Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah
menjadikan Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan
batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai
jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai warga Negara
Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar tidak
punah dengan bergantinnya zaman. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan teman-teman mengenai warisan budaya Indonesia khususnya
batik.
I.2 Rumusan Masalah
Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik. Sejak
Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah bangsa Indonesia
tersadar dari mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan kembali keberadaannya.
Dan sejak saat itu banyak motif batik bermunculan kembali bahkan sudah menjadi tren
kalau batik merupakan pakaian khas bangsa Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah
ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan bagaimana batik bisa menjadi
suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan dibahas satu persatu dalam makalah ini.
I.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan
batik, terutama tentang motif, corak, teknik, cara pembuatan maupun alat dan bahan
pembuatan batik tradisional Indonesia sehingga batik indonesia tetap lestari di
lingkungan masyarakat.
1

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN


II.1 Sejarah Batik Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan,
pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian
pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan
batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah
satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya
terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka
kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masingmasing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi
pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli
Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan
bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit di telusuri di daerah
Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya dengan
kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan
Majapahit.
Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri.
Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya
dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai
pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo
banyak dijual.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batikbatik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan
biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan
dan Simo.
Perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi
corak batik Solo dan Yogyakarta. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik
karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari

tom. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang
menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah
pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan
sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
II. 2 Perkembangan Batik Di Indonesia
A.

Batik Solo dan Yogyakarta


Dari kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitarnya abad 17,18 dan 19, batik
kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya
sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun
perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap
maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih
tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal
sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan Sidomukti dan
Sidoluruh. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak
kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati.
Di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro
mengembangkan batik ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik
yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik,
Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas,
Pekalongan, Tegal, Cirebon.

B.

Perkembangan Batik Di Kota-Kota Lain


Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh
pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830.
Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik
celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama
dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan
kuning.
Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping
mereka dagang bahan batik sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para
pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan
usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik
tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro
dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena

tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa
pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan
dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Pemakaian batik cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh
Purnomo dari Yogyakarta. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX Bahanbahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari
pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis adalah
campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna
Garutan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang
hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam
pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina.
Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik
Yogya dan Solo.
C.

Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerahdaerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa
oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan
didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat
Tanah Abang
Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung,
Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar
Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang
batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil. Oleh
karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga
bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka timbul pemikiran
dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta dan
tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang.
Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obatobatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan
sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama
dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah
dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar
Jakarta.

D.

Pembatikan di Luar Jawa


Batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang
ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah
daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa
berkembang didaerah ini.
Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang
dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta
Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan

yang terkenal tenun Silungkang dan tenun plekat, dari batik-batik yang dibuat di
Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu sebagai alat cap.
Banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan batik dengan
bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru.
5
Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya
Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih maju
lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap
sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.
II.3 Tentang Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawaamba yang berarti menulis dan
nitik. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak menggunakan canting
atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak
malam (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan
pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi
kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting
dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia(khususnya Jawa) sejak lama. Kesenian batik merupakan kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja
Indonesia zaman dulu.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka
dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya Batik Cap yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi
fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat
pada corak Mega Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik
adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya,
batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh
dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar,
seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga
kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa
motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif
batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini
masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto,
yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik
Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009.

Motif Batik Di Indonesia


Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya
boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh
luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti
merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik
tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara
adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :

Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3
bulan.
Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk
dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini
membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada
kain putih.
Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai berikut:

Batik Jawa

Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah
Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif
yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu
mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung
makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme,
dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau
yang biasa disebut dengan batik Solo.
Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia
sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak
menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon bagi karya seni yang tak pernah
menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi
nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk
unggulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang menghasilakan produk batik.
Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik.
Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama
periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu
batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah
perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Gambar Batik Pekalongan


Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna.
Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika
dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi
pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangant bebas, dan
menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak
jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang
dinamis.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti
perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan
nama Batik Jawa Hokokai yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono
Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama Tritura. Bahkan
pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif
SBY yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga
Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
2. Batik Mega Mendung
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi
berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup
berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari
negerinya. Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan
ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe.
Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motifmotif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif
batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.

Gambar Batik Mega Mendung


Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega
Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun
warnanya bergaya selera cina.
Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan
sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna
biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang
mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan
semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik Motif Truntum
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi
kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.

Gambar Batik Motif Truntum


Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh
Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan
kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk
bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian.
Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai
mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau
perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap

Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali,
sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi
kembali.
4. Batik Jlamprang
Motif motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu
batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan
pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang
berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk
segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pegantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada
motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar
memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam
kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat
dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.
Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara
perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus atau
menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat
disimpulkan motif ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh
kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang
maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup
dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Gambar Batik Motif Ratu Ratih
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan
pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan
kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa
dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan,
niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua
pengantin biasanya memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang
maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu
berumah tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu
terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu
memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan
berumahtangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita
tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan
batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi
sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masingmasing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni
tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki
pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air
tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing
daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti

merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan
warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.
Gambar Batik Tiga Negeri
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain
Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.
7. Batik Pagi Sore
Gambar Batik Pagi Sore
Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu
karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu
kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari
kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif
yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda
padahal hanya 1 lembar kain.
Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain kebaya (jarik) untuk
sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya.
Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua
baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah
motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya
terbatas.
CARA MEMBUAT BATIK
A. Perlengkapan Membatik
1.

Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik.

2.

Bandul
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak
mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.

3.

Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja,
atau tanah liat.

4.

Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor dengan bahan bakar minyak.

5.

Taplak

Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan
malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
6. Saringan malam
Saringan ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya.

10

7.

Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan.
Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin.

8.

Mori
Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan
jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.

9.

Lilin (Malam)
Lilin atau malam ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Malam
untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas
ketika proses pelorotan.

10. Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif
batik yang akan dibuat.
B. Proses Pembuatan Batik
Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil
Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan
Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna
putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran
besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian
yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup
sebentar biar tidak terlalu panas.
Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup malam. Proses
pewarnaan pertama pada bagian yang tidak

terttup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain tersebut pada warna
tertentu. Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda,
dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap nantinya.

Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.


Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air
panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah
digambar menjadi terlihat jelas.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan
dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna berikutnya .
Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam lagi.
Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran
air dans oda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari
kelunturan.

11

Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan
dan dipakai.
II.5 Jenis-Jenis Batik
A. Batik Pecinan / Cina
Keturunan dari para perantau Cina di Indonesia biasanya memproduksi Batik
untuk komunitas sendiri atau juga diperdagangkan. Batik produksi mereka yang disebut
Batik Pecinan. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya Cina seperti
motif burung Hong atau merak, dan Naga. Pada jaman dahulu Batik Pecinan yang
berbentuk sarung. Di Pekalongan yang terkenal memproduksi Batik Pecinan salah
satunya ialah Tan Tjie Hou.
B. Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak juga yang memproduksi batik. Batik yang
warga keturunan Belanda ini mempunyai ciri khas tersendiri. Motif yang digunakan
kebanyakan bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa seperti Tulip dan motif tokohtokoh cerita dongeng terkenal di sana. Tokoh yang terkenal membuat Batik Belanda di
Pekalongan yaitu Van Zuylen dan J.Jans.
C. Batik Rifaiyah
Batik jenis ini mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam motif
motif yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis
sesuai aslinya. Batik rifaiyah terutama yang mengenai motif hewan terlihat kepalanya
terpotong. Biasanya warga keturunan Arab memproduksi batik jenis ini.
D. Batik Pengaruh Kraton
Motif gaya kraton yang biasanya di pakai yaitu semen, cuwiri, parang dll.
Walaupun bermotif pengaruh kraton tetapi teknik pembuatan dan pewarnaanya dengan
gaya Pekalongan. Sehingga lebih unik dan menarik.
E. Batik Jawa Baru
Dalam Batik Jawa Baru motif dan warna yang ada pada era batik Jawa Hokokay
lebih disederhanakan, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa tumpal. Kebanyakan
menggunakan motif rangkaian bunga dan lung lungan.
F. Batik Jlamprang
Motif motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik. Batik ini
merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris
kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya
berbentuk segi empat.
G. Batik Terang Bulan
Suatu desain batik dimana ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu
berupa ornamen pasung atasnya kosong atau berupa titik titik . Batik Terang Bulan ini
disebut juga Gedong atau Ram raman.
H. Batik Cap Kombinasi Tulis
Batik kombinasi tulis sebenarnya batik cap di mana proses kedua atau sebelum
disoga direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik kelihatan seperti ditulis.
Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi batik dan keseragaman.

12

I. Batik Tiga Negeri Pekalongan


Seperti halnya batik batik negara lain dimana dalam satu kain terdapat warna
merah biru soga yang semua dibuat di Pekalongan.
J. Sogan Pekalongan
Batik dengan proses dua kali dimana proses pertama latar putih kadang ada
coletan, dan untuk proses kedua batik ditanahi penuh atau ornamen plataran berupa titik
halus baru setelah itu disoga. Batik Soga terlihat klasik
K. Tribusana
Merupakan batik gaya baru dimana cara pembuatan proses kedua direntas atau
riningan dan kebanyakan motif motif nya lung lungan lanjuran. Batik Tribusana ini
ada yang tahunan dan polos.
L. Batik Pangan / Petani
Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun
sesuai daerah masing masing dan batik ini dikerjakan secara tidak professional karena
hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
M. Coletan
Dimana dalam suatu kain batik pewarnaan di sebagian tempat menggunakan
sistem colet dengan kuas dan untuk pencelupan hanya sekali kecuali warna soga, warna
warna lain menggunakan colet.
N. Batik Kemodelan
Adalah batik batik klasik baik itu dari gaya Yogya maupun Solo, dibuat dengan
komposisi baru dengan pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern.
O. Batik Osdekan
Dalam suatu kain batik akan timbul satu warna akan dibatik lagi terus ditimpa
dengan warna lagi baik itu berupa warna tua muda atau warna lain, hal ini membuat
warna batik lebih hidup dan seperti ada baying bayang.
11
P. Batik Modern
Batik yang dalam prosesnya terutama dalam pewarnaan menggunakan sistem baru yang
biasanya dalam pencelupan sekarang menggunakan sistem lain baik tu berupa gradasi,
urat kayu maupun rintang broklat. Motif motif ini adalah motif baru yang berhubungan
dengan estetika. Komposisi gaya bebas batik ini popular di era tahun 80 an.
Q. Batik Kontemporer
Suatu batik yang tidak lazim kelihatan batik, tetapi masih menggunakan proses
pembuatannya sama seperti membuat batik.
R. Batik Cap.
Batik yang pembuatannya menggunakan alat beebentuk cap atau stamp baik itu proses
coletan maupun keliran.

13

PERBEDAAN BATIK TULIS DAN BATIK CAP


Batik Tulis

A. Batik Tulis
1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang
dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa
saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambarawal pada
permukaan kain.
2. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolakbalik) khusus bagi batik tulis yang halus.
3. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif
(batik tulis putihan/tembokan).
4. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan
pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya
bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
5. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali
lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus
bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
6. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih
bagus, mewah dan unik.

14

B. Batik Cap

1.

2.
3.
4.

5.
6.

Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk
sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap
batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2
minggu.
Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga
gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama.
Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya.
Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang
lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Waktu yang
dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun
hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk
pemakainnya hampir tidak terbatas.
Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis.

15

BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Batik merupakan salah satu kekayaan warisan budaya bangsa Indonesia. Batik adalah
sebuah proses menahan warna dengan memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas
kain
III.2 Saran
Sebaiknya memakai batik perlu ditingkatkan lagi agar cirri khas kiya sebagai warga
Negara Indonesia tidak hilang. Karena beberapa Negara lainnya sudah mengakui batik
Indonesia. Untuk itu kita harus bangga menjadi anak Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA
Hindayani, Fisika, 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta Selatan : Buana Cipta
Pustaka
Aliya, 2010. Batik Pekalongan.Jakarta Timur : CV. Rama Edukasitama
Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge.Vintage: New
York. ISBN 978-0-679-76867-8.
www.google.com www.wikipedia.com
(id.wikipedia.org/wiki/batik)
(www.seasite.niu.Edu/Indonesian/budaya_bangsa/batik)

17

Anda mungkin juga menyukai