Anda di halaman 1dari 26

RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR

No. SOP

PENATALAKSANAAN VERTIGO
No. Revisi
Halaman :

No. SOP
No. Revisi
Halaman :
/PKM.TKL/PENY/
1/2
PUSKESMAS TAKALALA
I/2015
/PKM.TKL/PENY/
2/2
PUSKESMAS TAKALALA
I/2015
Tanggal Efektif :
Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,
a. yang telah disiapkan
SOP
b. Mengatur ketinggian corong ( 30 cm diatas lambung).
PELAYANAN
1 Januari 2015
Pemberian tidak boleh terlalu cepat (20 menit),
KESEHATAN
maupun terlalu lambat dan sesuaikan dengan
karakteristikMaesara
makananKadir,
dan cairan
SKM
c. Pemberian makanan
tidak
boleh
dipaksakan
NIP : 19660621 198603
1 007 dengan
dorongan.
PENGERTIAN
Suatu kegiatan rujukan yang dilakukan pada bayi baru lahir
yang memiliki komplikasi dan memerlukan pelayanan
Secara contious :
kesehatan yang lebih lengkap dan memadai.
a. Menggantungkan makanan yang hendak diberikan
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
pada tiang infuse
Kedokteran
b. Mengeluarkan udara dari dalam selang
2. c.
Undang-Undang
No. selamng
36 Tahun
2009 tentang
PokokMenyambungkan
makanan
dengan NGT
dan
Pokok
Kesehatan
mengatur
tetesan sesuai waktu yang telah ditentukan
3. d.
Peraturan
Bupati
Soppeng
No.
Mengunci
pengatur
tetesan
bila20/PER-BUB/VII/2013
semua makanan
sudah17masuk
kedalam
lambung
, hindariPenyusunan
masuknya
tanggal
Juli 2013
tentang
Pedoman
udara
ke
dalam
lambung
SOP
Administrasi
Pemerintah
di
Lingkungan
e.
Membilas
dengan
air putih, memasukkan obat bila
Pemerintah
Kab.
Soppeng
ada, lalu bilas kembali dengan air putih
TUJUAN
Untuk memperbaiki keadaan/kesehatan bayi baru lahir
.
KEBIJAKAN
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
1. Melepaskan corong/kantung/formula makanan dan tutup
indikasi
pasien
selang
NGT yang dirawat
PROSEDUR KERJA
1. 2.Status
atau Keadaan
Yang
Memerlukan
:
Mempertahankan
klien
tetap
posisi semi Rujukan
fowler selama
30
a.menit
Gangguan napas sedang dan berat, apapun
penyebabnya
3. Merapikan
klien dan peralatan
Asfiksia yang
tidak memberikan respon pada
4. b.Melepaskan
Handscoen
tindakan
resusitasi sebaiknya dalam 10 menit
5. mencuci
tangan
pertama
c. Kasus Bedah Neonatus
d. BBLR
g
Unit Terkait
Rawat
Inap <1750
dan UGD
e. BBLR1750-2000 g dengan kejang, gangguan napas,
gangguan pemberian minum
f. Bayi hipotermi berat
g. Ikterus yang tidak memberikan respon dengan
fototerapi
h. Kemungkinan penyakit jantung bawaan
i. Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia
simtomatik
j. Kejang yang tidak teratasi
k. Tersangka infeksi(sepsis,meningitis) berat/dengan
komplikasi
l. Penyakit hemolisis
m. Tersangka renjatan yang tidak member respon baik
n. Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
2. System Rujukan Dan Transportasi
Perhatikan regional rujukan perinatal dalam
menentukan tujuan rujukan, sehingga dapat
merujuk dengan cepat , aman dan benar
Puskesmas merupakan penyaring kasus resiko
yang perlu di rujuk sesuai dengan besaran
resiko, jarak dan factor lainnya
Memberi informasi

CARA MERAWAT MATA


No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

/PKM.TKL/PENY/
I/2015
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN
DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

No. Revisi

Halaman :
1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

1 Januari 2015
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Cara merawat mata adalah tindakan mengkaji, membersihkan
dan atau mengairi mata
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan
2. Mencegah infeksi mata
3. Mencegah atau merawat luka pada mata
4. Mendeteksi penyakit mata secara dini
5. Mencegah kerusakan kornea pada pasien dibius atau tidak
sadar
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Observasi tanda-tanda vital

Prosedur :
1. Lihat kondisi pasien
2. Persiapan alat
Baskom kecil
Air atau cairan normal salin
Kain lap atau bola panas
Sarung tangan bersih
3. Persiapan pasien
Tentukan kebutuhan perawatan mata dan
instruksi dokter
Jelaskan kebutuhan dan prosedur perawatan
mata pada pasien, diskusikan bagaimana
pasien dapat membantu pasien.
Sediakan peralatan yang dibutuhkan
Lakukan cuci tangan dan pakai sarung tangan
4. Pelaksanaan
a. Gunakan air atau cairan normal, salin suhu
ruangan
b. Dengan menggunakan kain lap atau bola kapas
yang tela dibasahi oleh air atau cairan normal
salin, dengan lembut bersihkan setiap mata dari
dalam keluar sudut mata (canthus). Gunakan bola
kapas yang lain atau ujung kain lap untuk setiap

mata.

CARA MERAWAT MATA


No. SOP

PUSKESMAS
TAKALALA

Prosedur Kerja

UNIT TERKAIT

No. Revisi

/PKM.TKL/PENY /
I/2015

Halaman :
2/2

a. Jika permukaan kulit mata mengeras, tempatkan


secara lembut kompres hangat, atau basah diatas
mata sampai permukaan kulit mata yang keras
menghilang.
b. Bereskan peralatan yang telah digunakan
c. Lepas sarung tangan
d. Cuci tangan
Ruang rawat inap, ruang rawat intensif

CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE


KURSI RODA
No. SOP
PUSKESMAS TAKALALA

/PKM.TKL/PENY/
I/2015
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

No. Revisi

Halaman :
1/3

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

1 Januari 2015
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Memindahkan pasien yang tidak dapat/ tidak boleh berjalan,
dilakukan dari tempat yang satu ke tempat yang lain
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Prakt.ek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mengurangi/menghindarkan pergerakan pasin sesuai
dengan keadaan fisiknya
2. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan
Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil.
A. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat:
Kursi roda
Handscoen atau sarung tangan ( jika perlu)
2. Persiapan pasien :
Pasien berada di tempat tidur
Jelaskan prosedur pada pasien
Atur posisi tempat tidur pasien pada posisi
paling rendah, sampai kaki pasien bias
menyentuh lantai
Letakkan kursi roda sejajar atau sedekat
mungkin dengan tempat tidur, kunci semua
roda kursi.
B. PELAKSANAAN
1. Bantu pasien duduk di tepi tempat duduk
2. Kaji postural hipotensi
3. Instruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan
duduk di tepi bed
4. Instruksikan mencondongkan tubuh kedepan mulai
daripinggul
5. Instruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi
bed, sedangkan kaki yang lemah berada di depannya
6. Meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau
di atas ke dua bahu perawat
7. Berdiri tepat di depan pasien, condongkan tubuh ke
depan, fleksikan pinggu;, lutut, dan pergelangan

kaki.lebarkan kaki dengan salah satu di depan dan


yang lainnya di belakangnya.

CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR


KE KURSI RODA
No. SOP
PUSKESMAS
TAKALALA

No. Revisi

/PKM.TKL/PENY/
I/2015

Halaman :
2/2

1. Lingkari punggung pasien dengan kedua tangan


perawat

2. Tangan otot gluteal , abdominal, kaki dan otot lengan


3.
4.

5.
6.
7.

UNIT
TERKAIT
PUSK
AS

anda siap melakukan gerakan


Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak
bersama menuju kursi roda
Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk
membelakangi kursi roda, meletakkan kedua tangan
di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu
perawat.
Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai
pada posisi yang paling aman
Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki
pasien di atasnya.
Buka kunci roda pada kursi

ESM Perawat

CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI BRANKARD


KE TEMPAT TIDUR
No. SOP
TAKALALA

No. Revisi

Halaman :

/PKM.TKL/PENY/
I/2015
Tanggal Efektif :
SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

1 Januari 2015
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,
keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau tidak sadar
dari brankard ke tempat tidur yang di lakukan oleh dua atau tiga
orang perawat
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Skabies
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :
Gejala klinis:
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada
malam hari atau saat penderita berkeringat.
2. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari,
pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola
mammae dan di bawah payudara (pada wanita) serta genital
eksterna (pria).
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau
abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung
terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi
sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dsb.
Pada anak-anak, lesi lebih sering berupa vesikel disertai
infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi
bernanah
Terdapat 4 tanda cardinal untuk Diagnosis skabies, yaitu:
1. Pruritus nokturna
2. Menyerang manusia secara berkelompok
3. Adanya gambaran polimorfik pada daerah predileksi lesi di
stratum korneum yang tipis (sela jari, pergelangan volar
tangan dan kaki, dsb)
4. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
tersebut.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk
menemukan tungau..

PUSK
AS

ESM

PENATALAKSANAAN SKABIES
No. SOP

TAKALALA

49/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

No. Revisi

Halaman :
2/2

IV. Penatalaksanaan berupa :


Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
1. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersamasama dan alas tidur diganti bila ternyata pernah
digunakan oleh penderita skabies.
2. Menghindari kontak langsung dengan penderita
skabies.

Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan


harus serentak dan menyeluruh pada seluruh kelompok
orang yang ada di sekitar penderita skabies. Terapi
diberikan dengan salah satu obat topikal (skabisid) di
bawah ini:
1. Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari
berturut-turut, dipakai setiap habis mandi.

UNIT TERKAIT

2. Krim permetrin 5%di seluruh tubuh. Setelah 10 jam,


krim permetrin dibersihkan dengan sabun.
Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak < 2 tahun..
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI BRANKARD


KE TEMPAT TIDUR
No. SOP
PUSKESMAS TAKALALA

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR KERJA

Halaman :

/PKM.TKL/PENY/
I/2015
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

No. Revisi

1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

1 Januari 2015
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,
keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau tidak sadar
dari brankard ke tempat tidur yang di lakukan oleh dua atau tiga
orang perawat
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
Memindahkan pasien dari brankard ke tempat tidur dengan
tujuan untuk perawatan atau tindakan medis lainnya.
Pertahankan
agar kasur yang digunakan memberikan
support yang baik bagi tubuh
Yakinkan agar alas tidur tetap bersih dan kering, karena alas
tidur yang lembab atau terlipat akan meningkatkan resiko
terjadinya ulkus dekubitus.
Letakkan alat bantu di tempat yang membutuhkan,sesuai
dengan jenis posisi
Jangan letakkan satu bagian tubuh diatas bagian tubuh yang
lain, terutama daerah tonjolan tulang
A. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat :
Tempat tidur pasien dan brankar
Sarung tangan jika perlu
2. Persiapan Pasien :
Pasien berada di brankar
Jelaskan prosedur pada pasien
B. PELAKSANAAN
1. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90
derajat terhadap tempat tidur
2. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke
brankar/pasien.
3. Silangkan tangan pasien ke depan dada.
4. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke
bawah tubuh pasien.
5. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu

dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan


di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan
perawat ketiga meletakkan tangan dibawah pinggul dan
kaki.
6. Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan
CARA MEMINDAHKAN PASIEN DARI BRANKARD
KE TEMPAT TIDUR
No. SOP
PUSKESMAS
TAKALALA

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PROSEDUR KERJA

UNIT TERKAIT

/
PKM.TKL/PENY/I/2
015
Tanggal Efektif :

No. Revisi

Halaman :
2/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

1 Januari 2015
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
pindahkan ke tempat tidur pasien
1. Lakukan gerakan mengangkat pasien dengan gerakan
yang anatomis, tidak membungkuk secara berlebihan.
2. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman
3. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat.
4. Cuci tangan,
perawat

PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE


No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

No. Revisi

Halaman :

85/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

2/2

III. Pemeriksaan Penunjang


Leukosit: leukopenia
Hematokrit meningkat >20% dibandingkan standard sesuai
usia dan jenis kelamin dan menurun dibandingkan nilai
hematokrit sebelumnya > 20% setelah pemberian terapi
cairan.
Trombosit: trombositopenia (leukosit<100.000/ml)
SGOT/SGPT
Protein darah: hipoproteinemia
Elektrolit: hiponatremia

UNIT TERKAIT

Pemeriksaan serologi dengue positif


IV. Penatalaksanaan berupa :
Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik

(Parasetamol 3 x 500-1000 mg).


Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN ANEMIA
No. SOP
PUSKESMAS TAKALALA

86/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

Tanggal Efektif :
SOP
PELAYANAN KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

No. Revisi

Halaman :
1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Penurunan kadar Hemoglobin yang menyebabkan
penurunan kadar oksigen yang didistribusikan ke seluruh
tubuh sehingga menimbulkan berbagai keluhan (sindrom
anemia).
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan
Bupati
Soppeng
No.
20/PERBUB/VII/2013 tanggal 17 Juli 2013 tentang
Pedoman
Penyusunan
SOP
Administrasi
Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Anemia
1. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan
sebagai
tindakan
pelayanan
yang
disesuaikan indikasi pasien yang dirawat
I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :
Pasien datang ke dokter dengan keluhan lemah, lesu,
letih, lelah, penglihatan berkunang-kunang, pusing,
telinga berdenging dan penurunan konsentrasi
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
1. Mukokutaneus: pucatindikator yang cukup baik,
sianotik, atrofi papil lidah (anemia defisiensi besi dan
anemia pernisiosa), alopesia (anemia defisiensi besi),
ikterik (anemia hemolitik), koilonikia (anemia defisiensi
besi), glositis (anemia pernisiosa), rambut kusam,
vitiligo (anemia pernisiosa).
2. Kardiovaskular: takikardi, bising jantung
3. Respirasi: frekuensi napas (takipnea)
4. Mata: konjungtiva pucat
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah: Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht),
leukosit, trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi
(apusan darah tepi),
IV. Penatalaksanaan berupa :
Atasi penyebab yang mendasarinya. Jika didapatkan
kegawatan (misal: anemia gravis atau distres
pernafasan), pasien segera dirujuk.

PENATALAKSANAAN ANEMIA
PUSKESMAS TAKALALA

No. SOP
86/PKM.TKL/PEN
Y/ XII/2013

No. Revisi

Halaman :
2/2

Pada anemia defisiensi besi:


Anemia dikoreksi peroral: 3 4x sehari dengan besi
elemental 50 65 mg
o Sulfas ferrosus 3 x 1 tab (325 mg mengandung 65 mg
besi elemental, 195; 39)
o Ferrous fumarat 3 x 1 tab (325; 107 dan 195; 64)
o Ferrous glukonat 3 x 1 tab (325; 39)
Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat:
mual, muntah, heartburn, konstipasi, diare, BAB
kehitaman

UNIT TERKAIT

Jika tidak dapat mentoleransi koreksi peroral atau


kondisi akut maka dilakukan koreksi parenteral segera.
Pada anemia defisiensi asam folat dan defisiensi B12
Anemia dikoreksi peroral dengan:
- Vitamin B12 80 mikrogram (dalam multivitamin)
- Asam folat 500 1000 mikrogram (untuk ibu hamil 1
mg)
Koreksi cepat (parenteral atau i.m) oleh dokter
spesialis
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN REAKSI ANAFILAKTIK


No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

87/PKM.TKL/PENY/
XII/2013
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN

No. Revisi

Halaman :
1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi
imunologis (reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat
yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi,
pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik.
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Reaksi Anafilaktik
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat

PROSEDUR KERJA

I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :


Pasien datang ke dokter dengan keluhan lemah, lesu, letih,
lelah, penglihatan berkunang-kunang, pusing, telinga
berdenging dan penurunan konsentrasi
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Pasien tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis
karena edema laring dan bronkospasme. Hipotensi
merupakan gejala yang menonjol pada syok anafilaktik.
Adanya takikardia,edema periorbital, mata berair, hiperemi
konjungtiva. Tanda prodromal pada kulit berupa urtikaria dan
eritema.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat
membantu menentukan diagnosis
IV. Penatalaksanaan berupa :
1. Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu menaikan
venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
2. Pemberian Oksigen 35 ltr/menit harus dilakukan, pada
keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau
krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
3. Pemasangan infus, Cairan plasma expander (Dextran)
merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume
intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia,
Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai
cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya
dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan
stabil.

PENATALAKSANAAN REAKSI ANAFILAKTIK


No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

UNIT TERKAIT

87/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

No. Revisi

Halaman :
2/2

4. Adrenalin0,3 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000


diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 510
menit. Dosis ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama
kerja adrenalin cukup singkat. Jika reSOPn pemberian
secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara
intravenous setelah 0,1 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam
spuit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan.
Pemberian subkutan, sebaiknya dihindari pada syok
anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak ada
akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat
tidak terjadi.
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN LEPTOSPIROSIS
No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

88/PKM.TKL/PENY/
XII/2013
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN

No. Revisi

Halaman :
1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia
dan hewan yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira
interogans dan memiliki manifestasi klinis yang luas.
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Leptospirosis
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat

PROSEDUR KERJA

I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :


Demam, menggigil
sakit kepala,
anoreksia,
mialgia yang hebat pada betis, paha dan pinggang disertai
nyeri tekan
mual, muntah, diare dan nyeri abdomen,
fotofobia
Penurunan kesadaran
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Febris
ikterus
ruam kulit
Limfadenopati
hepatomegali
splenomegali
asites
edema
bradikardi relatif
konjungtiva suffusion
Gangguan perdarahan berupa ptekie, purpura, epistaksis dan
perdarahan gusi
Kaku kuduk sebagai tanda meningitis
III. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin ; jumlah leukosit antara 3000-26000/L, dengan
pergeseran ke kiri, Trombositopenia yang ringan terjadi pada
50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal
Urin rutin :sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau
granular) dan proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit
biasanya meningkat

PENATALAKSANAAN LEPTOSPIROSIS
No. SOP
PUSKESMAS TAKALALA

88/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

No. Revisi

Halaman :
2/2

IV. Penatalaksanaan berupa :


Non-farmakologis
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk
mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi,
hipotensi,perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis.
Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis
sangat sulit, karena Banyaknya hospes perantara dan
jenis serotype.
Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular
leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian
khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan
bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih
binatang reservoir.
Tata Laksana Farmakologi:
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin,
biasanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup
efektif. Berbagai jenis antibiotik pilihan, seperti:
Untuk kasus leptospirosis berat dapat diberikan
amoxiciliin, eritromisin atau sefaloSOPrin intra vena.
Sedangkan untuk kasus-kasus ringan dapat diberikan

UNIT TERKAIT

antibiotika oral seperti tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin ,


amoksisilin atau sefaloSOPrin.
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN PTIRIASIS ROSEA


No. SOP
PUSKESMAS TAKALALA

89/PKM.TKL/PENY/
XII/2013
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

No. Revisi

Halaman :
1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan sebuah
lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus (mother patch),
kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan
dan paha atas, yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit.
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

UNIT TERKAIT

1. Mampu mendiagnosis suatu Ptiriasis Rosea


2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :
Pasien datang dengan keluhan lesi kemerahan yang awalnya
satu kemudian diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang
menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi ini kadang-kadang
dikeluhkan terasa gatal ringan.
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian
penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan
lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter,
berbentuk oval, dan anular, diameternya sekitar 3 cm. Lesi
terdiri atas eritema dan skuama halus di atasnya. Lamanya
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Lesi
berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama,, dengan
gambaran serupa dengan lesi pertama, namun lebih kecil,
susunannya sejajar dengan tulang iga, sehingga menyerupai
pohon cemara terbalik. Tempat predileksi yang sering adalah
pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.
III. Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis KOH dilakukan
untuk menyingkirkan Tinea Korporis
IV. Penatalaksanaan berupa :
Terapi adalah dengan pengobatan simptomatik, misalnya
untuk gatal diberikan antipruritus seperti bedak asam salisilat
1-2% atau mentol 0.25-0.5%..
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN PEDIKULOSIS KAPITIS


No. SOP

PUSKESMAS TAKALALA

90/PKM.TKL/PENY/
XII/2013
Tanggal Efektif :

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

No. Revisi

Halaman :
1/2

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala dan
rambut manusia yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus
humanus var capitis.
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.


Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Pedikulosis Kapitis
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :
Gejala yang paling sering timbul adalah gatal di kepala akibat
reaksi hipersensitivitas terhadap saliva kutu saat makan
maupun terhadap feses kutu. Gejala dapat pula asimptomatik.
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Lesi kulit terjadi karena bekas garukan, yaitu bentuk erosi
dan ekskoriasi. Bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri,
maka timbul pus dan krusta yang menyebabkan rambut
bergumpal.
III. Pemeriksaan Penunjang
Ditemukan telur dan kutu yang hidup pada kulit kepala dan
rambut. Telur P. humanus capitis paling sering ditemukan pada
rambut di daerah oksipital dan retroaurikular
IV. Penatalaksanaan berupa :
Sebaiknya rambut pasien dipotong sependek mungkin,
kemudian disisir dengan menggunakan sisir serit, menjaga
kebersihan kulit kepala dan menghindari kontak erat dengan
kepala penderita.
Pengobatan topikal merupakan terapi terbaik, yaitu dengan
pedikulosid dengan salah satu pengobatan di bawah ini:
- Malathion 0.5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray,
dibiarkan 1 malam.
- Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan dalam 2
jam

PENATALAKSANAAN PEDIKULOSIS KAPITIS


No. SOP

No. Revisi

Halaman :

PUSKESMAS TAKALALA

91/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

90/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

2/2

UNIT TERKAIT

- Gameksan 1%, dibiarkan dalam 12 jam.


Pedikulosid sebaiknya tidak digunakan pada anak usia
kurang dari 2 tahun.
Cara penggunaan: rambut dicuci dengan shampo, kemudian
dioleskan losio/krim dan ditutup dengan kain. Setelah
menunggu sesuai waktu yang ditentukan, rambut dicuci
kembali lalu disisir dengan sisir serit..
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN PTIRIASIS VERSICOLOR

PUSKESMAS TAKALALA

SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA

No. SOP

No. Revisi

Halaman :

92/PKM.TKL/PENY /
XII/2013

91/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

1/2

Tanggal Efektif :

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Tinea versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial kulit dan
berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia
furfur
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Ptiriasis Versicolor
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :
Tinea versikolor pada umumnya datang berobat karena
tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan
muncul terutama saat berkeringat, namun sebagian besar
pasien asimptomatik.
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Tanda Patognomonis
Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-warni,
berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan
dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama biasanya tipis
seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak dengan
menggores kulit (finger nail sign).
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki,
ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama
ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat
lembab.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lampu Wood menampakkan pendaran
(fluoresensi) kuning keemasan pada lesi yang bersisik.
Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi
dengan KOH.

PENATALAKSANAAN PTIRIASIS VERSICOLOR

PUSKESMAS TAKALALA

No. SOP

No. Revisi

Halaman :

92/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

91/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

2/2

IV. Penatalaksanaan berupa :


Pasien disarankan untuk tidak menggunakan pakaian
yang lembab dan tidak berbagi penggunaan barang
pribadi dengan orang lain.
Pengobatan terhadap keluhannya dengan:
1. Pengobatan topikal
- Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo
yang digunakan 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan
pada lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi.
- Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan
klotrimazol.
2. Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini
terdapat pada daerah yang luas atau jika penggunaan
obat topikal tidak berhasil. Obat tersebut, yaitu:
- Ketokonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari
selama 10 hari, atau

UNIT TERKAIT

- Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari


selama 5-7 hari (pada kasus kambuhan atau tidak
reSOPnsive dengan terapi lainnya).
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

PENATALAKSANAAN REAKSI GIGITAN SERANGGA

PUSKESMAS TAKALALA

No. SOP

No. Revisi

Halaman :

93/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

92/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

1/2

Tanggal Efektif :
SOP
PELAYANAN
KESEHATAN

PENGERTIAN

DASAR HUKUM

TUJUAN

KEBIJAKAN

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,

24 Desember 2013
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction)adalah reaksi
hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan
terhadap sengatan/stings), dan kontak dengan serangga. Gigitan
hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs, dan kutu,
yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal
sampai sistemik.
1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang PokokPokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
1. Mampu mendiagnosis suatu Reaksi Gigitan Serangga
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat

PROSEDUR KERJA

I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala berupa :


Pasien datangdengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri,
kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah
tubuh yang digigit, umumnya tidak tertutup pakaian.
Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit
serangga, namun adapula yang datang dengan delayed
reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan berlangsung.
Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal
seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat
berkembang menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan,
GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop
bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed
reaction mirip seperti serum sickness, yang meliputi demam,
malaise, sakit kepala, urtikaria, limfadenopati dan poliartritis.
II. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Tanda Patognomonis
Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan,
dikelilingi zona eritematosa.
Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas
tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi krusta
kehitaman.
Bekas garukan karena gatal.

PENATALAKSANAAN REAKSI GIGITAN SERANGGA

PUSKESMAS TAKALALA

No. SOP

No. Revisi

Halaman :

93/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

92/PKM.TKL/PENY/
XII/2013

2/2

Dapat timbul gejala sistemik seperti:


Takipneu
Stridor
Wheezing
Bronkospasme
Hiperaktif peristaltik
Dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic
III. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada yang spesifik.
IV. Penatalaksanaan berupa :
Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi
reSOPn peradangan baik yang bersifat lokal maupun
sistemik. Reaksi peradangan lokal dapat dikurangi dengan
sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air dan
sabun, serta kompres es.
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena
dapat terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan pasien
dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila disertai obstruksi
saluran napas diindikasikan pemberian ephinefrin sub kutan.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison 6080 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
a. Antihistamin sistemik golongan sedatif: misalnya
hidroksizin 2x25 mg per hari selama 7 hari atau
Chlorpheniramine Maleat 3x4 mg selama 7 hari atau
Loratadine 1x10 mg per hari selama 7 hari.

UNIT TERKAIT

b. Topikal: Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat:


misalnya mometasone furoatkrim 0.1% atau betametasone
valerat krim 0.5% diberikan selama 2 kali sehari selama 7
hari.
V. Melakukan pendokumentasian
Dokter, Apotek

Anda mungkin juga menyukai