Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi akan mempengaruhi
kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan kesehatan gigi. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan
hanya tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh
karena itu, kesehatan gigi sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh
seseorang (Riyanti, 2005; Sondang dan Hamada, 2008).
Beberapa negara berkembang melaporkan sudah ada perbaikan atau
peningkatan kesehatan gigi, akan tetapi masalah kesehatan gigi tetap merupakan
masalah kesehatan masyarakat pada umumnya. Penyakit gigi merupakan penyakit
yang rata-rata masih menjadi keluhan bagi masyarakat Indonesia. Menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) penyakit gigi merupakan penyakit
tertinggi keenam yang dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Namun, perilaku
masyarakat Indonesia di dalam menjaga kesehatan gigi masih rendah (Sondang
dan Hamada, 2008).
Karies merupakan salah satu penyakit gigi yang telah ada sejak 14.000
tahun yang lalu. Sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2004
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebut prevalensi karies gigi di
Indonesia adalah 90,05%. Karies yang berlanjut lambat laun akan mencapai
bagian
pulpa
dan
mengakibatkan
peradangan
pada
pulpa.
Walton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pulpektomi Devital
Pengertian Pulpektomi Devital adalah ekstirpasi pulpa sampai/mendekati
foramen apikal, dimana gigi terlebih dahulu diberikan bahan devitalisasi. Dengan
tujuan untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau
apabila hal tersebut telah terjadi untuk merubah atau mengembalikan jaringan
periapikal ke keadaan normal.
2.4
1. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik.
2. Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
3. Apek akar telah terbentuk sempurna dan foramen apikal telah cukup
tertutup untuk dilakukan pengisian saluran akar secara konvensional.
4. Kondisi pasien baik.
2.5
1.
2.
3.
4.
susah dibersihkan.
2.6 Alat Perawatan Pulpektomi Devital
1. Alat standar.
2. Nerbeken.
3. Bur dengan berbagai kegunaannya.
4. Eksplorer/barbed broach.
5. Jarum miller.
6. Endo block.
7. Apeks locator.
8. Jarum file dan reamer.
9. Endo box untuk meletakkan K-file, H-file, Niti file.
10. Spuit irigasi.
11. Lentulo.
12. Sprider.
2.7
1. Bahan Devitalisasi
2. Paper point untuk mengeringkan saluran akar.
3. Larutan irigasi (H2O, NaOCl, EDTA).
4. Bahan dressing.
5. Gutta percha.
6. Eugenol dan Endomethason.
7. Cavit/tumpatan sementara.
8. Alkohol.
9. Pevidon Iodine.
10. Kapas.
11. Tampon.
12. Masker
13. Handscoon
2.8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB III
LAPORAN KASUS DAN RENCANA PERAWATAN
: Normal
: Normal
10
Wajah
TMJ
Gaya Berjalan
Intra Oral
Mukosa Lidah
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
Mukosa Palatum
: Normal
Mukosa Pipi
Mukosa Bibir
Dasar Mulut
Gigi-Geligi
: Normal
: Normal
: Normal
:
KS KS
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
PIR
11
d. Pemeriksaan Penunjuang
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, maka dilakukan
rontgen foto periapikal untuk melihat kondisi kamar pulpa pasien. Selain itu,
rontgen ini juga berfungsi sebagai pedoman bagi operator dalam melakukan
perawatan.
e. Diagnosis
Gigi 36 Pulpitis Irreversibel Akut
f. Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik.
Setelah memberikan informasi terkait dengan keadaan pasien yang
meliputi diagnosis dan rencana perawatan, maka pasien diminta untuk
menandatangani lembaran
Informed Consent
12
13
5. Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan jarum file, niti
file dan reamer.
4. Irigasi saluran akar dengan menggunakan (NaOCl, H2O).
5. Sterilisasi saluran akar/dressing menggunakan Pulperyl selama 3-5 hari.
6. Tumpat sementara.
3.6 Kunjungan VI (22 Maret 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
3.7 Kunjungan VII (2 April 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
3.8 Kunjungan VIII (14 April 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
14
3.9
BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL PERAWATAN
Laporan ini menjelaskan tentang seorang pasien perempuan berusia 46
tahun yang beralamat di Seberang Padang datang ke RSGM Baiturrahmah dengan
keluhan ingin menambal gigi geraham kiri bawah. Pemeriksaan intraoral gigi 36
tes sondase (+), perkusi (-), CE (+), mobility (-), dan palpasi (-). Pasien
mengatakan giginya sudah sering terasa ngilu namun dibiarkan saja. Saat ini
pasien sudah merasa terganggu aktifitasnya karena gigi tersebut. Pasien memiliki
oral hygiene yang baik. Hasil pemeriksaan klinis ditemukan gigi 36 karies
16
17
ke arah koronal. Teknik ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, adalah
sebagai berikut:
a. Meminimalisasi trauma pada daerah periapikal.
b. Tekanan pada saat kondensasi dapat mengisi saluran akar lateral.
c. Overfilling dapat dicegah oleh karena preparasi foramen apical lebih
sempit.
Irigasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan Sodium hipoklorit
(NaOCl) yaitu bahan irigasi mengandong klorin yang bersifat oksidator dengan
konsentrasi larutan NaOCl 5%. Dalam perawatan ini digunakan bahan irigasi
NaOCl karena dapat berfungsi sebagai lubrikan, pelarut jaringan pulpa, pemutih
dan antiseptik yang kuat.
Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral. Mula-mula
ditentukan master point dan dicocokkan ke dalam saluran akar, kemudian
dilakukan pembuatan foto rotgen. Sealer dicampur, oleskan sedikit pada ujung
apeks master point, dan perlahan-lahan dimasukkan ke saluran akar. Digunakan
spreader yang 1-2 mm lebih pendek dari master point yang dimasukkan ke dalam
saluran akar. Lebih disukai spreader NiTi, dan penguakan harus dilakukan dengan
hati-hati supaya tidak terjadi fraktur vertikal saluran akar. Gutta-percha tambahan
dimasukkan kembali ke dalam saluran, semikian seterusnya sehingga seluruh
saluran akar terisi dengan baik.
18
19
BAB 5
KESIMPULAN & SARAN
5.1
Kesimpulan
Pulpektomi pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan
saluran akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis
tidak memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya telah
mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika dibiarkan
dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang akan menimbulkan
tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi masih dapat
dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi pulpa
bertambah luas.
Pulpektomi devital Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa
dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap
anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus benarbenar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi
yang mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain lain.
20
5.2
Saran
21