Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

PLASENTA PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA

Oleh:
Sinta Sari Perdana

(08700297)

Pembimbing:
dr. Zainal Alim, Sp. OG

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RS TK. II dr. Soepraoen Malang
2013

BAB I
Plasenta Previa
Definisi
Plasenta atau ari-ari terdiri dari vili-vili dan kotiledon yang berfungsi untuk jalan makanan
dan oksigen bagi janin. Makanan akan diantar melalui peredaran darah yang sebelumnya
disaring terlebih dahulu melalui plasenta. Plasenta juga menyaring racun maupun obat-obatan
yang membahayakan janin. Pada usia kehamilan awal, lokasi plasenta berada pada bagian
bawah rahim, dekat dengan jalan lahir, tetapi seiring dengan perkembangan janin dan
pembesaran rahim maka plasenta bergeser ke atas sehingga menempati lokasi pada korpus
atau fundus (bagian atas) rahim pada triwulan ketiga.
Pada plasenta previa, plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya yaitu di segmen
rahim bagian bawah atau dekat dengan jalan lahir meskipun perkembangan janin sudah
memasuki triwulan ketiga. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 200 kehamilan dan merupakan
penyebab kematian tertinggi janin akibat kelahiran preterm (sebelum waktunya). Selain itu
kejadian anomali kongenital (kelainan bawaan di dalam rahim) meningkat sebanyak 2,5 kali
lebih tinggi pada plasenta previa. Terdapat 4 derajat kelainan dari plasenta previa yaitu :
1.
Plasenta previa totalis Letak plasenta menutupi seluruh segmen rahim bagian bawah
(jalan lahir)
2.
Plasenta previa parsial Letak plasenta menutupi sebagian dari segmen rahim bagian
bawah (jalan lahir)
3.
Plasenta previa marginal Tepi dari plasenta berada di perbatasan segmen rahim bagian
bawah (jalan lahir)
4.
Plasenta previa letak rendah Plasenta berimplantasi (melekat) pada segmen rahim
bagian bawah namun tepi plasenta tidak berada di perbatasan jalan lahir namun mendekatinya
Gambar 1. Plasenta Previa
Gambar 2. Lokasi Plasenta Previa
Faktor risiko terjadinya plasenta previa :
1.

Peningkatan usia ibu (>35 tahun)

2.
Multiparitas Penelitian dari Babinszki dkk melaporkan bahwa kejadian plasenta previa
2,2% lebih tinggi pada wanita yang sudah memiliki anak 5 atau lebih dibandingkan mereka
yang memiliki anak lebih sedikit
3.

Tindakan kebidanan Riwayat kuretase setelah abortus

4.
Operasi Caesar Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam rahim.
Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih operasi caesar
5.

Merokok

William dkk menemukan risiko relatif kejadian plasenta previa meningkat 2-4 kali pada
wanita yang merokok. Hal tersebut terjadi karena karbondioksida yang terhisap mampu
menyebabkan hipertrofi (pembesaran) dari plasenta serta menyebabkan peradangan dan
berkurangnya vaskularisasi (pendarahan) plasenta sehingga mempengaruhi perkembangan
dari plasenta
Tanda dan gejala
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui
vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan
plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna
merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun
latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan
dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika
didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal
Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja
operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Metode paling mudah, sederhana, dan aman untuk mengetahui letak plasenta adalah melalui
pemeriksaan ultrasonografi (USG) transabdominal yang dapat memperlihatkan lokasi
plasenta dengan keakuratan yang tinggi sekitar 96%.
Gambar 3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Terapi
Wanita dengan plasenta previa yang memerlukan perhatian lebih yaitu :
1.

Ibu dengan janin preterm namun sudah ada tanda-tanda ingin melahirkan

2.

Ibu dengan janin yang sudah cukup bulan

3.

Ibu yang sedang melahirkan

4.
Ibu dengan perdarahan sangat hebat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ibu
maupun janin
Tatalaksana pada wanita plasenta previa adalah:
1.

Evaluasi kondisi ibu dan janin setelah perdarahan terjadi

2.

Bedrest (istirahat) total

3. Menghindari hubungan seksual sampai follow up USG menunjukkan perpindahan


plasenta ke tempat seharusnya
4.

Pemeriksaan USG teratur setiap 4 minggu

5.

Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari namun tidak boleh berlebihan

6.

Kewaspadaan untuk terjadinya perdarahan lagi

7. Perawatan di rumah sakit apabila terjadi perdarahan berulang atau sudah saatnya untuk
melahirkan
8.

Operasi caesar

Risiko perdarahan selama melahirkan tetap dapat terjadi karena kontraksi dari segmen rahim
bagian
bawah yang lemah maupun perlekatan dari plasenta. Karena itu apabila perdarahan hebat
terjadi selama melahirkan dan tidak dapat dihentikan dengan metode konvensional (mengikat
pembuluh darah, insisi transversal) maka histerektomi (pengangkatan rahim) adalah tindakan
yang perlu untuk dilakukan.
Komplikasi Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim Perdarahan
sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi (operasi
pengangkatan rahim) Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta Prematur atau
kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu) Kecacatan pada bayi
Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah plasenta previa karena penyebab pasti dari plasenta previa
belum ditemukan. Yang harus dilakukan adalah mencoba menghindari faktor risiko seperti
merokok.

BAB II
Solutio Plasenta
Definisi
Solutio plasenta (ari-ari) adalah pemisahan prematur (sebelum waktunya) plasenta dari
perlekatannya yang normal pada dinding rahim sebelum janin lahir. Merupakan salah satu
penyebab perdarahan di triwulan ketiga yang menyebabkan peningkatan angka kecacatan dan
kematian janin. Di USA, frekuensi kejadian solutio plasenta adalah 1% dengan angka
kematian janin 0,12% dari seluruh kehamilan. Komplikasi janin dan ibu yang dapat terjadi
adalah operasi caesar, perdarahan/koagulopati, dan kelahiran prematur.
Penyebab
Penyebab primernya masih belum diketahui namun kejadiannya melibatkan berbagai faktor
yang berkaitan dengan :
1. Merokok. Meningkatkan 40% risiko solutio plasenta. Semakin banyak merokok semakin
besar risiko solutio plasenta
2. Penggunaan narkotik. Risiko solutio plasenta berkisar 13-35% dan berkaitan dengan
peningkatan dosis
3. Trauma. Trauma pada perut adalah faktor risiko mayor untuk solutio plasenta. Trauma
dapat berkaitan dengan kekerasan rumah tangga dan kecelakaan kendaraan bermotor. Sabuk
pengaman sebaiknya diletakkan di panggul (bawah perut), bukan di tengah perut
4. Faktor risiko lain seperti riwayat solutio plasenta sebelumnya, korioamnionitis (radang
pada korion dan cairan ketuban), ketuban pecah dini (24jam), preeklampsia, nutrisi buruk,
usia ibu 35 tahun, sosioekonomi rendah
Tanda dan Gejala
Gejala yang dapat terjadi adalah perdarahan dari vagina berwarna merah terang atau merah
gelap, sedikit atau banyak (tergantung dari lokasi terlepasnya plasenta dan berapa lama waktu
yang dibutuhkan darah untuk keluar), dan hilang timbul sesuai dengan kontraksi rahim (20%
perdarahan tersembunyi di dalam rahim, tidak terjadi perdarahan pervaginam), kontraksi
rahim yang menimbulkan rasa nyeri, shock (penurunan tekanan darah dan tingkat kesadaran),
perut terasa keras, denyut jantung janin tidak terdengar, dan penurunan gerak janin.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan USG dapat mendeteksi solutio plasenta dan membedakannya dengan plasenta
previa (plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya yaitu di segmen rahim bagian
bawah atau dekat dengan jalan lahir).
Terapi
Terapi tokolitik (pengurangan kontraksi dengan obat-obatan) merupakan terapi konvensional
yang hanya dilakukan pada pasien dengan kondisi hemodinamik stabil, kehamilan usia muda,
tidak ada risiko bahaya pada janin, pada kasus dimana pemisahan plasenta hanya sebagian,
dan kondisi janin yang diuntungkan dengan pematangan paru terlebih dahulu atau penundaan
kelahiran hingga kehamilan 35 minggu. Terapi konvensional ini harus sangat
dipertimbangkan dan dievaluasi secara ketat karena gangguan pada ibu dan janin dapat terjadi
dalam waktu singkat.
Terapi lainnya adalah melahirkan janin dengan syarat mengatasi kondisi umum dari ibu agar
stabil terlebih dahulu. Melahirkan pervaginam merupakan pilihan apabila janin meninggal di
kandungan atau janin stabil dan tergantung dari kondisi hemodinamik ibu. Operasi caesar
terkadang diperlukan untuk stabilisasi kondisi ibu dan janin. Operasi ini dapat dipersulit
dengan status gangguan koagulasi (pembekuan darah) ibu yang membuat kondisi perdarahan
sulit dihentikan. Apabila perdarahan tidak dapat dikendalikan maka dapat dilakukan tindakan
koreksi koagulopati seperti pengikatan pembuluh darah rahim, obat-obatan merangsang
kontraksi rahim, dan cara terakhir adalah histerektomi (pengangkatan rahim).
Tidak ada terapi yang dapat menghentikan plasenta dari robek atau terpisah dari dinding
rahim dan tidak ada cara untuk melekatkannya kembali.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghilangkan atau mengurangi faktor risiko
seperti merokok dan penggunaan kokain

Anda mungkin juga menyukai