34 Indriastjario PDF
34 Indriastjario PDF
1, 2003
MODUL
Latar Belakang
Pembangunan kota Semarang sampai saat
ini dalam berbagai hal sedang digalakkan
pemerintah. Salah satu perkembangan yang
ada di dalam kota Semarang sendiri adalah
pengembangan kota lama sebagai kota
konservasi. Pertimbangan konservasi ini
didasarkan pada nilai sejarah yang dimiliki
kota lama tersebut.
Struktur kota Semarang yang merupakan
perpaduan konsep path and node dengan
simpul-simpul yang merupakan titik
pertemuan pada pola jalan ring dan through
road. Pusat kota di Semarang mempunyai
segitiga
pertumbuhan
kawasan
dan
Ir. (UNDIP), M.Eng (TUT, Japan) Staf Pengajar Jur. Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
34
35
Vol. 1, 2003
MODUL
36
masa
lalu
dan
melambangkan
keterbatasan kehidupan manusia.
5. Pelestarian lingkungan lama adalah
salah satu asset komersial dalam
kegiatan wisata internasional.
Menurut Prof. Budiharjo, M.Sc., dalam The
Burra Charter for The Conservation of
Places of Cultural Signifigance 1981,
tentang preservasi dan konservasi suatu
tinjauan teori kota, secara eksplisit diperoleh
batasan
pengertian
konservasi
yang
mencakup seluruh proses kegiatan mulai
dari preservasi, restorasi, rehabilitasi,
rekonstruksi, adaptasi sampai revitalisasi
Revitalisasi
Revitalisasi adalah suatu bentuk metoda
konservasi untuk menghidupkan kembali
suatu kawasasn bengan pengembangan
fungsi baru tanpa meninggalkan nilai-nilai
lama dan jiwa tempat tersebut. Sedangkamn
menurut Ir. Harry Miarsono, M.Arch.,
revitalisasi adalah merubah suatu tempat
agar dapat digunakan unutk fungsi yang
lebih sesuai, dimana tidak menuntut
perubahan drastic atau hanya memerlukan
sedikit dampak. Suatu area pelestarian tidak
harus menjadi area yang mati tetapi kegiatan
social, ekonomi, dan budidayanya justru
perlu dikembangkan dan ditingkatkan secara
selektif dan bangunan baru harus diadaptasi
dengan bangunan kuno yang ada.
Obyek yang dapat direvitalisasi antara lain
peninggalan kebudayaan yang merupakan
materi alam yang berupa peninggalan
arsitektur, sejarah dan arkeologi. Oleh
karena itu lingkup revitalisasi adalah
peninggalan kebudayaan atau artefak dan
lingkup buatan yang meliputi bangunan.
Program revitalisai mencakup strategi yang
akan diterapkan pada masing-masing obyek
yang memiliki potensi-potensi untuk
divitalkan kembali dalam konteks kawasan.
Dari strategi vitalisasi tersebut akan
menentukkan obyek-obyek mana yang akan
direstoasi,
rekonstruksi,
preservasi,
adaptasi/revitralisasi,
maupun
yang
ditambahkan dalam usaha menghidupkan,
memvitalkan, dan mengaktifkan kembali
kawasan
tersebut
sehingga
dapat
berkembang menjadi asset wisata budaya.
Tinjauan Teori Perancangan Ruang kota
Pada dasarnya masalah ruang kot a produk
kota-kota modern secara morfologis banyak
tercipta dengan suatu keadaan yang tidak
terstruktur, hiarki yang kurang jelas, kurang
memberikan rasa ruang yang akrab bagi
manusia, serta tidak memberikan integritas
terhadap bangunan-bangunan. Penciptaan
bangunan-bangunan yang berarti sendiri
dalam
kaplingnya
dan
tidak
ada
keharmonisan antar bangunannya sehingga
tidak tercipta rasa ruang, Terbentuknya
daerah-daerah yang kurang disukai manusia,
dan tidak aman yang akhirnya akan
membuat ruang kota tersebut tidak terawatt.
Ruang-ruang ini disebut sebagai ruang yang
hilang.
Pada kebanyakan kota tradisional terbentuk
suatu kesatuan yang baik antar banguanan
maupun ruang kota terhadap arsitekturnya.
Morfolog kota tercipta dalam kesatuan yang
utuh antara ruang kota yang disebut void dan
massa bangunan yang disebut solid.
Mengikuti hasil pengamatan sejarah
morfologi kota-kota, maka Roger Trancyk
menemukan tiga integrasi antara arsitektur
dan ruang kota yaitu :
Figure Ground Theory
Figure Ground Theory atau juga disebut
teori perpetakan, merupakan suatu integrasi
yang kukuh daslam massa dan ruang,
sehingga membentuk kesatuan anatara solid
dan void. Disini yang sangat dominant
adalah peranan ruang luar tersebut. Dan
kualitas ruang luar sangat ditentukan oleh
figure bangunan-bangunan tersebut. Ruang
yang mengurung merupakan void yang
paling dominant, berskala manusia atau
37
Vol. 1, 2003
MODUL
38
39
Vol. 1, 2003
MODUL
40
41
Vol. 1, 2003
MODUL
42
b.
Mengarahkan jalur lintas dengan
system hubungan antar kota modern dengan
Axis Taman Jurnatan dan Kota Lama
dengan axis kawasan depan Gereja Blenduk.
c.
Menempatkan konfigurasi bangunan
dengan menyesuaikan dengan struktur masa
bangunan perencanaan konservasi Kota
Lama menurut RTBL.
Konsep Sirkulasi dan Parkir
a. Pemecahan sistem sirkulasi kenderaan di
kawasan
perencanaan yang tidak
mengganggu aktifitas di public open
space.
b. Integrasi sarana pejalan kaki harus
dikaitkan atau merupakan bagian yang
integral dengan system transportasi
umum, pemberhentian angkutan kota,
ruang terbuka dan sebagainya.
c. Pedestrian
dicviptakan
guna
menghidupkan dan menigkatkan potensi
kawasan.
d. Melengkapi jalan bagi pejalan kaki
dengan street furniture yang memadai,
serta lampu pedestrian, sitting group,
tempat ibadah, dan gardu telepon.
PROGRAM RUANG
Kelompok Aktifitas Utama
1. Kelompok pertokoan dan perkantoran
Bangunan Pertokoan
Pertokoan permanent 6 x 16 m2
Pertokoan permanent 8 x 16 m2
Pedagang Kaki Lima (PKL)
Jumlah
Sirkulasi 10%
Total
Perkantoran
Jumlah 1 unit Bank
2 unit Bank
Luas
6464 m2
384 m2
117 m2
20661 m2
6198,3 m2
26859,3 m2
Luas
1280 m2
2560 m2
3,6 m2
10 m2
18 m2
40 m2
1830,6 m2
549,18 m2
2379,78 m2
b. Open restaurant
Ruang
Ruang Makan
Ruang Pelayan
Kasir
Dapur dan Ruang cuci
Lavatory
Gudang kering
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
Luas
131,25 m2
11,25 m2
3 m2
25 m2
6,5 m2
9 m2
186 m2
55,8 m2
24,8 m2
Bilyar
Ruang Score
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
Luas
6 m2
3 m2
6 m2
64,5 m2
22,5 m2
136,88 m2
31,5 m2
270,38 m2
81,11 m2
351,49 m2
d. Galeri
Ruang
Ruang Display
a. 2D
b. 3D
Ruang Service
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
Luas
30 m2
90 m2
72 m2
112 m2
33,6 m2
145,6 m2
2. Arena Rekreatif
a. Gedung Pertunjukkan
Ruang
Ruang Tunggu
Ruang Penonton
Ruang tiket
Panggung
Gudang
KM/WC
Wastafel
R. Pakaian
R. Tunggu penari
Bengkel Kerja
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
Luas
567 m2
1050 m2
15 m2
90 m2
10 m2
27 m2
Luas
25 m2
10 m2
40 m2
10,5 m2
12 m2
43
Vol. 1, 2003
MODUL
2,6 m2
6 m2
106,1 m2
31,83 m2
137,93 m2
KM/WC
Gudang
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
DAFTAR PUSTAKA
1.
b. Mushola
Ruang
Luas
80 m2
12 m2
92 m2
27,6 m2
119,6 m2
Ruang Sholat
Ruang Wudhu
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
3.
c. Warpostel
Ruang
Ruang tunggu
Ruang Administrasi
Box telepon
Lavatory
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
Luas
36 m2
20 m2
7,2 m2
6,5 m2
69,7 m2
6,97 m2
76,67 m2
2
Roda Dua
Roda Empat
Jumlah
Sirkulasi 30%
Jumlah
Total
2.
Luas
4.
5.
6.
2011/1012,
Semarang.
Budihardjo Eko, Prof. Ir. Msc. Arsitektur
Pembangunan dan Konservasi, Penerbit
Djambatan, 1997.
Catanese, Anthony J., Snyder, Perencanaan
Kota, Erlangga, Jakarta, 1986
D.K. Ching, Francis, Arsitektur, Bentuk &
Susunannya. Erlangga, Jakarta, 1979.
Pemerintah Daerah Kotamadya Tingkat II
Semarang, Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Tahun Anggaran
1995/1996, Semarang.
16 m2
793,6 m2
852,5 m2
1646,1 m2
1646,1 m2
3292,2 m2
3308,2 m2
44