Anda di halaman 1dari 5

PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN (II)

Factoring
Dalam kondisi normal, ketika perusahaan memperoleh piutang dari pelanggan. Piutang tersebut
akan ditagihkan ke pelanggan sehingga dapat memeperoleh kas. Ketika kas diperoleh piutang
akan hilang dari kas perusahaan akan bertambah. Itu adalah keadaan normalnya, pada kondisi
sekarang sudah terjadi perubahan dan sudah mulai banyak perusahaan yang melakukan
penjualan piutangnya ke entitas lain. Hal ini dilakukan untuk segera memperoleh kas, dan
mempercepat cash-to-cash operating cycle. Kegiatan melakukan penjualan piutang ke pihak lain
disebut dengan factoring atau di masyarakat lebih dikenal dengan anjak piutang.
Adapun alasan perusahaan melakukan anjak piutang diantaranya adalah:
1. Bisa jadi hal ini merupakan satu-satunya sumber untuk memproleh kas. Ketika keadaan kas
sudah menipis, kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dana akan berkurang,
kas yang tipis bisa menjadi penghalang kemampuan perusahaan untuk membayar bunga
pinjaman.
2. Waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk dikeluarkan untuk penagihan memakan waktu yang
lama dan biaya yang besar. Lebih mudah bagi perusahaan untuk menjual piutangnya dan
dengan memperoleh kas yang lebih cepat dan menghemat waktu dan biaya untuk melakukan
penagihan.
Dalam aktivitas anjak piutang akan terlibat tiga entitas yaitu:
1. Nasabah
Nasabah adalah pihak yang menjual piutang. Biasanya merupakan pihak Penyedia
Barang/penjual yang melakukan transaksi dengan penggalan/pemberi secara kredit.
2. Perusahaan anjak piutang
Perusahaan anjak piutang adalah perusahaan pembiayaan ataupun bank yang membeli
piutang dan nasabah (perusahaan yang menjual piutang).
3. Debitur
Debitur adalah pihak yang memiliki utang kepada nasabah, dalam anjak piutang
kewajiban membayar utangnya dialihkan kepada perusahaan anjak piutang, sehingga
nantinya debitur akan membayar utangnya kepada perusahaan anjak piutang bukan
kepada nasabah.
Skema transaksi dalam aktivitas anjak piutang dapat dilihat dengan skema di bawah ini:

Keterangan:
a) Penyedia barang dan pelanggan melakukan transaksi jual beli secara kredit sehingga
penyedia barang memperoleh piutang dari pelanggan.
b) Penyedia barang melakukan penjualan piutang kepada perusahaan anjak piutang.
c) Perusahaan anjak piutang membeli piutang dari penyedia barang dengan pembayaran
tunai.
d) Perusahaan menagih pembayaran piutang dari pelanggan.
e) Pelanggan melunasi utangnya kepada perusahaan anjak piutang.
Dalam anjak piutang, perusahaan melakukan 3 fungsi:
1. Pemeriksaan piutang,
2. Memberikan pinjaman (pembayaran piutang), dan
3. Menanggung risiko default pelanggan.
Leasing
Leasing, adalah suatu kontrak Antara pemilik aktiva yang disebut dengan lessor dan pihak lain
yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lessee untuk jangka waktu tertentu. Salah satu
manfaat leasing adalah lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki aktiva
tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka lessee mempunyai kewajiban
membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan. Manfaat lain adalah bahwa
lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak dan asuransi.
Bentuk bentuk leasing adalah:
1. Sale and lease back,
2. Operating leases, dan
3. Financial and capital leases.
Bentuk yang pertama sale and lease back dimana perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah,
bangunan dan peralatan pabrik menjual asset tersebut kepada perusahaan lain dan sekaligus
menyewa kembali asset tersebut untuk periode tertentu. Pembeli asset tersebut bisa sebuah bank,

perusahaan asuransu, perusahaan leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya asset
tersebut dijual dengan harga pasar. Manfaat dari sale and lease back ini adalah penjual atau
lessee menerima pembayaran segera sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke
investasi lain; dan bersamaan dengan itu lease masih menggunakan asset yang dijualnya selama
jangka waktu perjanjian leasing. Lessee mempunyai kewajiban membayar secara periodic
sebesar harga jual ditambah dengan tingkat keuntungan yang diisyaratkan lessor.
Bentuk leasing kedua adalah operating leasing yang sering disebut service leases atau direct
leases. Jenis ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang
keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Ciri utama bentuk leasing ini adalah bahwa
harga perolehan asset tersebut sebagai objek leasing tidak diamortisasikan secara penuh. Dengan
kata lain pembayaran yang diisyaratkan tidak cukup untuk menutup keseluruhan harga perolehan
daan biaya perawatan asset. Namun demikian jangka waktu operating lease ini biasanya lebih
pendek dari pada umur ekonomis yang diharapkan. Sehingga lessor berharap dapat menyewakan
kembali kepada pihak lain atau menjual asset tersebut untuk menutup harga perolehan biaya
perawatan dan tingkat keuntungan yang diisyaratkan.
Jenis leasing ketiga adalah financial leasing atau capital leasing. Bentuk leasing ini berbeda
dengan operating leases karena lessor tidak menanggung biaya perawatan, tidak dapat
dibatalkan dan diamortisasikan secara penuh. Dengan demikian lessor menerima pembayaran
sebesar harga perolehan asset ditambah tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Pada umumnya
lessee juga harus membayar pajak dan asuransi asset objek leasing tersebut. Perbedaan utama
antara financial leases dengan operating leases adalah bahwa perusahaan memperoleh aktiva
yang baru bukan aktiva yang selama ini telah digunakan. Sering kali dalam bentuk leasing ini
melibatkan pihak ketiga yaitu pemberi pinjaman. Pihak ketiga ini memberi pinjaman kepada
lessor untuk membeli aktiva, misalnya 80% dibiayai dengan utang sedangkan selebihnya dari
modal sendiri. Sebagai pemilik aktiva, lessor berhak mengalokasikan harga perolehan aktiva
sebagai depresiasi. Sementara itu lessor juga dapat membebankan pembayaran bunga sebagai
pengurang pajak.
6.1 Hybrid Financial Instruments
Salah satu instrument keuangan yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan dalam
melakukan investasi adalah hybrid financial instruments. Dari sisi pertimbangan komersial,
inovasi instrument keuangan dengan menggunakan hybrid financial instruments akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan saat menghadapi risiko investasi yang besar. Inovasi
instrumen keuangan dalam hybrid financial instruments dapat dilihat pada karakteristiknya yang
mencampurkan karakteristik instrument utang dan sekaligus karakteristik instrument modal, lihat
Tabel 1 berikut.

Tabel.1 Karakteristik Utang dan Penyertaan Modal


Utang

Penyertaan Modal

Dana akan dikembalikan dalam jangka waktu


yang telah ditetapkan
Imbalan dari utang harus tetap dibayar
meskipun penerima utang dalam keadaan
merugi
Dalam keadaan likuidasi, pemberi utang
(kreditor) memiliki hak prioritas untuk atas
asset
Pemberi utang (kreditor) tidak memiliki
control atas perusahaan.

Dana hanya akan dikembalikan pada saat


likuidasi
Imbalan dari penyertaan modal tergantung
dari performa usaha penerima modal
Hak pemberi modal (pemegang saham) atas
asset merupakan hak tagih terakhir setelah
kreditor
Pemberi modal (pemegang saham) memiliki
kontrol atas perusahaan

Menurut Duncan, hybrid financial instruments didefinisikan sebagai instrument keuangan yang
memiliki karakteristik ekonomi yang tidak konsisten, baik secara parsial maupun secara
keseluruhan terhadap bentuk legalnya. Sementara itu, OECD mendefinisikan hybrid financial
instruments sebagai instrument keuangan yang diklasifikasikan berbeda diantara Negara-negara
yang terlibat dalam transaksi instrumen tersebut, misalnya sebagai pinjaman di satu Negara dan
sebagai modal di Negara lainnya. Contoh hybrid financial instruments yang sering ditemui
Antara lain: saham preferen, silent partnerships, shareholder loan, participation bonds,
convertible bonds, warrant bonds, dan profit participation loans.
Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah contoh transaksi yang menggunakan skema hybrid financial
instruments.
Subjek Pajak Dalam Negri (SPDN) Perusahaan di Negara B(B Co) dibiayai oleh SPDN
Perusahaan di Negara A dengan instrument yang dikualifikasi sebagai ekuitas di Negara A tetapi
sebagai utang di Negara B. jika pembayaran saat ini dilakukan berdasarkan instrument, maka
terdapat beban bunga yang dapat dikurangkan untuk B Co berdasarkan hokum pajak Negara B.
Penerima penghasilan di Negara A menerima dividen yang diperlukan sebagai dividen yang
dibebaskan untuk tujuan perpajakan Negara A.
Gambar 1. Pengurangan/Tanpa Memasukan (No Inclusion) dengan Hybrid Financial
Instrument

Akibatnya, pengurang bersih muncul di Negara B tanpa memasukan pendapatan yang sesuai di
Negara A. hasil yang sama juga dapat dicapai melalui penggunaan entitas hybrid (misalnya jika
entitas diperlukan sebagai non-transparan di Negara dimana ia diselenggarakan membuat
pembayaran dikurangkan untuk para pemegang saham, yang negaranya tinggal memperlakukan
entitas asing sebagai transparan (unit tidak kena pajak) sehingga mengabaikan pembayaran untuk
tujuan pajak) dan transfer hybrid (misalnya jika dua perusahaan masuk ke dalam penjualan dan
pembelian kembali kesepakatan pengalihan saham dari special purpose vehicle (SPV) dan satu
Negara memperlakukan transaksi sebagai penjualan dan pembelian kembali saham SPV
sementara Negara lain memperlakukan transaksi sebagai pinjaman dijamin melalui saham SPV)

Anda mungkin juga menyukai