
Terminology untuk akuntansi pemerintahan, yang berkembang menjadi
akuntansi sector public dapat disebut sebagai akuntansi keuangan public, dan
akuntansi dana masyarakat. Untuk pengertian akuntansi dana masyarakat diartikan
sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dana masyarakat (Bastian,2001), Beams (2000) menggunakan governmental
accounting. Perbedaan akuntansi pemerintahan dengan akuntansi keuangan untuk
entitas swasta berikut merupakan gambaran singkat tentang perbedaan tersebut :
NO.
1.
2.
3.

ITEM PERBEDAAN

AKUNTANSI SEKTOR

AKUNTANSI

Tujuan
Organisasi
Keuangan

PUBLIK
Kesejahteraan masyarakat
Sektor publik
Negara, Daerah dan

SEKTOR SWASTA
Keuntungan
Swasta
Individual

masyarakat

2. MODEL AKUNTANSI PEMERINTAHAN ATAU AKUNTANSI DANA


Aktivitas yang ada dalam kegiatan pengelolaan Negara, yang dihubungkan
dengan akuntansi pemerintahan terdiri dari dua kelompok yaitu :
1) Pertama, yang berhubungan dengan aktivitas sejenis dengan kegiatan
bisnis (business- type activities). Ini akan terkait dengan pengelolaan dana
kepemilikan (proprietary funds).
2) Kedua, aktivita yang murni berhubungan langsung dengan operasional
pemerintahan (general government activities). Ini terkait dengan
pengelolaan dana pemerintahan (governmental funds).
Pada kondisi ini akuntansi pemerintahan dikelompokkan menjadi dua model,
yaitu model akuntansi dana kepemilikan (the proprietary fund accounting model), dan
model akuntansi pemerintahan umum (the general government accounting model.
Kedua model ini akan dijelaskan maisng- masing sebagai berikut.
A. Model Akuntansi Dana Kepemilikan
Model akuntansi dana kepemilikan mirp dengan model akuntansi untuk entitas
bisnis. Terdapat dalam model ini dijelaskan melalui pendekatan persamaan
akuntansi (accounting equation), yaitu sebagai berikut:
Current Asset + Non Current Assets Current Liabilities Long Term
Tipe transaksi
untuk model
pun hampir
sama dengan transaksi dalam
Liabilities
= Contributed
Capitalini+ Retained
Earning
entitas bisnis, misalnya sebagai berikut:
1) Penjualan dan pendapatan jasa.
2) Pembelian dan penggunaan sediaan.
3) Kerugian piutang.
4) Pembelian aktiva tetap, perlengkapan dan bahan baku.
5) Depresiasi aktiva tetap.
6) Beban- beban.
7) Beban yang belum dibayar.
Sedangkan laporan keuangan terdiri dari:
1) Laporan pendapatan, beban, dan perubahan pendapatan ditahan (fund equity)
2) Neraca.
3) Laporan Arus Kas.
Perbedaan dengan tipe bisnis adalah adanya beberapa cara pengukuran akun
aktiva tertentu, hutang, pendapatan, beban seperti pension, dan pengaruh dari
transaksi yang berhubungan dengan operasional pemerintahan.
B. Model Akuntansi Pemerintahan Umum
Aktivitas umum pemerintahan, misalnya administrasi umum, pengadilan,
kesehatan masyarakat membawa model ini menjadi dua tipe, yaitu tipe Dana
Pemerintahan, dan tipe Grup Akun tertentu.
3

1) Dana Pemerintahan (Govermental Funds)


Tipe dana pemerintahan menganut model entitas modal kerja (working
capital entities), dan persamaan akuntansi sebagai berikut :

Current Asset Current Liabilities = Fund Balance


Sedangkan laporan keuangannya adalah sebagai berikut ;
a. Neraca.
b. Laporan pendapatan, pengeluaran, dan perubahan dalam aktiva bersih.
c. Laporan pendapatan, pengeluaran, dan perubahan dalam aktiva bersihanggran, dan actual.
2) Account Groups
Transaksi yang berhubungan dengan perolehan aktiva tetap dan utang
jangka panjang dicatat dan dilaporkan terpisah dari akuntansi dana secara umum.
Namun dicatat dilaporkan sendiri,. Akuntansi aktiva tetap menganut pada
persamaan akuntansi sebagai berikut :
Aktiva Tetap = Investasi Dalam Aktiva Tetap
Sedangkan akuntansi jangka panjang menganut persamaan akuntansi
sebagai berikut;
Jumlah yang ditetapkan sebagai utang untuk beberapa Tahun + Jumlah biaya
utang jangka panjang = Utang Jangka Panjang

Akun- Akun Dana


Akun dana yang terkait dengan akuntansi pemerintahan diklasifikasikan
sebagai berikut:
No. Tipe Akuntansi
1.
Akuntansi
Pemerintahan
(Governmental
Fund Type)

Kelompok Akun
a. Dana umum: untuk mencatat transaksi keuangan
umum pemerintahan.
b. Dana khusus : untuk

mencatat

transaksi

keuangan yang terkait dengan dana kepercayaan


dan proyek pembangunan fasilitas.
c. Dana Proyek Modal: untuk mencatat transaksi
yang terkait dengan pembangunan fasilitas aktiva

tetap tidak termasuk untuk kepemilikan dan


kepercayaan.
d. Dana Utang: untuk mencatat utang jangka
2.

Dana Kepemilikan
(Proprietary

Fund

Types)

panjang baik nominal maupun jasanya.


e. Dana Perusahaan: untuk mencatat transaksi
keuangan perusahaan pada umumnya.
f. Dana Jasa Internal : untuk mencatat dana
penyertaan pemerintah, termasuk unit- unitnya,

3.

Dana Kepercayaan
(Funduciary
Types)

Fund

yang didasarkan pada pengembalian biaya.


g. Dana kepercayaan dan Keagenan: untuk
mencatat dana- dana dari masyarakat yang
dipercayakan kepada pemerintah, misalnya dana
pension.

Basis Akuntansi (Bases of Accounting)


Basis akuntansi merupakan standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak
keungan dari transaksi harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Jika
dikembangkan, basis akuntansi akan menjadi dua basis, yaitu :
1) Basis Kas (Cash Bases)
Merupakan model pengakuan dalam akuntansi di mana pendapatan diakui,
dicatat, dan dilaporkan apabila uang sudah diterima oleh kas: dan beban
diakui, dicatat dan dilaporkan apabila uang telah dikeluarkan dari kas. Basis
ini tidak mengakui adanya pendapatan yang maish diterima (piutang
pendapatan) dan beban yang akan dibayar (utang beban).
2) Basis Akrual (Accrual Bases)
Merupakan metode akuntansi dimana mengakui pendapatan baik yang telah
diterima uangnya maupun yang masih harus diterima hanya untuk satu periode
akuntansi; dan mengakui beban baik yang telah dikeluarkan uangnya, maupun
yang masih harus dikeluarkan hanya untuk satu periode akuntansi.
3. AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Penyelenggaraan akuntansi mengiringi reformasi dalam bidang politik yang
diungkapkan dalam peraturan pelaksana otonomi daerah. Ini tertuang dalam UndangUndang nomor 22/1999, yang diikuti dengan undang-undang nomor 25/1999 tentang
peraturan pemerintah (PP) nomor 105/2000 tentang pengelolaan keungan daerah.
5

Dasar hukum yang melandasi pengelolaan keuangan daerah, termasuk akuntansi


pemerintahan adalah:
1) UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3) UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
4) UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5) UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6) UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
7) PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;
8) PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
9) PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga;
10) PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;
11) PP No.4/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
12) PP No.54/2005 tentang Pinjaman Daerah;
13) PP No.55/2005 tentang Perimbangan Daerah;
14) PP No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
15) PP No.57/2005 tentang Hibah Kepala Daerah;
16) PP No.58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
17) PP No.65/2005 tentang Peraturan Pemerintahan tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
18) PP No.2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
Luar Negeri;
19) PP No.6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
20) PP No.8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
21) PP No.3/2007 tentang Peraturan Pemerintah tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan

Daerah

Kepada

Pemerintah,

Laporan

Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


dan

Informasi

Laporan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah

Kepada

Masyarakat;
22) PP No.8/2007 tentang Investasi Pemerintah
23) PP No.39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;
Peraturan perundang-undangan di atas mendasari pelaksaan akuntansi di
Indonesia, baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. AZAS UMUM DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA
A. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam rangka pengelolaaan keunagan Negara dikenal adanya beberapa azas


yang sudah lazim digunakan selama ini yaitu azas tahunan, universalitas,
spesialitas, dan kesatuan.
a. Azas tahunan artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu
tahun tertentu.
b. Azas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan utuh dalam dokumen anggaran.
c. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terunci
secara jelas peruntukannya.
d. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
Negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.
Selanjutnya pengelolaan keungan Negara/daerah juga mengadopsi azas-azas
baru yang berasal dari best practices yan telah diterapkan di berbagai Negara
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan Negara/daerah secara
akuntansi dan transparan. Azas-azas dimaksud terdiri dari:
1) Akuntabilitas berorientasi pada hasil.Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara, baik pertanggungjawaban
keuangan (financial accountability) maupun pertanggungjawaban kinerja
(performance accountability).
2) Profesionalitas.Keuangan Negara harus dikelola secara professional. Oleh
karena itu sumber daya manusia di bidang keuangan harus profesional,baik
di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan
pengguna anggaran/barang.
3) Profesionalitas.Sumber daya

yang

tersedia

dialokasikan

secara

proporsional terhadap hasil yang akan dicapai. Hal ini diakmodasikan


dengan diterapkannya prinsip penganggaran berbasis kinerja.
4) Keterbukaan. Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik
dalam

perencanaan

dan

penganggaran,

pelaksaan

anggaran,

pertanggungjawaban , maupun hasil pemeriksaan.


5) Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Pemeriksaan atas tanggung jwab dan pengelolaan keuangan Negara/daerah
dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah
Badan Pemeriksa Keuangan(BPK).Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan
sesuai dengan amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan

langsung kepada parlemen.Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah


independen, dengan kata lain BPK merupakan external auditor pemerintah
B. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Berdasarkan Pasal 6 UU No.17/2003 tentang Keungan Negara, Presiden
selaku kepala pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
Negara.Untuk membantu Presiden dalam pelaksaan kewenangan tersebut maka
sebagai kewenangan:
a. Dikuasakan kepada menteri keuangan selaku pengelola fiscal dan wakil
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan.
b. Dikuasakan kepada menteri/pemipinan lembaga selaku Penggunaan
Anggaran/Penggunan Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Berdasarkan butir c di atas,maka UU bidang keuangan negara tersebut
memperkokoh pelaksanaan otonomi daerah.Menteri keuangan sebagai pembantu
Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah chief financial officer
(CFO)Pemerintah

Republik

Indonesia,sementara

setiap

menteri/pemipinan

lembaga pada hakekatnya adalah chief operasional officer(COO)untuk suatu


fungsi pemerintah tertentu.
Pada pemerintah daerah,kewenangan untuk mengelola keuangan daerah yang
diterima oleh gubernur/bupati/walikota dilaksanakan oleh:
a. Satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD
sebagai CFO;
b. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat penggunaan
anggaran/barang daerah sebagai COO.
Pada PP 58/2005 diatur tentang peran Sekretaris Daerah sebagai coordinator
dalam pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris Daerah bertugas dalam
mengkoordinasikan pengelolaan keuangan daerah. Disamping itu Sekretaris
Daerah adalah sebagai pimpinan tim anggaran Pemerintah Daerah dan
memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran/ DPASKPD.
5. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pengelolaan Keuangan Daerah mengikuti ketentuan undang-undang dibidang
Keuangan Negara. Siklus pengelolaan ini tidak terlepas pada siklus manajemen yang
dikenal selama ini. Perencanaan merupakan awal dari siklus yang diikuti dengan
8

pelaksanaan dan pengawasan. Pada pengelolaan keuangan negara, siklus tersebut


terdiri dari perencanaan dan pengangguran, pelaksanaan anggaran/ perbendaharaan,
akuntansi dan pertanggungjawaban, dan pemeriksaan. Penganggaran Reformasi
bidang keuangan negara dimulai dengan penyempurnaan proses penganggaran. Sesuai
dengan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, penyempurnaan penganggaran
dilakukan melalui pendekatan berikut ini.
1) Pengintegrasian antara rencana kerja dan anggaran. Dalam penyusunan anggaraan
dewasa ini digunakan pendekatan budget is a plan, a plan is budget, oleh karena
itu antara rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan, disusun secara
terintegrasi.
2) Penyatuan anggaran (unified budget). Pendekatan ini yang digunakan dalam
penganggaran ini adalah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mempunyai
satu dokumen anggaran. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi duplikasi
anggaran sehingga dimanfaatkan secara lebih efisien dan efektif.
3) Penganggaran Berbasis Kinerja. Konsep yang digunakan dalam anggaran ini
adalah alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang akan dicapai terutama
berfokuspada output dan keluaran dari kegiatan yang dilaksanakan.
4) Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah. Pemerintah dituntut untuk
menjaga kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan. Dalam rangka menjaga
kesinambungan program/kegiatannya, pemerintah daerah dituntut menyusun
anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah.
5) Klasifikasi anggaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi keuangan,
pemerintah menggunakan klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada
Government Finance Statistic (GFS) sebagaimana yang sudah diterapkan di
berbagai negara. Klasifikasi anggaran dimaksud terdiri dari klasifikasi menurut
fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja.
Dalam rangka penyusunan anggaran, proses dipilah menjadi dua tahapan yaitu
tahap perencanaan dan tahap penganggaran. Tahap perencanaan pada pemerintah
pusat dikoordinir oleh Bappenas sedang pada pemerintah daerah dikoordinir oleh
satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran dipimpin oleh Kementrian
Keuangan pada Pemerintah Pusat dan dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah
di Pemerintah Daerah.
Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan
rancangan kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif, yang diperlukan
oleh Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun RKA-KL/RKASKPD. Rancangan
RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD
9

untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan


DPR/DPRD, maka kebijakan umum, program prioritas, dan plafon anggaran
sementara, akan menjadi dasar bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun
RKA. RKA ini selanjutnya digunakan untuk menyusun RAPBN/RAPBD yang wajib
disampaikan ke legislative untuk dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk
ditetapkan menjadi APBN/APBD.
Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, pada
RAPBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui
oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Mendagri
untuk RAPBD provinsi. Proses evaluasi yang diatur dalam UU 32/2004 dan diatur
lebih lanjut dalam PP 58/2005 bertujuan untuk melindungi kepentingan umum,
menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya, terutama peraturan daerah mengenai pajak
daerah dan retribusi daerah.

10

Daftar Pustaka
Mursyidi. 2009. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai