Anda di halaman 1dari 30

I.

JUDUL

PENGARUH KARAKTERISTIK RESERVOIR TERHADAP PENINGKATAN


PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT DENGAN INJEKSI MICROBA
II.

LATAR BELAKANG
Secara akademis tujuan penulisan komprehensif ini adalah untuk

melengkapi syarat akademik dalam Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas


Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
program Strata I. Secara ilmiah dapat dilihat bahwa judul diatas dimaksudkan
untuk meningkatkan atau memperbesar recovery dengan cara menginjeksikan
microbial ke dalam reservoir dengan tujuan menurunkan saturasi minyak yang
tertinggal didalam reservoir. Microbial yang diinjeksikan ke dalam reservoir akan
menghasilkan zat sisa proses metabolisme dimana terdapat beberapa macam zat
yang akan dihasilkan seperti biosurfactant, gas (CO 2 , H2S), biopolymer sehingga
diharapkan dapat memperbaiki produktivitas formasi.
Yang dimaksud dengan memperbaiki produktivitas formasi adalah dengan
memperbesar

rate

produksi

(Qo),

sedangkan

yang

dimaksud

dengan

meningkatkan recovery adalah untuk memperbesar Recovery Factor (RF).


Pelaksanaan injeksi microbial ini dilakukan setelah berakhirnya produksi tahap
awal suatu reservoir, dimana tenaga reservoir itu sendiri sudah tidak mampu lagi
untuk mengangkat fluida reservoir ke permukaan (tahap primary recovery), dan
metode produksi dengan penggunaan artificial lift (pengangkatan buatan) dapat
dikatakan, dan juga dapat dilakukan setelah tahap Secondary Recovery terutama
pada sumur dengan tahap Secondary Recovery berupa Water Flooding. Tetapi
tidak menutup kemungkinan injeksi Microbial dilakukan sebelum tahap
Secondary Recovery.
III.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari tulisan ini adalah mengerti dan memahami prinsip-prinsip

dasar dari proses injeksi Microbial. Tujuannya adalah dapat mengetahui batasanbatasan kondisi reservoir yang dapat diinjeksi microbial, dan juga dapat

mengetahui serta menetukan hasil sisa metabolisme dari beberapa jenis microbial
yang sesuai dengan reservoir dalam hal ini ada kaitannya untuk peningkatan
recovery minyak dari reservoir yang memiliki variasi heterogenitas.
IV.

DASAR TEORI

4.1. Karakteristik Reservoir


4.1.1. Karakteristk Batuan Reservoir
Batuan reservoir merupakan wadah di bawah permukaan yang
mengandung hidrokarbon. Karakteristik reservoir meliputi komposisi kimia
batuan reservoir dan sifat-sifat fisik batuan.
Unsur-unsur penyusun batuan akan menentukan sifat-sifat mineral yang
dibentuknya yang selanjutnya akan mempengaruhi pula sifat batuannya. Batuan
reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir, batuan
karbonat, dan shale atau kadang-kadang vulkanik. Masing-masing batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang berbeda, begitu pula sifat fisiknya. Unsur atau
atom-atom penyusun batuan reservoir menentukan sifat-sifat dari mineral yang
terbentuk, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimiawinya.
Sifat-sifat fisik batuan adalah semua sifat yang dimiliki oleh batuan,
seperti porositas, permeabilitas, saturasi, wetabilitas, tekanan kapiler, dan
kompresibilitas batuan. Batuan reservoir harus memenuhi syarat yaitu mampu
menampung dan mengalirkan fluida yang terkandung didalamnya, hal ini
dinyatakan dalam parameter porositas dan permeabilitas. Porositas dan
permeabilitas ini sangat erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwasanya
permeabilitas adalah tidak mungkin tanpa adanya porositas walaupun sebaliknya
belum tentu demikian, karena batuan yang bersifat porous belum tentu memiliki
sifat kelulusan terhadap fluida yang melewatinya.
4.1.2. Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida yang terdapat dalam reservoir pada temperatur tertentu
secara alamiah merupakan campuran yang kompleks dalam komposisi kimianya.
Kegunaan

mengetahui

karakteristik

fluida

reservoir

antara

lain

untuk

memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak


dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol tekanan fluida dalam reservoir,
yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah sifat fisik fluidanya yaitu : viskositas,
densitas, faktor volume formasi minyak, kompresibilitas minyak. Fluida reservoir
minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air formasi). Hidrokarbon terbentuk di
alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air formasi
merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.
4.1.3. Kondisi Reservoir
Kondisi reservoir yang dimaksud adalah tekanan dan temperatur reservoir.
Tekanan dan temperatur merupakan besaran-besaran yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya (air,
minyak, dan gas). Tekanan dan temperatur lapisan kulit bumi dipengaruhi oleh
adanya gradient kedalaman, letak dari lapisan, serta kandungan fluidanya.
Akibat adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh adanya gradien
kedalaman, maka akan menyebabkan fluida reservoir mengalir dari formasi ke
lubang sumur yang relatif bertekanan rendah. Tekanan yang bekerja pada
reservoir diakibatkan oleh :
-

tekanan hidrostatik

tekanan kapiler

tekanan overburden
Temperatur akan naik dengan meningkatnya kedalaman. Peningkatan ini

disebut gradien geothermis, yang besarnya bervariasi tergantung dari sifat


konduktivitas thermis batuannya.
4.1.4. Jenis-jenis Reservoir
Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : berdasarkan
fasa fluida, perangkap reservoir, dan mekanisme pendorong.
Berdasarkan fasa fluidanya, reservoir dibedakan menjadi :
1.

Reservoir gas

2.

Reservoir gas kondensat

3.

Reservoir minyak

Berdasarkan perangkap reservoirnya, reservoir dibedakan menjadi :


1.

Perangkap Struktur

2.

Perangkap Stratigrafi

3.

Perangkap Kombinasi

Berdasarkan mekanisme pendorongnya, resevoir dibedakan menjadi :


1. Solution Gas Drive Reservoir
2. Gas Cap Drive Reservoir
3. Water Drive Drive Reservoir
4. Segregation Drive Reservoir
5.

Combination Drive Reservoir.

4.2. Heterogenitas Reservoir


4.2.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir
Dalam studi reservoir sering digunakan anggapan bahwa formasi bersifat
homogen dengan ketebalan serba sama, lapisan produktif horizontal, distribusi
porositas konstan, dan permeabilitas sama di setiap arah. Pada kenyataannya
struktur reservoir itu sangat kompleks, sebab mengandung heterogenitas mulai
dari ukuran beberapa millimeter, centimeter, bahkan kilometer. Heterogenitas ini
dipengaruhi oleh sedimentasi, erosi, glasiasi, dan tektonik.
Setelah mengetahui heterogenitas pada reservoir maka kita dapat
mengetahui pengaruh heterogenitas terhadap cadangan, yaitu :
1. Memungkinkan terjadinya blok-blok dari suatu lapangan akibat dari
perbedaan struktur sebagai pembatas reservoir.
2. Distribusi porositas dan permeabilitas yang tidak merata mengakibatkan
variasi produksi per sumur pada masing-masing blok.
3. Akibat heterogenitas menyebabkan perbedaan recovery dikarenakan
permeabilitas, porositas, saturasi minyak, gas, dan air maupun ketebalan
Net Pay yang berbeda.

4.2.2. Klasifikasi Heterogenitas Reservoir


Heterogenitas reservoir sangat berpengaruh pada perilaku reservoir dan
distribusinya sangat penting untuk mengevaluasi reservoir. Adapun klasifikasi
heterogenitas reservoir dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Heterogenitas reservoir skala mikroskopis.
2. Heterogenitas reservoir skala makroskopis.
3. Heterogenitas reservoir skala megaskropis.
4.2.3. Faktor-faktor Pengontrol Heterogenitas Reservoir
Batuan reservoir merupakan batuan yang porositas dan permeabilitasnya
terdistribusi secara tidak merata untuk semua bagian yang luas. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi heterogenitas reservoir adalah :
1. Sedimentasi tektonik.
2. Komposisi batuan dan tekstur.
3. Geometri pori.
4.2.4. Tipe Heterogenitas
Setelah didapat parameter-parameter penting untuk mengetahui terjadinya
heterogenitas

dan

penyebabnya

serta

faktor

yang

mengontrol

adanya

heterogenitas, selanjutnya dilakukan pembagian tipe heterogenitas reservoir, dari


arah penyebarannya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Tipe Heterogenitas Reservoir Vertikal.
2. Tipe Heterogenitas Reservoir Horizontal.
4.3. METODE PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT
4.3.1. Pengertian Perolehan Minyak Tahap Lanjut
Perolehan Minyak Tahap Lanjut (EOR) merupakan perolehan minyak
dengan cara menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau beberapa
metode pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir. Jenis energi yang
digunakan adalah salah satu atau gabungan dari energi mekanik, energi kimia dan
energi termik. Jadi perolehan minyak yang berasal dari injeksi gas, injeksi termik
maupun injeksi kimia merupakan perolehan tahap lanjut.

4.3.2. Jenis Metode Perolehan Minyak Tahap Lanjut

PRIMARY
RECOVERY

SCREENING CRITERIA

PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT (EOR)

MISCIBLE DISPL.
1. CO2
2. GAS INERT (N2)
3. GAS DIPERKAYA
4. GAS KERING
TEKANAN
TINGGI

IMMISCIBLE DISPL.
1. WATER FLOOD
2. GAS FLOOD

MICROBIAL
ENHANCED
OIL
RECOVERY
(MEOR)

KIMIA
1. ALKALINE
2. POLIMER
3. SURFACTANT

INJEKSI GAS
GAS CAP
DRIVE

THERMAL
1. AIR PANAS
2. UAP
3. IN SITU
COMBUSTION

INJEKSI AIR

SOLUTION
GAS DRIVE

WATER
DRIVE

SOLUTION
GAS DRIVE

PENINGKATAN
RECOVERY

Gambar 4.1. Jenis Metode Perolehan Minyak Tahap Lanjut (EOR)

Secara garis besar metode-metode EOR yang ada dapat dikelompokkan


dalam lima bagian, seperti diperlihatkan seperti diperlihatkan pada diagram di
atas.
4.3.2.1. Injeksi Tercampur
Injeksi tercampur didefinisikan sebagai pendesakan suatu fluida terhadap
minyak yang menghasilkan pencampuran antara fluida pendesak terhadap minyak

sehingga hasil campuran ini dapat keluar dari pori-pori dengan mudah sebagai
satu fluida. Dalam hal efisiensi pendesakan dalam pori-pori sangat tinggi.
Yang termasuk injeksi tercampur adalah injeksi gas kering pada tekanan
tinggi (vaporizing gas drive), injeksi gas diperkaya (condensing gas drive), injeksi
dinding fluida yang dapat bercampur dengan minyak (gas), injeksi dinding
alkohol (dapat bercampur dengan minyak dan air), injeksi CO2 atau gas-gas yang
tidak bereaksi (inert gas) dapat bercampur dengan minyak dan air.
4.3.2.2. Injeksi Tak Tercampur
Yang dimaksud dengan immiscible displacement ini adalah pendesakan
minyak oleh fluida yang tidak bercampur, dalam hal ini fluida pendesak minyak
tersebut bisa air atau gas. Bila fluidanya air maka proses ini disebut Water
Flooding, sedangkan bila fluida pendesaknya gas maka proses ini disebut Gas
Flooding.
4.3.2.3. Injeksi Kimia
Injeksi kimia adalah salah satu jenis metode pengurasan minyak tahap
lanjut (EOR) dengan jalan menambahkan zat-zat kimia ke dalam air injeksi untuk
menaikkan perolehan minyak sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan
atau menurunkan saturasi minyak sisa yang tertinggal di dalam reservoir.
Injeksi kimia dapat dibagi menjadi tiga yaitu injeksi alkalin, injeksi
polimer dan injeksi surfactant.
4.3.2.4. Injeksi Thermal
Injeksi

thermal

adalah

salah

satu

metode

EOR

dengan

cara

menginjeksikan energi panas ke dalam reservoir untuk mengurangi viskositas


minyak yang tinggi yang akan menurunkan mobilitas minyak sehingga akan
memperbaiki efisiensi pendesakan dan efisiensi penyapuan
Injeksi panas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu injeksi fluida
panas (injeksi air panas dan injeksi steam) dan in-situ combustion (pembakaran di
tempat). Sebelum membicarakan tentang injeksi thermal lebih lanjut, maka perlu

mengetahui dasar-dasar perpindahan panas dan beberapa faktor yang berpengaruh


dalam injeksi thermal.
4.3.2.5. Injeksi Mikroba
Injeksi mikroba adalah suatu metode pengurasan minyak tahap lanjut
dengan cara menginjeksikan mikroba ke dalam reservoir untuk meningkatkan
perolehan minyak. Bakteri yang ada dalam reservoir kemungkinan berasal dari
sisa-sisa populasi bakteri yang ada pada saat pembentukan minyak bumi. Ada
kemungkinan adalah karena penetrasi sepanjang aquifer dari permukaan. Penetrasi
bakteri dari permukaan bisa memerlukan waktu yang bertahun-tahun, selama air
tersebut mengandung karbon atau bahan organik dalam batuan yang mereka
lewati. Syarat-Syarat mikroba yang digunakan untuk MEOR :
1. Mempunyai ukuran kecil sehingga mudah bergerak diantara pori-pori batuan.
2. Tahan terhadap tekanan tinggi karena reservoirminyak umumnya mempunyai
tekanan tinggi karena kedalamannya.
3. Tahan terhadap temperatur tinggi.
4. Tidak membutuhkan banyak nutrien, dan lebih baik lagi jika dapat
berkembang pada media garam mineral yang terdapat dalam air formasi
dengan menggunakan bagian dari minyak mentah sebagai sumber karbon
dan energi.
5. Dapat melakukan metabolismesecara anaerobik, karena kadar oksigen di
dalam reservoir sangat minim.
6. Hasil dari metabolismenya dapat membantu memobilisasi minyak di dalam
reservoir.
7. Tidak menimbulkan akibat-akibat yang berpengaruh buruk terhadap sifat-sifat
minyak dan reservoir.
4.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan EOR
Diterapkannya metode perolehan minyak tahap lanjut di Reservoir Migas
dipengaruhi

oleh

beberapa

faktor,

dimana

faktor-faktor

diperhitungkan guna guna mendapat hasil yang maksimal.

tersebut

perlu

Faktor yang

mempengaruhi perolehan minyak tahap lanjut tersebut ditinjau dari reservoirnya


dan juga ditinjau dari fluida yang terkandung didalam reservoir tersebut.
a) Ditinjau dari kondisi reservoir
a. Kedalaman
b. Kemiringan
c. Tingkat homogenitas reservoir
d. Sifat-sifat petrofisik
e. Mekanisme pendorong
b) Ditinjau dari kondisi fluida
a. Cadangan minyak tersisa
b. Saturasi minyak tersisa
c. Viscositas minyak
4.4. PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT DENGAN INJEKSI
MIKROBA
4.4.1. Latar Belakang MEOR
Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR) merupakan
metode peningkatan minyak tahap lanjut dengan menginjeksikan mikroorganisme
terpilih kedalam reservoir, serta diberikan stimulasi bertujuan agar produk
pertumbuhan metabolisme dari mikroorganisme dapat menurunkan tingkat
residual oil saturation didalam reservoir. Mikroba yang digunakan didalam
penginjeksian harus dapat beradaptasi terhadap kondisi reservoir, sehingga
terdapat screening criteria dalam pemilihan mikroba yang akan diinjeksikan.
4.4.2. Dasar-Dasar Mikrobiologi
4.4.2.1. Definisi
Mikrobiologi merupakam ilmu yang mempelajari bentuk, sifat,
kehidupan, dan penyebaran mikroba (Jasad renik, mikroba, mikroorganisme).
Bidang ini mencakup salah satu kelompok besar jasad hidup yang mempunyai
bentuk dan ukuran sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda dengan jasad lain
umumnya.

4.4.2.2. Bentuk, Struktur, dan Ukuran Mikroba


4.4.2.2.1. Bentuk Mikroba
Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniseluller). Dapat pula
berbentuk filamen atau serat, atau rangkaian sel yang terdiri dari dua sel atau lebih
yang berbentuk rantai. Bentuk umum mikroba adalah bulat (Kokus) dan batang
bulat memanjang (Basil).
4.4.2.2.2. Struktur Mikroba
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1.

Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)


Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula

2.

penyimpanan

Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu).


Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospore.

4.4.2.2.3. Ukuran Mikroba


Ukuran mikroba, terutama bakteri dan virus menggunakan besaran
micron, bahkan beberapa jenis mikroba menggunakan satuan satuan mikromikron atau engstroom.
4.4.2.3. Kehidupan Mikroba
4.4.2.3.1. Dasar Kehidupan Mikroba
Setiap jasad hidup memiliki sifat dasar kehidupan yang digolongkan
kedalam dua kelompok, yaitu metabolisme dan pelestarian diri. Metabolisme
merupakan proses yang mencakup proses nutrisi, respirasi, dan sintesis. Setiap
makhluk hidup selalu melakukan proses-proses tersebut dalam satu kesatuan
sehingga metabolisme dan pelestarian diri tercakup didalamnya. Ditunjukkan pada
Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Proses Metabolisme dan Pelestarian


Diri Mikroba
4.4.2.3.2. Kelompok Kehidupan Mikroba
Berdasarkan pada pola kehidupan, khususnya kepada sumber
nutrient, energi, dan oksigen, kehidupan mikroba dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok tertentu.
Berdasarkan kebutuhan terhadap sumber Karbon dan energi dibedakan
menjadi:
a. Microba Autotrofik
b. Microba Heterotrofik
Berdasarkan kebutuhan Oksigen mikroba juga dikelompokkan menjadi 2,
yaitu:
a. Mikroba Aerobik
b. Mikroba Anaerobik

4.4.2.4. Nutrien
4.4.2.4.1. Proses Nutrisi dan Fungsi Nutrien
Makhluk hidup membutuhkan bahan makanan untuk dapat tetap hidup,
begitu pula dengan mikroba. Untuk bertahan hidup mikroba membutuhkan bahanbahan organic dan anorganik yang diambil dari lingkungan disekitarnya sebagai
bahan makanan. Bahan makanan mikroba tersebut disebut sebagai Nutrien,
sedangkan proses penyerapan nutrient oleh mikroba disebut proses nutrisi.
Nutrien yang diserap oleh mikroba akan digunakan oleh sel mikroba melalui
proses metabolisme. Proses Metabolisme terbagi menjadi proses bioenergy
(Katabolisme) dan biosintesis (Anabolisme).
Fungsi utama dari nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangunan sel baru, dan sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergetic
(reaksi yang menghasilkan energi). Nutrien yang diperlukan antara lain:
a. Air
b. Sumber energi
c. Sumber karbon
d. Sumber aseptor electron
e. Sumber mineral
f. Senyawa pertumbuhan
g. Sumber Nitrogen
4.4.2.4.2. Reaksi Ensimaktik
Reaksi yang berlangsung didalam sel mikroba dapat terjadi karena
pertolongan biokatalisator yang berupa enzim yang dihasilkan oleh sel yang
berupa senyawa protein. Ensim tersebut berguna dalam mempercepat reaksi
kimia, walaupun enzim berperan dalam reaksi kimia yang berlangsug didalam
tubuh mikroba. Tetapi ensim tidak ikut bereaksi sehingga ensim tidak mengalami
perubahan dan jumlah ensim sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Reaksi
yang melibatkan adanya ensim disebut sebagai reaksi ensimatik.

4.4.2.5. Media
4.4.2.5.1. Kegunaan Media
Media merupakan suatu substrat yang berguna sabagai tempat tumbuh
dan berkembangnya mikroba. Sedadangkan media itu sendiri sebelum digunakan
harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak
diharapkan.
4.4.2.5.2. Bentuk, Susunan, dan Sifat Media.
Bentuk, susunan, dan sifat suatu media dipengaruhi oleh senyawa
penyusun media, umlah persentase campuran, dan tujuan penggunaan.
a. Bentuk Media
Ditentukan dan dipengaruhi oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat
seperti agar, gelatin, dsb. Terdapat 3 jenis bentuk media:
1. Media Padat
2. Media Cair
3. Media Semi-Padat dan Semi-Cair
b. Susunan Media
Media tersusun atas beberapa komponen agar dapat memenuhi fungsi
fisiologisnya. Susunan media terdiri dari komponen:
a. Kandungan Air
b. Kandungan Nitrogen
c. Kandungan Sumber energi ( unsur C).
d. Senyawa Pertumbuhan.
Berdasarkan kepada persayaratan tersebut susunan media dapat
berbentuk:
a. Media alami
b. Media sintetik
c. Media Semi-sintetik
c. Sifat Media
Penggunaan media tidak hanya bertujuan untuk pertumbuhan dan
perkemangan mikroba tetapi juga bertujuan untuk isolasi, seleksi, evaluasi, dan

diferenssasi biakan yang didapatkan. Sehingga penggunaan beberapa jenis zat


sangat mempengaruh terhadap mikroba. Tiap-tiap media mempunya sifat
tersendiri, sesuai dengan tujuan dan maksud dibuatnya media tersebut.
Berdasarkan sifatnya media dibedakan menjadi:
1. Media Umum
2. Media Pengaya
3. Media Selektif
4. Media diferensiasi
5. Media Penguji
6. Media Perhitungan
4.4.2.5.3. Fungsi Senyawa dan Indikator
Semua senyawa dan indicator yang ditambahkan
didalam media berfungsiagar dapat tercapainya sifat mikroba yang diinginkan.
Perlu dilakukan penelitian dan pengaturan jenis serta jumlah senyawa dan
indikator mikroba sehingga sesuai dengan keperluan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba.
4.4.2.6. Metabolisme
Biosintesis sebagai salah satu kegiatan kegiatan jasad hidup didalam
proses metabolisme, berbeda dengan nutrisi karena didalam biosintesis diperlukan
energi. Proses biosintesis dan bioenergy tidak dapat dipisahkan karena keduanya
saling ketergantungan.
Berlangsungnya proses Bioenergi tidak hanya menghasilkan energi
untuk proses sintesis, tetapi menghasilkan senyawa yang akan menjadi bahan
dasar dalam proses biosintesis seperti gula-fosfat, asam piruvat, asam asetat, asam
oksalasetat, asam suksinat, dsb.
4.4.2.7. Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan jasad hidup dapat dibagi menjadi 2
segi, yaitu pertumbuhan sel secara individu dan pertumbuhan kelompok sebagai
satu populasi.

Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume sel


serta bertambahnya bagian-bagian sel, diartikan juga sebagai pertambahan
kuantitas isi/kandungan didalam sel.
Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari pertumbuhan individu,
misalnya dari satu sel menjadi 2 sel, dari 2 sel menjadi 4 sel, dan seterusnya.
Pada mikroba pertumbuhan sel (individu) dapat berubah langsung
menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai
individu serta satu kesatuan populasi yang akan terjadi, terkadang terlalu cepat
sehingga sulit untuk diamati dan dibedakan.
4.4.2.8. Perkembangbiakan Mikroba
Pada mikroba perkembangbiakan secara aseksual terjadi secara
pembelahan biner. Perbanyak sel dengan cara pembelahan ini kecepatan
pembelahan dipengaruhi oleh waktu generasi. Berikut beberapa contoh waktu
generasi perkembangbiakan mikroba diperlihatkan pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1.
Contoh Waktu Generasi Mikroba.
Jenis Mikroba
Bakteri Heterotrofik
Bacillus Megaterium
Escherichia Coli
Rhizobium Meliloti
Treponema Pallidum
Bakteri Fotosintetik
Chloropseudomonas

Ragi
Protozoa

Waktu Generasi (Jam)


0,58
0,28
1,8
34
7,0

Ethylicum
Rhodopseudomonas

2,4

Speroides
Rhodosperillium Rubrum
Sacharomyces Cerevisiac
Paramaeccium Caudatum
Stentor Coureleus
Tetrahymena Geleti

5,0
2,0
10,5
32
3

Aktivitas dan perkembangbiakan mikroba sangan dipengaruhi


terhadap lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan hidup mikroba dapat
mempengaruhi morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba
dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan tetapi adapula yang

tidak peka terhadap perubahan kondisi lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang
mempengaruhi kehidupan mikroba terdiri dari 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Biotik
b. Faktor abiotic
4.4.3. Penerapan Mikrobiologi pada Reservoir Migas
4.4.3.1. Kehadiran dan Pertumbuhan Microba Di Reservoir
Sejak tahun 50-an beberapa percobaan yang berkaitan dengan
penggunaan mikroba sebagai metode peningkatan perolehan minyak telah
dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan di USA, Cekoslovia, Polandia
Hungaria, Rumania, dan USSR.Pada beberapa kasus telah terlihat beberapa
pengaruh terukur seperti perubahan viskositas minyak, peningkatan produksi gas,
dan perubahan Ph. Efek tersebut sudah dapat dipastikan karena adanya aktivitas
mikroba di dalam reservoir.
4.4.3.1.1. Asal Mula Mikroba pada Reservoir
Mikroba yang ditemukan didalam reservoir kemungkinan berasal pada
saat proses terbentuknya fluida hidrokarbon, selain itu kemungkinan karena
penetrasi air permukaan menuju ke Aquifer. Seorang peneliti bernama Kuznetsov
telah memperkirakan laju pergerakan vertical air menuju ke aquifer. Meskipun
penetrasi mikroba dari permukaan menuju ke aquifer bisa memerlukan waktu
yang sangat lama bias mencapai bertahun-tahun, tetapi selama air mengandung
karbon organic penetrasi dengan perkembangan mikroba yang lambat bukanlah
hal yang mustahil.
4.4.3.1.2. Mikroba pada Air Formasi
Bastin & Geer serta Zo Bell menemukan SRB (Sulfate Reducing
Bacteria) Pada air garam. Beberapa diantaranya mampu berkembangbiak pada
konsentrasi garam yang tinggi dan temperature yang tinggi (hingga 800C). Greeve
et al menemukan 104 hingga 105 mikroba/ml pada air terproduksi, dimana bakteri
yang ditemukan terdiri dari bakteri aerob dan anaerob.

4.4.3.1.3. Mikroba pada Minyak dan Batuan Reservoir

Terdapat

beberapa

laporan

mengenai

ditemukannya

mikroba

disampel-sampel minyak dan formasi batuan dari wilayah USA, USSR, dan
Jerman. Selama pengambilan sampel blm dapat dipastikan bahwa mikroba benarbenar berasal dari formasi, karena kemungkinan bias berasal dari kontaminasi
lumpur pemboran. Kemudian berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan
oleh Davis dan Updegraff, ditemukannya mikroba dalam jumlah yang banyak
disampel core tidak mungkin semuanya berasal dari kontaminasi lumpur
pemboran karena 162 sampel core yang mereka teliti merupakan core yang steril.
Moses melaporkan hasil penelitian Andreyevsky mengenai batuan
dari lapangan minyak di Uktha. Andreyevsky mengambil sampel minyak, air, dan
batuan yang berasal dari lapisan yang produktif. Sejumlah sampleh yang diteliti
didapatkan jenis mikroba yang sama yaitu Desulfuris dan Denitrifis yang telah
terisolasi didalam formasi batuan reservoir.
4.4.3.2. Screening Criteria Microba terhadap Reservoir Migas
Disetiap reservoir mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Karakteristik reservoir sangat berpengaruh terhadap
microorganisme yang diinjeksikan didalamnya. Agar metode MEOR dapat
bekerja dengan baik dibutuhkan karakteristik reservoir yang sesuai dengan
MEOR Screening Criteria. Berikut merupakan factor karakteristik reservoir yang
sangat berpengaruh terhadap MEOR Screening Criteria:
a. Kondisi Reservoir
: Suhu dan Tekanan.
b. Sifat Fisik Fluida Reservoir : Viskositas, ph, dan API Gravity, salinitas.
c.

Reservoir Geology

:
porositas, dan permeabilitas.
4.4.3.2.1. Kondisi Reservoir

Lithology,

kedalaman,

4.4.3.2.1.1. Suhu
Suhu

sangat

berpengaruh

terhadap

proses

metabolisme bakteria. Dengan bertambahnya kedalaman suatu sumur maka


temperature juga akan semakin meningkat. Sehingga dapat dipastikan bahwa
pertumbuhan dan proses metabolisme akan terpengaruh terhadap meningkatnya
suhu. Meningkatnya suhu yang signifikan berpengaruh negative terhadap fungsi
enzyme dengan cara mengganggu aktivitas penting s mel. Mikroba dapat
diklasifikasikan berdasarkan suhu optimum dimana mikroba dapat hidup:
a. Psychrophiles(< 25 C)
b. Mesophiles (25-45 C)m
c. Thermopiles (45-60 C)
Tetapi berdasarkan data bahwa microorganisme memungkinkan untuk hidup
dibawah suhu 820C seperti kondisi didalam reservoir (Magot et al., 2000).
4.4.3.2.1.2. Pressure
Tekanan

memberikan

effect

terhadap

proses

biologi

dari

mikroorganisme. Menurut penelitian batas tekanan yang dimana mikroorganisme


hidup adalah 7000-8000 psi. Tekanan hidrostatik yang tinggi dimana berkisar
beberapa lusin MPa dianggap tidak mematikan terhadap mikroorganisme, tetapi
dapat memberikan efek negative terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang
beradaptasi pada tekanan atmosfer. (Abe et al.1999, Bartlett,2002).
4.4.3.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir
4.4.3.2.2.1. Viskositas
Tingginya tingkat viskosutas dari suatu crude oil, maka tingkat
mobilitasnya akan semakin rendah. Mekanisme dasar dari mikroorganisme adalah
untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dengan menghasilkan gas (solvent), dan
surfactant, sehingga viskositas sangatlah berpengaruh terhadap hasil dari
penggunaan metode MEOR.
4.4.3.2.2.2. API Gravity
Daerah

fasa

minyak

didalam

reservoir

dapat

menjadi

batasan

digunakannya metode MEOR. Terdapat efek toksisitas pada daerah fasa minyak
didalam reservoir terhadap beberapa microorganisme. Efek toksisitas tersebut

terkandung didalam minyak dengan derajat API ynag rendah (densitas tinggi) atau
minyak dengan kandungan fraksi volatile yang rendah, pada umumnya pada
minyak berat asphaltic.
4.4.3.2.2.3. PH
Berdasarkan parameter biochemical, yang mempengaruhi pertumbuhan
dan proses metabolisme microorganisme di reservoir adalah pH. Dimana pada
umumnya microorganisme hidup didalam lingkungan dengan pH 4 s/d 9, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk beberapa microorganisme dapat tumbuh pada
pH terendah 1 dan pH paling tinggi 12.
4.4.3.2.2.4. Salinitas
Kurang lebih 90% padatan larut difluida reservoir merupakan Sodium
Chloride, berdasarkan pengujian dibeberapa negara. Sehingga salah satu karakter
yang dibutuhkan untuk menjadi microorganisme MEOR adalah ketahanan
terhadap Sodium Chlorida. Salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan
microorganisme harus mencaga kandungan optimal salinitas pada cellular fluid
agar menjaga kegiatan enzymatic.
4.4.3.2.3. Reservoir Geology
4.4.3.2.3.1. Lithology
Reservoir tersusun atas berbagai Janis batuan dan mineral. Batuan
Sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang menjadi batuan reservoir Fluida
Hidrokarbon, selain itu fluida hidrokarbon juga dapat terperangkap didalam
batuan metamorf dan batuan Beku.

Batu Pasir dan Gamping dikategorikan

menjadi batuan sedimen, yang sering menjadi reservoir minyak. Gamping


merupakan jenis batuan yang sangat cocok dengan diterapkannya metode MEOR,
karena mikroba yang menghasilkan Bioproduk berupa Acid akan melarutkan
mineral Karbonat pada batuan Gamping sehingga meningkatkan volume pori
yang berakibat besarnya permeabilitas batuan. Berbanding terbalik terhadap
batuan gamping, batuan lempung merupakan salah satu batuan yang menghambat
diterapkannya metode MEOR. Batuan lempung dengan kandungan mineral Clay

Montmorillonite yang bersifat menyerap air dan mengembang akan menghambat


transportasi mikroba melalui pori batuan reservoir.
4.4.3.2.3.2. Permeabilitas dan Porositas
Minyak bersama dengan gas dan air terperangkap didalam ruang kosong
dalam batuan yang disebut pori. Jumlah persentase perbandingan antara Volume
Pori Batuan terhadap Volume Bulk Batuan disebut sebagai porositas. Ukuran pori
batuan merupakan salah satu factor yang membatasi digunakannya metode
MEOR. Hal tersebut dikarenakan setiap bakteri memiliki perbedaan morphology
dan memiliki dimensi ukuran panjang kurang lebih 0,5 m -10 m, dan ukuran
lebar kurang lebih 0,5 m- 2 m. Sehingga pori batuan yang berukuran dibawah
0,5 m akan menghasilkan permeabilitas yang kecil pula sehingga menghambat
kemampuan bakteria dalam bertransportasi melalui matriks batuan.
4.4.4. Pengaruh Mikroba Terhadap Reservoir
4.4.4.1. Penyumbatan Formasi
Pada

kasus

operasi

waterflooding,

mikroorganisme

yang

terkandung didalam air tersebut dapat menyebabkan peyumbatan disekitar sumur


injeksi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menambahkan biocide, yaitu
suati bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba,
selain itu juga dapat digunakan untuk menyaring spesies mikroba yang tidak
diharapkan untuk berkembang. Penyumbatan yang dikarenakan mikroba terbagi
menjadi 2:
a. Penyumbatan oleh sel-sel mikroba.
b. Penyumbatan oleh produk metabolisme mikroba.
4.4.4.2. Degradasi Minyak di Reservoir
Moses melaporkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuznetsov di
Rusia. Dimana Kuznetsov meneliti air yang mempunyai kontak langsung terhadap
minyak yang mengandung methane dengan deretan homolog. Dari hasil Analisa
tersebut didapat hasil bahwa kandungan methana sejalan dengan bertambahnya
jarak terhadap minyak, hal ini menunjuka bahwa terjadi difusi methane yang
keluar secara konstan.

4.4.4.3. Pengasaman (Souring)


Sulfate Reducing Bacteria (SRB) berpengaruh terhadap produksi minyak
dan gas yang bersifat Asam. Karena SRB

memproduksi sulfide dalam formasi

oil-bearing. Pengaruh dari kandungan hydrogen sulfisa yang terkontaminasi


dialam minyak dapat menyebabkan korosi. Sehingga dibutuhkan penanganan
yang cukup mahal dalam meminimalisir terjadinya korosi ini.
4.4.4. Penerapan Injeksi Mikroba sebagai EOR
Penggunaan mikroorganisme meningkatkan peroleh minyak atau biasa
disebut Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR) menjadi salah satu metode
EOR yang mulai diminati. Pada prinsipnya mikroba dengan jenis dan sifat yang
telah diseleksi akan diinjeksikan kedalam reservoir, kemudian mikroba akan
menghasilkan produk pertumbuhannya yang secara in-situdengan tujuan
menurunkan residual oil saturation yang masih teertinggal di reservoir.
4.4.4.1. Proses dan Mekanisme MEOR
Jika mikroba dan produknya telah teridentifikasi dan sudah sesuai dengan
yang dibutuhkan serta mampu menjalankan fungsinya pada kondisi reservoir,
maka pada konsentrasi tertentu mikroba dapat diinjeksikan secara kontinyu
melalui wellhead dengan metode waterflood. Mikroba akan menembus batuan
melalui pori-porinya dan menuju ke area kontak antara minyak dan air. Tetapi
tidak semua mikroba dapat mencapai kontak antara minyak-air karena kekurangan
nutrisi dan mati. Dan mikroba yang dapat mencapai are kontak minyak-air akan
cenderung untuk mencari are hidrokarbon, dan menggunakan hidrokarbon sebagai
sumber nutriennya yang digunakan dalam proses berlangsungnya metabolisme.
Kemudian produk metabolisme dari mikroba tersebut yang mempengaruhui sifat
fisik fluida hidrokarbon sehingga dapat terproduksikan, proses tersebut berjalan
secara kontinyu. Terdapat 2 cara dalam penginjeksian mikroba:
a. Huff and Puff, yaitu mikroba beserta nutrient diinjeksikan melalui sumur
produksi dan sumur ditutup agar mikroba dapat melakukan proses
metabolisme serta menghasilkan produk metabolismenya. Setelah selang
waktu tertentu sumur produksi dibuka dan mulai diproduksikan
minyaknya.

b. Menginjeksikan mikroba melalui sumur injeksi dengan jarak tertentu dari


sumur produksi dengan waterflood drive. Kemudian minyak baru akan
diproduksikan melalui sumur produksi.
4.4.4.2. Bio-Product
Berlangsungnya proses metabolisme menghasilkan suatu produk yang
berguna dalam stimulasi minyak dan berpengaruh terhadap beberapa jenis formasi
batuan reservoir sehingga perolehan minyak dapat meningkat, produk hasil
metabolisme tersebut disebut dengan Bio-Product. Berikut merupakan 6 bioproduct hassil dari proses metabolisme mikroba:
a. Biomass
b. Biosurfactant
c. Biopolymer
d. Biosolvent
e. Bioacid
f. Biogasses
4.4.4.3. Cara Mendapatkan Mikroba
Untuk mendapatkan strain (suatu populasi mikroorganisme yang sejenis)
yang memenuhi syarat kondisi reservoir, dibutuhkan pemahaman terrhadap
fisiologi dan biokimia dari mikroba. Tetapi kita tidak dapat merancanag sifat-sifat
mikroorganisme yang sama persisi dengan yang diinginkan. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat mikroorganisme yang diinginkan
adalah:
a. Isolasi Strain dengan Seleksi
b. Pertukaran genetika diantara sel
c. Rekayasa Genetika
4.4.4.4. Jenis Strain
Dibawah ini akan dibahas beberapa conoth strain yang berpengaruh
didalam reservoir dalam kaitannya dengan Microbial Enhanced Oil Recovery.
4.4.4.4.1. Strain yang Berpotensi untuk MEOR

Beberapa

penelitian

telah

dapat

mengidentifikasi

beberapa

mikroorganisme yang berpotensi dalam MEOR, berdasarka Tabel IV.2.


memperlihatkan contoh dan referensi penelitian.

Tabel IV.2.
Contoh mikroorganisme yang berpotensi untuk MEOR
Spesies
Aerobacter aerogenus
Aeromonas sp.
Acinotobacter calcoacctius
Arthrobacter sp.
Aspergillus sp.
Bacillus licheniformis
Bacillus subtilis
Bacillus sp.
Brevibacterium sp.
Candida tropicalis
Cellulomonas sp.
Clostridium acetobabutylicum
Clostridium butyricum
Clostridium pasteurianum
Clostridium sp.
Corynebacterium fascians
Corynebacterium hydrocarboclastus
Corynebacterium lepus
Chrenothrix sp.
Desulfobrio desulfuricus
Escherichia sp.
Flavobacterium sp.
Leptothrix sp.
Mycococcus sp.
Mycobacterium sp.
Nocardia sp.
Penicillium spiculisporum
Peniscillium sp.
Preptococcus sp.

Referensi
Chauhan, 1988
Lazar, 1987
Rosennberg et al., 1983
Belsky et al., 1979
Xiu Yuan, 1987
Douglas et al., 1988
Jarg et al., 1983
Findley, 1986
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987
Findley, 1986
Bryant, 1986
Cooper et al. 1980
Bryant, 1986
Zejic et al, 1983
Zejic et al, 1977
Cooper, 1983
Xiu Yuan, 1987
Douglas et al, 1988
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987
Xiu Yuan, 1987
Gutnik, 1984
Xiu Yuan, 1987

Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas florescens

Gueba-Santos et al. 1984


Chauhan, 1988

4.4.4.4.2. Strain yang Menimbulkan Masalah di Reservoir


Selain terdapat strain mikroorganisme yang menguntungkan dan
berpotensi terhadap MEOR, terdapat pula strain mikroorganisme yang
memberikan dampak buruk terhadap reservoir.
a. Sulphate Reducing Bacteria
Kelompok Mikroorganisme Sulphate Reducing Bacteria ini mereduksi ion
didalam air menjadi sulfat dan menghasilkan H2S sebagai bioproduknya.
Sehingga mengakibatkan air bersifat asam yang berakibat adanya masalah Korosi
diperalatan injeksi air dan produksi.
b. Iron Bacteria
Bakteria Besi dapat menyebabkan plugging dan korosi walaupun tidak
berperan langsung. Sejumlah besar bakteri besi dapat mengendapkan sejumlah
ferric hydroxide sehingga dapat menyebabkan permasalahan plugging.
c. Slime Formers Bacteria
Bakteria ini dapat menghasilkanlapisan lendir dipermukaan batuan,
sehingga dapat menimbulkan masalah plugging.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

..............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................


KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI

..........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................


DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR............................................................
2.1. Karakteristik
Batuan
Reservoir
2.1.1.

Komposisi

Kimia

Batuan

Reservoir

2.1.1.1.

Batupasir

2.1.1.2.

Batukarbonat

2.1.1.3.
2.1.2.

Batushale
Sifat

Fisik

Batuan

Reservoir

2.1.2.1. Porositas
2.1.2.2. Wettabilitas
2.1.2.3. Tekanan

Kapiler

2.1.2.4. Permeabilitas
2.1.2.5. Saturasi
2.1.2.6. Kompresibilitas
2.2. Karakteristik
2.2.1.

Fluida
Komposisi

2.2.1.1.

Reservoir

Kimia

Komposisi

Fluida
Kimia

Reservoir
Hidrokarbon

2.2.1.1.1. Golongan Parafin


2.2..1.1.1.1. Hidrokarbon Jenuh

2.2.1.1.1.2. Hidrokarbon Tak Jenuh


2.2.1.1.2. Golongan Siklis
2.2.1.1.2.1. Golongan Naftena
2.2.1.1.2.2. Golongan Aromatik
2.2.1.2.
2.2.1.3.
2.2.2.

Komposisi

Kimia

Komposisi
Sifat

2.2.2.1.

Non

Kimia
Fisik

Air
Fluida

Sifat
2.2.2.1.1.

Hidrokarbon
Formasi
Reservoir

Fisik

Minyak

Densitas

2.2.2.1.2.

Faktor

2.2.2.1.3.

Kelarutan

Minyak

Volume
Gas

Formasi

Minyak

Dalam

Minyak

2.2.2.1.4.

Kompresibilitas

Minyak

2.2.2.1.5.

Viscositas

Minyak

2.2.2.2.

Sifat

Fisik
2.2.2.2.1.

Gas
Densitas

Gas

2.2.2.2.2. Faktor Volume Formasi Gas


2.2.2.2.3. Kompresibilitas Gas
2.2.2.2.4.

Faktor

Kompresibilitas

Gas

2.2.2.2.5. Viscositas Gas


2.2.2.3.

Sifat

Fisik

Air

Formasi

2.2.2.3.1. Densitas Air Formasi


2.2.2.3.2. Faktor Volume Formasi Air Formasi
2.2.2.3.3. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi

2.2.2.3.4. Kompresibilitas Air Formasi


2.2.2.3.5. Viscositas Air Formasi
2.3. Kondisi Reservoir.................................................................................
2.3.1. Tekanan Reservoir.....................................................................
2.3.1.1. Tekanan Hidrostatis......................................................
2.3.1.2. Tekanan Overburden....................................................
2.3.1.3. Tekanan Rekah.............................................................
2.3.1.4. Tekanan Normal...........................................................
2.3.1.5. Tekanan Subnormal......................................................
2.3.1.6. Tekanan Abnormal.......................................................
2.3.2. Temperatur Reservoir................................................................
2.4. Jenis-Jenis Reservoir ..........................................................................
2.4.1. Berdasarkan
Perangkap
Geologi
2.4.1.1. Perangkap Struktur ......................................................
2.4.1.2. Perangkap Stratigrafi ..................................................
2.4.1.3. Perangkap Kombinasi .................................................
2.4.2 Berdasarkan
Fasa
Fluida
2.4.2.1.

Reservoir
2.4.2.1.1.

Minyak

Reservoir

2.4.2.1.2.

Minyak

Reservoir

2.4.2.2.

Minyak

Tak

Reservoir

2.4.2.3.

Jenuh
Jenuh

Kondensat

Reservoir
2.4.2.3.1.

Gas

Reservoir

Gas

Kering

2.4.2.3.2. Reservoir Gas Basah


2.4.3 Berdasarkan
2.4.3.1.

Mekanisme
Water

Drive

2.4.3.2.

Gas

Cap

2.4.3.3.

Solution

Gas

2.4.3.4.

Pendorong

Segregation

Drive
Drive
Drive

Reservoir
Reservoir
Reservoir
Reservoir

2.4.3.5.

Combination

Drive

Reservoir

2.5. Perkiraan-perkiraan Reservoir..............................................................


2.5.1. Perkiraan cadangan....................................................................
2.5.1.1. Metode Volumetris........................................................
2.5.1.2. Metode Material Balance..............................................
2.5.1.3. Metode Decline Curve...................................................
2.5.1.3.1. Exponential....................................................
2.5.1.3.2. Hyperbolic.....................................................
2.5.1.3.3. Harmonic.......................................................
2.5.2. Perkiraan Produktifitas...............................................................
2.5.2.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori..............................
2.5.2.2. Productivity Index.........................................................
2.5.2.3. Inflow Performance Relationship..................................
2.6. Heterogenitas Reservoir...........................................................................
2.6.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir..............................................
2.6.2. Penyebab Heterogenitas Reservoir................................................
2.6.2.1. Lingkungan Pengendapan....................................................
2.6.2.2. Sedimentasi..........................................................................
2.6.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Heterogenitas Reservoir........
2.6.3.1. Sedimentasi Tektonik Regional.....................................
2.6.3.2. Komposisi dan Tekstur.........................................................
2.6.3.3. Geometri Pori-pori.........................................................
2.6.4. Tipe-tipe Heterogenitas Reservoir.................................................
2.6.4.1. Tipe Heterogenitas Vertikal Reservoir ..........................
2.6.4.2. Tipe Heterogenitas Horizontal Reservoir.............................
2.6.5. Pengaruh Heterogenitas Reservoir terhadap Cadangan................
BAB III. METODA PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT .......................
3.1. Pengertian Metode Perolehan Minyak Tahap Lanjut
3.2. Jenis Metode Perolehan Minyak Tahap Lanjut
3.2.1. Miscible Displacement
3.2.2. Immiscible Displacement
3.2.3. Chemical Displacement
3.2.4. Thermal Displacement
3.2.5. Injeksi Mikroba (Microbial Enhanced Oil Recovery)
3.3. Faktor yang Mempengaruhi Metode EOR
3.3.1. Ditinjau dari kondisi reservoir
3.3.1.1. Kedalaman
3.3.1.2. Kemiringan.................................................................
3.3.1.3. Tingkat homogenitas reservoir
3.3.1.4. Sifat-sifat petrofisik
3.3.1.5. Mekanisme pendorong
3.3.2. Ditinjau dari kondisi fluida

3.3.2.1. Cadangan minyak tersisa.............................................


3.3.2.2. Saturasi minyak tersisa................................................
3.3.2.3. Viscositas minyak
BAB VI. PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT DENGAN INJEKSI
MIKROBA
4.1. Latar Belakang MEOR
4.2. Dasar- Dasar Mikrobiologi
4.2.1. Definisi
4.2.2. Bentuk, Struktur, dan Ukuran Mikroba
4.2.3. Kehidupan Mikroba
4.2.6.1. Dasar Kehidupan Mikroba
4.2.6.1. Kelompok Kehidupan Mikroba
4.2.4. Nutrien
4.2.4.1. Proses Nutrisi dan Fungsi Nutrien
4.2.4.2. Reaksi Ensimatik
4.2.5. Media
4.2.5.1. Kegunaan Media
4.2.5.2. Bentuk, Susunan, dan Sifat Media
4.2.5.3. Fungsi Senyawa dan Indikator
4.2.9. Metabolisme
4.2.10. Pertumbuhan Mikroba
4.2.11. Perkembangbiakan Mikroba
4.3. Penerapan Mikrobiologi pada Reservoir Migas
4.3.1. Kehadiran dan Pertumbuhan Microba Di Reservoir
4.3.1.1. Asal Mula Mikroba di Reservoir
4.3.1.2. Mikroba pada Air Formasi
4.3.1.3. Mikroba di Dalam Minyak dan Batuan Reservoir
4.3.2. Screening Criteria Microba terhadap Reservoir Migas.....................
4.3.2.1.
Kondisi
Reservoir
4.3.2.1.1. Suhu
4.3.2.1.2. Tekanan
4.3.2.2. Sifat Fluida Reservoir..................................................
4.3.2.2.1. Viscositas
4.3.2.2.2. API Gravity
4.3.2.2.3. PH
4.3.2.2.4. Salinitas
`
4.3.2.3. Reservoir Geology.......................................................
4.3.3.1. Lithologi
4.3.3.2. Porositas dan Permeabilitas
4.3.4. Pengaruh Mikroba Terhadap Reservoir
4.3.4.1. Penyumbatan Terhadap Formasi
4.3.4.2. Degradasi Minyak di Reservoir
4.3.4.3. Pengasaman (Souring)

4.4. Penerapan Mikroba untuk EOR


4.4.1. Mekanisme dan Proses MEOR
4.4.2. Bio-Produk
4.4.3. Cara Mendapatkan Mikroba
4.4.4. Jenis Strain
4.4.4.1. Strain yang Berpotensi untuk MEOR
4.4.4.2. Strain yang Meniimbulkan Masalah di Reservoir
BAB V.. .PEMBAHASAN ..........................................................................
...........................
BAB VI. KESIMPULAN .......................................................................................
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L, Petroleum Reservoir Engineering


Physical Properties,Mc.Graw Hill Book Co.Inc.,NewYork,1960
2. Burjik E. J.,;Propeties of Petroleum Reservoir Fluid, John Wiley and Sons
Inc., New York, 1961
3. Calhoun,Jr,J.C.,Fundamental of Reservoir Engineering Norman University
of Oklahoma Press, 1953.
4. Siregar Septoratno dan Dedy Kristanto, Diktat Kuliah Pengurasan Minyak
Tahap Lanjut (EOR), UPN Veteran Yogyakarta, 1999.
5. Dwijoseputro, D., Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Malang.
6. Donaldson E.C., Chilingarian G.V., Yen T.F., Development in Petroleum
Science: Microbial Enhanced Oil Recovery,

University of Heriot-Watt,

Edinburgh. 1989.
7. Ahmed Eltayeb Gammer-Eldeen, Al Mustafa Ali Adam Alhadi, Mohamed
Abdelrahman Mergani. Microbial Enhanced Oil Recovery, University of
Khortoum. Sudan, 2013

Anda mungkin juga menyukai