Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi akan mempengaruhi
kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan kesehatan gigi. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan
hanya tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh
karena itu, kesehatan gigi sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh
seseorang (Riyanti, 2005; Sondang dan Hamada, 2008).
Beberapa negara berkembang melaporkan sudah ada perbaikan atau
peningkatan kesehatan gigi, akan tetapi masalah kesehatan gigi tetap merupakan
masalah kesehatan masyarakat pada umumnya. Penyakit gigi merupakan penyakit
yang rata-rata masih menjadi keluhan bagi masyarakat Indonesia. Menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) penyakit gigi merupakan penyakit
tertinggi keenam yang dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Namun, perilaku
masyarakat Indonesia di dalam menjaga kesehatan gigi masih rendah (Sondang
dan Hamada, 2008).
Karies merupakan salah satu penyakit gigi yang telah ada sejak 14.000
tahun yang lalu. Sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2004
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebut prevalensi karies gigi di
Indonesia adalah 90,05%. Karies yang berlanjut lambat laun akan mencapai
bagian

pulpa

dan

mengakibatkan

peradangan

pada

pulpa.

Walton

mengklasifikasikan peradangan pada pulpa terdiri dari pulpitis reversibel, pulpitis


irreversibel, degeneratif pulpa dan nekrosis pulpa. Proses peradangan pulpa yang
berlanjut dapat menyebabkan kelainan periapikal. Lesi periapikal dikelompokkan
menjadi: simptomatik apikal periodontitis, asimptomatik apikal periodontitis dan
abses periapikal. Nobuhara dan del Rio dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
59,3% dari lesi periapikal merupakan granuloma periapikal, 22% kista periapikal,
12% jaringan parut periapikal dan 6,7% lainnya (Torabinejad and Walton, 2008).
Biasanya gigi yang mengalami nekrosis pulpa namun tidak goyang dan
memiliki jaringan periodontal normal, sebaiknya dilakukan perawatan saluran
akar untuk dapat tetap mempertahankan gigi tersebut. Selanjutnya, mahkota gigi
ini masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Pulpitis Irreversibel


Pulpitis Irreversibel adalah suatu keadaan inflamasi pulpa yang persisten,

dapat simptomatik atau asimptomatikyang disebabkan suatu rangsang yang


berbahaya (Widyawati, 2010).
2.2

Klasifikasi Pulpitis Irreversibel


Pulpitis Irreversibel ada 2 tipe yaitu (Widyawati, 2010):

1. Pulpitis Irreversibel Akut


Rasa sakit yang timbul karena panas atau dingin atau rasa sakit yang
timbul secara spontan, bisa beberapa menit atau berjam-jam, rasa sakit tetap
ada walaupun iritasi telah hilang. Penyebab/etiologi dari pulpitis irreversibel
adalah penyebab utamanya bakteri yang masuk ke pulpa melalui proses
penjalaran karies gigi. Disamping itu juga disebabkan oleh rangsang kimia,
termal dan mekanis. Gejala-gejala pada pulpitis irreversibel ini rasa sakit pada
permulaan akan bertambah dengan rangsangan :
a. Perubahan temperatur yang tiba-tiba terutama dingin.
b. Rangsangan manis atau asam.
c. Bila ada tekanan dari sisa makanan yang masuk ke dalam kavitas.
d. Rasa sakit juga bertambah bila penderita berbaring yang
menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa.
e. Rasa sakit biasanya berlangsung agak lama, walaupun penyebab
telah dihilangkan tanpa iritasi kadang-kadang dapat terjadi rasa
sakit spontan.
f. Rasa sakit yang dikeluhkan pasien adalah rasa sakit yang menusuk,
tajam atau menyentak-nyentak yang pada umumnya parah.

Cara pemeriksaan klinis pulpitis irreversibel :


a. Secara klinis dapat terlihat karies yang dalam dan sudah meluas
sampai ke jaringan pulpa atau ada karies dibawah suatu tumpatan.
b. Pulpa mungkin sudah terbuka.
c. Adanya karies pada permukaan aproksimal/karies sekunder yang
sangat mendekati pulpa, yang mungkin tidak terlihat oleh mata hanya
dapat diketahui melalui radiografi.
d. Pemeriksaan termal: dingin lebih sensitif sedangkan tes termal panas
tidak begitu sensitif.
e. Perkusi, palpasi dan mobilitas tes normal.
Pulpitis irreversibel ini harus dibedakan antara pulpitis reversibel. Pada
pulpitis irreversibel asimptomatik pulpa yang terbuka terasa sedikit sakit atau
tidak ada rasa sakit kecuali bila makanan masuk kedalam kavitas. Dengan
Vitalitester/EPT diperlukan arus yang lebih besar untuk mendapatkan reaksi
dibandingkan dengan gigi normal. Pada pulpitis akut supuratif, tes termal
panas memberikan reaksi yang sangat sakit, sedangkan tes dingin mengurangi
sakit. Pulpitis irreversibel gejalanya seperti pada abses alveolar akut.
Perbedaannya adalah pada abses alveolar akut ada pembengkakan, palpasi
dan perkusi sakit dan mobilitas gigi serta tes vitalitas pulpa tidak bereaksi.
2.

Pulpitis Irreversibel Kronis (PIK)


Pulpitis irreversibel kronis terbagi atas dua, yaitu:
a. PIK Asimptomatik Dengan Terbukanya Pulpa (Pulpitis Ulseratif
Kronis)
Pada radiograf dapat terlihat adanya perforasi dari kamar pulpa
(pulpa telah terbuka) dan disertai dengan adanya karies yang besar
dan dalam atau adanya suatu karies besar yang meluas dibawah

suatu tumpatan lama. Pemeriksaan dengan EPT memerlukan arus


yang lebih banyak dari pada gigi normal. Pemeriksaan sondasi
pada permulaan biasanya tidak ada reaksi apa-apa, tetapi bila
tersentuh lebih dalam akan terasa sakit dan dapat terjadi
perdarahan.
b. Pulpitis Hiperplastik Kronik (Polip Pulpa)
Pulpitis hiperplastik kronis atau polop pulpa adalah hasil
peradangan jaringan pulpa yang terbuka (pada orang usia muda)
yang ditandai pembentukan jaringan granulasi, kadang-kadang
tertutup oleh epitelium dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah
yang berlangsung lama. Penyebab/etiologi dari Pulpa Polip adalah
perforasi dari jaringan pulpa yang disebabkan oleh karena karies
yang dalam dan besar, biasanya pada anak-anak dimana resisten
jaringan pulpa cukup besar dan adanya rangsangan yang ringan
yang berlangsung lama. Iritasi mekanis seperti pengunyahan dan
infeksi bakteri sering memperbesar rangsangan, tetapi karena
virulensi bakteri rendah dan adanya daya tahan penderita yang
tinggi maka terjadi jaringan granulasi.
2.3

Pulpektomi Devital
Pengertian Pulpektomi Devital adalah ekstirpasi pulpa sampai/mendekati

foramen apikal, dimana gigi terlebih dahulu diberikan bahan devitalisasi. Dengan
tujuan untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau
apabila hal tersebut telah terjadi untuk merubah atau mengembalikan jaringan
periapikal ke keadaan normal.

2.4

Indikasi Pulpektomi Devital

1. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik.
2. Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
3. Apek akar telah terbentuk sempurna dan foramen apikal telah cukup
tertutup untuk dilakukan pengisian saluran akar secara konvensional.
4. Kondisi pasien baik.
2.5
1.
2.
3.
4.

Kontraindikasi Pulpektomi Devital


Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
Reasorbsi akar lebih dari 1/3 apikal.
Kondisi pasien buruk.
Terdapat belokan ujung akar (dilaserasi) dengan granuloma atau kista dan

susah dibersihkan.
2.6 Alat Perawatan Pulpektomi Devital
1. Alat standar.
2. Nerbeken.
3. Bur dengan berbagai kegunaannya.
4. Eksplorer/barbed broach.
5. Jarum miller.
6. Endo block.
7. Apeks locator.
8. Jarum file dan reamer.
9. Endo box untuk meletakkan K-file, H-file, Niti file.
10. Spuit irigasi.
11. Lentulo.
12. Sprider.
2.7

Bahan Perawatan Pulpektomi Devital

1. Bahan Devitalisasi
2. Paper point untuk mengeringkan saluran akar.
3. Larutan irigasi (H2O, NaOCl, EDTA).
4. Bahan dressing.
5. Gutta percha.
6. Eugenol dan Endomethason.
7. Cavit/tumpatan sementara.
8. Alkohol.
9. Pevidon Iodine.
10. Kapas.
11. Tampon.
12. Masker
13. Handscoon

2.8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cara Kerja Pulpektomi Devital


Preoperatif radiograf.
Letakkan bahan devitalisasi selama 4-5 hari lalu tumpatan sementara
Buka tambalan sementara
Ekstirpasi menggunakan jarum ekstirpasi.
Pengukuran panjang kerja.
Rontgen foto periapikal.
Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan jarum file, niti

file dan reamer.


8. Irigasi saluran akar dengan menggunakan (NaOCl, H2O).
9. Sterilisasi saluran akar/dressing menggunakan Pulperyl selama 3-5 hari.
10. Tumpat sementara.
11. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
12. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
13. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
14. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali, jika saluran
akar sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.
15. Obturasi saluran akar.
Saluran akar dapat dilakukan obturasi dengan syarat:
a. Gigi asimptomatis.
b. Saluran akar cukup kering.
c. Tes bakteri (-).
d. Vistula telah menutup.
16. Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral.
a. Pilih gutta percha dengan ukuran No. file sesuai dengan MAF,
sebagai master cone potong sesuai dengan panjang kerja
menggunakan gunting.
b. Saluran akar maupun gutta percha diolesi dengan pasta saluran
akar/sealer menggunakan lentullo.
c. Gutta percha utama dimasukkan ke dalam saluran akar semaksimal
mungkin ditekan lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran
akar diisi lagi dengan gutta percha tambahan sampai penuh.

d. Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan


ekskavator yang dipanaskan.
e. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tambalan sementara.
15. Rontgen foto periapikal.
16. Kontrol, pemeriksaan subjektif dan objektif.
17. Rontgen foto periapikal.
18. Jika tidak ada keluhan tambal permanen.

BAB III
LAPORAN KASUS DAN RENCANA PERAWATAN

3.1 Kunjungan I (12 Februari 2014)


Seorang pasien berusia 46 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan
keluhan ingin menambal gigi geraham kiri bawah yang telah berlubang dari
samping. Pasien mengatakan giginya sudah sering terasa ngilu namun dibiarkan
saja. Saat ini pasien sudah merasa terganggu aktifitasnya karena gigi tersebut.
Pasien memiliki oral hygiene yang baik. Hasil pemeriksaan klinis ditemukan gigi
36 karies dibagian mesial. Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen periapikal
terlihat karies pada bagian mesial yang sudah sangat mendekati kamar pulpa.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan penyakit sistemik.
a. Identifikasi Pasien
Nama
: Lina
Umur
: 46 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Seberang Padang
Tanggal Pemeriksaan
: 12 Februari 2014
b. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan ingin menambal gigi geraham kiri
bawahnya.
Keluhan Tambahan: Pasien sudah sering merasakan gigi tersebut ngilu.
Riwayat Medis Gigi dan Mulut: Pasien sudah pernah mencabut gigi.
Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga pasien dan pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit sistemik.
c. Pemeriksaan Obyektif
Ekstra Oral
Kepala
Leher

: Normal
: Normal

10

Wajah
TMJ
Gaya Berjalan
Intra Oral
Mukosa Lidah

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

Mukosa Palatum

: Normal

Mukosa Pipi
Mukosa Bibir
Dasar Mulut
Gigi-Geligi

: Normal
: Normal
: Normal
:
KS KS
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
PIR

11

d. Pemeriksaan Penunjuang
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, maka dilakukan
rontgen foto periapikal untuk melihat kondisi kamar pulpa pasien. Selain itu,
rontgen ini juga berfungsi sebagai pedoman bagi operator dalam melakukan
perawatan.

Gambar 1. Rontgen Foto Diagnosa Gigi Pasien.

e. Diagnosis
Gigi 36 Pulpitis Irreversibel Akut
f. Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik.
Setelah memberikan informasi terkait dengan keadaan pasien yang
meliputi diagnosis dan rencana perawatan, maka pasien diminta untuk
menandatangani lembaran

Informed Consent

sebagai persetujuan untuk

dilakukannya perawatan Pulpektomi Devital pada gigi 36. Adapun prosedur


perawatan saluran akar yang akan dilakukan pada kunjungan I adalah sebagai
berikut:
1. Preoperatif radiograf.
2. Aplikasi bahan devitalisasi
3. Tutup dengan tambalan sementara
3.2 Kunjungan II (22 Februari 2014)
1. Buka tambalan sementara
2. Tes vitalitas (jika (+) lakukan aplikasi bahan devitalisasi kembali)
3. Tumpat sementara
3.3 Kunjungan III (3 Maret 2014)
1. Buka tambalan sementara
2. Tes vitalitas (jika (+) lakukan aplikasi bahan devitalisasi kembali)
3. Tumpat sementara

12

3.4 Kunjungan IV (14 Maret 2014)


1. Buka tambalan sementara
2. Tes vitalitas (jika (+) lakukan aplikasi bahan devitalisasi kembali)
3. Tumpat sementara
3.5 Kunjungan V (19 Maret 2014)
1. Buka tambalan sementara
2. Tes vitalitas (jika (-) lakukan Buka Atap Pulpa (BAP) dengan
menggunakan high speed mata bur diamond.
3. Ekstirpasi menggunakan jarum ekstirpasi

13

4. Pengukuran panjang kerja

Gambar 2. Rontgen Foto Pengukuran Panjang Kerja

5. Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan jarum file, niti
file dan reamer.
4. Irigasi saluran akar dengan menggunakan (NaOCl, H2O).
5. Sterilisasi saluran akar/dressing menggunakan Pulperyl selama 3-5 hari.
6. Tumpat sementara.
3.6 Kunjungan VI (22 Maret 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
3.7 Kunjungan VII (2 April 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
3.8 Kunjungan VIII (14 April 2014)
1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali.
14

3.9

Kunjungan IX (24 April 2014)


1. Buka tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan
paper point ke dalam saluran akar.
2. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O.
4. Jika saluran akar sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.
5. Obturasi saluran akar.
Saluran akar dapat dilakukan obturasi dengan syarat:
a. Gigi asimptomatis.
b. Saluran akar cukup kering.
c. Tes bakteri (-).
d. Vistula telah menutup.
6. Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral.
a. Pilih gutta percha dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF yaitu
nomor 60, sebagai master cone potong sesuai dengan panjang kerja
menggunakan gunting.
b. Saluran akar maupun gutta percha diolesi dengan pasta saluran
akar/sealer (eugenol + endomethason) menggunakan lentullo.
c. Gutta percha utama dimasukkan ke dalam saluran akar semaksimal
mungkin ditekan lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran
akar diisi lagi dengan gutta percha tambahan sampai penuh.
d. Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan
ekskavator yang dipanaskan.
e. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tambalan sementara.
7. Rontgen foto periapikal.

Gambar 3. Rontgen Foto Obturasi Gigi Pasien.

3.10 Kunjungan X (26 Maret 2015)


1. Kontrol, pemeriksaan subjektif dan objektif.
2. Rontgen foto periapikal.
15

3. Jika tidak ada keluhan tambal permanen.

Gambar 4. Rontgen Foto Kontrol Gigi Pasien.

Gambar 5. Foto Gigi 36 Pasien Setelah Perawatan

Gambar 6. Tumpatan Non Plastis (Uplay) Follow Up

BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL PERAWATAN
Laporan ini menjelaskan tentang seorang pasien perempuan berusia 46
tahun yang beralamat di Seberang Padang datang ke RSGM Baiturrahmah dengan
keluhan ingin menambal gigi geraham kiri bawah. Pemeriksaan intraoral gigi 36
tes sondase (+), perkusi (-), CE (+), mobility (-), dan palpasi (-). Pasien
mengatakan giginya sudah sering terasa ngilu namun dibiarkan saja. Saat ini
pasien sudah merasa terganggu aktifitasnya karena gigi tersebut. Pasien memiliki
oral hygiene yang baik. Hasil pemeriksaan klinis ditemukan gigi 36 karies
16

dibagian mesial. Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen periapikal terlihat


karies pada bagian mesial yang sudah sangat mendekati kamar pulpa. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi obat dan penyakit sistemik.
Prognosis pada kasus ini adalah baik, hal ini disebabkan karena:
1. Pasien masih muda.
2. Oral hygiene pasien baik.
3. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan riwayat penyakit sistemik.
4. Pasien kooperatif.
5. Ekonomi pasien baik.
Pembukaan atap pulpa (BAP) dengan bur high speed digunakan untuk
mendapatkan akses dan membentuk kavitas. Diamond fissure bur digunakan
untuk penetrasi awal atap dari ruang pulpa dan untuk membuang atap ruang pulpa
tanpa merusak dasarnya.
Teknik pengukuran panjang kerja dilakukan dengan menggunakan
radiograf (metode observasi langsung) yaitu dengan cara memasukkan instrument
ke dalam saluran akar, kemudian dibuat foto rontgen dengan sudut foto yang
tepat. Teknik ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, adalah sebagai
berikut:
a. Panjang yang diukur kecil, kesalahan pengukuran dan distorsi minimal.
b. Titik referensi insisal/oklusal tidak harus terlihat dalam radiograf.
c. Apabila gigi mempunyai akar bengkok, tidak perlu mengukur keliling
pembengkokan.
Preparasi saluran akar menggunakan hand instrumen yaitu: jarum file, niti
file, reamer, stopper, dan endoblock. Preparasi saluran akar ini dilakukan secara
manual dengan teknik step back yaitu modifikasi dari teknik standar, dilakukan
preparasi dari apeks ke bagian koronal. Preparasi step back menjaga agar bagian
apikal tetap dalam ukuran kecil, dan membentuk saluran akar corong, membesar

17

ke arah koronal. Teknik ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, adalah
sebagai berikut:
a. Meminimalisasi trauma pada daerah periapikal.
b. Tekanan pada saat kondensasi dapat mengisi saluran akar lateral.
c. Overfilling dapat dicegah oleh karena preparasi foramen apical lebih
sempit.
Irigasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan Sodium hipoklorit
(NaOCl) yaitu bahan irigasi mengandong klorin yang bersifat oksidator dengan
konsentrasi larutan NaOCl 5%. Dalam perawatan ini digunakan bahan irigasi
NaOCl karena dapat berfungsi sebagai lubrikan, pelarut jaringan pulpa, pemutih
dan antiseptik yang kuat.
Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral. Mula-mula
ditentukan master point dan dicocokkan ke dalam saluran akar, kemudian
dilakukan pembuatan foto rotgen. Sealer dicampur, oleskan sedikit pada ujung
apeks master point, dan perlahan-lahan dimasukkan ke saluran akar. Digunakan
spreader yang 1-2 mm lebih pendek dari master point yang dimasukkan ke dalam
saluran akar. Lebih disukai spreader NiTi, dan penguakan harus dilakukan dengan
hati-hati supaya tidak terjadi fraktur vertikal saluran akar. Gutta-percha tambahan
dimasukkan kembali ke dalam saluran, semikian seterusnya sehingga seluruh
saluran akar terisi dengan baik.

18

Gambar 7. Foto Gigi Pasien Setelah Perawatan Pulpektomi Devital.

19

BAB 5
KESIMPULAN & SARAN

5.1

Kesimpulan
Pulpektomi pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan

saluran akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis
tidak memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya telah
mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika dibiarkan
dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang akan menimbulkan
tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi masih dapat
dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi pulpa
bertambah luas.
Pulpektomi devital Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa
dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap
anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus benarbenar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi
yang mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain lain.

20

5.2

Saran

1. Diharapkan adanya Case Based Dioscussion yang lebih detail menjelaskan


mengenai Perawatan Saluran Akar sebagai data di bagian Konservasi RSGM
Baiturrahmah.
2. Perlunya kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi
dan mulutnya.
3. Perlunya dilakukan rontgen foto sebagai pedoman bagi operator dalam
melakukan perawatan Pulpektomi Devital.

21

Anda mungkin juga menyukai