PENDAHULUAN
Pada anak, kelainan penglihatan akan memengaruhi kegiatan belajar
mengajar, pencapaian prestasi akademik dan non-akademik di sekolah. Melalui
mata yang sehat anak dapat melaksanakan aktivitas dengan baik. Salah satu
kelainan penglihatan yang sering terjadi pada anak adalah miopia yang biasa
dikenal sebagai rabun jauh (Fachrian dkk, 2009).
Prevalensi miopia pada usia sekolah dan dewasa mengalami peningkatan,
baik di United States maupun di negara-negara berkembang (David et al, 2010).
Di Afrika angka miopia 0,12% - 3,8%; di Eropa 24% - 27,8%; di Jepang 30%; di
Mesir 40%; di USA dan Cina 33% menurut Kempen et al (2004), Wang (1996)
dan Sperduto et al (1983) (dalam George dan Joseph, 2014). Prevalensi tertinggi
terdapat di Asia Timur seperti Cina (78,4% pada usia 5-15 tahun); Hongkong
(70% pada usia 17 tahun); Taiwan (84% pada usia 16-18 tahun); dan Jepang
(65,6% pada usia 17 tahun) (George dan Joseph, 2014). Dari seluruh kelompok
umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990) kelainan refraksi (12,9%)
merupakan penyebab penurunan penglihatan terbanyak kedua setelah katarak
(61,3%) di Indonesia (Saw et al, 2003).
Miopia dapat diatasi dengan kaca mata, lensa kontak, atau pembedahan.
Tujuan penanganan pasien dengan miopia adalah penglihatan binokular yang
jelas, nyaman, efisien, dan kesehatan mata yang baik. Pada kelainan miopia
penderita akan mengalami keluhan utama jika melihat jauh kabur, tetapi melihat
dekat lebih jelas. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan koreksi optik (David et al,
2010).
Salah satu cara yang dipilih penulis untuk mengatasi miopia adalah
penggunaan kacamata yang relatif lebih murah dan aman (Fachrian dkk, 2009).
Diharapkan melalui koreksi optik sejak dini, anak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Miopia adalah bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan
berjalan dari satu medium ke medium lain dengan kepadatan yang berbeda kecuali
berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus permukaan. Cahaya bergerak lebih cepat
melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air dan kaca.
Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium yang densitas yang lebih tinggi,
cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku) (Sherwood, 2001).
Dengan masuknya sinar ke dalam mata, terjadilan proses penglihatan yang
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap sintesa fotokimia, tahap
pengiriman sinyal sensoris dan tahap persepsi di pusat penglihatan. Tahap
pembiasan terjadi di kornea, lensa, badan kaca, di mana titik hasil pembiasan
tergantung pada panjang sumbu bola mata. Sedangkan proses fotokimia terjadi
pada fovea di makula. Proses kimia yang terjadi akan merangsang dan
menimbulkan impuls listrik potensial. Selanjutnya impuls listrik ini akan diantar
oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di otak untuk diproses sehingga terjadi
persepsi penglihatan (Spraul dan Lang, 2000).
mata titik fokusnya jatuh di depan retina. Kelainan refraksi dimana sinar sejajar
yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias
membentuk bayangan di depan retina (David et al, 2010).
IV.
Patofisiologi
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu
operasi glaukoma.
Klasifikasi Miopia
melihat jauh, tetapi jelas untuk melihat dekat. Selain itu, pasien akan memberikan
keluhan sakit kepala atau mata terasa lelah, sering disertai dengan juling dan celah
kelopak mata sempit. Seorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan mata
untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole. Pasien
miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam
konvergensi yang akan menimbulkan astenopia konvergensi dan bila menetap
akan terlihat juling ke dalam atau esotropia. Apabila terdapat miopia pada satu
mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang
miopianya lebih tinggi dan menyebabkan eksotropia (Sidarta, 2010; Perdami,
2010).
VII.
Diagnosa
Untuk
mendiagnosis
miopia
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut (Saleh dan
Prillia, 2006):
Refraksi Subyektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan refraksi
subyektif, metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and
error Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu
Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita. Mata diperiksa satu
persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus/tajam
penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi
dengan lensa sferis negatif, bila dengan lensa sferis negatif tajam
penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih
lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik (Guyton dan Hall,
2008).
Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga
bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri
agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi (Sidarta,
2010).
Beberapa keuntungan kacamata untuk pasien miopia adalah (David et al,
2010) :
pada
miopia,
jadi
kemungkinan
terjadinya
astenopia
astigmatisma.
2. Pemakaian Lensa Kontak
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Tergantung dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali
beruba-ubah, penurunan miopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien,
dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00
dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program
orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa
pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara
menyeluruh. Dengan follow up yang cermat, orthokeratology akan aman dengan
prosedur yang efektif. Meskipun miopia tidak selalu kembali pada level dasar,
pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari
adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi (David et al,
2010).
Beberapa keuntungan lensa kontak pada pasien dengan miopia (David et
al, 2010) :
perbaikan visus yang sedikit lebih baik pada miopia yang parah.
Lensa kontak mengurangi masalah berat dari kacamata, keterbatasan
lapang pandang, dan kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan
PRK jauh lebih mahal dari RK (Khurana, 2007; David et al, 2010).
LASIK (Laser In Situ Keratomileusis)
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang
menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan
cara merubah atau mengoreksi kelengkungan kornea. Setelah
dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas
dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen
menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia),
serta mata silinder (astigmatism) (Scuta et al, 2008).
Keuntungan LASIK (Scuta et al, 2008) :
Anestesi topical (tetes mata).
8
sangat efektif.
Pemulihan yang cepat (magic surgery).
Tanpa rasa nyeri (painless).
Tanpa jahitan (Sutureless dan Bloodless).
Tingkat ketepatan yang tinggi (accuracy).
Komplikasi yang rendah.
Prosedur dapat diulang (enhancement).
Kerugian LASIK (Scuta et al, 2008) :
Bedah LASIK dilakukan pada bagian mata yang paling sensitif dan
tidak reversible.
Meskipun setelah menjalani bedah LASIK, seseorang mungkin
tindakan.
Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi
selama seminggu setelah tindakan dan akan hilang dengan
sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan semacam
Keuntungan
LASEK
(WebMD,
http://www.webmd.com/eye-
health/eye-health-lasek-laser-eye-surgery):
Komplikasi yang berhubungan dengan pemotongan dan memasang
telah sembuh.
Lebih nyeri dan lebih tidak nyaman dibandingkan teknik yang lain.
Kebanyakan pasien LASEK mengatakan rasa tidak nyaman
Efek
samping
LASEK
(WebMD,
http://www.webmd.com/eye-
health/eye-health-lasek-laser-eye-surgery):
10
bulan).
Kabur atau penglihatan suram (seharusnya menghilang dalam 6
sampai 9 bulan).
SMILE (Small Incision Lencticule Extraction)
ReLEx SMILE dikembangkan oleh Carl Zeiss di Jerman, di mana
teknik ini memberikan penanganan invasif yang minimal untuk miopia
dan astigmatism. Teknik ini mengombinasikan keamanan koreksi
penglihatan dengan kenyamanan dan berpotensi lebih teliti (Harvey et
al, 2015).
SMILE merupakan langkah tunggal, satu laser, tindakan invasive yang
minimal yang menggunakan pemisahan jaringan dengan cahaya.
Dipandu komputer, sinar laser yang sangat fokus digunakan untuk
membuat lenticule (bentuk lensa yang tepatbentuk disc di dalam
kornea), yang kemudian dikeluarkan melalui insisi lubang kunci yang
kecil (Harvey et al, 2015).
Kornea terdiri dari 5 lapisan, hanya lapisan stroma yang akan dibentuk
ulang. SMILE menggunakan rangkaian gelembung kecil untuk
membuat dasar lenticule (pada bagian bawah stroma) lalu bagian atas
lenticule (bagian atas stroma). Akhirnya, laser membuat lubang kunci
untuk dapat diakses oleh ahli bedah yang kemudian target jaringan
dikeluarkan. Melalui satu langkah tersebut kornea telah dibentuk ulang
untuk memberikan hasil penglihatan yang optimal (Harvey et al,
2015).
11
bebas pisau).
SMILE dapat digunakan untuk menangani miopia yang tinggi.
SMILE membuat penglihatan yang sama atau lebih baik dan hasil
refraksi yang lebih baik dibandingkan dengan LASIK pada
penganganan miopia.
Ketidaknyamanan yang minimal.
Waktu pemulihan yang cepat
BAB 3
KESIMPULAN
kelainan penglihatan yang sering terjadi pada anak adalah miopia atau biasa
disebut dengan rabun jauh (Fachrian dkk, 2009).
Prevalensi miopia pada usia sekolah dan dewasa mengalami peningkatan,
baik di United States maupun di negara-negara berkembang (David et al, 2010).
Dari seluruh kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990) kelainan
refraksi (12,9%) merupakan penyebab penurunan penglihatan terbanyak kedua
setelah katarak (61,3%) di Indonesia (Saw et al, 2003).
Miopia atau rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan
pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung (Sidarta, 2010). Miopia adalah kondisi di mana sinar-sinar sejajar
yang masuk ke bola mata titik fokusnya jatuh di depan retina. Kelainan refraksi
dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa
akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina (David et al, 2010).
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan refraksi subyektif melalui
metoda
trial
and
error;
refraksi
obyektif
melalui
retinoskopi
dan
13
3. Saleh, T., dan Prillia Tri S. 2006. Miopia. Pedoman Diagnosis dan Terapi:
Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata (Edisi 3). Surabaya: Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo.
4. David A., et al. 2010. Optometric Clinical Practice Guideline: Care of The Patient
with Myopia. USA: American Optometric Association.
14
15