Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
1. Mengidentifikasi senyawa obat secara kualitatif.
2. Mengetahui spesifikasi senyawa obat dalam berbagai macam reaksi
kualitatif.
B. Dasar Teori
Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun
sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif
(profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit
pada manusia maupun hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat
dipergunakan begitu saja sebagai obat, terlebih dahulu harus dibuat dalam
bentuk sediaan seperti pil, tablet, kapsul, sirup, suspensi, supositoria, salep dan
lainlain (Jas, 2007).
Berikut merupakan pengertian obat secara khusus :
1. Obat jadi, adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan, salep atau bentuk lainnya
yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku
resmi lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalm bungkus asli dari pabrik
yang memproduksinya.
3. Obat baru, yaitu obat yang berkhasiat ataupun tidak berkhasiat, misalnya
lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain yang belum
dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4. Obat asli, yaitu obat yang didapat langsung dari bahan bahan alami
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan
dalam pengobatan tradisional.
5. Obat tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral,
tumbuhan atau hewan), terolah secara sederhana atas dasar pengalaman
dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6. Obat esensial, yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat terbanyak

dan tercantum dalam Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.


1 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

7. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Syamsuni, 2006).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun.
Obat itu bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan (Anief, 1991).
Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harus
mencapai tempat aksinya dalam konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan
respon. Tercapainya konsentrasi obat tergantung pada keadaan dan kecepatan
obat diabsorpsi dari tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke
bagian yang lain dari badan (Anif, 1990).
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia
hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika dan
hewan atau tumbuhan yang dilindungi (Badan Pengawasan Obat & Makanan
RI, 2006).
Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya) yang
lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bisa
langsung bereaksi (tapi bersifat kuratif). Hal ini karena obat tradisional bukan
senyawa aktif. Karena itu jika efek kesembuhan langsung muncul begitu obat
tradisional diminum, maka layak dicurigai karena pasti ada sesuatu. Itulah yang
terjadi pada obat obatan tradisional yang diberi obat obat kimia. Tanpa
penelitian, dimasukkan begitu saja sehingga menjadi berbahaya karena
dosisnya tidak diketahui dan tanpa pengawasan dokter (Vapriati, 2009).

2 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 007 Tahun 2012


tentang Registrasi Obat Tradisonal, bahwa obat tradisional dilarang
mengandung :
1. Etil alkohol lebih dari 1% kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran.
2. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat
obat.
3. Narkotika atau Psikotropika.
4. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan atau
berdasarkan penelitian yang membahayakan kesehatan (Keputusan
Menteri Kesehatan, 2012).
Jamu telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh bahkan
beratus tahun. Pada umumnya, jamu mengarah pada resep pengalaman leluhur.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris dan turun temurun (Thomas, 1983).
Bahan bahan yang digunakan tidak mengandung bahan kimia sintetik
melainkan menggunakan bermacam macam tumbuhan yang diambil
langsung dari alam dan efek sampingnya relatif kecil dibanding obat medis
(Hermanto, 2007).
Minat masyarakat yang besar terhadap produk jamu sering kali
disalahgunakan produsen jamu yang nakal untuk menambahkan bahan kimia
obat. Pemakaian bahan kimia obat dalam jangka panjang menyebabkan
kerusakan fungsi organ tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan oleh
BPOM supaya tidak beredar bahan kimia obat yang ditambahkan dalam jamu.
Namun demikian berdasarkan pemantauan Badan POM RI, diantara produk
produk jamu yang mengandung BKO masih ditemukan di toko jamu (Badan
Pengawasan Obat & Makanan RI, 2009).
Kasus serupa terulang pada akhir tahun 2010 dimana 46 produk jamu
ditarik dari peredaran. Jamu-jamu yang ditarik dari peredaran tersebut oleh
Badan POM justru merupakan jamu-jamu yang laris di pasaran karena efeknya
yang cepat dalam mengobati berbagai penyakit seperti pegal linu, rematik,
sesak napas,masuk angin dan suplemen kesehatan. Bahan-bahan kimia
berbahaya yang digunakan meliputi metampiron, fenilbutazon, deksametason,
allopurinol, CTM, sildenafil sitrat, tadalafil dan parasetamol. Obat-obat yang
mengandung bahan bahan kimia tersebut memiliki efek samping berbahaya.

3 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Misalnya

jamu

yang

mengandung

fenilbutazon

dapat

menyebabkan

peradangan lambung dan dalam jangka panjang akan merusak hati dan ginjal
(Badan Pengawasan Obat & Makanan RI, 2010).
Menurut peraturan peringatan nomor K.H.00.01.1.5116 tentang Obat
Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), mengonsumsi obat
tradisional dengan mengandung bahan kimia obat keras dapat membahayakan
kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras harus melalui resep
dokter. BKO merupakan senyawa sintetis atau bisa juga produk kimiawi yang
berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan untuk pengobatan modern.
Penggunaan BKO pada pengobatan modern selalu disertai takaraan atau dosis,
aturan pakai yang jelas dan peringatan peringatan akan bahaya dalam
penggunaannya demi menjaga keamanan penggunanya (Badan Pengawasan
Obat & Makanan RI, 2010).

4 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

BAB II
METODE PERCOBAAN

A. Instrumen Penelitian
1. Alat
a. Pipet Tetes
b. Tabung Reaksi
c. Rak Tabung Reaksi
d. Gelas Beaker 50 ml
e. Gelas Beaker 250 ml
f. Batang Pengaduk
g. Kaca Arloji
h. Erlenmeyer 250 ml
i. Labu Ukur 10 ml
j. Labu Ukur 100 ml
k. Bunsen
l. Botol Semprot
m. Pipet Volume 1 ml
n. Pipet Ukur 5 ml
o. Ball Pipet
p. Penjepit Kayu
2. Bahan
a. Asam Mefenamat
b. Kloramfenikol
c. Paracetamol
d. Piridoksin Hidroklorida (Vitamin B6)
e. Antalgin
f. Tetrasiklin
g. Etanol
h. Natrium Hidroksida

5 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

i. HCl Encer
j. Asam Sulfat Pekat
k. FeCl3 1%
l. FeCl3 5%
m. FeCl3 10%
n. Aquades
o. Sampel Obat Tradisional (Kapsul Kunyit Putih)
B. Prosedur Kerja
1. Identifikasi Asam Mefenamat
10 mg zat dilarutkan dalam 2 ml etanol + 4 tetes FeCl 3 1% akan terjadi
perubahan warna menjadi ungu.
2. Identifikasi Kloramfenikol
10 mg zat + 2 g NaOH + 3 ml aquades, didihkan sehingga akan menjadi
warna kuning.
3. Identifikasi Paracetamol
a. 10 mg zat dalam 2 ml aquades + 4 tetes FeCl 3 10% akan berwarna biru
ungu muda.
b. 100 mg zat dalam 10 ml aquades + 1 ml FeCl3 5% akan berwarna biru
violet.
4. Identifikasi Piridoksin Hidroklorida (Vitamin B6)
10 mg zat dalam 2 ml aquades + 4 tetes FeCl3 10% akan berwana merah.
5. Identifikasi Antalgin
3 ml larutan zat 10% dalam air + 2 ml HCl encer + 1 ml FeCl 3 5% akan
berwarna biru, dibiarkan menjadi warna merah, dibiarkan menjadi tidak
berwarna.

6 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

6. Identifikasi Tetrasiklin
1,5 mg zat direaksikan dengan 5 ml asam sulfat pekat, terbentuk warna
ungu. Setelah ditambah 3 tetes larutan FeCl 3 1%, warna berubah menjadi
cokelat atau merah cokelat.
Skema Prosedur Kerja
1. Identifikasi Asam Mefenamat

10
+
+

mg

zat

2 ml etanol,
larutkan
4

tetes
1%

FeCl 3

Amati
perubahan
warna
2. Identifikasi Kloramfenikol

10
+

mg
g

zat

NaOH

+ 3 ml
aquades
Didihkan
Amati
perubahan
warna

7 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

3. Identifikasi Paracetamol

Paracetamol (A)

Paracetamol (B)

10 mg zat

100 mg zat

+ 2 ml aquades

+ 10 ml aquades

+ 4 tetes FeCl3 10%

+ 1 ml FeCl3 5%

Amati perubahan
warna

Amati perubahan
warna

4. Identifikasi Piridoksin Hidroklorida (Vitamin B6)

10

mg

zat

+ 10 ml
aquades
+ 4 tetes
FeCl3 10%
Amati
perubahan
warna

8 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

5. Identifikasi Antalgin

Larutan
Larutan zat
10%
10% dalam
dalam
aquades
Pipet
+

1
1

ml

ml
HCl
encer (1 N)
+ 1 ml
FeCl 3
5%
5%
Am ati
Amati
perubahan
perubahan
warna

6. Identifikasi Tetrasiklin

1,5
+

mg

zat

ml H 2SO4
pekat

Amati
perubahan
warna
+ 3 tetes
larutan FeCl 3
1%
Amati
perubahan
warna

9 | Page
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil percobaan uji organoleptis serta uji identifikasi bahan
kimia obat dalam obat tradisional yang menggunakan metode analisis kualitatif
pada sampel dan baku pembanding diperoleh hasil pada tabel berikut :
Tabel 1 Uji Organoleptis
Bentuk

Warna

Bau

Rasa

Serbuk

Kuning

Khas Kunyit Putih

Pahit

Tabel 2 Uji Analisis Bahan Kimia Obat


No

Bahan

Perlakuan

Hasil

10 mg bahan dalam
Asam Mefenamat
1
Kapsul Kunyit Putih

2 ml etanol
+
4 tetes FeCl3 1%

(+) Ungu
(-) Kuning

10 mg bahan
Kloramfenikol

(+) Kuning Kuat

2 g NaOH
+

3 ml aquades
Kapsul Kunyit Putih

(-) Cokelat
Dididihkan

10 mg bahan
Parasetamol (A)
Kapsul Kunyit Putih

Parasetamol (B)

dalam 2 ml aquades
+
4 tetes FeCl3 10%
100 mg bahan

(+) Biru Ungu


(-) Cokelat
(+) Biru Violet

dalam 10 ml aquades

10 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Kapsul Kunyit Putih


Piridoksin Hidroklorida
5
Kapsul Kunyit Putih

+
1 ml FeCl3 5%
10 mg bahan
dalam 10 ml aquades
+
4 tetes FeCl3 10%
Larutan bahan 10% dalam
aquades

Antalgin

(-) Cokelat
(+) Merah
(-) Kuning
(+) Biru, detik ke
25 menjadi merah
dan setelah 1 menit

Pipet 3 ml
+

menjadi

tidak

berwarna

2 ml HCl encer (1 N)

+
1 ml FeCl3 5%

(-)

Cokelat

selanjutnya

Kapsul Kunyit Putih

ada
Diamkan beberapa saat

dan
tidak

perubahan

warna

dan amati perubahan


warna
(+)
1,5 mg bahan
Tetrasiklin

+
5 ml asam sulfat pekat

Ungu,

kemudian

setelah

ditambahkan
tetes

FeCl3

menjadi

1%
merah

cokelat
7

Amati perubahan warna


+
3 tetes FeCl3 1%
Kapsul Kunyit Putih

(-) Cokelat dan


setelah
ditambahkan 3
tetes FeCl3 1%
tidak ada

Amati perubahan warna

perubahan warna

11 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

12 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

B. Pembahasan
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006).
Menurut Undang Undang Kesehatan No 36 tahun 2009, obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menentukan

diagnosis,

mencegah,

mengurangi,

menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia.
Obat tradisional merupakan warisan

budaya bangsa perlu terus

dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan


sekaligus

untuk

meningkatkan

perekonomian

rakyat.

Produksi,

dan

penggunaan obat tradisional di Indonesia memperlihatkan kecenderungan terus


meningkat, baik jenis maupun volumenya. Perkembangan ini telah mendorong
pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya
tanaman obat, usaha industri obat tradisional, penjaja dan penyeduh obat
tradisional atau jamu. Bersamaan itu upaya pemanfaatan obat

tradisional

dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui berbagai


kegiatan uji klinik ke arah pengembangan fitofarmaka (Dirjen POM, 1999).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
Jamu merupakan obat tradisional karena berasal dari bahan-bahan alami
yang berkhasiat khusus untuk penyakit tertentu tergantung dari bahan alami
atau tumbuhan apa yang digunakan. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh
hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Akan tetapi, yang paling
penting dari semuanya itu kita harus mengetahui khasiat setiap bahan jamu.
Selain itu, kita harus dapat meramu bahan-bahan jamu itu agar dapat berkhasiat
untuk mengobati jenis penyakit tertentu. Misalnya saja, untuk mengobati
radang persendian tulang seperti reumatik, asam urat, maupun pegal linu,
bahan apa saja yang diperlukan dan bagaimana takarannya, kita harus tahu dan

13 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

benar-benar memahaminya. Dengan begitu, kita tidak salah meramu jamu. Jika
salah meramu, bisa jadi bukan kesembuhan yang di dapat, melainkan pasien
justru bertambah sakit (Mursito, 2002; Suyono, 1996).
Menurut peraturan peringatan nomor K.H.00.01.1.5116 tentang Obat
Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), mengonsumsi obat
tradisional dengan mengandung bahan kimia obat keras dapat membahayakan
kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras harus melalui resep
dokter. BKO merupakan senyawa sintetis atau bisa juga produk kimiawi yang
berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan untuk pengobatan modern.
Penggunaan BKO pada pengobatan modern selalu disertai takaraan atau dosis,
aturan pakai yang jelas dan peringatan peringatan akan bahaya dalam
penggunaannya demi menjaga keamanan penggunanya (Badan Pengawasan
Obat & Makanan RI, 2010).
Sampel obat tradisional yang digunakan pada percobaan ini adalah
kapsul kunyit putih produksi Mama Dea yang diperoleh dari Pasar Kahayan
Kota Palangkaraya dengan beberapa indikasi seperti keputihan, obat maag,
obat luka dalam, dan diabetes. Kunyit putih atau kunir putih yang juga disebut
temu rapet ialah salah satu dari sekian banyak rempah rempah herbal yang
kerap digunakan sebagai alternatif pengobatan tradisional berbagai macam
jenis penyakit.
Kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan tanaman semak
berumur tahunan. Tanaman ini mempunyai tinggi 50 75 cm, bentuk batang
semu yang tersusun dari pelepah pelepah daun. Daunnya berwarna hijau,
berbentuk seperti mata lembing bulat lonjong dibagian ujung dan pangkalnya.
Panjang daun sekitar 30 60 cm dengan lebar 7,5 12,5 cm, tangkai daunnya
panjang sama dengan panjang daunnya. Permukaan atas dan bawah daun agak
licin dan tidak berbulu. Tanaman ini mempunyai bunga majemuk berbentuk
bulir yang muncul dari bagian ujung batang. Mahkota bunga berwarna kuning
muda atau hijau keputihan, panjangnya sekitar 2,5 cm. Kunyit putih memiliki
rimpang berbentuk bulat, renyah, dan mudah dipatahkan. Kulitnya dipenuhi
semacam akar serabut yang halus sehingga menyerupai rambut. Rimpang
utamanya keras, bila dibelah tampak daging buah berwarna kekuning
kuningan dibagian luar dan putih kekuningan dibagian tengahnya. Rimpang

14 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

berbau aromatis seperti bau mangga, dan rasanya mirip mangga sehingga
masyarakat menyebutnya temu mangga (Syukur, 2003).
Rimpang kunyit putih digunakan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid,
penambah nafsu makan, penurun panas tubuh, penyempitan peranakan,
mengobati masuk angin, dan gatal gatal (Muslihah, 1999).
Selain itu, dapat memperkecil rahim, menyempitkan

vagina,

mengeringkan luka operasi, kanker payudara, mengobati maag, peradangan


akibat gangguan wasir, radang tenggorokan dan diare (Syukur, 2003).
Pada percobaan ini, pengidentifikasian adanya bahan kimia obat
dilakukan dengan analisis kualitatif dengan mengamati perubahan warna yang
terjadi setelah adanya perlakuan. Namun, sebelum melakukan identifikasi
tersebut dilakukan uji organoleptis dengan menggunakan alat indra sehingga
diperoleh hasil dengan bentuk serbuk, warnanya yang kuning, memiliki aroma
yang khas seperti kunyit putih, serta mempunyai rasa yang pahit.
Kemudian, pada pengidentifikasian bahan kimia obat selalu diawali
dengan pembuatan larutan baku yang digunakan sebagai pembanding untuk
larutan sampel. Setiap pengujian, obat yang berbeda akan menghasilkan warna
yang berbeda pula dan apabila warna larutan sampel sama seperti larutan baku,
maka sampel dinyatakan positif mengandung bahan kimia obat yang diujikan,
namun sebaliknya apabila larutan sampel memiliki warna yang berbeda dari
larutan baku, maka sampel dinyatakan negatif atau terbebas dari bahan kimia
obat yang diujikan tersebut.
Pada tahap pertama dilakukan identifikasi asam mefenamat. Asam
mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non steroid yang
berkhasiat sebagai pereda nyeri atau analgetik yang digunakan bagi nyeri
ringan hingga menengah, antipiretik serta mengurangi adanya peradangan atau
inflamasi. Asam mefenamat adalah derivat antranilat yang bekerja dengan
menghambat pelepasan prostaglandin yang merupakan mediator nyeri dengan
struktur mirip asam lemak dan terbentuk dari asam arakidonat. Apabila
prostaglandin dilepaskan, maka kepekaan ujung saraf sensoris akan meningkat
sehingga akan timbul rasa nyeri pada jaringan yang rusak. Efek samping dari
penggunaan asam mefenamat ini adalah adanya gangguan lambung dan usus
dikarenakan sifatnya yang asam (Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2015).

15 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Pada pembuatan larutan baku, 0,0110 g asam mefenamat dilarutkan


dalam 2 ml etanol, kemudian ditambahkan 4 tetes FeCl 3 1% sehingga akan
menghasilkan warna ungu. Warna ungu tersebut disebabkan karena asam
mefenamat adalah senyawa yang mengandung fenol sehingga akan bereaksi
apabila ditambahkan FeCl3. Perlakuan yang sama ditujukan pada sampel
percobaan ini yaitu kapsul kunyit putih sebanyak 0,0101 g yang kemudian
ditambahkan 2 ml etanol dan direaksikan dengan 4 tetes FeCl 3 1% sehingga
larutan sampel berwarna kuning. Karena perbedaan warna tersebut, maka
sampel dinyatakan negatif dan tidak mengandung asam mefenamat.
Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian kloramfenikol yang
merupakan antibiotik berspektrum luas yang dapat mengatasi infeksi tifus
(Salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. Influenzae), juga pada
infeksi anaerob yang sukar dicapai obat, khususnya abses otak oleh B. Fragilis.
Secara umum, efek samping penggunaan kloramfenikol adalah adanya
gangguan lambung usus, neuropatik optik dan perifer, radang lidah dan
mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang
(myelodepresi) yang dapat berwujud dua bentuk anemia, yaitu :
1. Penghambatan pembentukan sel sel darah (eritrosit, trombosit, dan
granulosit) yang timbul dalam waktu 5 hari sesudah dimulainya terapi.
Gangguan ini tergantung dari dosis serta lamanya terapi dan bersifat
reversibel.
2. Anemia aplastik, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai
beberapa bulan pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes
mata tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari (Tan Hoan Tjay & Kirana
Rahardja, 2015)
Dalam pembuatan larutan baku kloramfenikol, 0,0109 g kloramfenikol
ditambahkan 2 g Natrium Hidroksida dan 3 ml aquades, kemudian dididihkan
menggunakan bunsen sehingga akan menghasilkan warna kuning kuat.
Selanjutnya, 0,0102 g sampel diberi perlakuan yang sama seperti pembuatan
larutan baku yaitu dengan adanya penambahan 2 g NaOH dan 3 ml aquades
serta didihkan, namun warna yang dihasilkan adalah cokelat sehingga tidak
sama dengan larutan baku pembandingnya dan dinyatakan negatif dari bahan
kloramfenikol.

16 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Kemudian, pada tahap ketiga dilakukan pengidentifikasian paracetamol


yang pada perlakuannya digunakan 2 prosedur berbeda. Paracetamol
merupakan derivat asetanilida yaitu metabolit dari fenasetin yang dulu banyak
digunakan sebagai analgetik, namun pada tahun 1978 telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksik dan karsinogen). Khasiatnya
analgetik dan antiiretik, tetapi tidak anti radang. Kini, pacetamol dianggap
sebagai analgetik yang paling aman, juga untuk swamedikasi. Selain itu efek
analgetiknya diperkuat oleh kodein dan kafein dengan kira kira 50% (Tan
Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2015).
Pada prosedur pertama, larutan baku dibuat dengan cara melarutkan
0,0110 g paracetamol dengan 2 ml aquades dan ditambahkan 4 tetes FeCl 3 10%
sehingga akan menghasilkan larutan yang berwarna biru ungu muda.
Sedangkan pada 0,0101 g sampel saat diberikan perlakuan demikian, yaitu
dengan penambahan 2 ml aquades dan 4 tetes FeCl 3 10% maka akan
menghasilkan larutan berwarna cokelat.
Dan pada prosedur kedua, larutan baku dibuat dengan cara melarutkan
0,01002 g paracetamol dengan 10 ml aquades dan ditambahkan 1 ml FeCl3 5%
sehingga akan menghasilkan larutan yang berwarna biru violet. Sedangkan
pada 0,1001 g sampel saat diberikan perlakuan yang sama, yaitu dengan
penambahan 10 ml aquades dan 1 ml FeCl3 5% maka akan menghasilkan
larutan berwarna cokelat. Maka dari itu, baik pada prosedur pertama maupun
kedua, sampel tidak menunjukkan perubahan warna yang sama dengan larutan
bakunya, sehingga dinyatakan negatif dari bahan obat paracetamol
Piridoksin hidroklorida atau vitamin B6 adalah derivat piridin yang
terdapat pada daging, hati, ginjal, telur, gandung whole grain, kacang kedelai,
dan biji biji gandum (wheat germ). Dikenal dalam bentuk alkohol, aldehida
dan amin, yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Didalam hati vitamin
B6 dengan bantuan kofaktor riboflavin dan magnesium diubah menjadi zat
aktifnya piridoksal-5-fosfat (P5P). Zat ini berperan aktif sebagai koenzim pada
metabolisme protein dan asam asam amino, antara lain pada pengubahan
triptofan melalui okstriptan menjadi serotonin dan pada sintesis GABA. Juga

17 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

peranan kecil pada metabolisme karbohidrat dan lemak (Tan Hoan Tjay &
Kirana Rahardja, 2015).
Dalam pembuatan larutan baku piridoksin hidroklorida atau vitamin B6,
0,0108 g piridoksin hidroklorida dilarutkan dalam 2 ml aquades, kemudian
ditambahkan 4 tetes FeCl3 10% sehingga akan menghasilkan larutan berwarna
merah. Selanjutnya, 0,0103 g sampel diberi perlakuan yang sama seperti
pembuatan larutan baku yaitu dengan dilarutkan dalam 2 ml aquades serta
ditambahkan 4 tetes FeCl3 10% , namun warna yang dihasilkan adalah kuning
sehingga tidak sama dengan larutan baku pembandingnya dan dinyatakan
negatif dari bahan piridoksin hidroklorida.
Selain itu, dilakukan pula pengidentifikasian antalgin yang merupakan
derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Khasiat dan efek
sampingnya sama. Obat tua ini dapat secara mendadak dan tidak terduga
menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya
agranulositosis, obat ini sudah lama dilarang peredarannya di banyak negara,
antara lain di Swedia, Inggris, Jerman, Belanda, dan India. Di Amerika dan
Inggris obat ini tidak pernaj dipasarkan kembali (Tan Hoan Tjay & Kirana
Rahardja, 2015).
Pada pembuatan larutan baku, 10,0050 g antalgin ditambahkan aquades
hingga volumenya mencapai 100 ml, kemudian dilakukan pemipetan sebanyak
3 ml dan ditambahkan 2 ml HCl encer yang dalam percobaan ini digunakan
HCl atau asam klorida dengan konsentrasi 1 N kemudian ditambahkan 1 ml
FeCl3 5% sehingga akan menghasilkan larutan berwarna biru,

dan saat

didiamkan selama 25 detik larutan tersebut berubah menjadi warna merah,


serta setelah 1 menit selanjutnya terdapat perubahan menjadi tidak berwarna.
Perlakuan yang sama ditujukan pada sampel percobaan ini yaitu kapsul kunyit
putih sebanyak 1,0050 g yang kemudian dilarutkan dengan aquades hingga
volumenya mencapai 10 ml dalam labu ukur, kemudian larutan dipipet
sebanyak 3 ml dan di tambahkan 2 ml HCl 1 N serta direaksikan dengan
ditambahkan 1 ml FeCl3 5% sehingga larutan sampel berwarna cokelat dan
selanjutnya tidak ada perubahan warna yang terjadi. Karena perbedaan warna
tersebut, maka sampel dinyatakan negatif dan tidak mengandung antalgin.

18 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian tetrasiklin. Semula tetrasiklin


diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin) dan Streptomyces
rimosus (oksitetrasiklin). Setelah tahun 1960 zat induk tetrasiklin mulai dibuat
seluruhnya secara sintetik, yang kemudian disusul oleh derivat oksi dan klor
serta senyawa long-acting lainnya. Mekanisme kerjanya adalah berdasarkan
gangguan kuman pada sintesis protein. Spektrum antibakterinya luas dan
meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif terhadap Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba
khusus seperti Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan
penyakit kelamin), Rickettsiae (scrubtyphus), spirokheta (sifilis, framboesia),
leptospirae (penyakit Weil), Actinomyces daan beberapa peotozoa (amoeba)
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2015).
Untuk membuat larutan baku, digunakan 0,0018 g tetrasiklin yang
selanjutnya direaksikan dengan 5 ml asam sulfat yang pekat sehingga terbentuk
larutan yang memiliki warna ungu. Kemudian setelah itu dilakukan
penambahan 3 tetes FeCl3 1% sehinga larutan mengalami perubahan warna
menjadi merah cokelat. Sedangkan saat pembuatan larutan sampel, sampel
yang digunakan adalah 0,0017 g dengan perlakuan yang seragam, yaitu
ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat dan ditambahkan 3 tetesFeCl 3 1%
sehingga larutan berwarna cokelat tanpa ada perubahan warna lagi setelahnya.
Dikarenakan warna yang tidak sesuai dengan larutan baku pembanding yang
telah diolah, maka sampel dinyatakan negatif dari bahan tetrasiklin.
Dari berbagai pengidentifikasian yang telah dilakukan tersebut, tidak ada
hasil yang positif, sehingga sampel yang diujikan pada percobaan ini yaitu
kapsul kunyit putih produksi Mama Dea yang diperoleh di Pasar Kahayan Kota
Palangkaraya dinyatakan tidak mengandung bahan kimia obat yang pada obat
tradisional dilarang keberadaannya oleh pemerintah.

19 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan

dalam

menentukan

diagnosis,

mencegah,

mengurangi,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau


kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya) yang
lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bisa
langsung bereaksi (tapi bersifat kuratif). Hal ini karena obat tradisional bukan
senyawa aktif. Karena itu jika efek kesembuhan langsung muncul begitu obat
tradisional diminum, maka layak dicurigai karena pasti ada sesuatu. Itulah yang
terjadi pada obat obatan tradisional yang diberi obat obat kimia. Tanpa
penelitian, dimasukkan begitu saja sehingga menjadi berbahaya karena
dosisnya tidak diketahui dan tanpa pengawasan dokter.
Menurut peraturan peringatan nomor K.H.00.01.1.5116 tentang Obat
Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), mengonsumsi obat
tradisional dengan mengandung bahan kimia obat keras dapat membahayakan
kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras harus melalui resep
dokter. BKO merupakan senyawa sintetis atau bisa juga produk kimiawi yang
berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan untuk pengobatan modern.
Penggunaan BKO pada pengobatan modern selalu disertai takaraan atau dosis,
aturan pakai yang jelas dan peringatan peringatan akan bahaya dalam
penggunaannya demi menjaga keamanan penggunanya.
Sampel obat tradisional yang digunakan pada percobaan ini adalah
kapsul kunyit putih produksi Mama Dea yang diperoleh dari Pasar Kahayan
Kota Palangkaraya dengan beberapa indikasi seperti keputihan, obat maag,

20 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

obat luka dalam, dan diabetes. Kunyit putih atau kunir putih yang juga disebut
temu rapet ialah salah satu dari sekian banyak rempah rempah herbal yang
kerap digunakan sebagai alternatif pengobatan tradisional berbagai macam
jenis penyakit.
Pada percobaan ini, pengidentifikasian adanya bahan kimia obat
dilakukan dengan analisis kualitatif dengan mengamati perubahan warna yang
terjadi setelah adanya perlakuan. Namun, sebelum melakukan identifikasi
tersebut dilakukan uji organoleptis dengan menggunakan alat indra sehingga
diperoleh hasil dengan bentuk serbuk, warnanya yang kuning, memiliki aroma
yang khas seperti kunyit putih, serta mempunyai rasa yang pahit.
Dan berdasarkan analisis kulitatif yang telah dilakukan sampel kunyit
putih tersebut tidak mengandung bahan kimia obat seperti asam mefenamat,
kloramfenikol, paracetamol, piridoksin hidroklorida, antalgin, maupun
tetrasiklin dikarenakan warna larutan sampel tidak sesuai atau sama dengan
larutan baku pembanding yang telah diolah sehingga sampel dinyatakan negatif
atau terbebas dari bahan kimia obat yang diujikan dan masih aman untuk
digunakan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut pengidentifikasian bahan
kimia obat dengan baku atau bahan uji lainnya atau dilakukan pengujian
terhadap sampel obat tradisional lainnya.
2. Disarankan bagi masyarakat umum untuk tidak langsung mengonsumsi
obat sebelum adanya izin dari pemerintah.

Lampiran 1
Data Penimbangan Bahan
No
1

Bahan
Asam Mefenamat

Bobot
Perkamen/Kaca Arloji
Bahan
0,2717 g
0,0110 g
21 | P a g e

Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sampel Uji Asam Mefenamat


Kloramfenikol
Sampel Uji Kloramfenikol
Paracetamol (A)
Sampel Uji Paracetamol (A)
Paracetamol (B)
Sampel Uji Paracetamol (B)
Piridoksin Hidroklorida
Sampel Uji Piridoksin HCl
Antalgin
Sampel Uji Antalgin
Tetrasiklin
Sampel Uji Tetrasiklin

0,2612 g
0,2655 g
0,2212 g
0,2778 g
0,2102 g
0,2757 g
0,2252 g
0,2732 g
0,2532 g
0,2512 g
0,2152 g
0,2703 g
0,2105 g

0,0101 g
0,0109 g
0,0102 g
0,0110 g
0,0101 g
0,1002 g
0,1001 g
0,0108 g
0,0103 g
10,0050 g
1,0050 g
0,0018 g
0,0017 g

22 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Lampiran 2
Hasil Uji Identifikasi Bahan Kimia Obat
No

Bahan

Gambar

Asam Mefenamat

Sampel Uji Asam


Mefenamat

23 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Kloramfenikol

Sampel Uji Kloramfenikol

Paracetamol (A)

24 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Sampel Uji Paracetamol (A)

Paracetamol (B)

25 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Sampel Uji Paracetamol (B)

Piridoksin Hidroklorida

26 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

10

Sampel Uji Piridoksin HCl

11

Antalgin

27 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

12

Sampel Uji Antalgin

13

Tetrasiklin

14

Sampel Uji Tetrasiklin

28 | P a g e
Laporan Praktikum Analisis Obat dan Makanan

Anda mungkin juga menyukai