Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JUDUL
LATAR BELAKANG
Secara akademis tujuan penulisan komprehensif ini adalah untuk
rate
produksi
(Qo),
sedangkan
yang
dimaksud
dengan
dasar dari proses injeksi Microbial. Tujuannya adalah dapat mengetahui batasanbatasan kondisi reservoir yang dapat diinjeksi microbial, dan juga dapat
mengetahui serta menetukan hasil sisa metabolisme dari beberapa jenis microbial
yang sesuai dengan reservoir dalam hal ini ada kaitannya untuk peningkatan
recovery minyak dari reservoir yang memiliki variasi heterogenitas.
IV.
DASAR TEORI
mengetahui
karakteristik
fluida
reservoir
antara
lain
untuk
tekanan hidrostatik
tekanan kapiler
tekanan overburden
Temperatur akan naik dengan meningkatnya kedalaman. Peningkatan ini
Reservoir gas
2.
3.
Reservoir minyak
Perangkap Struktur
2.
Perangkap Stratigrafi
3.
Perangkap Kombinasi
dan
penyebabnya
serta
faktor
yang
mengontrol
adanya
PRIMARY
RECOVERY
SCREENING CRITERIA
MISCIBLE DISPL.
1. CO2
2. GAS INERT (N2)
3. GAS DIPERKAYA
4. GAS KERING
TEKANAN
TINGGI
IMMISCIBLE DISPL.
1. WATER FLOOD
2. GAS FLOOD
MICROBIAL
ENHANCED
OIL
RECOVERY
(MEOR)
KIMIA
1. ALKALINE
2. POLIMER
3. SURFACTANT
INJEKSI GAS
GAS CAP
DRIVE
THERMAL
1. AIR PANAS
2. UAP
3. IN SITU
COMBUSTION
INJEKSI AIR
SOLUTION
GAS DRIVE
WATER
DRIVE
SOLUTION
GAS DRIVE
PENINGKATAN
RECOVERY
sehingga hasil campuran ini dapat keluar dari pori-pori dengan mudah sebagai
satu fluida. Dalam hal efisiensi pendesakan dalam pori-pori sangat tinggi.
Yang termasuk injeksi tercampur adalah injeksi gas kering pada tekanan
tinggi (vaporizing gas drive), injeksi gas diperkaya (condensing gas drive), injeksi
dinding fluida yang dapat bercampur dengan minyak (gas), injeksi dinding
alkohol (dapat bercampur dengan minyak dan air), injeksi CO2 atau gas-gas yang
tidak bereaksi (inert gas) dapat bercampur dengan minyak dan air.
4.3.2.2. Injeksi Tak Tercampur
Yang dimaksud dengan immiscible displacement ini adalah pendesakan
minyak oleh fluida yang tidak bercampur, dalam hal ini fluida pendesak minyak
tersebut bisa air atau gas. Bila fluidanya air maka proses ini disebut Water
Flooding, sedangkan bila fluida pendesaknya gas maka proses ini disebut Gas
Flooding.
4.3.2.3. Injeksi Kimia
Injeksi kimia adalah salah satu jenis metode pengurasan minyak tahap
lanjut (EOR) dengan jalan menambahkan zat-zat kimia ke dalam air injeksi untuk
menaikkan perolehan minyak sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan
atau menurunkan saturasi minyak sisa yang tertinggal di dalam reservoir.
Injeksi kimia dapat dibagi menjadi tiga yaitu injeksi alkalin, injeksi
polimer dan injeksi surfactant.
4.3.2.4. Injeksi Thermal
Injeksi
thermal
adalah
salah
satu
metode
EOR
dengan
cara
oleh
beberapa
faktor,
dimana
faktor-faktor
tersebut
perlu
Faktor yang
2.
penyimpanan
4.4.2.4. Nutrien
4.4.2.4.1. Proses Nutrisi dan Fungsi Nutrien
Makhluk hidup membutuhkan bahan makanan untuk dapat tetap hidup,
begitu pula dengan mikroba. Untuk bertahan hidup mikroba membutuhkan bahanbahan organic dan anorganik yang diambil dari lingkungan disekitarnya sebagai
bahan makanan. Bahan makanan mikroba tersebut disebut sebagai Nutrien,
sedangkan proses penyerapan nutrient oleh mikroba disebut proses nutrisi.
Nutrien yang diserap oleh mikroba akan digunakan oleh sel mikroba melalui
proses metabolisme. Proses Metabolisme terbagi menjadi proses bioenergy
(Katabolisme) dan biosintesis (Anabolisme).
Fungsi utama dari nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangunan sel baru, dan sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergetic
(reaksi yang menghasilkan energi). Nutrien yang diperlukan antara lain:
a. Air
b. Sumber energi
c. Sumber karbon
d. Sumber aseptor electron
e. Sumber mineral
f. Senyawa pertumbuhan
g. Sumber Nitrogen
4.4.2.4.2. Reaksi Ensimaktik
Reaksi yang berlangsung didalam sel mikroba dapat terjadi karena
pertolongan biokatalisator yang berupa enzim yang dihasilkan oleh sel yang
berupa senyawa protein. Ensim tersebut berguna dalam mempercepat reaksi
kimia, walaupun enzim berperan dalam reaksi kimia yang berlangsug didalam
tubuh mikroba. Tetapi ensim tidak ikut bereaksi sehingga ensim tidak mengalami
perubahan dan jumlah ensim sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Reaksi
yang melibatkan adanya ensim disebut sebagai reaksi ensimatik.
4.4.2.5. Media
4.4.2.5.1. Kegunaan Media
Media merupakan suatu substrat yang berguna sabagai tempat tumbuh
dan berkembangnya mikroba. Sedadangkan media itu sendiri sebelum digunakan
harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak
diharapkan.
4.4.2.5.2. Bentuk, Susunan, dan Sifat Media.
Bentuk, susunan, dan sifat suatu media dipengaruhi oleh senyawa
penyusun media, umlah persentase campuran, dan tujuan penggunaan.
a. Bentuk Media
Ditentukan dan dipengaruhi oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat
seperti agar, gelatin, dsb. Terdapat 3 jenis bentuk media:
1. Media Padat
2. Media Cair
3. Media Semi-Padat dan Semi-Cair
b. Susunan Media
Media tersusun atas beberapa komponen agar dapat memenuhi fungsi
fisiologisnya. Susunan media terdiri dari komponen:
a. Kandungan Air
b. Kandungan Nitrogen
c. Kandungan Sumber energi ( unsur C).
d. Senyawa Pertumbuhan.
Berdasarkan kepada persayaratan tersebut susunan media dapat
berbentuk:
a. Media alami
b. Media sintetik
c. Media Semi-sintetik
c. Sifat Media
Penggunaan media tidak hanya bertujuan untuk pertumbuhan dan
perkemangan mikroba tetapi juga bertujuan untuk isolasi, seleksi, evaluasi, dan
Ragi
Protozoa
Ethylicum
Rhodopseudomonas
2,4
Speroides
Rhodosperillium Rubrum
Sacharomyces Cerevisiac
Paramaeccium Caudatum
Stentor Coureleus
Tetrahymena Geleti
5,0
2,0
10,5
32
3
tidak peka terhadap perubahan kondisi lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang
mempengaruhi kehidupan mikroba terdiri dari 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Biotik
b. Faktor abiotic
4.4.3. Penerapan Mikrobiologi pada Reservoir Migas
4.4.3.1. Kehadiran dan Pertumbuhan Microba Di Reservoir
Sejak tahun 50-an beberapa percobaan yang berkaitan dengan
penggunaan mikroba sebagai metode peningkatan perolehan minyak telah
dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan di USA, Cekoslovia, Polandia
Hungaria, Rumania, dan USSR.Pada beberapa kasus telah terlihat beberapa
pengaruh terukur seperti perubahan viskositas minyak, peningkatan produksi gas,
dan perubahan Ph. Efek tersebut sudah dapat dipastikan karena adanya aktivitas
mikroba di dalam reservoir.
4.4.3.1.1. Asal Mula Mikroba pada Reservoir
Mikroba yang ditemukan didalam reservoir kemungkinan berasal pada
saat proses terbentuknya fluida hidrokarbon, selain itu kemungkinan karena
penetrasi air permukaan menuju ke Aquifer. Seorang peneliti bernama Kuznetsov
telah memperkirakan laju pergerakan vertical air menuju ke aquifer. Meskipun
penetrasi mikroba dari permukaan menuju ke aquifer bisa memerlukan waktu
yang sangat lama bias mencapai bertahun-tahun, tetapi selama air mengandung
karbon organic penetrasi dengan perkembangan mikroba yang lambat bukanlah
hal yang mustahil.
4.4.3.1.2. Mikroba pada Air Formasi
Bastin & Geer serta Zo Bell menemukan SRB (Sulfate Reducing
Bacteria) Pada air garam. Beberapa diantaranya mampu berkembangbiak pada
konsentrasi garam yang tinggi dan temperature yang tinggi (hingga 800C). Greeve
et al menemukan 104 hingga 105 mikroba/ml pada air terproduksi, dimana bakteri
yang ditemukan terdiri dari bakteri aerob dan anaerob.
Terdapat
beberapa
laporan
mengenai
ditemukannya
mikroba
disampel-sampel minyak dan formasi batuan dari wilayah USA, USSR, dan
Jerman. Selama pengambilan sampel blm dapat dipastikan bahwa mikroba benarbenar berasal dari formasi, karena kemungkinan bias berasal dari kontaminasi
lumpur pemboran. Kemudian berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan
oleh Davis dan Updegraff, ditemukannya mikroba dalam jumlah yang banyak
disampel core tidak mungkin semuanya berasal dari kontaminasi lumpur
pemboran karena 162 sampel core yang mereka teliti merupakan core yang steril.
Moses melaporkan hasil penelitian Andreyevsky mengenai batuan
dari lapangan minyak di Uktha. Andreyevsky mengambil sampel minyak, air, dan
batuan yang berasal dari lapisan yang produktif. Sejumlah sampleh yang diteliti
didapatkan jenis mikroba yang sama yaitu Desulfuris dan Denitrifis yang telah
terisolasi didalam formasi batuan reservoir.
4.4.3.2. Screening Criteria Microba terhadap Reservoir Migas
Disetiap reservoir mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Karakteristik reservoir sangat berpengaruh terhadap
microorganisme yang diinjeksikan didalamnya. Agar metode MEOR dapat
bekerja dengan baik dibutuhkan karakteristik reservoir yang sesuai dengan
MEOR Screening Criteria. Berikut merupakan factor karakteristik reservoir yang
sangat berpengaruh terhadap MEOR Screening Criteria:
a. Kondisi Reservoir
: Suhu dan Tekanan.
b. Sifat Fisik Fluida Reservoir : Viskositas, ph, dan API Gravity, salinitas.
c.
Reservoir Geology
:
porositas, dan permeabilitas.
4.4.3.2.1. Kondisi Reservoir
Lithology,
kedalaman,
4.4.3.2.1.1. Suhu
Suhu
sangat
berpengaruh
terhadap
proses
memberikan
effect
terhadap
proses
biologi
dari
fasa
minyak
didalam
reservoir
dapat
menjadi
batasan
digunakannya metode MEOR. Terdapat efek toksisitas pada daerah fasa minyak
didalam reservoir terhadap beberapa microorganisme. Efek toksisitas tersebut
terkandung didalam minyak dengan derajat API ynag rendah (densitas tinggi) atau
minyak dengan kandungan fraksi volatile yang rendah, pada umumnya pada
minyak berat asphaltic.
4.4.3.2.2.3. PH
Berdasarkan parameter biochemical, yang mempengaruhi pertumbuhan
dan proses metabolisme microorganisme di reservoir adalah pH. Dimana pada
umumnya microorganisme hidup didalam lingkungan dengan pH 4 s/d 9, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk beberapa microorganisme dapat tumbuh pada
pH terendah 1 dan pH paling tinggi 12.
4.4.3.2.2.4. Salinitas
Kurang lebih 90% padatan larut difluida reservoir merupakan Sodium
Chloride, berdasarkan pengujian dibeberapa negara. Sehingga salah satu karakter
yang dibutuhkan untuk menjadi microorganisme MEOR adalah ketahanan
terhadap Sodium Chlorida. Salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan
microorganisme harus mencaga kandungan optimal salinitas pada cellular fluid
agar menjaga kegiatan enzymatic.
4.4.3.2.3. Reservoir Geology
4.4.3.2.3.1. Lithology
Reservoir tersusun atas berbagai Janis batuan dan mineral. Batuan
Sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang menjadi batuan reservoir Fluida
Hidrokarbon, selain itu fluida hidrokarbon juga dapat terperangkap didalam
batuan metamorf dan batuan Beku.
kasus
operasi
waterflooding,
mikroorganisme
yang
Beberapa
penelitian
telah
dapat
mengidentifikasi
beberapa
Tabel IV.2.
Contoh mikroorganisme yang berpotensi untuk MEOR
Spesies
Aerobacter aerogenus
Aeromonas sp.
Acinotobacter calcoacctius
Arthrobacter sp.
Aspergillus sp.
Bacillus licheniformis
Bacillus subtilis
Bacillus sp.
Brevibacterium sp.
Candida tropicalis
Cellulomonas sp.
Clostridium acetobabutylicum
Clostridium butyricum
Clostridium pasteurianum
Clostridium sp.
Corynebacterium fascians
Corynebacterium hydrocarboclastus
Corynebacterium lepus
Chrenothrix sp.
Desulfobrio desulfuricus
Escherichia sp.
Flavobacterium sp.
Leptothrix sp.
Mycococcus sp.
Mycobacterium sp.
Nocardia sp.
Penicillium spiculisporum
Peniscillium sp.
Preptococcus sp.
Referensi
Chauhan, 1988
Lazar, 1987
Rosennberg et al., 1983
Belsky et al., 1979
Xiu Yuan, 1987
Douglas et al., 1988
Jarg et al., 1983
Findley, 1986
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987
Findley, 1986
Bryant, 1986
Cooper et al. 1980
Bryant, 1986
Zejic et al, 1983
Zejic et al, 1977
Cooper, 1983
Xiu Yuan, 1987
Douglas et al, 1988
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas florescens
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..............................................................................................
..........................................................................................................
Komposisi
Kimia
Batuan
Reservoir
2.1.1.1.
Batupasir
2.1.1.2.
Batukarbonat
2.1.1.3.
2.1.2.
Batushale
Sifat
Fisik
Batuan
Reservoir
2.1.2.1. Porositas
2.1.2.2. Wettabilitas
2.1.2.3. Tekanan
Kapiler
2.1.2.4. Permeabilitas
2.1.2.5. Saturasi
2.1.2.6. Kompresibilitas
2.2. Karakteristik
2.2.1.
Fluida
Komposisi
2.2.1.1.
Reservoir
Kimia
Komposisi
Fluida
Kimia
Reservoir
Hidrokarbon
Komposisi
Kimia
Komposisi
Sifat
2.2.2.1.
Non
Kimia
Fisik
Air
Fluida
Sifat
2.2.2.1.1.
Hidrokarbon
Formasi
Reservoir
Fisik
Minyak
Densitas
2.2.2.1.2.
Faktor
2.2.2.1.3.
Kelarutan
Minyak
Volume
Gas
Formasi
Minyak
Dalam
Minyak
2.2.2.1.4.
Kompresibilitas
Minyak
2.2.2.1.5.
Viscositas
Minyak
2.2.2.2.
Sifat
Fisik
2.2.2.2.1.
Gas
Densitas
Gas
Faktor
Kompresibilitas
Gas
Sifat
Fisik
Air
Formasi
Reservoir
2.4.2.1.1.
Minyak
Reservoir
2.4.2.1.2.
Minyak
Reservoir
2.4.2.2.
Minyak
Tak
Reservoir
2.4.2.3.
Jenuh
Jenuh
Kondensat
Reservoir
2.4.2.3.1.
Gas
Reservoir
Gas
Kering
Mekanisme
Water
Drive
2.4.3.2.
Gas
Cap
2.4.3.3.
Solution
Gas
2.4.3.4.
Pendorong
Segregation
Drive
Drive
Drive
Reservoir
Reservoir
Reservoir
Reservoir
2.4.3.5.
Combination
Drive
Reservoir
University of Heriot-Watt,
Edinburgh. 1989.
7. Ahmed Eltayeb Gammer-Eldeen, Al Mustafa Ali Adam Alhadi, Mohamed
Abdelrahman Mergani. Microbial Enhanced Oil Recovery, University of
Khortoum. Sudan, 2013