Anda di halaman 1dari 10

http://Infoaskepgratis.blogspot.

com
Contact via email: info.askepgratis@gmail.com
KONSEP DASAR

Bab ini ber isi tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada klien abses
mandibula. Secara umum dan khusus tentang abses menurut definisi, etlologi:
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi kibat atau
infeksi bakteri. (www.,medicastore.com,2004)
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejalaberupa kantong
berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang
terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah
satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan
Bare, 2001)

B. Penyebab
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.

Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu


abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001),
abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau
gigi.

Peradangan

ini

menyebabkan

adanya

pembengkakan

didaerah

submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya
fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tandatanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur segera dilakukan
trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi
dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tandatanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan

eksplorasi tidak

ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis


submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi
untuk kuman aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,
mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat
dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.

C. Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeks. Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan rongga yang berisi jaringan
dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan
tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah
menelan bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah putih yang mati inilah
yang memebentuk nanah yang mengisis rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan
terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi
dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencefah
penyebaran infeksi lebih lanjut jka suat abses pecah di dalam tubuh maka
infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung kepada lokasi abses.(www.medicastre.com.2004).
Pathway (Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001)
D. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan

6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai
bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali

terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam

lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.


Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi.

E. Pemeriksan Diagnosis
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita
abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bissxa dilkukan
pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MRI.

F. Pengobatan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob
dan anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan
dalam anasksi lokalal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau
eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada

tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan
luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah
dengna sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang secara
perlahan karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap
sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses
bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,
sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia Antibiotik biasanya diberikan
setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh
lainnya.

G. Diagnosa Keperawatan
Menurut T. Heather Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan egen injuri biologi
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan Intergritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik.

H. Rencana Keperawatan
Menurut Johnson, Marion Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed (2000)
rencana keperawatan terdiri dari :
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Injury Biologi

a. Tujuan
Level nyaman.
b. Kriteria hasil :
No
1.
2.
3.
4.

Indikator
Melaporkan secara fisik sehat
Meloporkan puas dapat mengontrol gejala
Mengekspresikan puas dengan fisiknya
Mengekspresikan kepuasan dengan berhubungan

5.
6.
7.

Sosial
Mengekspresikan kepuasan secara spiritua
Melaporkan puas dengan kemandiriannya
Melaporkan puas dengan kontrol nyeri

4 5

Keterangan :
1

: Sangat tidak sesuai

: Sering tidak sesuai

: Kadang tidak sesuai

: Jarang tidak sesuai

: Sesuai

c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996)


1) Manajemen Nyeri
a) Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik
durasi, frekuensi, dan faktor presipitas.
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
c) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan

d) Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri, klabrasi dengan


dokter jika ada komplai dan tindakan nyeri yang tidak berhenti
e) Ajarkan teknik non farmakologi, lbiotedback, leahsasi,
distraksi, anagenh administrasi
f) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum obat
g) Cek riwayat alergi
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat sesuai
porgram
j) Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala efek samping
k) Laksanakan terapi dokter untuk pemberian obat
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit (Johnson, Marion
Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed., 2000)
a. Tujuan :
Status termoregulasi
b. Kriteria hasil :
No
1.
2.
3.
4.
5.

Indikator
Suhu tubuh DBN
Perubahan warna kulit
Tidak ada kegelisahan kelelahan
Perubahan DBN
Tidak ada ditensi pernapasan
DBN : dalam batas normal
Keterangan : 1. Tidak pernah sesuai harapan

4 5

2. Jarang sesuai harapan


3. Kadang sesuai harapan
4. Sering sesuai harapan
5. Selalu sesuai harapan
c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996)
1) Menangani panas
a) Monitor temperatur tiap 8 jam
b) Monitor warna kulit dan temperatur tiap 8 jam
c) Monitor TTV tiap 8 jam
d) Tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut
2) Pengaturan suhu
a) Monitor suhu paling sedikit 2 hari sesuai kebutuhan
b) Monitor temperatur baru sampai stabil
c) Monitor gejala hipertermi
d) Monitor TTV
e) kolaborasi dalam pemberian antipiretik
f) Atur suhu lingkungan sesuai kebtuhan pasien
g) Berikan pemasukan nutrisi dan cairan yang adekuat.]
3. Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik
(Johnson, Marion Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed., 2000)
a. Tujuan
Integritas kulit dan jaringan yang normal setelah dilakukan perawatan
b. Kriteria hasil :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Indikator
Temperatur jaringan DHYD
Sensasi DHYD
Elastisitas DHYD
hidrasi DHYD
Respiasi DHYD
warna DHYD
ketebalan DHYD
keutuhan kulit
Keterangan :

1. Tidak Pernah sesuai Harpan


2. Jarang Sesuai harapan
3. Kadang Sesuai Harpan
4. Sering Sesuai Harapan
5. Selalu Sesuai Harapan
c. Intervensi (Joansone C, McCloskey, 1996)
1) Perawatan luka
a) Catat karakteristik luka
b) Catat karakteristik drainese
c) Gunakan saleb kulit atau isi
d) Pakaikan pakaian yang longgar
e) Gunakan prinsip steril untuk perawatan luka
f) Ajarkan keluarga dan pasien prosedur perawatan luka

10

DAFTAR PUSTAKA
Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt
J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi
13. jakarta : EGC. 1999.
NANDA, 2005
NIC, 2005
NOC2005
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa
Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.
www.medicastore.Com.2004

Anda mungkin juga menyukai