Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Sistemik Lupus Erithematosus (SLE) merupakan penyakit multisistem yang sebabnya


belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik
remisi dan eksaserbasi 1. SLE merupakan prototipe dari penyakit autoimun sistemik dimana
autoantibodi dibentuk melawan sel tubuhnya sendiri.2
Karakterstik primer penyakit ini berupa kelemahan, nyeri sendi, dan trauma berulang
pada pembuluh darah. SLE melibatkan hampir semua organ, namun paling sering mengenai
kulit, sendi, darah, membran serosa, jantung dan ginjal. 2,3
Kehamilan pada ibu dengan penyakit Sistemik Lupus Erithematosus (SLE) sangat
berhubungan dengan tingkat kesakitan dan kematian ibu serta janin. Resiko kemtian ibu
hamil yang menderita SLE memiliki dampak dua puluh kali lebih tinggi karena komplikasi
yang disebabkan oleh preeklamsi, trombosis, infeksi dan kelainan darah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Sistemik Lupus Erithematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit reaksi
autoimun. Penyakit autoimun ini bersifat kronis dan multi sistem yang disebabkan
oleh pengendapan kompleks imun dengan manifestasi klinik yang beragam pada
beberapa organ tubuh. Antibodi yang seharusnya meindungi tubuh terhadap
berbagai antigen asing yang mengakibatkan gangguan pada tubuh tapi merusak
organ tubuh itu sendiri. Beberapa organ tubuh yang terkena diantaranya kulit,
sistem saraf, darah, muskuloskeletal, ginjal, jantung, paru, dan bahkan bisa
menyebabkan terjadinya kelumpuhan.4
B. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan penderita SLE mencapai lima juta orang diseluruh dunia.
Prevalensi SLE di India sangat kecil ditemukan tiga juta kasus per 100.000
populasi yang dilaporkan. Kejadian SLE di Inggris dilaporkan 49,6 kasus per
100.000 populasi.
Data tahun 2005 di Indonesia angka kejadian penderita SLE di RSU dr.
Soetomo Surabaya selama tahun 2005 sebanyak 81 orang dan prevalensi penyakit
ini menempati urutan keempat setelah osteoatritis, reumatoid artritis, dan low
back pain. Penderita SLE di RSU dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Januari
sampai dengan Agustus 2006 ada empat belas orang dan satu orang meninggal
dunia. Data penderita SLE di Indonesia pada pertengahan tahun 2010 meningkat
sebanyak 10.314 kasus dan angka ini terus meningkat pesat. Sebanyak delapan
dari sepuluh kasus baru yang muncul terjadi pada wanita usia 15 sampai 40 tahun.
Tingginya kasus SLE ini merupakan salah satu hal yang harus diwaspadai karena

banyak faktor merugikan yang mempengaruhi fungsi tubuh akibat gangguan


sistem autoimun.
Penyakit SLE menyerang hampir 90% wanita yang terjadi pada rentang usia
reproduksi antara usia 15 sampai 40 tahun dengan rasio wanita : laki-laki 5:1.5
C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Hingga kini penyebab SLE belum diketahui dengan jelas. Namun diperkirakan
berkaitan erat dengan beberapa faktor, antara lain autoimun, kelainan genetik,
faktor lingkungan, obat-obatan. 3
1.
Autoimun
Mekanisme primer SLE adalah autoimunitas, suatu proses kompleks dimana
sistem imun pasien menyerang selnya sendiri. Pada SLE, sel-T mengangap sel
tubuhnya sendiri sebagai antigen asing dan berusaha mengeluarkan dari tubuh.
Diantara kejadian tersebut terjadi stimulasi limfosit sel B untuk menghasilkan
antibodi, suatu molekul yag dibentuk untuk menyerang antigen spesifik. Ketika
antibodi tersebut menyerang sel tubuhnya sendiri, maka disebut autoantibodi. Sel
B menghasilkan sitokin. Sitokin tertentu disebut interleukin, seperti IL 10 dan IL
6, memegang peranan penting dalam SLE yaitu mengatur sekresi autoantibodi
oleh sel B 3.
Pada sebagian besar pasien SLE, antinuklear antibodi (ANA) spesifik yang
menyerang nukleus dan DNA sel yang sehat. Terdapat dua tipe ANA, yaitu antidouble stranded DNA (anti-ds DNA) yang memegang peranan penting pada
proses autoimun dan anti-Sm antibodies yang hanya spesifik untuk pasien SLE. 3
Dengan antigen yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam
sirkulasi sehingga pengaturan sistem imun pada SLE terganggu yaitu berupa
gangguan klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemrosesan komples
imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun oleh ginjal. Sehingga
menyebabkan

terbentuknya

deposit

kompleks

imun

diluar

sistem

fagosit

mononuklear. Kompleks ini akan mengendap pada berbagai macam organ dan

menyebabkan terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut dan aktivitasnya


menghasilkan substansi yang menyebabkan radang. Reaksi radang ini yang
menyebabkan keluhan pada organ yang bersangkutan. 1
Sekitar setengah dari pasien SLE memiliki antobodi antifosfolipid. Antibodi
ini menyerang fosfoipid, suatu kumpulan lemak pada membran sel.. antifosfolipid
meningkatkan resiko menggumpalnya darah, dan mungkin berperan dalam
penyempitan pembuluh darah serta rendahnya jumlah hitung darah. 3
Antibodi tersebut termasuk lupus antikoagulan (LAC) dan antibodi
antikrdiolipin (ACAs). Mungkin berupa golongan IgG, IgM, IgA yang berdiri sendiri
ataupun kombinasi. Sekalipun dapat ditemukan pada orang normal, namun mereka
juga dihubungkan dengan sindrom antibodi antifosfolipid, dengan kehilangan janin,
terutama kelahiran mati, pada pertengahan kedua kehamilan. Sindrom ini dapat terjadi
sendirian atau bersamaan dengan SLE atau dengan gangguan autoimun lainnya.
2. Genetik

Anda mungkin juga menyukai