Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Departemen kesehatan menggunakan strategi Menggerakkan dan Memberdayakan
Masyarakat Untuk Hidup Sehat dalam mencapai visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup
Sehat. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus
pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat
dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di
komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia Bekerja bersama untuk
kesehatan (Working together for health). Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah
salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008).
Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen
Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Visinya
adalah Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat,
dengan Misi Membuat Masyarakat Sehat. Strateginya antara lain menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan yang berkualitas, meingkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dengan demikian, sasaran terpenting
adalah Pada Akhir Tahun 2015, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa Siaga (Depkes RI, 2008).
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian
bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat
secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk
pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan
serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu
pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005).
Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan
dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat
dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh tokoh
masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas dan
pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk kunjungan ke
masyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan dan inap serta
pelayanan rumah sakit jiwa.
Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa saat ini angka insidennya masih tinggi.
Berdasarkan hasil survey kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) tahun 1995 menemukan
bahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan
kesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan mental emosional pada usia 15
tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14 tahun sebanyak 104 per 1.000
penduduk (Maramis, 2006).
Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu
jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan mampu
merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan mampu
mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa.
Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan
dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).
Puskesmas Bantur merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Malang
yang berada di Kecamatan Bantur. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada
tahun 2012 tercatat : 32.469 jiwa yang tersebar di 5 Desa yaitu Desa Bantur, Wonorejo,
Srigonco, Sumberbening, dan Bandungrejo. Dimana desa Bantur terdiri dari 5 dusun, 73 RT,
dan jumlah penduduk 11.917. Desa Wonorejo terdiri dari 1 Dusun, 11 RT, dan jumlah penduduk
1408. Desa Srigonco terdiri 3 Dusun, 39 RT, dan jumlah penduduk 4352. Desa Sumberbening
terdiri dari 3 Dusun, 25 RT dan jumlah penduduk 5538. Desa Bandungrejo terdiri dari 3 Dusun,
54 RT, dan jumlah penduduk 9254 (Puskesmas Bantur, 2011)
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa Keperawatan Brawijaya program A
bekerja sama dengan kader kader posyandu mulai bulan Juni Desember 2012 didapat data
track record pasien gangguan dan pasien resiko. Untuk desa Srigonco jumlah pasien gangguan
jiwa sebanyak 28 orang, desa Sumberbening sebanyak 15 orang, dan desa Wonorejo
sebanyak 5 orang. Sementara untuk dua desa lainnya yaitu desa Bantur dan desa Bandungrejo
masih dalam proses pelaksanaan pada bulan Februari-Maret 2013.
Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang bekerja
di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta
masyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk
menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar masyarakat dekat dengan pelayanan
kesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu yang berisiko dapat
dicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuh
atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa.
Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa
diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah
kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa
dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting di
masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang
optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.
Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan produktifitasnya. Apabila
mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan jiwa tersebut dapat menjalankan
kegiatan sehari hari dan berpenghasilan ( produktif ) seperti anggota masyarakat yang lain. Hal
tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya. Kegiatan kesehatan
jiwa masyarakat ( keswamas ) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa tetap
berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu penatalaksanaan lebih
lanjut terkait masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Bantur khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Bantur, karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah Sakit
Jiwa Lawang, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa yang masih dalam
tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Desa Siaga Sehat Jiwa patut untuk
diajukan sebagai salah satu program Puskesmas di wilayah kerja Kecamatan Bantur.
1.2 Tujuan Kegiatan
I.
Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa di Kecamatan Bantur (desa
Srigonco, desa Sumberbening, desa Wonorejo, desa Bantur, dan desa Bandungrejo )
adalah :
a.
2. Bagi Rumah Sakit Radjiman Widyodiningrat Lawang, manfaat dari pembentukan desa
siaga sehat jiwa ini adalah sebagai salah satu implementasi dari visi dan misi Rumah
Sakit Radjiman Widyodiningrat Lawang melalui program kerja di Unit Kesehatan Jiwa
Masyarakat.
3. Bagi Kecamatan Bantur (desa Srigonco, desa Sumberbening, desa Wonorejo, desa
Bantur, dan desa Bandungrejo ) pembentukan Desa Siaga Sehat jiwa ini adalah
membantu menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya kesehatan
jiwa sehingga dapat mendukung terbentuknya Desa Siaga Sehat Jiwa.
4. Bagi masyarakat, manfaat dari pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa ini adalah
menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Masyarakat
menjadi siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
c.
Desa;
ada/tidaknya
Poskesdes
dan
sarana
bangunan
serta
masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa,
dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju desa sehat.
1.
Visi
Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan
Sehat 2015. Kecamatan sehat 2015 merupakan gambaran kesehatan masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang
ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa komunitas yang mempunyai visi memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan
mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat
sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat.
2.
Misi pelayanan
Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat
jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan
jiwa.
3.
Strategi pelayanan
Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan
adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa
(CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga adalah
a. Kegiatan perawat CMHN.
1)
Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :
Keluarga dengan bayi
Keluarga dengan kanak-kanak
Keluarga dengan usia pra sekolah
Keluarga dengan usia sekolah
Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan dewasa muda
Keluarga dengan dewasa
Keluarga dengan lanjut usia
2)
Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah
psikososial :
Kehilangan bentuk, struktur, fungs tubuh
Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat
3)
gangguan jiwa :
mandiri
Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri
6)
.
b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa :
1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah
psikososial dan gangguan jiwa
2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai
dengan usia
3) Menggerakkan
keluarga
risiko
untuk
penyuluhan
risiko
masalah
psikososial
4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat
5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas
Kelompok dan Rehabilitasi
6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
8) Mendokumentasikan semua kegiatan
2.7
1)
kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah
sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2)
Tujuan
Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang
3)
a.
ditunjukkan melalui :
a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa
b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial
c.Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa
Pelaksanaan kegiatan
Persiapan
1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga
2)
Kader mempelajari tandatanda orang/keluarga
yang berisiko mengalami masalah psikososial atau orang/keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
3)
4)
Kader
mengidentifikasi
orang/keluarga
yang
b.
Pelaksanaan
1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa
2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader
membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama)
3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan
cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku
pedoman deteksi keluarga
Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui
tanda
b)
(lihat tabel 2)
Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial
adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai
Pelaporan
1)
tinggal di wilayahnya
2) Kader mencatat data data keluarga yang mempunyai risiko masalah
psikososial
3) Kader mencatat data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing masing kelompok
dicatat
5) Hasil
pencatatan
disampaikan
pada
perawat
CMHN
yang
bertanggungjawab
(Keliat dkk, 2011)
NO
1
2
3
4
5
6
FAKTOR RISIKO
Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai
Kehilangan pekerjaan,
Kehilangan harta benda,
Kehilangan anggota tubuh
Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik
Hamil dan pospartum
b.
Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi
jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga
menyebabkan
adanya
hambatan
dalam
melakukan
fungsi
sosial
dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah
sangat beragam (lihat table 2).
(Keliat dkk, 2011).
Tabel 2
Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa
NO
1
2
CIRI PERILAKU
Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan, makan,
3
4
5
6
7
8
9
10
c.
Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada
gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.
Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian
dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok,
demikian pula risiko dan gangguan jiwa.
(Keliat dkk, 2011)
Pengertian
Penggerakkan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang
sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat CMHN yang
dilakukan dua minggu sekali.
2.
Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar
menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1)
Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti
penyuluhan; sesuai dengan topik penyuluhan (misalnya keluarga dengan anak
bayi)
2) Kader
menyampaikan/mengundang
keluarga
yang
menjadi
sasaran
Pengertian
Penggerakkan kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial
adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko maslah psikososial
untuk mengikuti penyuluhan kesehatan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua
minggu sekali.
2.
Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang risiko
3.
keluarga
yang
keluarga
yang
menjadi
sasaran
Pelaporan
Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)
2.12
Mendampingi
CMHN yang melakukan kegiatan (TAK dan rehabilitasi)
perawat
3)
c.
Kader
memotivasi
2.13
1.
Kunjungan Rumah
Pengertian
Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh perawat CMHN dan
telah mandiri. Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali. Saat melakukan kunjungan
rumah, kader melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien gangguan jiwa dan
keluarga dalam perawatan pasien (lihat buku panduan supervisi kader).
2.
Tujuan
Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan pasien
mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dirumah
3.
Sasaran
Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang
mempunyai
mandiri.
Pelaksanaan kegiatan
Persiapan
Persiapan yang harus dilakukan adalah :
Menyiapkan buku supervisi kader
Mempelajari isi buku
Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga
b. Pelaksanaan
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan perjanjian/kontrak
3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan pasien dan
keluarga tentang kemampuan pasien
4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga,
5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan tujuan
tertentu
c. Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus
pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
2.14
Rujukan Kasus
Pengertian
Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang bertanggungjawab.
Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader
menemukan :
Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap perilaku
pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervisi pasien)
Pasien baru yang ditemukan
2.
Tujuan
Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi
3.
Pelaksanaan kegiatan
a.
Persiapan
1)
Kader menyiapkan
laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan kemunduran perilaku
pasien atau adanya masalah kesehatan baru
2)
b.
Pelaksanaan
1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN
2)
Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN
c.
Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus
pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
2.15
Pendokumentasian
Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi,
penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan
pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa).
Tujuan
Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi
kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa
BAB 3
KERANGKA KEGIATAN
Adanya potensi terjadinya bencana
alam, kehilangan pekerjaan,
anggota keluarga, musibah lainnya
di masyarakat
Koping individu
tidak efektif
Kurangnya
dukungan social
terhadap kondisi
kejiwaan
Warga yang
mengalami
gangguan
jiwa
Warga yang
mempunyai
resiko
psikososial
DINKES
PROVINSI
MASYARAKAT
Poli Jiwa
PEMBENTUKAN
KADER
PERANGKAT DESA SEHAT JIWA
Pelatihan
Kompetensi Kader
Sehat Jiwa (Deteksi
1. Terbentuknya kader
Dini,
TAK, Pendkes,
sehat jiwa per posyandu
Rujukan,
yang memiliki skill
Buku
pegangan
Dokumentasi
terlatih di bidang
kader : deteksi
kesehatan jiwa :
keluarga
2. Setiap dusun memiliki
Buku
pegangan
kader kesehatan jiwa
kader
:
dengan rasio 1 kader
penyuluhan
terhadap 15-20 keluarga
kesehatan jiwa
yang ada disekitar
Buku
pegangan
tempat tinggalnya
kader
:
supervisi
3. Seluruh keluarga di
pasien
Desa Siaga Sehat Jiwa
gangguan jiwa
memiliki kader
Surat
ALUR
PEMERIKSAAN
PASIEN
DIrujukan
POLI JIWA
kesehatan jiwa
Perawat CMHN
DINKES
KABUPATEN
Kegiatan Kader
Kesehatan Jiwa
Perawat CMHN
melakukan supervisi ke
pasien gangguan yang :
ALUR PEMERIKSAAN
PASIEN DI POLI JIWA
Kondisi kesehatan
gangguan jiwa
memburuk
Keterangan :
Kegiatan diatas dilakukan secara Ditemukan kasus baru
KECAMATAN
bergiliran dalam satu bulan.
dengan komplikasi
BANTUR Pelaporan
Kader
Siaga
Sehat
Jiwa
Pencatatan
Minggu pertama : kegiatan nomor 1,
gejala yang tidak dapat
SEBAGAI DESA
2, 6, 7,8
tingkat Sehat,
Data PasiendiKeluarga
Deteksi
Dini Keluarga Sehat Jiwaditatalaksana
Penyampaian data
SIAGA SEHAT
Minggu kedua : kegiatan nomor 1, poli
4, jiwa puskesmas
JIWA
Resiko, dan pasien gangguan
pasien gangguan dan
5, 6, 7,8
Minggu ketiga : kegiatan nomor 1, 3,
resiko ke perawat
MENUJU
6, 7,8
KECAMATAN
CMHN di ponkesdes
Minggu keempat : kegiatan nomor 1,
BANTUR BEBAS
4, 5, 6, 7,8
PASUNG 2013
Perawat CMHN
PEMERIKSAAN
memfasilitasi
DI POLI JIWA
untuk pemeriksaan
PUSKESMAS
1. Anamnesa dan
Pasien Resiko
pemeriksaan mental
Rawat Jalan
Poli Jiwa
Rencana Rujukan ke
RSJ di
kabupaten/provinsi
terkait
jiwa pasien
setuju
RSJ
Memenuhi kelengkapan
dokumentasi rekam medis
dan asuhan keperawatan
jiwa pasien
Perawat
CMHN
puskesmas
merujuk ke
RSJ di
kabupaten/pro
vinsi terkait
Pasien Pulang
Kontrol
ke poli
jiwa
BAB 4
RENCANA KEGIATAN
a.
menolak
Kontrol
ke poli
jiwa
b.
Kegiatan
Kunjungan ke 5 Kepala Desa:
1. Perkenalan tim dengan perangkat desa
dan tokoh masyarakat
2. Penjelasan maksud dan tujuan kegiatan
3. Pendataan data Demografi
4. Pembagian desa kelolaan
Desa
Pembicara/
Petugas
- Perangkat Desa
- Preseptor akademik
- Presepti
Presepti
Puskesmas
Presepti
- Perangkat Desa
- Tokoh Masyarakat
- Preseptor akademik
- Presepti
- kader posyandu
- bidan desa dan
perawat desa
kesehatan jiwa
Desa
Follow up dan melanjutkan kegiatan yang
sudah dilakukan kelompok sebelumnya di 3
Presepti
Tokoh Masyarakat
Preseptor klinik
pendidikan kesehatan
Desa
Presepti
Puskesmas
- Presepti
- Presepti
(Desa)
- Presepti
Bandungrejo)
Mengolah data deteksi dini keluarga sehat
jiwa yang sudah diisi kader per posyandu
Minggu 3
Desa
Follow up dan melanjutkan kegiatan yang
sudah dilakukan kelompok sebelumnya di 3
desa (Srigonco, Sumberbening, Wonorejo)
dengan masuk ke acara masyarakat (tahlilan,
- Presepti
- Presepti
Puskesmas
- Presepti
- Prsepti
- Presepti
Bandungrejo)
Mengolah data deteksi dini keluarga sehat
Presepti
Preseptor akademik
Preseptor klinik
pasien kelolaan
Puskesmas
- Presepti
- Presepti
Presepti
Presepti
Aparat Desa
Aparat Kecamatan
Pihak puskesmas
Perwakilan Kader
Kesehatan Jiwa
masing masing
Minggu 5
Puskesmas
desa
Preseptor akademik
Preseptor klinik
Presepti
- Presepti
- Presepti
Presepti
Presepti
- Presepti
Preseptor akademik
Preseptor klinik
Pihak puskesmas
penutupan
c.
Materi pelatihan
Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
b. Konsep desa siaga sehat jiwa
c. Deteksi masalah masalah psikososial dan gangguan jiwa
d. Kunjungan rumah untuk pasien mandiri
e. Pendokumentasian/pelaporan
(Rincian materi ada pada buku pegangan kader : materi pelatihan)
d.
Metode pelatihan
Beberapa metode yang dapat saudara gunakan saat melakukanpelatihan kader; sesuai
dengan tujuan adalah sebagai berikut :
h. Ceramah interaktif
Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh pelatih. Metode ini efektif jika
menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video. Ceramah
interaktif dilakukan untuk memotivasi peserta pelatihan terlibat aktif mengikuti materi
yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya. Awal ceramah adalah
pembukaan 10 15 menit kemudian penyampaian informasi yang diikuti dengan
i.
j.
kelompok.
Demonstrasi atau simulasi
Demonstrasi dilakukan jika materi yang dibahas memerlukan aktivitas motorik atau
penampilan sikap yang sesuai sehingga perlu diperagakan untuk memperoleh
gambaran materi yang utuh. Lakukan demonstrasi tahap demi tahap agar mudah
diingat dan di pahami oleh peserta. Setelah diperagakan peserta melakukan
simulasi. Selama atau setelah demonstrasi peserta dapat mengajukan pertanyaan
untuk hal-hal yang belum dimengerti dan pelatih mengamati atau memperbaiki
kemampuan peserta.
k. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan simulasi dengan berakting secara spontan.
Peserta diberi tugas untuk memperagakanperilaku tertentu secara total. Misalnya
seorang peserta berperan sebagai pasien/keluarga dan peserta lainnya berperan
l.
Evaluasi
b.
c.
a. Fokus
: Gabungan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
: Pre dan post tes (soal tertulis)
Penampilan kinerja (performance)
Waktu : Selama dan setelah selesai pelatihan
Metode
BAB 5
HASIL KEGIATAN
HASIL PENDATAAN KESEHATAN JIWA DESA SRIGONCO, SUMBERBENING, DAN
WONOREJO PERIODE JUNI DESEMBER 2012
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada tahun 2012 tercatat 32.469 jiwa.
Jumlah penduduk tahun 2012 tersebar di desa-desa sebagai berikut :
N
DESA
DUSUN
RT
JUMLAH PENDUDUK
1.
Bantur
73
11.917
2.
Wonorejo
11
1.408
3.
Srigonco
39
4.352
4.
Sumberbening
25
5.538
5.
Bandungrejo
54
9.254
1. DESA SRIGONCO
1600
1400
1200
1000
800
600
400
Klasifikasi
Sehat
Klasifikasi
Resiko
Klasifikasi
Gangguan
Jiwa
200
0
2. DESA SUMBERBENING
DESA SUMBERBENING BERDASAR KLASIFIKASI SEHAT, RESIKO DAN GANGGUAN.
369
11 2 5 2
4863
3. DESA WONOREJO
18 4
Risiko / Psikososial
Gangguan Jiwa
1287
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantur pada tahun 2012 tercatat 32.469 jiwa.
Jumlah penduduk tahun 2012 tersebar di desa-desa sebagai berikut :
N
DESA
DUSUN
RT
JUMLAH PENDUDUK
1.
Bantur
73
11.917
2.
Wonorejo
11
1.408
3.
Srigonco
39
4.352
4.
Sumberbening
25
5.538
5.
Bandungrejo
54
9.254