Anda di halaman 1dari 24

Penerapan Sistem Kualitas

pada Perencanaan
Tata Ruang
Wildani Pingkan S. Hamzens

Sistem Kualitas dalam


Perencanaan Tata Ruang

Rencana Tata Ruang yang berkualitas adalah


Rencana Tata Ruang yang mampu menjadi
arahan, panduan, dan tolok ukur bagi seluruh
kegiatan pada ukuran atau dimensi ruang (darat,
laut, udara); Rencana Tata Ruang sebagai arahan,
panduan, dan tolok ukur pembangunan spasial ini
pada dasarnya harus mampu memenuhi harapan
dan kebutuhan masyarakat setempat.

Pada suatu Rencana Tata Ruang melekat


kualitas tertentu; kualitas Rencana Tata
Ruang berlangsung kontinum, bisa tinggi,
bisa pula rendah. Kualitas Rencana Tata
Ruang berawal dari proses perencanaan tata
ruang; proses perencanaan yang baik akan
menghasilkan Rencana Tata Ruang yang
baik juga kualitasnya.

Proses Penyusunan Rencana Tata


Ruang yang Berkualitas

Proses penyusunan ataupun Revisi Rencana


Tata Ruang harus dipandang sebagai suatu
proses perbaikan kualitas Tata Ruang di
wilayah tersebut secara berkelanjutan, yang
dimulai dari sederet siklus:
(1) pemahaman tim mengapa rencana tata
ruang perlu dibuat atau direvisi?.

(2) mengembangkan model analisis kualitas yang


akan melihat pola pemanfaatan ruang terkini, kunci
permasalahan dan eksplorasi peluang-peluang
pemanfaatan ruang bagi kepentingan masyarakat
lokal, dengan memperhatikan daya dukung dan
kelestarian lingkungan;
(3) proses perencanaan berbasiskan temuantemuan dan hasil analisis;
(4) hasilkan alternatif rencana tata ruang;
(5) musyawarah rencana tata ruang dengan
masyarakat; dan
(6) berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang
dikumpulkan, juga berdasarkan hasil musyawarah
rencana tata ruang, dikembangkan menjadi usulan
rencana tata ruang .

Ukuran Kualitas pada Proses


Penyusunan Rencana Tata Ruang

Proses atau tahapan penyusunan rencana tata


ruang akan menentukan ukuran kualitas rencana
tata ruang yang dihasilkan.
Jika proses penyusunan mengabaikan kualitas,
maka hasilnyapun akan sulit mencapai kualitas yang
baik seperti harapan masyarakat lokal terhadap tata
ruang idealnya.
Konsultan sebagai Tim Perencana Tata Ruang
berperan menjembatani berbagai kepentingan atas
pola dan struktur ruang wilayah, dan tim akan
mengambil keputusan terbaik untuk mencapai
kondisi ideal.

Data-data primer tentang pemanfaatan ruang


harus diperoleh.
Data primer yang paling dibutuhkan adalah:
data pola pemanfaatan ruang terkini yang
akan mendampingi data sekunder dan hasil
Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah
(untuk pekerjaan revisi tata ruang).
Ukuran kualitas yang dianut pada proses
penyusunan ataupun Revisi Rencana Tata
Ruang dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel. Ukuran Kualitas Pada ProsesPerencanaan Tata Ruang


No

Ukuran Kualitas

Hasil

1.

Proses kerja tim perencana/


konsultan tata ruang cepat dan urut

Ide-ide awal masa depan TATA RUANG yang jelas dan


spesifik, menguntungkan masyarakat dan aman bagi
keberlanjutan lingkungan hidup.

2.

Pengambilan data yang tepat

Data primer tentang pola pemanfaatan ruang terkini yang akan


mendampingi data sekunder dan hasil Evaluasi

3.

Penggunaan alat analisis yang tepat

Hadirnya alternatif-alternatif tata ruang yang berpihak pada


kepentingan kebutuhan masyarakat lokal

4.

Kerjasama tim

Kekompakan tim dalam bekerja menyelesaikan Rencana Tata


Ruang

5.

Kesepakatan

Hadirnya komitmen Rencana Tata Ruang (antara masyarakat


dan para penentu kebijakan).

6.

Kepemimpinan dengan keteladanan

Mengarahkan semua pihak yang terkait agar mau memantau


pola penggunaan ruang dan realisasi struktur ruang

7.

Dengan jaminan

Draft Rencana Tata Ruang WILAYAH yang berkualitas, dan


berkelanjutan

Alat Analisis
Dalam perencanaan tata ruang, dapat menggunakan berbagai alat
analisis kualitas, yaitu:

Diagram PDCA atau Lingkaran Sheward yang disingkat dengan


PDCA (Plan, Do, Check, Act), merupakan suatu proses
perencanaan tata ruang yang berlangsung sirkuler, berputar
sesuai dengan arah jarum jam.

Pedoman PDCA merupakan tujuan dari Perencanaan Tata


Ruang yang berkualitas, yaitu continous quality improvement
(perbaikan terus menerus).

Perbaiki sedikit demi sedikit hal-hal yang salah


dalam aplikasi/ praktek tata ruang di lapangan, dan
apa yang dikerjakan selalu hal yang baru, yang
ditujukan pada perbaikan rencana tata ruang,
dengan prinsip-prinsip: (1) keberpihakan pada
kebutuhan ruang masyarakat/ stakeholders; (2)
sistem dan proses memenuhi kebutuhan
masyarakat akan ruang; dan (3) perpaduan
partisipasi aktif semua pihak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

House of Quality (Bangunan Mutu), yaitu teknik untuk


mendefinisikan hubungan antara keinginan
masyarakat/stakeholder/ pemangku kepentingan ke
dalam rencana tata ruang.
Untuk membangun House of Quality ada enam
langkah dasar yang harus dilakukan, yaitu:
(1) mendengar aspirasi masyarakat lokal/ para
stakeholder dengan baik;
(2) mengidentifikasikan alternatif rencana tata ruang
yang memenuhi kebutuhan para stakeholder ;
(3) membuat hubungan yang jelas antara keinginan
stakeholder dan kemampuan rencana tata ruang
untuk memenuhinya;

(4) mengevaluasi pola pemanfaatan ruang


dan struktur ruang terkini;
(5) mengidentifikasi dan mengembangkan isuisu untuk memenuhi harapan stakeholder,
dan;
(6) menerapkan cara-cara yang tepat pada
tahap-tahap transformasi (pengubahan
input data dan isu, menjadi output/ Draft
Rencana Tata Ruang) yang tepat.

Analisis Korelasi, Analisis Regresi, dan


Analisis Deskriptif dapat diguanakan
dengan memanfaatkan data yang bersifat
kuantitatif.
Data yang bersifat kualitatif diolah dan
dianalisis sehingga akan membantu dan
mendukukung proses pengambilan
keputusan.

Secara spesifik, digunakan Matriks Boston


Consulting Group (BCG) untuk
menggambarkan perbedaan antar komoditas
pertanian sebagai sektor yang dianggap
unggul dalam arti pangsa pasar relatif dan
kecepatan pertumbuhan suatu wilayah.

Kondisi keuangan daerah terbatas, sehingga


pemerintah daerah kurang mampu membiayai
aspek pembangunan keruangan dengan baik, juga
kurang mampu memberikan pelayanan publik yang
berkualitas.
Kondisi ini memastikan bahwa tingkat produktivitas
daerah masih rendah. Akibatnya pemasukan
pemerintah kurang untuk membiayai keseluruhan
pembangunan secara berkualitas.
Karena itu perlu melakukan analisis yang lebih
mendalam terkait dengan Kekayaan Relatif yang
dimiliki wilayah , dibandingkan Daya Saing Daerah
lainnya. Untuk mancapai hal ini, dilakukan Analisis
Kuadran Gerakan-gerakan Strategis Bangsabangsa

Data dalam Perencanaan Tata Ruang

Data sangat penting dalam perencanaan tata ruang.

Hal ini disebabkan keputusan pemilihan alternatif rencana tata


ruang perlu dilakukan berdasar fakta yang dibuktikan dengan
data.

Data akan menghilangkan emosionalisme, keberpihakan


sepanjang proses revisi tata ruang.

Data juga menjadi dasar bagi tim perevisi/ penyusun rencana


tata ruang untuk membangun pengertian yang komprehensif
mengenai bagian-bagian yang akan direvisi (ditambah atau
dikurangi), data akan menunjukkan bagian yang harus diperbaiki,
dan langkah-langkah untuk merevisi agar hasilnya sesuai
harapan.

Data juga menunjuk adanya keragaman dan


penggunaan metoda statistik.

Untuk analisis dalam menyusun rencana tata ruang


yang berbasis kualitas, misalnya memungkinkan
menggunakan Lingkaran Shewart (PDAC) yaitu
suatu proses sirkuler (proses pemecahan masalah
dan perbaikan mutu tata ruang), atau analisis
kualitas lainnya.

Data akan membantu menentukan hal-hal yang


paling diharapkan masyarakat dan pengambil
kebijakan lokal.

Komitmen Tim Penyusun

Merumuskan Rencana Tata Ruang berdasarkan


aspirasi kebutuhan masyarakat lokal dengan
memperhatikan daya dukung spasial untuk
keperluan kelestarian lingkungan; dirumuskan
dengan metode partisipatori
Mengembangkan dan menentukan sebaran pusatpusat pelayanan wilayah, tujuannya adalah
hadirnya pusat-pusat pelayanan baru. Strategi
pusat-pusat pelayanan yang menyebar akan
menyebarkan kesejahteraan.

Penerapan Konsep Just-in-Time pada


Pemantauan dan Pengendalian
Penggunaan Ruang

Filsafat yang mendasari just-in-time pada


penerapan Rencana Tata Ruang adalah adanya
pemantauan penggunaan ruang dan perbaikan
daya dukung ruang wilayah dengan cepat, dan
berkelanjutan.
Perencanaan tata ruang perlu dilakukan dengan
cepat, agar pemecahan masalah kebijakan
keruangan dapat juga dilakukan dengan cepat.
Cara ini merupakan salah satu kondisi yang
mendorong terciptanya kualits tata ruang daerah
yang baik.

Sebagai konsekuensinya, penerapan sistem


ini kelak mengharuskan adanya pihak yang
mengawasi pemanfaatan ruang secara terus
menerus.
Sistem ini akan menghilangkan kemungkinan
adanya penyalahgunaan atau pelanggaran
dalam pemanfaatan ruang.
Sistem ini juga menciptakan ruang yang
terpantau pemanfaatannya.

Plan

P
A

Act

Do
C

Check

Diagram PDCA atau Lingkaran Sheward

Tinggi

Kekayaan Tinggi
Daya Saing Kuat
Kedudukan Tinggi
Strategi Berkesinambungan

Kekayaan Tinggi
Daya Saing Lemah
Strategi Revitalisasi

Kekayaan Rendah
Daya Saing Kuat
Strategi Pembangunan

Kekayaan Rendah
Daya Saing Lemah
Strategi
Perubahan Haluan

Kekayaan
Relatif

Rendah
Kuat

Daya Saing Relatif

Lemah

Gambar: Kuadran Gerakan-gerakan Strategis Bangsa-bangsa


(Di mana Posisi wilayah dalam Skala Nasional?)
Sumber: Kotler, Jatusripitak, dan Maesincee dalam The Marketing of Nations,
1998

TERIMA KASIH

Tinggi

Kekayaan Tinggi
Daya Saing Kuat
Kedudukan Tinggi
Strategi Berkesinambungan

Kekayaan Tinggi
Daya Saing Lemah
Strategi Revitalisasi

Kekayaan Rendah
Daya Saing Kuat
Strategi Pembangunan

Kekayaan Rendah
Daya Saing Lemah
Strategi
Perubahan Haluan

Kekayaan
Relatif

Rendah
Kuat

Daya Saing Relatif

Lemah

Gambar: Kuadran Gerakan-gerakan Strategis Bangsa-bangsa


Sumber: Kotler, Jatusripitak, dan Maesincee dalam The Marketing of Nations, 1998

Anda mungkin juga menyukai